Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan kratein
artinya pemerintah. Secara sederhana, demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat,
dalam hal ini kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Sebagaimana istilah
politik yang lain, istilah demokrasi juga memiliki banyak makna turunannya.
Pengertian demokrasi sederhana di atas kemudian berkembang, seiring
perkembangan politik dan ilmu politik, sehingga muncul banyak pengertian tentang
demokrasi. Diantara beberapa pengertian tentang demokrasi, barangkali pengertian
yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln dapat merangkum makna demokrasi
dalam sebuah kalimat sederhana. Menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah
pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pada masa kini, ketika jumlah penduduk semakin banyak, kita membutuhkan
demokrasi perwakilan untuk memutuskan berbagai persoalan bersama. Maka
dibentuklah pemerintahan dan dewan perwakilan yang dipilih oleh rakyat. Dengan
demikian, lembaga-lembaga tersebut memiliki mandat dari rakyat untuk
menjalankan tugas eksekutif dan legislatif. Karena dipilih dan memperoleh mandat
dari rakyat, maka mereka pun harus mempertanggungjawabkan penyelenggaraan
pemerintahan tersebut kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam
peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling
mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Demokrasi merupakan proses pendemokrasian segenap rakyat untuk turut serta
dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya. Atau turut serta dalam berbagai
bidang kegiatan (masyarakat/negara) baik langsung atau tidak langsung, dengan
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
warga negara. Upaya untuk menuju demokrasi yang mantap membutuhkan

1
partisipasi dari segenap elemen, dan organisasi-organisasi sosial lainnya. Yang
pertama perlu dipahami bersama adalah segenap elemen tersebut harus bersepakat
bahwa nilai-nilai demokrasi merupakan nilai yang harus dikedepankan dalam
keseluruhan proses. Jika kesempatan ini terbangun, maka tidak ada pihak yang
menjalankan praktek-praktek nondemokrasi untuk memperjuangkan
kepentingannya.
Demokrasi merupakan bentuk yang lebih luas daripada sekedar liberalisasi,
karena dalam tahap ini terdapat persaingan yang terbuka untuk memperoleh
dukungan rakyat. Pengisian jabatan-jabatan publik dilakukan melalui pemilihan
terbuka, sehingga rakyat tidak hanya memiliki hak untuk memilih tetapi juga hak
untuk dipilih. Dengan demikian, tanggung jawab pejabat publik terhadap rakyat
yang memilihnya menjadi lebih besar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah demokrasi di Indoneisa dan apa makna serta
prinsip-prinsip demokrasi ?
2. Apa pengertian, ciri, aspek, asas dan perkembangan demokrasi pancasila?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah demokrasi di
indonesia termasuk makna dan prinsip demokrasi Indonesia serta mengetahui
demokrasi pancasila di Indonesia.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Makna Demokrasi


Demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etimologis) dan istilah
(terminologis). Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat
dan “cratein”atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara
bahasa demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan Negara di
mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat,
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa,
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Dalam hal ini, demokrasi juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk atau pola
pemerintahan yang mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat
dalam keputusan yang diambil oleh mereka yang telah diberi wewenang.
Demokrasi didasarkan pada prinsip kedaulatan rakyat yang mengandung
pengertian bahwa semua manusia mempunyai kebebasan dan kewajiban yang
sama.
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut, menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi
merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di
mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat; Affan Gaffar memaknai demokrasi dalam
dua bentuk yaitu pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan empirik
(demokrasi empirik). Demokrasi normatif adalah demokrasi yang secara ideal
hendak dilakukan oleh sebuah Negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah
demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.
Sementara di sisi lain Ulf Sundhausen mensyaratkan demokrasi sebagai suatu
sistem politik yang menjalankan tiga kriteria, yaitu pertama,dijaminnya hak-hak
semua warga Negara untuk memilih dan dipilih, kedua,semua warga Negara
menikmati kebebasan berbicara, berorganisasi dan memperoleh informasi dan
beragama serta ketiga, dijaminnya hak yang sama di depan hukum.

