Anda di halaman 1dari 15

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu penyakit yang berbahaya dan menimbulkan banyak
kematian dan cara penularannya melalui hubungan seksual adalah
sifilis. Sifilis atau yang lebih dikenal dengan sebutan raja singa dapat
menimbukan banyak penyakit komplikasi.
Penyakit sifilis tidak bisa diabaikan, karena merupakan
penyakit berat yang bila tidak terawat dapat menyerang hampir semua
alat tubuh, seperti kerusakan sistem saraf, jantung, tulang, dan otak.
Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat juga menularkan
penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang
bisa menyebabkan penyakit bawaan dan kematian. Bahkan pada sifilis
stadium lanjut terdapat suatu lubang (gumma) yang bisa timbul di
langit-langit mulut. Maka istilah untuk penyakit ini yaitu “raja singa”
sangat tepat karena keganasannya
Selama perjalanan penyakit ini dapat menyerang seluruh organ
tubuh. Selain itu penyakit sifilis ini juga bersifat laten dan kronis, juga
dapat kambuh lagi sewaktu-waktu. Sifilis dimasa lalu, merupakan
salah satu penyakit yang dikatakan dalam masyarakat sebagai
penyakit kutukan karena tubuh penderita akan digrogoti oleh kuman
sifilis ini dan sulit untuk dilakukan pengobatan jika sudah terkena.
Penyebaran dari penyakit sifilis terjadi dengan kontak langsung
dengan penderita salah satunya adalah dengan seks. Orang-orang
yang termasuk rentan untuk penyakit sifilis adalah para pekerja seks
seperti gigolo dan wanita pekerja seks, namun tidak menutup
kemungkinan juga pada orang yang sering bergonta-ganti pasangan.
Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir,
dilaporkan 53.000 kasus pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992
113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis primer dan sekunder
meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466 kasus
dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and

1
Prevention.Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi pada pria,
terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain.
Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari
80% kasus yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit sifilis.
2. Untuk mengetahui tentang epidemiologi dan etiologi penyakit
sifilis.
3. Untuk mengetahui tentang proses pathogenesis penyakit
sifilis.
4. Untuk mengetahui tentang gejala penyakit sifilis.
5. Untuk mengetahui tentang diagnosis dan pemeriksaan
penyakit sifilis.
6. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan penyakit sifilis.
7. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit sifilis

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui tentang epidemiologi dan etiologi penyakit
sifilis.
2. Untuk mengetahui tentang penyakit sifilis.
3. Untuk mengetahui tentang proses pathogenesis penyakit sifilis.
4. Untuk mengetahui tentang gejala penyakit sifilis.
5. Untuk mengetahui tentang diagnosis dan pemeriksaan penyakit
sifilis.
6. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan penyakit sifilis.
7. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit sifilis.

2
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit
tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat
Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat
akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat
dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis
dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal.
dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik,
bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.
Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema palidum dengan
perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan aksaserbasi, dapat
menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular,
otak, dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis kongenital.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
sifilis adalah penyakit infeksi yang dapat digolongkan Penyakit
Menular Seksual (PMS), yang disebabkan oleh Treponema
palidium, yang bersifat kronis dan bekerja secara sistemik.

3
2.2 Etiologi
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema
Pallidum termasuk ordo Spirochaeta, famili Treponemetoceae yang
berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar
0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan
nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi.
Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen,
sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan
dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari
tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar
(Soedarto, 1990). Sifilis ini juga dapat menular melalui hubungan
seksual dengan penderita sifilis. Kontak kilit dengan lesi yang
mengandung T. pallidumjuga akan menularkan penyakit sifilis.

2.3 Epidemiologi
Asal penyakit tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal
di Eropa. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18
baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual.
Pada abad ke-15 terjadiwabah di Eropa. Sesudah tahun 1860,
morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian
sifilis meningkat dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun
setelah itu.
Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang
terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang,
dan yang langka ialah sifilis stadium II.

4
2.4 Patogenesis/Patofisiologi
1. Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke
dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui
senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi
dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-
sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil
berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang.
Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi
endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis
obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I
terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang
menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi
jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan
sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang
jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh
berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu
menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T. pallidum gagal
diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi
dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.

2. Stadium Lanjut
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema
dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler
dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan
sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan
gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak
memberi gejala.

5
2.5 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu
setelah terinfeksi; rata-rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama
bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung,
kerusakan otak maupun kematian
1. Sifilis primer
Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh
Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada
tempat sesudah masuknyaTreponema pallidum. Papula segera
berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol
yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat
ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama
terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar
regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi
Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular, chancre
extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis
primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 – 6
minggur dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita
yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis
sekunder.
2. Sifilis Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2–10 minggu setelah chancre sembuh.
Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi
ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh
yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat
juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina,
terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu–abu putih sampai
eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat
ditemukan pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari
sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan,
nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri

