Anda di halaman 1dari 5

Substansi Manusia dan

Kekuasaan
By Tebuireng Online [Farha] - April 14, 2017

Oleh : Drs. KH. Junaedi Hidayat

‫ﻱ ُﻦ ُﻪ َﻭ‬
ْ ‫ﺕ ِﻉ‬
َ‫ﺱ‬ْ ‫ﻝﻪ َﻥ ْﺡ َﻡ ُﺪ ُﻩ َﻭ َﻥ‬ ْ‫ﺍ‬
،ِ ‫َﻝ َﺡ ْﻡ ُﺪ ِﻝ‬
ِ‫ﺵ ُﺭ ْﻭﺭ‬
ُ ‫ﺎﻝﻝﻪ ِﻡ ْﻦ‬
ِ ِ‫ﻩ َﻭ َﻥ ُﻉ ْﻭ ُﺫ ﺑ‬،ُ ‫ﻑ ُﺭ‬
ِ ‫ﺕ ْﻍ‬
َ‫ﺱ‬ ْ ‫َﻥ‬
‫ﻱ ْﻩ ِﺪ ِﻩ‬
َ ‫ﻡ ْﻦ‬ َ ،‫ﺎﻝ َﻦﺎ‬
ِ ‫ﻡ‬ َ ‫ﺎﺕ ﺃَ ْﻉ‬
ِ ‫ﻱ َﺌ‬ِّ ‫ﺱ‬ َ ‫ﻡ ْﻦ‬ ِ ‫ َﻭ‬،‫ﺱ َﻦﺎ‬ ِ ‫ﻑ‬ ُ ‫ﺃَ ْﻥ‬
َ ‫ﻑ َﻝﺎ َﻩﺎﺩ‬
‫ِﻱ‬ َ ‫ﺽ ِﻝ ْﻝ‬ْ ‫ﻱ‬ ُ ‫ َﻭ َﻡ ْﻦ‬،‫ﻝ َﻝ ُﻪ‬ َّ ‫ﺽ‬ِ ‫ﻑ َﻝﺎ ُﻡ‬ َ ‫ﺍﻝﻝﻪ‬
ُ
َّ َ‫َﺵ َﻩ ُﺪ ﺃ‬
‫ﻥ‬ ْ ‫ َﻭﺍ‬،‫ﺍﻝﻝﻪ‬
ُ َّ ِ‫ﺵ َﻩ ُﺪ ﺃَ ْﻥ َﻝﺎ ﺇِ َﻝ َﻪ ﺇ‬
‫ﻝﺎ‬ ْ َ‫ ﺃ‬.‫َﻝ ُﻪ‬
‫ﻝ ْﻡ‬ِّ ‫ﺱ‬ َ ‫ﻝ َﻭ‬ ِّ ‫ﺹ‬
َ ‫ﻡ‬ َّ ‫ ﺍ‬،‫ﺱ ْﻭ ُﻝ ُﻪ‬
َّ ‫َﻝﻝ ُﻩ‬ َّ ‫ُﻡ َﺡ‬
ُ َ‫ﻡ ًﺪﺍ َﻉ ْﺒ ُﺪ ُﻩ َﻭﺭ‬
‫ﻱ ِﺪ َﻥﺎ‬ ِّ ‫ﺱ‬َ ‫ﺁﻝ‬ ِ ‫ﻡ ٍﺪ َﻭ َﻉ َﻝﻰ‬ َّ ‫ﻱ ِﺪ َﻥﺎ ُﻡ َﺡ‬ ِّ ‫ﺱ‬ َ ‫َﻉ َﻝﻰ‬
‫ﻑﻰ‬
ِ ‫ِﻱ َﻡ‬
ْ ‫ﻱ ِﺪ َﻥﺎ ﺇِﺑْﺭَﺍﻩ‬
ِّ ‫ﺱ‬ ِ ‫ َﻭ َﻉ َﻝﻰ‬،‫ﻡ‬
َ ‫ﺁﻝ‬ َ ‫ِﻱ‬
ْ ‫ﻱ ِﺪ َﻥﺎ ﺇِﺑْﺭَﺍﻩ‬ ِّ ‫ﺱ‬َ ‫ﺕ َﻉ َﻝﻰ‬ َ‫ﻱ‬ َّ ‫ﺹ‬
ْ‫ﻝ‬ َ ‫ﻡﺎ‬َ‫ﻙ‬ َ ‫ﺪ‬ َّ ‫ُﻡ َﺡ‬
،ٍ ‫ﻡ‬
َّ َ‫ ﺃ‬،‫ﻱ ٌﺪ‬
‫ﻡﺎﺑَ ْﻉ ُﺪ‬ ْ ‫ﻱ ٌﺪ َﻡ ِﺝ‬ َ‫ﻥ‬
ْ ‫ﻙ َﺡ ِﻡ‬ َّ ِ‫ﻦ ﺇ‬
،َ ‫ﻱ‬ َ ‫ﺍﻝ َﻉ‬
ْ ‫ﺎﻝ ِﻡ‬ ْ .