3
Dari bebrapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa hakikat
demokrasi sebagai suatu sistem bermsyarakat dan bernegara serta pemerintahan
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaaan ditangan rakyat baik dalam
penyelenggaraan Negaramaupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada
ditangan rakyat mengandung pengertian tiga hal :pertama, pemerintah dari rakyat
(government of the people); kedua, pemerintahan oleh rakyat (government by
people); ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government for people). Jadi hakikat
suatu pemerintahan yang demokratis bila ketiga hal di atas dapat dijalankan dan
ditegakkan dalam tata pemerintahan.

2.2 Prinsip-Prinsip Demokrasi


Prinsip-prinsip demokrasi, berdasarkan pendapat Almadudi yang dikenal sebagai
“sokoguru demokrasi" adalah sebagai berikut:
a. Kedaulatan rakyat. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Dalam Negara
demokrasi, pemilik kedaulatan adalah rakyat bukan penguasa. Kekuasaan
tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa berasal dari
rakyat.
b. Pemerintahan didasarkan pada persetujuan rakyat. Prinsip ini menghendaki
adanya pengawasan rakyat terhadap pemerintahan. Dalam hal ini, penguasa
Negara tidak bisa dan tidak boleh menjalankan kehidupan Negara berdasarkan
kemauannya sendiri.
c. Pemerintahan mayoritas dan perlindungan hak-hak minoritas. Prinsip ini
menghendaki adanya keadilan dalam keputusan. Keputusan yang sesuai
dengan kehendak rakyat. Dalam kenyataan, kehendak rakyat bisa
berbeda-beda, tidak sama. Dalam hal demikian, berlaku prinsip majority rule.
maksudnyakeputusan diambil sesuai kehendak mayoritas rakyat. Namun,
keputusan tersebut harus menghormati hak-hak minoritas (minority rights).
d. Jaminan hak-hak asasi manusia. Prinsip ini menghendaki adanya jaminan
hak-hak asasi. Jaminan tersebut dinyatakandalam konstitusi. Jaminan hak asasi
itu sekurang-kurangnya meliputi hak-hak dasar. Hak-kah tersebut meliputi:
hak mengemukakan pendapat, berekspresi, dan pers bebas, hak beragama, hak
hidup, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan perlindungan hukum, hak

4
atas proses peradilan yang bebas. Namun demikian di sini berlaku prinsip, hak
asasi manusia harus senantiasa dikembangkan (diperbaiki, dipertajam, dan
ditambah hak-hak lainnya).
e. Pemilu yang bebas dan adil. Prinsip ini menghendaki adanya pergantian
pimpinan pemerintahan secara damai dan teratur. Hal ini penting untuk
menjaga agar kedaulatan rakyat tidak di selewengkan. Untuk itu
diselenggarakan pemilihan umum (pemilu).
f. Persamaan di depan hukum. Prinsip ini menghendaki adaanya persamaan
politik. Maksudnya, secara hukum ( didepan hukum) setiap warga Negara
mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Jadi, siapa saja memiliki kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi. Itu berarti tidak boleh ada sikap membeda-bedakan
(diskriminasi), entah berdasarkan suku, ras, agama, antar golongan maupun
jenis kelamin.
g. Perlindungan hukum. Prinsip ini menghendaki adanya perlindungan hukum
warga Negara dari tindakan sewenang-wenang oleh Negara. Misalnya warga
Negara tidak boleh ditangkap tanpa alasan hukum yang jelas, warga Negara
tidak boleh dipenjarakan tanpa melalui proses hukum yang terbuka.
h. Pemerintahan dibatasi oleh konstitusi. Prinsip ini menghendaki adanya
pembatasan kekuasaan pemerintah melalui hukum. Pembatasan itu di
tuangkandalam konstitusi. Selanjutnya konstitusi itu menjadi dasar
penyelenggaraan Negara yang harus dipatuhi oleh pemerintah. Itulah sebabnya
pemerintahan demokrasi sering disebut “demokrasi konstitusional” dengan
demikian, pemerintahan demokrasi dijalankan sesuai prinsip supremasi hukum
(rule of law). Itu berarti kebijakan Negara harus didasarkan pada hukum.
i. Penghargaan pada keberagaman.Prinsip ini menghendaki agar tiap-tiap
kelompok sosial-budaya, ekonomi, ataupun politik diakui dan dijamin
keberadaannya. Masing-masing kelompok memiliki hak dan kewajiban yang
sama untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan Negara.
j. Penghargaan terhadap nilai-nilai demokrasi. Prinsip ini menghendaki agar
kehidupan Negara senantiasa diwarnai oleh toleransi, kemanfaatan, kerja sama
dan konsesus. Toleransi berarti kesedian untuk menahan diri, bersikap sabar,