6
tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh
sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga,
meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan
oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS),
tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis
laten.
b. Sifilis tersier
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun – tahun sejak sesudah
gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai
menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis,
kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi
berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai
kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi
aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan
syaraf pusat (neurosifilis ).
2.6 Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada
seluruh tubuh.Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi
wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil.Pengobatan dapat
membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
2.7 Pencegahan Sekunder, Tersier, Dan Primer
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan factor pendukung atau kondisi yang memungkinkan,
antara lain : fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau,
factor dukungan (support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat,
petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung peraktek
pencegahan penyakit menularseksual.
Pencegahan penyakit menular seksual antara lain :

7
1. Pencegahan primer.
Kegiatan yang dilakukan pada saat seseorang sehat dan
bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dengan memelihara
kesehatan, Tingkat pencegahan dengan cara melakukan upaya
sebelum suatu penyakit terjadi, meliputi: Tidak berganti-ganti
pasangan, tidak melakukan hubungan seksual baik vagina, anal dan
oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang
100% efektif untuk pencegahan, selalu menggunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual, menghindari
penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang
sudah terinfeksi, selalu menjaga kebersihan alat kelamin, segera
memeriksakan dari serta melakukan konseling ke dokter atau petugas
kesehatan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular
seksual, meliputi : rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau
berhubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah,
pengeluaran lender pada vagina/ alat kelamin, keputihan berwarna
putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat
kelamin atau sekitarnya, keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau
busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan
seks, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat
kelamin.
2. Pencegahan sekunder.
Tingkat pencegahan dengan cara melakukan deteksi dini
penyakit pada saat penyakit tersebut belum menampakkan gejala-
gejala yang khas, sehingga pengobatan dini masih mampu
menghentikan perjalanan penyakit yang lebih lanjut, meliputi: Adanya
siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi, peningkatan pengetahuan
tentang penyakit menular seksual melalui penyuluhan dari dinas
kesehatan.

8
3. Pencegahan tersier.
Usaha untuk meminimalisasi efek penyakit jangka panjang dengan
intervensi yang ditujuan pada pencegahan komplikasi dan
perburukanmeliputi:
1. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi
2. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada
wanita pekerja seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja
seksual.
2.8 Penatalaksanaan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bahaya PMS dan komplikasi.
2. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.
3. Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks
bebasnya.
4. Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom
jika tidak dapat dihindarkan lagi.
5. Pentingnya personal hiegines khususnya pada alat kelamin.
6. Menghindari PMS dimasa mendatang.
Sifilis primer dan sekunder
1. Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan
diberikan 1 x seminggu
2. Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi
IM sehari selama 10 hari.
3. Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8
juta unit, diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.

9
2.9 Pronogis
Prognosis sifilis menjadi lebih baik setelah ditemukannya
penisilin. Jika penisilin tidak diobati, maka hampir seperempatnya
akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis
kardiovaskuler, neurosifilis, dan 23% akan meninggal.
Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai
95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran
kelenjar getah bening akan menetap berminggu-minggu.
Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh
klinis umumnya terjadi setahun setelah terapi berupa lesi menular
pada mulut, tenggorokan, dan regio perianal. Selain itu, terdapat
kambuh serologik.
Pada sifilis laten lanjut, prognosis baik. Pada sifilis
kardiovaskuler, prognosis sukar ditentukan. Prognosis pada
neurosifilis bergantung pada tempat dan derajat kerusakan.
Sel saraf yang sudah rusak bersifat irreversible. Prognosis
neurosifilis pada sifilis dini baik, angka penyembuhan dapat mencapai
100%. Neurosifilis asimtomatik pada stadium lanjut juga baik, kurang
dari 1% memerlukan terapi ulang Prognosis sifilis kongenital dini
baik. Pada yang lanjut, prognosis tergantung pada kerusakan yang
sudah ada.

10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sifilis disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum setelah
suatu periode inkubasi beberapa minggu. Insiden sifilis di Amerika
Serikat meningkat dan menimbulkan akibat yang serius selama masa
hamil.
Pemeriksaan serologi tidak spesifik yang digunaan untuk
tujuan skrining, terdiri dari dua tipe, yakni komplemen dan flokulasi.
Hasil pemeriksaan VDRL positif baru dapat dilihat pada hari ke-10
sampai ke-90 setelah infeksi.
Pemeriksaan spesifik adanya antigen treponema lebih mahal
dan digunaan untuk diagnosis banding. Penisilin lebih dipilih untuk
pengobatan sifilis. Pada individu yang alergi terhadap penisilin.,
pilihan lain mencakup tetrasiklin atau doksisiklin, eritromisin dan
seftriakson. Tetrasiklin dikontraindikasikan pada kehamilan karena
efek obat-obatan itu pada fungsi hati ibu dan pada perubahan warna
gigi, seta penurunan pertumbuhan tulang pada janin.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak memiliki
kekurangan dan diharapkan Bapak/Ibu Dosen serta yang membaca
dapat memberikan masukan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Djuanda, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV.
Jakarta.
A. Price Silvia dan Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi. Edisi VI.
Jakarta: EGC
Http, Kuliah Itu keren. Blogspot. Com. 2015. Sifilis kongenital. Google.
Http, Askep, Askeb. Blogspot. Com. 2015. Google.

12
LAMPIRAN

Gambar 1 Kencing nanah

Gambar 2 primaria

13
Gambar 3 Conginita

Gambar 4 primaria

14
15

Anda mungkin juga menyukai