َّ ِ‫ﻦ ﺇ‬
‫ﻝﺎ‬ َّ ‫ﺕ‬ َ ‫ﻪ َﻭ َﻝﺎ‬
ُ ‫ﺕ ُﻡ ْﻭ‬ ،ِ ‫ﺎﺕ‬
ِ ‫ﻕ‬َ‫ﺕ‬ ُ ‫ﻕ‬َّ ‫ﺍﻝﻝﻪ َﺡ‬
َ ‫ﻕ ْﻭ‬ َّ ‫ ﺍ‬،‫ﺍﻝﻝﻪ‬
ُ ‫ِﺕ‬ َ ‫ﻕ ْﻭ‬ َّ ‫ ﺍ‬،‫ﺱ ِﻝ ُﻡ ْﻭ َﻥ‬
ُ ‫ِﺕ‬ ْ ‫ﺍﻝ ُﻡ‬ ُّ َ‫ﻱﺎ ﺃ‬
ْ ‫ﻱ َﻩﺎ‬ َ‫ﻑ‬ َ
‫ﻡ ِﻦ‬ ْ ّ‫ﺍﻝﻝﻪ ﺍﻝﺭ‬
َ ‫َﺡ‬ ِ ‫ﻡ‬
ِ‫ﺱ‬ ْ ِ‫ ﺑ‬،‫ﻡ‬
ِ‫ﻱ‬ ِ ّ‫ﺎﻥ ﺍﻝﺭ‬
ْ ‫َﺝ‬ ِ ‫ﻁ‬َ‫ﻱ‬ َّ
ْ ‫ﺍﻝﺵ‬ ‫ﺎﻝﻝﻪ ِﻡ َﻦ‬
ِ ِ‫ ﺃَ ُﻉ ْﻭ ُﺫ ﺑ‬،‫ﺱ ِﻝ ُﻡ ْﻭ َﻥ‬ْ ‫ﺕ ْﻡ ُﻡ‬ ُ ‫َﻭﺃَ ْﻥ‬
‫ﻡ ُﻝ ْﻭﺍ‬ َ ‫ﻱ َﻦ ﺁ‬
ِ ‫ﻡ ُﻦ ْﻭﺍ َﻭ َﻉ‬ ْ ‫ﺍﻝ ِﺬ‬ َّ ِ‫ﺇ‬
َّ ‫ﻝﺎ‬ ٍ،‫ﺱﺭ‬
ْ ‫ﻑﻲ ُﺥ‬ِ ‫ﺎﻥ َﻝ‬َ ‫ﺱ‬ ْ ‫ﻥ‬
َ ‫ﺍﻝِﺈ ْﻥ‬ َّ ِ‫ِ ﺇ‬،‫ﺹﺭ‬ ْ ‫ﻡ َﻭ‬
ْ ‫ﺍﻝ َﻉ‬ ،ِ ‫ﻱ‬ْ ‫َﺡ‬ِ ّ‫ﺍﻝﺭ‬
َّ ِ‫ﺍﺹ ْﻭﺍ ﺑ‬
ِ‫ﺎﻝﺹ ْﺒﺭ‬ َ ‫ﺕ َﻭ‬
َ ‫ﻕ َﻭ‬ ْ ِ‫ﺍﺹ ْﻭﺍ ﺑ‬
ِّ ‫ﺎﻝ َﺡ‬ َ ‫ﺕ َﻭ‬ َ ‫ﺎﺕ َﻭ‬
ِ ‫ﺎﻝ َﺡ‬ َّ .
ِ ‫ﺍﻝﺹ‬

Maasiral Muslimin Jamaah Jumah Rahimakumullah

Melalui khutbah ini, marilah kita secara sungguh-sungguh meningkatkan


amal ibadah kita kepada Allah Swt. dengan melaksanakan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah secara imtitsal. Artinya adalah kepatuhan yang
bersifat mutlak dan tidak bersyarat. Dalam situasi apa pun dan keadaan
apa pun, kita senantiasa di dalam ketakwaan kepada Allah Swt. Inilah
yang menjadi inti dari kebersamaan kita di hari jumat ini, karena
ketakwaan ini menjadi modal yang paling berharga dalam kehidupan kita
ini.