5
membiarkan dan berhati lapang terhadap orang-orang yang berpandangan
berbeda. Kemanfaatan berarti demokrasi haruslah mendatangkan manfaat
konkret, yaitu perbaikan kehidupan rakyat. Kerja samaberarti semua pihak
bersedia untuk menyumbangkan kemampuan terbaiknya dalam mewujudkan
cita-cita bersama. Kompromi berarti ada komitmen untuk mencari titik temu di
antara berbagai macam pandangan dan perbedaan pendapat guna mencari
pemecahan untuk kebaikan bersama.
2.3 Demokrasi Pancasila
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, tidak mengherankan jika
penerapan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara mengacu pada
pancasila. Termasukpenerapan demokrasi juga mengacu pada Pancasila. Banyak
ahli telah mendefinisikan demokrasi pancasila menurut pendapat mereka
masing-masing. Berikut pangertian demokasi Pancasila:
Pangertian demokasi Pancasila menurut Profesor Dardji Darmo Diharjo adalah
paham demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa
Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan
UUD 1945.
Pangertian demokasi Pancasila berdasarkan GBHN Tahun 1978 dan Tahun
1983:pembangunan politik diarahkan untuk lebih memantapkan perwujudan
demokrasi Pancasila. Dalam rangka memantapkan stabiltias politik dinamis serta
pelaksanaan mekanisme Pancasila, maka diperlukan pemantapan kehidupan
kosntitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum.
Pangertian demokasi Pancasila menurut Prof. Notonegoro adalah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pangertian demokasi Pancasila berdasarkan Ensiklopedia Indonesia
adalah Pancasila meliputi bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang
dalam penyelesaian masalah-masalah nasional yang berusaha sejauh mungkin
menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.

6
Secara umum pengertian dari demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
pelaksanaannya mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan
bersama (seluruh rakyat). Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ideologinya
terdapat dalam Pancasila, oleh karena itu setiap sila yang terdapat dalam Pancasila
harus diaplikasikan dalam kehidupan setiap rakyatnya sehari-hari untuk menunjang
kemajuan negara kita.
2.3.1 Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila yang diterapkan di Indonesia tentu memiliki karakteristik
khusus yang membedakan dengan demokrasi yang diterapkan di negara lain.
Berikut karakteristik atau ciri-ciri demokrasi Pancasila:
1.Demokrasi pancasila bersifat kekeluargaan dan gotong royong yang bernafas
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.Demokrasi pancasila harus menghargaihak hak asasi manusia serta menjamin hak
hak minoritas.
3.Pengambilan keputusan dalam demokrasi pancasila sedapat mungkin jdidasarkan
atas musyawarah untuk mufakat.
4.Demokrasi pancasila harus bersendi atas hukum.
2.3.2 Asas Demokrasi Pancasila
Dalam demokrasi Pancasila terdapat 2 asas yang terbentuk, yakni :
a. Asas kerakyatan, yaitu asas atas kesadaran kecintaan terhadap rakyat, manunggal
dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan atau dalam arti
menghayati kesadaran senasib dan secita-cita bersama rakyat.
b. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang memperhatikan dan
menghargai aspirasi seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum
permusyawaratan dalam rangka pembahasan untuk menyatukan berbagai
pendapat yang keluar serta mencapai mufakat yang dijalani dengan rasa kasih
sayang dan pengorbanan agar mendapat kebahgiaan bersama-sama
Berdasarkan ciri-ciri serta asas demokrasi Pancasila di atas, penerapan
demokrasi di negara Indonesia yang membedakan dengan negara lain yaitu adanya
dasar yang kuat berupa Pancasila yang brasaskan Ketuhanan, menjunjung tinggi
hak-hak kemanusiaan dan kepentingan rakyat.

