Anda di halaman 1dari 105

HEMOPTOSIS

EC TB PARU
BILGIS BILADI
1102013059
IDENTITAS
▪  Nama : Tn A
▪  Usia : 48 tahun
▪  Agama : Islam
▪  Pekerjaan: Swasta
▪  Alamat : Jl Cibubur kelurahan Ciracas
▪  No RM : 2017 - 754358
▪  Ruang Rawat : Melati
▪  Tanggal Masuk : 29 – 03 - 2018
▪  Tanggal Pulang: 09 – 04 – 2018
▪  Tanggal pemeriksaan: 30 – 03-2018
2
ANAMNESA

3
▪  Anamnesa dilakukan dengan autoanamnesis
dan alloanamnesis dengan istri pasien.

▪  Keluhan Utama :
Batuk darah sejak 1 hari SMRS

▪  Keluhan Tambahan :
Batuk berdahak sejak 6 bulan SMRS
▪  . 4
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSPR dengan rujukan dari
RS Ciracas dengan keluhan batuk darah sejak 1
hari SMRS. Batuk darah lebih dari 10 kali perhari,
awalnya hanya bercak darah, kemudian darah
menjadi darah segar, sedikit bercampur dahak.
Jumlah volume darah jika ditotal, sehari dapat
mencapai 1 gelas aqua, sekitar 250 cc.

5
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengalami batuk berdahak sudah sejak 6
bulan yang lalu, batuk awalnya ringan, tetapi
semakin berat 1 bulan SMRS. Pada 6 bulan yang
lalu, pasien juga pernah batuk darah, tetapi tidak
dilakukan pengobatan, hanya meminum obat
batuk untuk batuk berdahak, karena pada 6 bulan
yang lalu batuk darah tidak masif dan hanya
bercak saja.
6
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien juga mengatakan bahwa sudah seminggu
belakangan ini, pasien merasa sangat lemas.
Berat badan mengalami penurunan sejak 3 bulan
yang lalu sekitar 3-5 kilogram. Terdapatnya
keringat pada malam hari.

7
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien merupakan perokok berat. Satu hari
pasien dapat merokok setengah sampai dengan
satu bungkus rokok. Selain itu pasien mengaku
badan sering lemas sejak 1 bulan yang lalu saat
bekerja dan beraktivitas. Keluhan demam, sesak
napas, mual muntah, nyeri dada, penurunan
nafsu makan disangkal. disangkal. Tidak pernah
ada pembesaran atau nyeri getah bening.
Riwayat Hipertensi (+), kontrol teratur, meminum
amlodipine 10 mg teratur 8
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
▪  Riwayat DM (-) ▪  Riwayat penyakit
▪  Riwayat trauma paru lain (-)
daerah dada (-) ▪  Riwayat asma (-)
▪  Riwayat TB (-) ▪  Riwayat alergi obat
(-)
▪  Riwayat penyakit hati
(-)
▪  Riwayat penyakit
ginjal (-)

9
Riwayat Penyakit Keluarga dan
Lingkungan
Pasien mengaku dikeluarga tidak ada yang
menderita keluhan yang sama dirasakan oleh
pasien. Keluarga Tn. A memiliki riwayat
hipertensi dan tidak ada riwayat diabetes
mellitus, atau TB. Riwayat asma disangkal,
riwayat penyakit ginjal disangkal, dan
penyakit jantung disangkal.

10
▪  Pada lingkungan pekerjaan, pasien
bekerja di bengkel mobil, dan teman
sepekerjaan banyak yang perokok dan
asap polusi kendaraan. Tetapi pasien
mengaku tidak ada yang mengeluhkan
seperti pasien.

11
▪  Riwayat Pengobatan
Sebelum masuk rumah sakit pasien sudah
meminum obat batuk warung (OBH). Selain
itu tidak melakukan tindakan apapun untuk
mengatasi gejala klinis nya.