Maasiral Muslimin Rahimakumullah


Manusia diciptakan oleh Allah dengan karakternya. Di antara karakter itu
adalah kita harus bermasyarakat. Dalam bahasa sosiologi disebut sebagai
makhluk yang zoon politicon. Al-Insan madaniyyun, manusia itu
sesungguhnya adalah makhluk yang berkelompok, bersosial, dan
bermasyarakat. Sifat dalam diri manusia ini adalah sifat talazummiyyah,
yang merupakan sebuah keharusan. Seperti yang telah diikhbarkan dalam
al-Quran,

َ ‫ﻕ َﺒﺎﺋ‬
‫ِﻝ‬ َ ‫ﺵ ُﻉ ْﻭﺑًﺎ َﻭ‬ ُ ‫ َﻭ َﺝ َﻉ ْﻝ َﻦ‬،‫ﺙﻰ‬
ُ ‫ﺎﻙ ْﻡ‬ َ ‫َﻙﺭٍ َﻭﺃُ ْﻥ‬
َ ‫ﻡ ْﻦ ﺫ‬ ُ ‫ﻕ َﻦ‬
ِ ‫ﺎﻙ ْﻡ‬ ْ ‫ﻥﺎ َﺥ َﻝ‬ َّ ِ‫ﺎﺱ ﺇ‬ُ ‫ﺍﻝﻦ‬ َّ ‫ﻱ َﻩﺎ‬ ُّ َ‫ﻱﺂﺃ‬
ٌ‫ﻱﺭ‬ ْ ‫ﻡ َﺥ ِﺒ‬
ٌ‫ﻱ‬ ْ ‫ﺍﻝﻝﻪ َﻉ ِﻝ‬
َ َّ ِ‫ﻡ ﺇ‬
‫ﻥ‬ ُ ‫ﻕ‬
،ْ ‫ﺎﻙ‬ َ‫ﺕ‬ ْ َ‫ﺍﻝﻝﻪ ﺃ‬
ِ ‫ ِﻉ ْﻦ َﺪ‬    ‫ﻥ ﺃَ ْﻙﺭَ َﻡ ُﻙ ْﻡ‬
َّ ِ‫ﻑ ْﻭﺍ ﺇ‬
ُ َ‫ﺕ َﻉﺎﺭ‬ َ ‫ ِﻝ‬.

Ada jenis-jenis kelamin manusia, lelaki dan perempuan. Dan Allah juga
menegaskan bahwa waja’alnakum syu’uban wa qoba ila. Dan aku ciptakan
kehidupanmu dengan suatu sistem kehidupan yang disebut syu’uban dan
qoba ila. ada kehidupan yang disana kita harus berorganisasi,
berkelompok, atau bernegara. Itu adalah sebuah keniscayaan, sebuah
keharusan, dan ilzamiyyah yang memang Al Quran menandaskan seperti
itu.

Untuk apa itu semua, begitu tegas Allah menandaskan li ta’arafu. Itu
adalah saling mengenal, saling melengkapi, saling mengisi, dan saling
memberikan dukungan terhadap kekurangan dan kelebihan masing-
masing. Tetapi disana Allah juga menandaskan, inna akramakum ‘inda
allahi atqokum. Standar kemuliaan seseorang bukan ditentukan oleh
hal-hal yang bersifat status sosialnya.

Manusia memang makhluk sosial tetapi kemuliaan itu tidak ditentukan


oleh status sosial, oleh sandangan yang bersifat kemasyarakatan itu.
Apakah itu yang berkaitan dengan status sosial secara akademik, dari
aspek pendidikannya. Apakah dia seorang profesor, doktor, atau S1 dan
seterusnya atau dia tidak sekolah, bukan semua itu yang menentukan
(kemuliaan).