7
2.3.3 Aspek-Aspek Demokrasi Pancasila
Menurut Prof. S . Pamuji, demokrasi pancasila mengandung enam aspek
sebagai berikut :
a. Aspek formal, yang mempersoalkan proses dan cara rakyat menunjuk
wakil-wakilnya dalam badan-badan perwakilan dan pemerintahan serta
bagaimana mengatur permusyawaratan wakil- wakil rakyat secara bebas,
terbuka, jujur untuk mencapai konsesus.
b. Aspek material, untuk mengemumakan gambaran manusia dan mengakui
terwujudnya masyarakat manusia Indonesia sesuai dengan gambaran, hakat
dan martabat tersebut.
c. Aspek normatif, yang mengungkapkan seperangkat norma atau kaidah yang
membimbing dan menjadi kriteria pencapaian tujuan.
d. Aspek optatif, yang mengetengahkan tujuan dan keinginan yang hendak
dicapai.
e. Aspek organosasi, untuk mempersoalkan organisasi sebagai wadah
pelaksanaan Demokrasi Pancasila dimana wadah tersebut harus cocok dengan
tujuan yang hendak dicapai.
f. Aspek kejiwaan, yang menjadi semangat para penyelenggara negara dan
semangat para pemimpin pemerintahan.
2.3.4 Prinsip pokok demokrasi Pancasila
Prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
b. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah
c. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan
badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
kekuasaan lain contoh Presiden, BPK,DPR atau lainnya
d. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat
e. Pelaksanaan Pemilihan Umum
f. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar (pasal 1 ayat 2 UUD 1945)
g. Keseimbangan antara hak dan kewajiban

8
h. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral
kepada Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain
i. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional Pemerintahan berdasarkan
hukum, dalam penjelasan UUD 1945
2.3.5 Tujuh Sendi Pokok Pemerintahan Demokrasi Pancasila
Dalam sistem pemerintahan demokrasi pancasila terdapat tujuh sendi pokok
yang menjadi landasan, yaitu:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum.
Seluruh tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum. Persamaan kedudukan
dalam hukum bagi semua warga negara harus tercermin di dalamnya.
2. Indonesia menganut sistem konstitsional.
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini
lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara
yang tertinggi. Seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada
halaman terdahulu, bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian, MPR adalah lembaga
negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai
pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai tugas pokok,
yaitu:
a. Menetapkan UUD;
b. Menetapkan GBHN; dan
c. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden
Wewenang MPR, yaitu:
a. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga
negara lain, seperti penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan
kepada Presiden
b. Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan
GBHN

9
c. Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden
d. Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya
apabila presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara
dan UUD
e. Mengubah undang-undang.
4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara
pemerintah negara tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus
tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis. Presiden adalah Mandataris
MPR yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR.
5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Presiden tidak bertanggung
jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan
pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama
dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan
undang-undang, presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di
bidang legislatif ialah hak inisiatif, hak amandemen, dan hak budget.
Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:
a. Hak tanya/bertanya kepada pemerintah
b. Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah
c. Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah
d. Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal
e. Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.
f. Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR
6. Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri
negara. Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada
presiden. Berdasarkan hal tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kabinet
kepresidenan/presidensil. Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab
kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa, menteri ini
menjalankan kekuasaan pemerintah dalam prakteknya berada di bawah
koordinasi presiden.

10
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator,
artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh
suara DPR. Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden
dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan
presiden.
2.3.6 Fungsi Demokrasi Pancasila
Adapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara
Contohnya:
1. Ikut menyukseskan Pemilu
2. Ikut menyukseskan pembangunan
3. Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.
b. Menjamin tetap tegaknya negara RI
c. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem
konstitusional
d. Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila
e. Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga
negara
f. Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab, Contohnya:
1. Presiden adalah mandataris MPR,
2. Presiden bertanggung jawab kepada MPR.
2.3.7 Sejarah Perkembangan Demokrasi Pancasila di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang menerapkan demokrasi dalam sistem
pemerintahannya. Namun, penerapan demokrasidi Indonesia mengalami beberapa
perubahan sesuai kondisi politik dan pemimpin kala itu. Berikut penjelasan sejarah
demokrasi di Indonesia. Sejarah demokrasi di Indonesia dari zaman kemerdekaan
hingga zaman reformasi saat ini.
Sejak Indonesia merdeka dan menjadi negara pada tanggal 17 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
menganut paham demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada
ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

