Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang
sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pembangunan. Sebagai salah satu komponen aliran modal, PMA dianggap sebagai
aliran modal yang relatif stabil dibandingkan dengan aliran modal lainnya,
misalnya investasi portofolio maupun utang luar negeri. Berbagai kebijakan telah
di lakukan oleh pemerintah Indonesia guna untuk mencapai suatu tujuan yaitu
menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera dengan perekonomian yang ada saat
ini, salah satu caranya yaitu dengan investasi (penanaman modal) baik yang
dilakukan oleh investor Domestik maupun investor Asing.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana penyelesaian
sengketa di bidang investasi di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing?
2. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri?
3. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal?
4
BAB II
Pembahasan
5
2. Investasi asing meningkatkan kompetisi di negara tujuan. Masuknya
perusahaan baru dalam sektor yang tidak diperdagangkan (non tradable
sector) meningkatkan output industri dan menurunkan harga domestik,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan.
3. Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar
dengan negara tujuan (investment gap).
6
Penanaman modal (investment), penanaman uang atau modal dalam suatu
usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dari usaha tsb. Investasi sebagai
wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan untuk dapat memelihara atau
menaikkan nilai atau memberikan hasil yang positif.
Pasal 1 angka 2 UUPM meneyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia
yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri, Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri
adalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI (Pasal 1 angka 5 UUPM)
7
itu, ditentukan empat cara dalam penyelesaian sengketa dalam penanaman modal.
Keempat cara itu, antara lain
a. Musyawarah dan mufakat;
b. Arbitrase;
c. Alternatif penyelesaian sengketa; dan
d. Pengadilan.
Penyelesaian dengan musyawarah dan mufakat merupakan cara untuk
mengakhiri sengketa yang timbul antara pemerintah dengan investor domestik,
dimana di dalam penyelesaian itu dilakukan pembahasan bersama dengan maksud
untuk mencapai keputusan dan kesepakatan atas penyelesaian sengketa secara
bersama-sama.
Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase merupakan cara untuk
mengakhiri sengketa dalam penanaman modal antara pemerintah Indonesia
dengan investor domestik, dimana dalam penyelesaian sengketa itu menggunakan
jasa arbiter atau majelis arbiter. Arbiter atau majelis arbiterlah yang
menyelesaikan sengketa penanaman modal tersebut.
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati antara pemerintah Indonesia
dengan investor domestik, yaitu penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Ada lima cara
penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa, yaitu:120
a. konsultasi;
b. negosiasi;
c. mediasi;
d. konsiliasi;
e. penilaian ahli.
Penyelesaian sengeta melalui pengadilan merupakan cara untuk
mengakhiri sengketa yang timbul antar penyelesaian itu dilakukan di muka dan
dihadapan pengadilan. Dan pengadilan lah yang nantinya akan memutuskan
tentang perselisihan tersebut. Ada tiga tingkatan pengadilan yang harus diikuti
oleh salah satu pihak, apakah pemerintah Indonesia atau investor domestik, yaitu
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
8
2. Penyelesaian Sengketa Penanam Modal yang Timbul Antara Pemerintah
dengan Investor Asing
International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID) terdiri atas
9 bab (chapter) dan 75 pasal (artikel). Hal-hal yang diatur dalam ICSID ini,
meliputi:127
a) Chapter I International Centre for the Settlement of Investment Dispute
(ICSID) (Artikel 1 sampai dengan Artikel 24);
b) Chapter II Jurisdiction of the Centre (Artikel 25 sampai dengan Artikel 27);
c) Chapter III Conciliation (Artikel 28 sampai dengan Artikel 35);
d) Chapter IV Arbitration (Artikel 36 sampai dengan Artikel 55);
9
e) Chapter V Replacement and Disqualification of Conciliators and Arbitrator
f) (Artikel 56 sampai dengan Artikel 58);
g) Chapter VI Cost of Procedings (Artikel 59 sampai dengan Artikel 63);
h) Chapter VII Disputes between Contracting States (Artikel 64);
i) Chapter VIII Amandment (Artikel 65 sampai dengan Artikel 66);
j) Chapter IX Final Provisions (Artikel 67 sampai dengan Artikel 75)
Penyelesaian dengan menggunakan arbitrase diatur dalam Artikel 36 sampai
dengan Artikel 55 ICSID. Sementara itu, tata cara pengajuan permohonan sampai
dengan pengambilan putusan disajikan berikut ini:
1. Tata Cara Pengajuan Permohonan Arbitrase
Dalam Artikel 36 ICSID telah ditentukan tata cara pengajuan permohonan
penyelesaian sengketa kepada Centre, melalui forum Arbitrase (Arbitral
tribunals). Dalam ketentuan itu, ditentukan tata cara sebagai berikut:
i. Pengajuan permohonan disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Dewan
Administratif Centre.
ii. Permohonan diajukan secara tertulis,
iii. Permohonan membuat penjelasan tentang:
ü pokok-pokok perselisihan;
ü identitas para pihak; dan
ü mengenai adanya persetujuan mereka mengajukan perselisihan yang timbul
menurut ketentuan Centre.
Setelah menerima permohonan tersebut, Sekretaris Jenderal mendaftar
permohonan, kecuali dia menemukan dalam penjelasan permohonan bahwa
perselisihan yang timbul nyata-nyata berada di luar yuridiksi Centre, Dalam hal
perselisihan yang diajukan berada di luar yuridiksi Centre, Sekretaris Jenderal
menolak untuk mendaftar. Untuk itu, Sekretaris Jenderal membuat dan
menyampaikan penolakan dalam bentuk “pemberitahuan” atau notice kepada para
pihak. Dalam permohonan memenuhi syarat, dan permohonan telah didaftar,
maka Sekretaris Jenderal menyampaikan “pemberitahuan” kepada para pihak dan
salinan permohonan kepada pihak lain.