▪  Riwayat Alergi
Tidak ada

12
STATUS GENERALIS
▪  Keadaan umum : Tampak sakit sedang
▪  Kesadaran umum : Composmentis
▪  Tekanan darah : 170/100 mmHg
▪  Nadi : 88 kali/menit, isi cukup, frekuensi
teratur

13
STATUS GENERALIS
▪  Suhu: 36,7oC
▪  Pernafasan : 22 kali/menit, teratur
▪  Status gizi :
▪  BB : 68 Kg
▪  TB : 165 Cm
▪  IMT: 25 kg/m2 (Normoweight)

14
PEMERIKSAAN
FISIK

15
KEPALA
▪  Bentuk : Normocephal
▪  Posisi : Simetris
▪  Wajah : Tidak sembab

16
MATA
▪  Exophtalmus : Tidak ada
▪  Enophtalmus : Tidak ada
▪  Edema periorbita : -/-
▪  Konjungtiva anemi : -/-
▪  Sklera ikterik : -/-
▪  Palpebra :tidak cekung tidak udem
▪  Pupil : isokor
▪  Reflex cahaya : langsung (+/+) tidak langsung
(+/+)
17
HIDUNG
▪  Bentuk : Baik
▪  Nafas cuping hidung : Tidak ditemukan
▪  Septum deviasi : Tidak ditemukan
▪  Secret : Tidak ditemukan

18
TELINGA
Pendengaran : Baik

MULUT
▪  Trismus : Tidak ada
▪  Faring : Tidak hiperemis
▪  Lidah : Tidak deviasi,
tidak kotor
▪  Uvula : Letak ditengah,
tidak deviasi
▪  Tonsil : T1-T1 19
KULIT
▪  Warna: coklat
▪  Eflorosensi dan jaringan parut: Dalam batas normal,
tidak terdapat jaringan parut
▪  Pigmentasi: Dalam batas normal
▪  Turgor: Baik
▪  Icterus: Tidak ada
▪  Sianosis: Tidak ada
▪  Pucat: Tidak ada
▪  Pertumbuhan rambut: Dalam batas normal
20
LEHER
▪  Trakea : Tidak deviasi
▪  Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
▪  Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

21
PARU
▪  Inspeksi : Bentuk dada normal. Pergerakan
dinding dada simetris. Pada keadaan statis,
dada terlihat simetris. Pada keadaan dinamis,
dada terlihat simetris. Tidak tampak
hematoma, sikatrik.
▪  Palpasi : Fremitus taktil dan vokal dada kanan
simetris.
▪  Perkusi : Sonor pada dada kiri dan kanan.
▪  Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronchi basah
halus (+/+), wheezing (-/-) 22
JANTUNG
▪  Inspeksi : Iktus cordis terlihat di sekitar
ICS 5 linea midclavicula sinistra
▪  Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5
linea midclavicula sinistra

23
JANTUNG
▪  Perkusi : Batas jantung kanan di ICS 4
linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri di ICS 5 di linea
axilaris anterior sinistra
Batas pinggang jantung di ICS 2 linea
parasternalis sinistra
▪  Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular,
Bunyi jantung 1 lebih keras dari BJII, Aorta
lbh keras drpd Pulmonal. gallop (-)
murmur (-) 24
ABDOMEN
▪  Inspeksi : Perut datar
▪  Auskultasi : Bising usus (+)
▪  Perkusi : timpani pada seluruh
kuadran, shifting dullness (-)
▪  Palpasi : Raba supel, nyeri tekan
epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, nyeri lepas (-).
25
EKSTREMITAS
▪  Akral hangat pada ekstremitas atas dan
bawah kanan kiri
▪  Pitting edema pada kedua tungkai (-)
▪  Capilary Refill Time < 3 detik
▪  Arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior
teraba.