11
Rakyat (MPR), atau tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi
Perwakilan.
Berikut periode perkembangan demokrasi di Indonesia:
1. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan
baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan
masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD
1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini
segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk
menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah
mengeluarkan :
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai
Politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahn presidensil menjadi parlementer
Perkembangan demokrasi pada periode ini telah meletakkan hal-hal mendasar.
Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden yang
secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan
maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai
politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia
untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.
2. Perkembangan Demokrasi Parlementer (1950-1959)
Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai
1959 menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya.
Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua
elemen demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di
Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang
sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen

12
ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang
parlementer, dimana presiden sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala
eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi
dan berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktik demokrasi pada
masa ini dinilai gagal disebabkan :
a. Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik
b. Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
c. Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
d. Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan
Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 :
a. Bubarkan konstituante
b. Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
c. Pembentukan MPRS dan DPAS
3. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
a. Dominasi Presiden
b. Terbatasnya peran partai politik
c. Berkembangnya pengaruh PKI
Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah
menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu
terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri
dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara
menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi

13
parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh
Pancasila.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
a. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
b. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR
c. Jaminan HAM lemah
d. Terjadi sentralisasi kekuasaan
e. Terbatasnya peranan pers
f. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI,
menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
4. Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan Orde Baru ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan
Ir. Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini
menerapkan Demokrasi Pancasila untuk menegaskan bahwasanya model
demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala
bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997.Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap
gagal sebab:
a. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
b. Rekrutmen politik yang tertutup
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
d. Pengakuan HAM yang terbatas
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela
f. Sebab jatuhnya Orde Baru:
g. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
h. Terjadinya krisis politik
i. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba

14
j. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk
turun jadi Presiden.
Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif
otonom, dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan
danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari (1) kemenangan
mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik
yangkuat kepada negara; (2) dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam
birokratisasai, depolitisasai, dan institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan
keamanan; (4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang
memberikan keleluasaan kepda negara untuk mengakumulasikan modal dan
kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari
eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak
domestik, mauppun yang berasal dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses
negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok rakya
sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena sebab
struktural.
5. Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998- Sekarang)
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya
Presiden Soeharto, maka Indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang
baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir
semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya.
Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian
Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan
kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan
dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara
lain:
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
b. Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum

15
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas
dari KKN
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
f. Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua
kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi
Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi
perlementer tahun 1950 1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi
sebelumnya adalah:
a. Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang
sebelumnya.
b. Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada
tingkat desa.
c. Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara
terbuka.
d. Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat
Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan
kekuasaan belaka (machtstaat), Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas), Kekuasaan yang
tertinggi berada di tangan rakyat.
Bila dibandingkan sesungguhnya antara demokrasi universal dan demokrasi
pancasila yang berdasarkan UUD 1945, demokrasi Indonesia yang sering disebut
dengan istilah teodemokrasi, yakni demokrasi dalam konteks kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan kata lain, demokrasi universal adalah demokrasi yang
bernuansa sekuler, sedangkan demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang
berke-Tuhan-an Yang Maha Esa. (Udin Saripudin Winataputra, 2002)

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian telah kita lihat bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan
dari waktu ke waktu. Namun kita harus mengetahui bahwa pengertian Demokrasi
Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang
dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Adapun aspek dari
Demokrasi Pancasila antara lain di bidang aspek Aspek Material (Segi
Isi/Subsrtansi), Aspek Formal, Aspek Normatif, Aspek Optatif, Aspek Organisasi,
Aspek Kejiwaan. Namun hal tersebut juga harus didasari dengan prinsip pancasila
dan dengan tujuan nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kita dapat
merasakan demokrasi dalam istilah yang sebenarnya.

3.2 Saran
Perlu adanya keterlibatan dar semua pihak dalam enjalankan demokrasi
pancasila agar dapat berjalan dengan maksimal

17
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani.
Jakarta : ICCE UIN Jakarta.
Fatah, Saefullah. 1994. Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Huntington, S,P. 1995. Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta : Grafiti.
Nashir, Haedar. 1999. Pragmatisme Politik Kaum Elite. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soekamto, Toety. dan Udin Saripudin, Winataputra. 2002. Demokrasi Pancasila
Di Indonesia. Jakarta: Gramedia
Taupan, M. 1989. Demokrasi Pancasila. Jakarta : Sinar Grafika.

18

Anda mungkin juga menyukai