Begitu pula bukan karena jabatan. Bukan sandangan sosialnya yang


berupa jabatan. Bukan karena dia menjadi apa dan kedudukannya itu apa.
Begitu pula bukan dari kekakayaan. Bukan karena harta yang dimiliki,
miskin atau kaya. Tetapi, hal yang menentukan (kata Allah) adalah inna
akramakum ‘inda allahi atqokum. ‘Inda Allahi, kalau ‘inda an-nass mungkin
bisa. Mungkin orang-orang mengukur sosial dalam kehidupan
bermasyarakat yang dianggap akram itu adalah kecenderungan
masyarakat melihat dari aspek yang berkaitan dengan status-status
sosial. Pangkat-pangkat di kehidupan.

Tetapi inna akramakum ‘inda Allahi atqokum, itu menandaskan bahwa


Allah berbicara pada substansi kemanusiaan. Sesugguhnya manusia itu
nilai akhirnya bukan ditentukan oleh siapa anda, tetapi adalah amal apa,
perbuatan apa, dan perilaku apa, yang anda lakukan di dalam kehidupan
ini.

ٌ‫ﺵﺭ‬ َ ‫ﺵﺭًّﺍ‬
َ ‫ﻑ‬ َ ‫ﻱﺭٌ َﻭﺇِ ْﻥ‬ َ ‫ﻱﺭًﺍ‬
ْ ‫ﻑ َﺥ‬ ْ ‫ﺇِ ْﻥ َﺥ‬

Kalau amal yang anda lakukan itu baik, maka tentu akan membuahkan
sesuatu kebaikan. Tetapi apabila amal yang anda lakukan itu buruk, maka
amal itu akan muncul sebagai sesuatu keburukan di dalam kehidupan ini.

Maasiral Muslimin Rahimakumullah

Kalau kehidupan bersosial itu adalah keniscayaan, maka manusia


membutuhkan negara. Negara atau state dalam bahasa ilmu politik adalah
sesuatu kekuasaan. Dalam kehidupan berkelompok dalam skala yang
besar, maka kita butuh kepada kekuasaan yang kita kumpulkan, menjadi
suatu kekuatan. Masing-masing dari kita ini mempunyai kekuasaan,
kekuatan, dan kedaulatan. Maka kalau di dalam bahasa konstitusi
Indonesia, UUD 45 bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat.

Setiap manusia Indonesia ini mempunyai sebuah kedaulatan. Artinya


kekuasaan yang tidak terbatas, yang bersifat absolut, dan tidak bisa
diganggu gugat. Kekuasan itu tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri,
karena begitu banyak hal di dalam kehidupan kita. Kita tidak mungkin
melakukan itu semua sendiri. Kita butuh listrik, tidak mungkin kita cari
sendiri. Perlu ada yang mengurus, itu namanya organisasi. Organisasi
dalam skala besar adalah negara.

Kita butuh air, tidak mungkin kita mengairi sawah dilakukan dengan
sendirian. Harus ada yang mengatur dan mengelola. Kita perlu ilmu,
pendidikan, itu yang mengatur adalah menteri pendidikan. Sampai kepada
tidak satu pun kehidupan manusia yang bisa kita lakukan dengan otoritas
diri kita sendiri. Tetapi ada kaitan satu dengan yang lain.

Karena ada kaitan satu dengan yang lain, maka yang menjadi kewajiban
kita adalah menyadari bahwa kehidupan bernegara itu menjadi sebuah
keharusan. Tetapi pilihan untuk model negara apa yang kita pilih, sistem
politik apa yang kita pilih, itu adalah sebuah kesepakatan di dalam
kehidupan ini. Dalam bahasa kanjeng Nabi adalah,

‫ِﻡ‬
ْ ‫ﻁﻩ‬ ُ ‫ﺍﻝ ُﻡ ْﺅ ِﻡ ُﻦ ْﻭ َﻥ َﻉ َﻝﻰ‬
ِ ‫ﺵ ُﺭ ْﻭ‬ ْ

Syuruth, as-Syarthu disini difahami sebagai sebuah konsensus. Manusia


dalam kehidupan bermasyarakat itu sangat tergantung kepada
kesepakatan kita. Al-Quran, Hadis, para ulama memberikan prinsip-prinsip
yang secara umum menjadi landasan bagaimana kita harus hidup
bermasyarakat. Tetapi pilihan model negara, sistem politik, itu tergantung
pada komitmen konsensus. Kesepakatan yang kita ambil di dalam
kehidupan bernegara. Indonesia telah sepakat bahwa kita telah
mengambil konsensus sejak negara ini dirikan sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan kepada Pancasila.