26
EKG 29-03-2018 Jam 01.18

27
LABORATORIUM

28
Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 13.6 g/dL 13,2 – 17,3

Hematokrit 40 % 40 – 52

Eritrosit 4.7 juta/µL 4,4 – 5,9

Leukosit 11.6 (H) 103/µL 3,8 – 10,6

Trombosit 333 ribu/µL 140 – 440

LED 18 (H) mm / jam < 15


29
Kimia Klinik

SGOT 13 U/L 0 – 50

SGPT 15 U/L 0 - 50

Ureum Darah 18 (L) mg/dL 20 – 40

Kreatinin Darah 0.90 mg/dL 0.17 – 1.50

eGFR 95.7 mL/min/1.73 m2

GDS 114 mg/dl <200

30
Bilirubin total 0.29 mg/dl 0.1 – 1.0

Bilirubin direk 0.08 mg/dl 0 – 0.2

Bilirubin 0.21 mg/dl


indirek

Asam urat 5.2 mg/dl 2 – 7

31
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Sedimen BTA 3X (Sputum)


MIKRO dan BAKTERIOLOGI

BTA (GenXpert)
MTB NOT DETECTED

Rif Resistance NOT DETECTED


Sediaan BTA Sputum

Spesimen Sputum 1

Prosedur Pewarnaan Ziehl


Neelsen

Hasil (-) tidak ditemukan (-) : tidak ditemukan BTA


BTA
(1+) : ditemukan 10-99 BTA/100 lp

(2+) : ditemukan 1-10 BTA/lp dlm 50 lp


(3+) : ditemukan >10 BTA/lp dlm 20 lp

Spesimen Sputum 2

Prosedur Pewarnaan Ziehl


Neelsen

Hasil (-) tidak ditemukan (-) : tidak ditemukan BTA


BTA
(1+) : ditemukan 10-99 BTA/100 lp
(2+) : ditemukan 1-10 BTA/lp dlm 50 lp
(3+) : ditemukan >10 BTA/lp dlm 20 lp
32

FOTO RONTGEN
DADA
29-03-2018

33
RESUME

34
▪  Pasien datang ke IGD RSPR dengan
rujukan dari RS Ciracas dengan keluhan
batuk darah sejak 1 hari SMRS

35
▪  Pasien mengalami batuk berdahak sudah
sejak 6 bulan yang lalu, batuk awalnya
ringan, tetapi semakin berat 1 bulan
SMRS. Pada 6 bulan yang lalu, pasien
juga pernah batuk darah.

36
▪  Pasien juga mengatakan bahwa sudah
seminggu belakangan ini, pasien merasa
sangat lemas.
▪  Berat badan mengalami penurunan sejak
3 bulan yang lalu sekitar 3-5 kilogram.
▪  Terdapatnya keringat pada malam hari
sejak 1 bulan yang lalu kadang disertai
menggigil.
▪  Pasien merupakan perokok berat. Satu
hari pasien dapat merokok setengah
sampai dengan satu bungkus rokok.
37
▪  Pasien memiliki riwayat Hipertensi (+) sejak 5
thn yang lalu, kontrol teratur, meminum
amlodipine 10 mg teratur.
▪  Sebelum masuk rumah sakit pasien sudah
meminum obat batuk warung (OBH).
▪  Selain itu tidak melakukan tindakan apapun
untuk mengatasi gejala klinis nya.
▪  Pada pemeriksaan fisik paru, pada auskultasi
terdapat ronchi basah halus (+/+).
38
▪  Pemeriksaan lab saat masuk ke RS
terdapat peningkatan leukosit 11.6 x 103/
µL dan LED menjadi 18 mm /jam.
▪  Selain itu terdapat juga sedikit penurunan
pada ureum darah menjadi 18 mg/dL.
▪  Pada rontgen toraks tampak infiltrat pada
lapang paru kanan terutama pada apeks
paru kanan. Terdapat cavity pada apeks
paru kanan.

