Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Februari 2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

GANGGUAN BIPOLAR

Siti Nurazizah
10542 0533 13

Pembimbing :
dr. Hawaidah, Sp.KJ (K)

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Siti Nurazizah


Stambuk : 10542 0533 13
Judul Refarat : Gangguan Bipolar

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Februari 2018

Pembimbing

dr. Hawaidah, Sp.KJ (K)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya
serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan Refarat dengan judul Gangguan Bipolar. Tugas ini ditulis
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas refarat, Namun berkat
bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis juga sampaikan terima kasih banyak kepada dr. Hawaidah, Sp.KJ
(K), selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan
sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan
tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari yang diharapkan
oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.

Makassar, Februari 2018

Siti Nurazizah

2
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat
bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim
dapat menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.1,2
Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan dengan gangguan
depresi berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2% sama dengan
prevalensi skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama. Onset gangguan bipolar
adalah dari masa anak-anak (usia 5 -6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang
terkena adalah usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.1,2

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Gangguan bipolar disebabkan oleh
berbagai macam faktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan
gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh
masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan
berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.2-4
B. Prevalensi
Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2% lebih besar dari
prevalensi skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset
gangguan bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5 - 6 tahun) sampai 50 tahun atau
lebih. Rata-rata usia yang terkena adalah usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung
mengenai semua ras.1,2
Riwayat keluarga positif sebesar 60 -65%. Episode yang seringkali muncul
pada laki- laki adalah episode mania dan sebaliknya pada perempuan, episode
pertama kali adalah episode depresi.
C. Etiologi

Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita suatu
gangguan mood menurun saat derajat hubungan kekeluargaan melebar. Sebagai
contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada
sanak saudara derajat pertama. Penurunan gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh
fakta bahwa kira-kira 50 persen pasien gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu
orangtua dengan suatu gangguan mood, paling sering gangguan depresi berat. Jika
satu orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 25 persen bahwa
anaknya menderita suatu gangguan mood. Jika kedua orangtua menderita gangguan
bipolar, terdapat kemungkinan 50-75 persen anaknya menderita gangguan mood.2-4
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar
dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari

4
kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah
diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22-q23, dan 21q22. Yang
menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21)
beresiko rendah menderita Gangguan bipolar.2-4
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar,
peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmitter dengan Gangguan bipolar.
Neurotransmitter tersebut adalah dopamine, serotonin, noradrenalin. Gen-gen yang
berhubungan dengan neurotransmitter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang
mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, cathecol-
ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT). Penelitian terbaru
menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu gen yang
mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin
yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis, dan perlindungan
neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF
terletak pada kromosom 11p13. Terdapat tiga penelitian yang mencari tahu hubungan
antara BDNF dengan Gangguan bipolar dan hasilnya positif.2-4
Faktor Biologis
Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui
pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography
(PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada
korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen
Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdale dan
hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus merupakan bagian dari
otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada
otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran
myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi
antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi
antar saraf tidak berjalan lancar.2-4
Faktor Lingkungan
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting
dalam Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan
pada kehidupan psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh

5
faktor lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar
dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan
lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin
termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir
perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih
tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor
eksternal.2-4
Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan
episode mania.2-4
D. Episode Bipolar
Episode manik/mania
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang
elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala
berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu :4,5
- Grandiositas atau percaya diri berlebihan
- Berkurangnya kebutuhan tidur
- Cepat dan banyaknya pembicaraan (logorea)
- Lompatan gagasan atau pikiran berlomba (flight of ideas)
- Perhatian mudah teralih
- Peningkatan sosial dan hiperaktivitas psikomotor
- Meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
- Peningkatan aktivitas berbahaya (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang)
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengan penderitaan, gambaran
psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya Gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa
pasien hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi.
Pasien hipomania tidak memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku
atau pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi.4,5
Hipomania
Hipomania ialah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang kelainan
suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu menetap dan menonjol sehingga
tidak dapat dimasukkan dalam siklotimia, namun tidak disertai halusinasi atau