Sistem kehidupan ini adalah sebuah perjanjian, kesepakatan, konsensus


nasional yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena itu yang harus kita jaga adalah negara ini. Untuk mencegah
dari himpunan orang-orang yang mengkhianati amanah masyarakat.
Kewajiban masyarakat adalah untuk terus mempunyai kecerdasan politik
yang cukup. Bagaimana memilih seorang pemimpin, bagaimana dia
menggunakan kekuasaan kedaulatannya. Supaya kekuasaan yang kita
serahkan dan amanatkan kepada seseorang, institusi dan lembaga di
dalam negara ini tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan. Kalau
ada penyimpangan dalam kekuasaan pasti akan menyengsarakan kepada
rakyat.

Rakyat yang mempunyai kedaulatan harus mempunyai kecerdasan untuk


mengawal terhadap kekuasaan yang diserahkan itu. Ketika kekuasaan itu
kita serahkan kepada seseorang yang dzalim, fasik, dan tidak memenuhi
terhadap prinsip-prinsip keadilan. Maka yang terjadi adalah kehidupan
masyarakat menjadi kacau dan berantakan.

Dengan tegas para imam dan ulama kita dalam kaidah usul �kih,

‫ﺹ َﻝ َﺡ ِﺔ‬
ْ ‫ﻡ‬ ْ ِ‫ﻁ ﺑ‬
َ ‫ﺎﻝ‬ ٌ ‫ﺕ ِﻪ َﻡ ُﻦ ْﻭ‬
ِ‫ﻱ‬َّ ‫ﻡ َﻉ َﻝﻰ ﺭَ ِﻉ‬
ِ ‫ﻡﺎ‬ ْ ‫ُﻑ‬
َ ‫ﺍﻝِﺈ‬ ُ ّ‫ﺹﺭ‬
َ ‫ﺕ‬
َ

Bahwa bentuk semua kebijakan yang diambil oleh seorang pempimpin


harus senantiasa bisa dipertimbangkan dengan mashlahah dan kebaikan-
kebaikan kehidupan masyarakat itu.

Maasiral Muslimin Rahimakumullah

Sebagai seorang muslim, yang mempunyai pemahaman yang benar


terkait bagaimana kita hidup bernegara dengan baik. Sekaligus kita
mempunyai kemampuan, kita harus ikut serta di dalam mengawal
kekuasaan yang kita mandatkan kepada pemimpin kita ini.

‫ﻱ ِﻪ ِﻡ َﻦ‬
ْ‫ﻑ‬ِ ‫ﻡﺎ‬ ُ ‫ﻱ‬
َ ِ‫ﺎﻙ ْﻡ ﺑ‬ َّ ِ‫ﻲ َﻭﺇ‬ َ ‫ َﻭ َﻥ‬ ‫ﻡ‬
ْ ‫ﻑ َﻉ ِﻦ‬ ،ِ ‫ﻱ‬
ْ‫ﻅ‬ ْ ‫ﺁﻥ‬
ِ ‫ﺍﻝ َﻉ‬ ِ ‫ْﻝﻕ ْﺭ‬ ِ ‫ﺍﻝﻝﻪ ِﻝﻲ َﻭ َﻝ ُﻙ ْﻡ‬
ُ ‫ﻑﻲ ﺍ‬ ُ َ َ‫ﺑَﺎﺭ‬
‫ﻙ‬
‫ﻱﻡ‬
ْ‫ﻙ‬ ْ ِ‫ﺍﻝﺬ ْﻙﺭ‬
ِ ‫ﺍﻝ َﺡ‬ ِّ ‫ْﻝﺂﻱ ِﺔ َﻭ‬
َ ‫ﺍ‬

‫ﻱ ُﻡ‬ ِ ّ‫ﻑ ﺍﻝﺭ‬


ْ ‫َﺡ‬ ٌ ‫ﻡ ﺭَ ُﺅ ْﻭ‬
ٌ‫ﻱ‬ َ ‫ﺕ َﻉﺎﻝﻰ َﺝ َﻭّﺍ ٌﺩ‬
ْ ِ‫ﻙﺭ‬ َّ .
َ ‫ﺇﻥ ُﻪ‬

Pentranskrip: M. Sutan Alambudi

Publisher: Farha Kamalia

Anda mungkin juga menyukai