39
MASALAH

HEMOPTOSIS TB PARU
Batuk darah lebih BTA –
dari 10 kali/hari

Batuk berdahak sejak 3 bulan SMRS


HIPERTENSI GRADE 2 Batuk darah sejak 1 hari SMRS
Riwayat Hipertensi (+), Penurunan berat badan sejak 3 bulan
kontrol teratur, meminum SMRS
amlodipine 10 mg teratur Ronki basah halus +/+
Sejak 5 th Keringat malam sejak 1 bulan SMRS
Ro toraks infiltrat di apeks
40
Sputum BTA-
DIAGNOSIS KERJA
Hemoptosis ec TB Paru Kasus Baru dengan BTA (-)
Hipertensi grade II

DIAGNOSIS BANDING
BRONKIEKTASIS

41
RENCANA
1.  Pemeriksaan Sputum dan Ro thorak ulang
2.  Kontrol Hipertensi
3.  Keteraturan Minum Obat
4.  CT Scan Thorax
5.  Bronkoskopi

42
TATA LAKSANA

43
Terapi Farmakologi Saat di IGD RSUK CIRACAS

Oral Intravena
1.  Nifedipin 10 mg 1.  Inj Trasamin 1 amp IV
2.  ISDN (Sublingual) 5 mg 2.  IVFD RL 1 Kolf (30 TPM)

44
Terapi Farmakologi Saat di IGD RSPR
Oral Intravena
1. Amlodipin 10 mg 1. IVFD RA / 8 jam
2. ISDN (Sublingual) 5 mg 2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
3. Inj Vit K 3x1 amp
4. Inj Vit C 3x1 amp
5. Inj ceftriaxone 2x1 gram

Terapi non – farmakologi
1.  Pasien ditenangkan, tirah baring
2.  Pasien dianjurkan untuk tidak menahan batuk jika ingin batuk.

45
Terapi Farmakologi Saat di Rawat Inap Melati
Oral Intravena
1. Amlodipin 10 mg 1. IVFD RA / 8 jam
2. ISDN (Sublingual) 5 mg 2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
3. FDC 4 Tablet / hari 3. Inj Vit K 3x1 amp
4. Inj Vit C 3x1 amp
5. Inj ceftriaxone 2x1 gram

46
Anjuran tata laksana non
farmakoterapi
▪  Makanan diet rendah garam
▪  Makanan tinggi protein dan kalori
▪  Istirahat yang cukup
▪  Berhenti merokok
▪  Tidak melakukan aktivitas berat

47
PROGNOSIS
▪  Ad vitam : ad bonam
▪  Ad functionam : ad bonam
▪  Ad sanationam : ad bonam

48
FOLLOW UP

49
30/03/2018
S/
P/ IV
▪  Batuk berdahak (+)
▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Batuk darah (+) 3-5 kali
sehari
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp

▪  Berkeringat pada malam


▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
hari (+) ▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
▪  Lemas (+) ▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
O/ Oral
▪  TD : 150/90 mmHg ▪  1. Amlodipin 10 mg
▪  Pulmo : SN Vesikuler (++), ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
RB halus (+/+), WH (-/-) ,
sonor/sonor
50
▪  Abdomen: BU (+), NT (+)
31/03/18
S/
▪  Batuk berdahak (+)
▪  Batuk darah (+)3-5 kali
sehari. Hanya bercak ▪  1. IVFD RA / 8 jam
darah ▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Berkeringat pada malam ▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
hari (+) ▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
▪  Lemas (+) ▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
O/
▪  TD : 170/90 mmHg ▪  Oral
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+), ▪  1. Amlodipin 10 mg
RH halus (+/+), WH (-/-)
sonor/sonor ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
▪  Abdomen = Supel, BU (+),
51
NT (+)
1/04/18
S/
▪  Batuk berdahak (+) P/
▪  Batuk darah (+)1x pada ▪  1. IVFD RA / 8 jam
pagi hari
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Lemas (+)
▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
O/
▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
▪  TD : 110/80 mmHg
▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+),
RH halus (+/+), WH (-/-)
sonor/sonor ▪  Oral
▪  Abdomen = Supel, BU (+), ▪  1. Amlodipin 10 mg
NT (+) ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg

52
02/04/18
S/
▪  Batuk berdahak (+)
▪  Batuk darah (+)1x pada
pagi hari ▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Berkeringat pada malam ▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
hari (+) ▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
▪  Lemas (+) ▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
O/ ▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  TD : 170/90 mmHg
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+), Oral
RH halus (-/-), WH (-/-) ▪  1. Amlodipin 10 mg
sonor/sonor
▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
▪  Abdomen = Supel, BU (+),
NT (+) ▪  3. FDC 4 Tab
53
03/04/18
S/
▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Batuk berdahak (+)
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Batuk darah (+)1x pada
▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
pagi hari
▪  Berkeringat pada malam
▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
hari (+) ▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  Lemas (+)
O/ ▪  Oral
▪  TD : 160/90 mmHg ▪  1. Amlodipin 10 mg
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+), ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
RH halus (+/+), WH (-/-) ▪  3. FDC 4 Tab
sonor/sonor
▪  Abdomen = Supel, BU (+),
NT (-)
54
04/04/18
S/
▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Batuk berdahak (+)
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Batuk darah (+)1x pada
▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
pagi hari
▪  Berkeringat pada malam
▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
hari (+) ▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  Lemas (+)
O/ ▪  Oral
▪  TD : 150/80 mmHg ▪  1. Amlodipin 10 mg
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+), ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
RH halus (-/-), WH (-/-) ▪  3. FDC 4 Tab
sonor/sonor
▪  Abdomen = Supel, BU (+),
NT (-)
55
05/04/18
S/
▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Batuk berdahak (+)
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Batuk darah (+)1x pada
▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
pagi hari
▪  Berkeringat pada malam
▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
hari (-) ▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  Lemas (+)
O/ ▪  Oral
▪  TD : 150/90 mmHg ▪  1. Amlodipin 10 mg
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+), ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
RH halus (+/+), WH (-/-) ▪  3. FDC 4 Tab
sonor/sonor
▪  Abdomen = Supel, BU (+),
NT (-)
56
06/04/18
S/
▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Batuk berdahak (-)
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Batuk darah (-)
▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
O/
▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
▪  TD : 170/90 mmHg
▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+),
RH halus (-/-), WH (-/-)
sonor/sonor ▪  Oral
▪  Abdomen = Supel, BU (+), ▪  1. Amlodipin 10 mg
NT (-) ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
▪  3. FDC 4 Tab

57
07/04/18
S/
▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Batuk berdahak (+)
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Batuk darah (-)
▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
O/
▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
▪  TD : 120/90 mmHg
▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+),
RH halus (-/-), WH (-/-)
sonor/sonor ▪  Oral
▪  Abdomen = Supel, BU (+), ▪  1. Amlodipin 10 mg
NT (-) ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
▪  3. FDC 4 Tab

58
08/04/18
S/
▪  1. IVFD RA / 8 jam
▪  Batuk berdahak (-)
▪  2. Inj Trasamin IV 3X1 amp
▪  Batuk darah (-)
▪  3. Inj Vit K 3x1 amp
O/
▪  4. Inj Vit C 3x1 amp
▪  TD : 170/90 mmHg
▪  5. Inj ceftriaxone 2x1 gram
▪  Pulmo : SN Vesikuler (+/+),
RH halus (-/-), WH (-/-)
sonor/sonor ▪  Oral
▪  Abdomen = Supel, BU (+), ▪  1. Amlodipin 10 mg
NT (-) ▪  2. ISDN (Sublingual) 5 mg
▪  3. FDC 4 Tab

59
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Hemoptisis didefisinikan sebagai ekpetorasi
dari darah yang berasal dari paru atau
trunkus bronkotrakeal