6
waham. Yang ada ialah peningkatan ringan dari suasana perasaan (mood) yang
menetap (sekurang-kurangnya selama beberapa hari berturut-turut), peningkatan
energi dan aktivitas, dan biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan efisiensi
baik fisik maupun mental. Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul,
bercakap, keakraban yang berlebihan, peningkatan enersi seksual, dan pengurangan
kebutuhan tidur, namun tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat dalam
pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergaulan sosial
euforik, meskipun kadang-kadang lekas marah, sombong, dan perilaku yang tidak
sopan dan mengesalkan (bualan dan lawakan murah yang berlebihan).
Konsentrasi dan perhatiannya dapat mengalami hendaya, sehingga kurang bisa
duduk dengan tenang untuk bekerja, atau bersantai dan menikmati hiburan; tetapi ini
tidak dapat mencegah timbulnya minat dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat agak
suka menghamburkan uang.4,5
Episode Depresi
Pada semua tiga variasi dari episode depresi khas yang tercantum di bawah ini
: ringan, sedang, dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood)
yang depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada
rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang;
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
ringan sekali pun);
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
f. Tidur terganggu;
g. Nafsu makan berkurang.4.5
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang
terjadi secara bersamaan, Misalnya mood tereksitasi (lebih sering mood disforik),
iritabel, marah, serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri,
insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-
kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan

7
untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan
mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan.4,5
Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode - depresi,
hipomania, atau mania - dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang
mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan
interpersonal atau pekerjaan.4,5
Siklus Ultra Cepat
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam
beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia
dan sangat sulit diatasi.4,5
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling
sering yaitu 4,5

o Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)


o Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham
nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi
dengan mood. Pasien dengan gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia.
Ciri psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan
Gangguan bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk
seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara gangguan mood dan
gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-
ciri psikotik yang memiliki penerapan terapi yang penting, pasien dengan symptom
psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan atau
anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan
perbaikan klinis.4,5
E. Kriteria
Berdasarkan DSM-IV, Gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria :6
 Gangguan bipolar I
Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan hipomanik tidak
diperlukan untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

8
 Gangguan bipolar II
Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor tanpa
episode manik.
 Siklotimia
Adalah bentuk ringan dari Gangguan bipolar. Terdapat episode hipomania dan depresi
yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.
 Gangguan bipolar YTT
 Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria Gangguan bipolar I
dan II. Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu sedikit
sehingga tidak dapat didiagnosa Gangguan bipolar I dan II.6
PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode
kini yang dialami penderita.

Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)


F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

F. Diagnosis
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari
keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan criteria yang terdapat
dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi symptom Gangguan bipolar adalah The Structured clinical Interview
for DSM-IV (SCID). The Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan
untuk mengidentifikasi symptom sesuai dengan ICD-10.4,6
Pembagian menurut DSM-IV :

9
Gangguan mood bipolar I
 Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal
A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat depresi
mayor sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
A. Saat ini dalam episode manik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang
tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif
dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan
waham, atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum

10
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau
hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
 Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
A. Criteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.

11
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
Ganggguan Mood Bipolar II
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu
episode hipomanik.
Gangguan Siklotimia

A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-gejala
hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak
memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja
durasinya paling sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala
pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua
tahun Gangguan tersebut.
Catatan : setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan
manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat
dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia
dapat ditegakkan).
D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih
dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan
psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum.
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan atau aspek fungsi
penting lainnya.
Pembagian menurut PPDGJ III
F31 Gangguan Afek bipolar
 Gangguan ini bersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode)
dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan

12
energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada
penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan
tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang
melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu
seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental
lainnya (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).7
 Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif.
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30).
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik ,
depresif, atau campuran) di masa lampau.7
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik
(F30.1); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau.7
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau.7
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan
(F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.7
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.7