10
2. Pembentukan Tribunal Arbitrase
Apabila Sekretaris Jenderal telah menerima dan mendaftar permohonan
perselisihan yang diajukan salah satu pihak, Centre harus sesegera mungkin
membentuk Mahkamah Arbitrase (Tribunal Arbitral).Menurut Artikel 37 ayat (2)
ICSID, telah ditentukan pembentukan Mahkamah Arbitrase yang dilakukan
Centre. Mahkamah Arbitrase:
a. boleh hanya terdiri dari seorang arbiter (arbitrator) saja;
b. tetapi boleh juga arbiternya terdiri dari beberapa orang yang jumlahnya ganjil
(any uneven number of arbitrator).
Jika para pihak menyetujui jumlah arbiter yang ditunjuk atau mereka tidak dapat
menerima tata cara penunjukkan yang dilakukan Centre, cara lain penunjukan
arbiter merujuk kepada ketentuan Artikel 37 ayat (2) huruf b ICSID, dengan
acuan penerapan:
a. anggota harus terdiri dari tiga orang arbiter;
b. masing-masing menunjuk seorang arbiter; dan
c. anggota yang ketiga ini, langsung mutlak menjadi ketua (presiden) dari tribunal
arbitrase yang bersangkutan.
11
Satu hal lagi yang perlu diketahui dalam komposisi anggota arbiter, yaitu
mayoritas anggota arbitrase harus ditunjuk dari luar negara peserta Konvensi yang
sedang berselisih. Hal itu ditegaskan dalam Artikel 39 Konvensi. Namun
demikian, ketentuan ini dapat dikesampingkan apabila para pihak menyetujui
bahwa arbiter tunggal ditunjuk dari salah satu negara para pihak atau mereka
setuju mayoritas anggota arbiter dapat ditunjuk dari salah satu negara para pihak.
12
ü Akan tetapi Centre dapat memutus perselisihan berdasar “kepatutan” atau “ex
aequo et bono”, jika hal itu disepakati para pihak dalam perjanjian.
b) Memanggil dan melakukan pemeriksaan setempat
Dalam Artikel 43 ICSID telah ditentukan kewenangan Tribunal. Kewenangan itu
meliputi:
ü memanggil atau meminta pihak-pihak untuk menyerahkan dokumen atau alat
bukti yang dianggap penting,
ü melakukan pemeriksaan setempat atau memeriksa langsung barang, orang, serta
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dianggap patut dan bermanfaat dalam
penyelesaian perselisihan. Kewenangan itu akan gugur jika hal para pihak
menentukan lain dalam perjanjian.
ü Putusan Provisi
Dalam Artikel 47 ICSID telah ditentukan kewenangan dari Centre. Kewenangan
itu adalah menjatuhkan:
1) putusan pendahuluan; atau
2) putusan provisi; maupun
3) tindakan sementara.
Penjatuhan putusan itu didasarkan pada pertimbangan untuk melindungi
dan menghormati hak dan kepentingan salah satu pihak. Dalam tindakan atau
putusan sementara, dapat dimasukkan penyitaan barang-barang yang
disengketakan, agar gugatannya tidak mengalami illusoir dikemudian hari. Bisa
juga pelarangan penjualan atau pemindahan barang, asalkan itu merupakan objek
yang langsung terlibat dalam persetujuan.
13
ü Putusan memuat segala segi permasalahan serta alasan-alasan yang menyangkut
dasar pertimbangan putusan.
c) Setiap anggota arbiter dibenarkan mencantumkan pendapat pribadi (individual
opinion) dalam putusan, meskipun pendapat tersebut berbeda dan menyimpang
dari pendapat mayoritas anggota. Bahkan, boleh juga seorang anggota
mencantumkan suatu pernyataan mengapa dia berbeda pendapat dengan mayoritas
anggota arbiter.
d) Centre tidak boleh memublikasi putusan, tanpa persetujuan para pihak.
14
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
1. Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan suatu usaha yang dilakukan
oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara
dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi
atau jasa;
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri, sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal dalam
negeri adalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau
daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI;
3. Cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam penanaman modal antara
pemerintah dengan investor domestik adalah Musyawarah dan mufakat,
Arbitrase, Alternatif penyelesaian sengketa, dan Pengadilan;
4. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah
dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa
tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para
pihak.
Saran
1. Tingkatkan jumlah Investor Asing dan Domestik untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
2. Sebagai Pengelolah Modal Investor Asing/Domestik diharapkan kita
mampu untuk menjalankan usaha tanpa menimbulkan sengketa/konflik;
3. Dalam hal terjadi suatu sengketa disarankan agar dapat diselesaikan pada
tahap musyawarah dan mufakat agar permasalahan tidak berlangsung
terlalu lama.
15
Daftar Pustaka
https://supardisaminja.wordpress.com/2014/05/30/makalah-kelompok-6/
https://strategihukum.net/prosedur-penyelesaian-sengketa-melalui-arbitrase/
https://evaruth.wordpress.com/2011/05/08/ penanamann-modal-asing-pma/
http://harryhidayat.wordpress.com/2013/06/13/penanaman-modal-dalam-negeri-
pmdn/
16