61
ETIOLOGI
Berdasarkan Penyakit
▪  penyakit saluran nafas
▪  penyakit parenkima
▪  penyakit vaskuler

62
Etiologi
Berdasarkan Pembuluh Darah
▪  Perdarahan dapat berasal dari pembuluh
darah besar maupun kecil.

63
Etiologi
Berdasarkan Arteri
▪  Bronkial
▪  Pulmonal

64
Etiologi Tersering
▪  bronkiektasis, tuberkulosis, kanker, dan
infeksi jamur.

65
Klasifikasi
▪  Hemoptosis massif
▪  Hemoptosis non massif

66
Patofiologi

67
68
69
ANAMNESIS
▪  Batuk sejak kapan, berapa col darah,
warna darah seperti apa, apakah didahului
batuk berdahak

▪  Bedakan batuk darah (hemoptisis) dan


muntah darah (hematemesis)

70
71
Pemeriksaan Fisik
▪  Pemeriksaan saluran napas
▪  Pemeriksaan mulut apakah ada sumber
perdarahan spt laserasi atau tumor
▪  Laringoskop: perdarahan sekitar faring
▪  Bunyi napas: stridor/mengi

72
Lab
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Sputum

73
Pencitraan
▪  Radiologi
▪  Bronkoskopi: untuk melihat apakah
perdarahan aktif/tidak. Melihat kondisi
saluran napas
▪  MDCT: Multi Detector CT: memberikan
gambaran parenkim paru, sal napas, PD
toraks pasien

74
Penatalaksanaan
Menjaga jalan napas tetap terbuka à prioritas utama
- Lakukan pemantauan hemodinamik dan oksigenasi, bila
tidak stabilàsegera lakukan resusitasi cairan, beri transfusi
dan lakukan intubasi
- Pasang infus intravena 2 jalur untuk rute masuk cairan,
medikamentosa dan transfusi darah bila diperlukan
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan lab yang
diperlukanà koreksi bila ada kelainan
- Setelah stabil oksigen dan hemodinamik stabilàCT Scan
toraks dengan kontras
- Bronkoskopi dapat dilakukan setelah terpasang intubasi
75
Penatalaksanaan
▪  Tenangkan dan beritahu penderita agar
jangan takut untuk membatukkan darahnya.
▪  Penderita berbaring pada posisi lateral
dekubitus ke sisi paru yang sakit. Penderita
diposisikan sedikit trendelenberg terutama bila
refleks batuknya tidak adekuat.
▪  Lakukan pemantauan kesadaran, tanda vital
yaitu tekanan darah, frekuensi nadi, laju
pernapasan, dan saturasi oksigen, serta
pantau jumlah darah yang dibatukkan.
76
▪  Pemberian oksigen dengan kanul atau
masker bila jalan napas bebas
hambatan/sumbatan. Pasien desaturasi
à intubasi. Endotracheal tube dipilih
ukuran diameter yang besar agar dapat
digunakan pada bronkoskopi.
▪  Pemasangan infus dilakukan untuk
penggantian cairan maupun jalur
pemberian obat parenteral dan tranfusi
bila diperlukan. 77
▪  Pemberian obat hemostatik pada
penderita batuk darah yang tidak disertai
kelainan faal hemostatik masih terdapat
perbedaan pendapat.
▪  Obat dengan efek sedasi ringan dapat
diberikan jika penderita gelisah. Obat
antitusif ringan bila batuk berlebihan dan
merangsang timbulnya perdarahan lebih
banyak. Obat supresi refleks batuk seperti
kodein dan morfin sebaiknya dihindari.
78
Terapi intervensi

79
Bronkoskopi Terapeutik
▪  pilihan modalitas dalam diagnosis dan
tatalakana hemoptisis serta dapat
menentukan lokasi perdarahan > 93%
kasus

80
a.  Cold-saline lavage
Cairan normal saline 4oC sekitar 500ml à
untuk meningkatkan hemostasis
vasokonstriksi dan menginduksi

b. Agen vasokonstriktif topikal


konsentrasi 1:20.000à vasokonstriksi
PDàefektif pada hemoptisis ringan s/d
epinefrin topikal dengan sedang.