13
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran dimasa lampau.7
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania
dan depresif yang sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode
penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu);
dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.7
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
 Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-
kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).7
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
Gangguan Bipolar pada Anak-anak
Kebanyakan kasus gangguan bipolar didiagnosis pada usia dewasa, tetapi penelitian
membuktikan bahwa sebagian anak yang didiagnosa dengan depresi sebenarnya
menderita gangguan bipolar. Anak-anak dengan gangguan bipolar sebaiknya tidak
diberikan “label” tertentu yang dapat membuat mereka terhindar dari pergaulannya.
Anak-anak tersebut juga beresiko tinggi menderita gangguan kecemasan dan juga
Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD).7
G. Penatalaksanaan
Farmakoterapi Pada Gangguan Bipolar
Sehingga ke masa ini masih belum ada yang sudah pengobatan untuk bipolar
yang tuntas. Tetapi harus ia dapat mengontrol mood mereka dan gejala yang
berkaitan. Oleh kerna penyakit bipolar bisa menyebabkan rekurensi ia
menyebakan pengobatannya berlaku sepanjang hayat. Bipolar merupakan

14
penyakit yang memerlukan pengobatan jangka masa panjang, walaupun pasien
merasakan sudah sembuh. pengobatan haruslah di atur oleh psikater. Pasien juga
bias mendapat tim perawatan yang terdiri dari psikolog, pekerja sosial, perawat
psikater. Perawatan primer yang bisa berupa dalam bentuk obat, konseling
peribadi, keluarga atau kelompok. Atau bisa juga edukasi dan support grup.9,10
Paramedis mungkin akan mengambil langkah untuk merawat inapkan pasien
dengan indikasi jika pasien bertingkah berbahaya, atau pasien ingin bunuh diri
atau menjadi psikotik. Obat yang digunakan adalah obat yang berguna untuk
menstabilkan mood dengan segera. Apabila gejala telah membaik dan bisa
dikontrol, psikiater akan mencoba pengobatan yang terbaik untuk jangka masa
yang panjang.9,10
Pengobatan rumatan digunakan untuk mencegah penyakit bipolar dalam
jangka yang panjang. Pasien yang tidak patuh pada pengobatan rumatan akan
relaps dan timbul gejala bipolar atau akan timbul perubahan mood yang minor dan
bisa berganti dengan episode depresi dan episode mania yang lengkap. Jika pasien
mempunyai masalah penyalahgunaan zat atau alkohol, pengobatannya juga akan
berbeda karena harus memperbaiki keadaan penyalahgunaan zat. Jika tidak,
pengobatan akan menjadi lebih sulit karena pengobatan harus memperkirakan zat
yang disalahgunakan.9,10
Pengobatan bipolar adalah termasuk menstabilkan mood pasien agar tidak
berada dikutub mood yaitu episode mania dan episode depresi. Oleh karena itu
mood stabilizer diperlukan dalam pengobatan, dan juga pengobatan yang dapat
meghilangkan anxietas dan depresi. Berikut adalah obat-obatan yang dapat
digunakan pada gangguan bipolar :9,10

Lithium
Lithium (lithobid) adalah merupakan obat yang efektif dalam menstabilkan
mood dan mencegah pasien berada di episode mania dan episode depresi , dan ia
juga digunakan sejak sekian lama. Lithium digunakan pada pengobatan bipolar
pada kebiasaannya. Pada umumnya ia merupakan pengobatan lini pertama untuk
pengobatan bipolar. Lithium (escalith atau lithobid) merupakan mood stabilizer
yang pertama yang diluluskan oleh FDA di tahun 1970 untuk pengobatan episode
mania. Penggunaan litium ini begitu efektif dalam mengawal symptom episode
manik dan mencegah terjadinya rekuren episode manik dan episode depresi.

15
Penggunaan lithium haruslah disertai dengan pemeriksaan darah rutin karena
pengunaan litihium pada jangka panjang bisa menyebabkan kegagalan ginjal dan
masalah tiroid.4,9,10
Farmakologi
Sejumlah kecil lithium terikat dengan protein. Lithium diekskresikan dalam
bentuk utuh hanya melalui ginjal.
Indikasi

Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi
rumatan GB.9,12
Dosis
Respons lithium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan mentitrasi
dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L.
Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk
mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan terapi rumatan.
Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEq/L. Dosis kecil dari 0,4
mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas litium
dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.9,10,12
Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan
ensefalopati dapat pula terjadi akibat lithium. Neurotoksisitas bersifat irreversible.
Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi misalnya,
ataksia, deficit memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi intoksikasi
litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat merusak tubulus ginjal.
Faktor resiko kerusakan ginjal adalah intoksikasi litium, polifarmasi dan adanya
penyakit fisik yang lainnya. Pasien yang mengkonsumsi litium dapat mengalami
poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak meminum air.9,12
Pemeriksaan laboratorium
Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi
tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di atas 40
tahun, pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3
bulan dan fungsi tiroid dalam enam bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi
ginjal dan tiroid diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila ada indikasi.9,12

16
Wanita hamil
Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi janin.
Kejadiannya meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini.
Wanita dengan GB yang derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat
melanjutkan litium selama kehamilan bila ada indikasi klinis. Kadar litium
darahnya harus dipantau dengan seksama. Pemeriksaan USG untuk memantau
janin, harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita tersebut harus disupervisi
oleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum kehamilan terjadi, risiko litium
terhadap janin dan efek putus litium terhadap ibu harus didiskusikan.4
Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai
antimania. Asam valproat atau divaproex (depatoke) diluluskan oleh FDA pada
tahun 1995 dignakan untuk mengobati mania, ia merupakan pengobatan yang
popular karena bisa mengantikan litium untuk pengobatan bipolar karena ia juga
berfungsi sebagai mood stabilizer. Dari segi efektifitas asam valproat juga sama
efektif dengan menggunaan lithium. Valproat tersedia dalam bentuk :9,10,2
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan sodium
valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut yang
dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari
2. Preparat intravena
3. Preparat sipusitoria
Farmakologi
Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral.
Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam dua
jam sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam. Awitan absorbsi divalproat
lepas lambat lebih cepat bila dibandingkan dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi
lambat bila obat diminum bersamaan dengan makanan. Ikatan valproat dengan
protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet
mengandung tinggi lemak.9,12

17
Dosis
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam serum
berkisar antara 45 -125 mg/mL. Untuk GB II dan siklotimia diperlukan divalproat
dengan konsentrasi plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan
15-20 mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga
mencapai konsentrasi serum 45- 125 mg/mL. Efek samping, misalnya sedasi,
peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi
bila konsentrasi serum > 100 mg/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi valproat
dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 mg/mL.9,10,12
Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi
rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus
cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.9,12
Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya
anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim
transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal
pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu.
Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam valproat
dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium divalproat.9,12
Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat
kanal Na+. itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.4,9,10
Farmakokinetik
Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati sawar otak
dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin
dieksresikan dalam bentuk utuh.9,12
Indikasi
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun
rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.9,12

18
Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk
kemerahan di kulit.9,12
Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif
sebagai terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut
adalah olanzapin, risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.4,9,12
Risperidon
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.9,12
Absorbsi
Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme
oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.9,12
Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet
dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat
dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan
4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan untuk
terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa atau orang tua
adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak berespons dengan 25 mg, dosis dapat
dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua minggu.9,10,12
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan.10,11
Efek Samping
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan,
berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon
bila dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara
bermakna dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan
retensi urin, dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara.
Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian
risperidon.9,12

19
Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap
dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin
1(H1), dan a1- adrenergik.4,9,12
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan
campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.9,12
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.9,10,12
Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa
lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan
tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2
relatif tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini
dapat diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet
dan latihan fisik.9,12
Quetiapin
Berfungsi untuk mengurangkan simptom episode manik yang sudah berat dan
episode manik yang datang dengan tiba-tiba. Quetiapin merupakan suatu derivat
dibenzotiazepin yang bekerja sebagai antagonis 5-HT1A dan 5 -HT2A, dopamin
D1, D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik a1 dan a2. Afinitasnya rendah
terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.9,12
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia
dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg,
dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia
quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.9,10,12
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus
cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.9,12
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek
samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya
waktu. Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak

20
menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila
dibandingkan dengan antipsikotika tipik.9,12
Aripiprazol
Seperti olanzapine, aripiprazol juga dipakai untuk pengobatan antipiskotik
dengan episode campuran dan episode manik. Aripiprazole juga digunakan untuk
pengobatan rumatan penyakit bipolar, dan mempunyai sediaan injeksi yang digunakan
sebagai usaha dalam penatalaksanaan pada saat darurat. Ia juga digunakan pada
episode manik yang datang dengan tiba-tiba dan juga pada keadaan manik yang berat.
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.4,9,12
Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas
sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, a1-adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin
reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.9,12
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis
efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu
antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan
akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa
dosis awal 5 mg dapat meningkatkan tolerabilitas.9,10,12
Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia
juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi
tambahan pada GB I, episode depresi.9,12
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual merupakan
kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelompok yang
mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara
bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat
mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian pengobatan.
Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan berat badan dan diabetes melitus
pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak
dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan interval QTc.9,12

21
Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya
harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi
hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania,
antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan
antipsikotika atipik. Tergantung pada simptom dokter yang merawat mungkin akan
merekomendasikan pasien untuk mengunakan anti depresan. Pada beberapa pasien
yang menderita gangguan bipolar, obat anti depresan juga bisa menyebabkan
tercetusnya episode manik. Dengan itu dokter yang merawat akan merekomendasikan
juga pengobatan dengan kombinasi mood stabilizer dan hal ini tidak menjadi satu
masalah. Efek samping anti depresan yang sering adalah penurunan kegairahan sex
dan masalah untuk mencapai orgasme. Anti depresan generasi terdahulu yang terdiri
dari trisiklik dan inhibitor MAO juga bisa menyebabkan efek samping yang
berbahaya dan membutuhkan monitoring pengobatan yang rutin. Fluoxetine (Prozac),
paroxetine (paxil), sertraline (Zoloft) dan bupropion (wellbutrin) adalah contoh anti
depresan yang digunakan untuk pengobatan kelainan bipolar.13
Symbyax
Pengobatan symbyax ini terdiri dari dari kombinasi antidepresan fluoxetine
dan atipsikotik olanzepin. Ia berfungsi sebagai penggobatan depresi dan penstabil
mood/mood stabilizer. Symbyax juga teah diluluskan oleh FDA terutama pada
pengobatan bipolar. Efek samping symbyax termasuk peningkatan berat badan,
pusing dan peningkatan nafsu makan Obat ini juga dapat menyebabkan masalah
seksual mirip dengan yang disebabkan oleh antidepresan.13
Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan suatu obat anti anxietas, dimana ia berfungsi untuk
mengurangkan anxietas dan memperbaiki kualitas tidur. Contoh obat golongan
benzodiazepin termasuk clonezepam (klonopin), lorazepam (ativan), diazepam
(valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprozolam (niravam, xanax).
Benzodiazepin pada umumnya digunakan untuk mengurangkan anxietas hanya pada
jangka waktu yang pendek. Efek samping benzodiazepine antaranya pusing,
penurunan koodinasi otot, masalah keseimbangan dan memori.9-12