81
▪  c. Tamponade endobronkial
Isolasi perdarahan menggunakan kateter
balon tamponade àmencegah aspirasi
darah ke paru kontralateralàpada
hemoptisis masif

82
TB PARU

83
DEFINISI
▪  Tuberkulosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis.

84
PATOFISIOLOGI

85
KLASIFIKASI
▪  A. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh
yang terkena:
▪  1) Tuberkulosis paru
▪  2) Tuberkulosis ekstra paru

86
▪  B. Klasifikasi berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu
pada TB Paru:

▪  1) Tuberkulosis paru BTA positif


▪  2) Tuberkulosis paru BTA negatif

87
Klasifikasi berdasarkan kasus
pasien
▪  1) Kasus Baru
▪  2) Kasus Kambuh (Relaps)
3) Kasus Putus Berobat
▪  4) Kasus gagal
▪  5) Kasus Pindahan
6) Kasus lain: Adalah semua kasus yang
tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik
88
Manifestasi Klinis

89
SISTEMIK
▪  Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu
(dapat disertai dengan darah).
▪  Demam tidak terlalu tinggi yang
berlangsung lama
▪  keringat malam
▪  Influenza
▪  Penurunan nafsu makan dan berat badan
▪  Perasaan tidak enak (malaise), lemah 90
PF
▪  konjungtiva mata atau kulit yang pucat
karena anemia
▪  suhu demam (subfebris)
▪  badan kurus
▪  berat badan menurun

91
LABORATORIUM
▪  jumlah leukosit yang sedikit meninggi
dengan pergeseran hitung jenis ke kiri.
▪  Jumlah limfosit masih di bawah normal.
▪  Laju endap darah (LED) mulai meningkat.
▪  anemia ringan dengan gambaran
normokrom normositer

92
SPUTUM
▪  • S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB
datang berkunjung pertama kali
▪  • P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi
hari kedua, segera setelah bangun tidur..
▪  • S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari
kedua, saat menyerahkan dahak pagi. 93
RONTGEN THORAK
▪  Khas di daerah apex paru tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah atau daerah hilus menyerupai tumor paru
▪  Awal: sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologinya
berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas.
▪  Tuberkuloma: Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas.
▪  Lanjut: Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.

94
RONTGEN THORAK
▪  atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas dengan penciutan
yang dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada
satu bagian paru.
▪  Gambaran tuberkulosa milier: bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.

95
96
97
OAT

98
Berat Badan Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Setiap Hari Selama 56 3 kali seminggu selama
hari 16 minggu RH (150/150)
RHZE (150/75/400/275)
30 – 37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT
≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

9
Jenis Sifat Efek Samping
Rifampisin (R) Bakterisid Flu syndrome, gangguan intestinal, urin
berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopenia, demam, sesak nafas,
anemia hemolitik, skin rash
Isoniazid (H) Bakterisid Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan
funsi hati, kejang
Pirazinamid (Z) Bakterisid Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi
hati,
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis
perifer
Streptomisin (S) Bakterisid Nyeri di tempat suntikan, gangguna
keseimbangan dan pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, trombositopenia

100
101
EVALUASI KLINIS
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1
bulan pertama pengobatan selanjutnya
setiap 1 bulan
- Evaluasi : respons pengobatan dan ada
tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat
badan, pemeriksaan fisis.
102
EVALUASI DAHAK
▪  Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
konversi dahak · Pemeriksaan & evaluasi
pemeriksaan mikroskopik
▪  Sebelum pengobatan dimulai
▪  Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase
intensif)
▪  Pada akhir pengobatan. Bila ada fasiliti
biakan : dilakukan pemeriksaan biakan
dan uji resistensi
103
EVALUASI RO THORAK
▪  Sebelum pengobatan
▪  Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada
kasus yang juga dipikirkan kemungkinan
keganasan dapat dilakukan 1 bulan
pengobatan)
▪  Pada akhir pengobatan

104
TERIMA KASIH

105

Anda mungkin juga menyukai