22
Mencari pengobatan yang sesuai
Pada umumnya pengobatan harus sentiasa dimonitor oleh dokter dan perawat
dan distribusi terapi dengan obat haruslah diawasi oleh dokter yang merawat. Ini
bertujuan untuk mengevaluasi antara gagal dan berhasilnya terapi tersebut. Selain
untuk menilai pengobatan mana yang paling berhasil, monitoring juga berfungsi
untuk mengurangkan simptom dan menghindari efek samping yang disebabkan oleh
obat-obatan tertentu. Jika terjadi efek samping yang menggangu kehidupan atau
aktifitas sehari-hari, maka pasien haruslah berkonsultasi dengan dokter yang merawat
agar bisa menggantikan obat yang tidak memiliki efek samping atau efek samping
yang lebih rendah. Untuk menilai keberhasilan pengobatan dokter yang merawat
haruslah memiliki grafik dan catatan untuk simptom mood, pengobatan, pola tidur,
dan peristiwa dalam kehidupan yang bisa membantu dokter menilai pengobatan. 12
Pengobatan ketika dalam tempoh kehamilan
Banyak obat-obatan yang digunakan pada terapi ganngguan bipolar bisa
menyebabakan defek kongenital pada janin. Pada wanita hamil, menjalani terapi
farmakologi merupakan satu cobaan yang sukar untuk para psikater. Dokter yang
merawat haruslah mempertimbangkan pengobatan dan resiko pada janin, namun jika
terapi obat-obatan dihentikan, ia dapat menyebabkan simptom bipolar timbul ketika
usia kehamilan masih berjalan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa penggunaan
lithium bersifat aman, namun ada juga penelitian yang mengatakan ia bisa
membahayakan janin di dalam kandungan. Dan kebanyakkan obat-obatan untuk
gangguan bipolar bisa menebusi ASI. Dengan itu regimen pengobatan yang lebih
ketat haruslah di lakukan. 4,11
Berikut merupakan efek samping pengobatan pada wanita yang sedang hamil :
 Asam valproate mempunyai resiko kepada fetus dan mempengaruhi
perkembangan anak tersebut.
 Carbamazepine mempunyai limitasi dalam efektifitas dan mempunyai resiko
membahayakan fetus.
 Lithium mempunyai resiko kepada bayi seperti masalah jantung.
 Iamotrigine mempunyai risko membahayakan fetus.
 Paroxetine memiliki reskio kepada fetus seperti masalah kadiovaskular
malformation.
 Penggunanaan jangka masa panjang benzodiazepine bisa menyebabkan masalah
kepada anak seperti cleft plate dan floppy baby syndrome.
23
Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut Pada Gangguan Bipolar3,12
Lini 1
Terapi:
- Injeksi IM aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada pasien dengan episode
mania atau campuran akut. Dosis adalah 9,75 mg/injeksi. Dosis maksimum adalah
29,25 mg/hari (tiga kali injeksi perhari dengan interval dua jam). Berespon dalam 45-
60 menit.3,12
- Injeksi IM olanzapin efektif untuk agitasi pada pasien dengan episode mania atau
campuran akut. Dosis 10 mg/injeksi. Dosis maksimum adalah 30 mg/hari. Berespon
dalam 15-30 menit. Interval pengulangan injeksi adalah dua jam. Sebanyak 90%
pasien menerima hanya satu kali injeksi dalam 24 jam pertama. Injeksi lorazepam 2
mg/injeksi. Dosis maksimum Lorazepam 4 mg/hari. Dapat diberikan bersamaan
dengan injeksi IM Aripiprazol atau Olanzapin. Jangan dicampur dalam satu jarum
suntik karena mengganggu stabilitas antipsikotika.
Lini 2
Terapi:
- Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah 30 menit. Dosis
maksimum adalah 15 mg/hari.
- Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dapat diberikan bersamaan dengan
injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik.
Penatalaksanaan Terapi Farmakologi Pada Mania Akut3,12
Lini 1
Terapi:
- Litium, diivalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol, litium
atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin, litium atau divalproat
+ olanzapin, litium atau divalproat + aripiprazol.3,12
Lini 2
Terapi:
- Karbamazepin, Terapi Kejang Listrik (TKL), litium + divalproat, paripalidon
Lini 3
Terapi:
- Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litium +karbamazepin,
klozapin

24
Tabel 1. Algoritma Terapi Mania Akut pada Gangguan Bipolar

25
Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar 1 3,12

Lini 1
Terapi:
- Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin, litium atau divalproat
+ quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang (RIJP), penambahan RIJP, aripiprazol
Lini 2
Terapi:
- Karbamazepin, litium +divalproat, litium + karbamazepine, litium + divalproat +
olanzapin, litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin + fluoksetin
Lini 3

Terapi:
- Penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan ECT, penambahan
topiramat, penambahan asam lemak omega-3, penambahan okskarbazepin
Obat-obatan yang tidak direkomendasikan:
- Gabapentin, topiramat atau antidepresan monoterapi.3,12
Rekomendasi Terapi Rumatan pada Gangguan Bipolar II 3,12
Lini 1
Terapi:
- Litium, lamotrigin
Lini 2
Terapi:
- Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik + antidepresan, kombinasi
dua dari: litium, lamotrigin, divalproat, atau antipsikotika atipik.3,12
Lini 3
Terapi:
- Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT
Obat-obatan yamg tidak dianjurkan:
- Gabapentin.
Intervensi Psikososial
Penyuluhan Psikososial
Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode
manik akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar.7

26
 Penjelasan : gangguan bipolar ialah suatu keadaan alam perasaan yang ekstrim
dimana dapat merasa sangat depresi, lemah, lesu kemudian beralih pada keadaan
energik, sangat semangat.
 Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan dalam waktu
1 hari yang dapat terjadi marah, sensitif dan kesenangan yang berlebihan .
 Penting untuk mengatur pola tidur yang normal (contohnya waktu saatnya tidur
yang sama, mencoba untuk tidur dalam kuantitas yang sama sebelum sakit serta
hindari kebutuhan tidur yang berlebihan dari biasanya).
 Kekambuhan perlu dicegah dengan mengenali gejala, seperti berkurangnya waktu
tidur, menghabiskan uang atau merasa lebih enegik dari biasanya dan segera
mulai terapi jika hal tersebut terjadi.
 Pasien yang berada dalam keadaan manik tidak sadar akan penyakit yang sedang
dideritanya dan merasa hebat serta energi yang meluap-luap, jadi pengasuh sangat
perlu menjadi bagian dalam upaya pencegahan.
 Hindari penggunaan alkohol maupun zat psikoaktif
 Perubahan gaya hidup sebaiknya terus dilanjutkan dan perlu diupayakan serta
direncanakan
 Pasien harus diberikan semangat untuk mencari dukungan setelah kejadian yang
menyedihkan dan mebicarakannya pada keluarga dan sahabat.
 Perencanaan untuk kembali bekerja atau bersekolah yang dapat menghindari
pengurangan waktu tidur, memperbaiki hubungan dukungan sosial, berdiskusi
serta meminta pendapat tentang keputusan penting misalnya tentang uang atau
keputusan penting lainnya)
 Kesehatan fisik, sosial, jiwa anggota keluarga juga patut diperhatikan.
 Bangun kepercayaan: rasa percaya antara pasien dan staf perawat memegang
peranan penting dalam perawatan pasien dengan gangguan bipolar, dimana
hubungan saling percaya secara medis ikut membantu pemulihan pasien secara
simultan.
Membangun hubungan sosial
 Mencari tahu kegiatan pasien, yang jika dianjurkan dapat mebantu secara
langsung maupun tidak langsung dukungan psikososial (contohnya pertemuan
keluarga, bepergian bersama teman, mengunjungi tetangga, berolahraga).

27
 Secara aktif memberi semangat kepada pasien untuk memulai kembali segala
kegiatan sosial yang pernah dijalaninya serta menasehati keluarga pasien tentang
ini.7
Rehabilitation
 Memfasilitasi kesempatan kepada pasien dan perawatnya untuk berpartisipasi
dalam kegitan ekonomi, pendidikan serta kesenian di lingkungannya baik secara
formal maupun informal.
 Menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sulit dalam usaha untuk
mencari pekerjaan yang baik.7
Follow-up
 Follow yang berkesinambungan wajib diperlukan. Tingkat kekambuhannya
tinggi dan pasien yang berada dalam keadaan manik seringkali tidak sadar untuk
mencari pengobatan bagi dirinya, jadi pengobatan serta perawatan yang tidak
dilakukan secara bersamaan sangat merugikan pada saat tertentu
 Pada setiap follow up, gejala serta efek samping dari pengobatan dan kebutuhan
akan intervensi psikososial perlu dicantumkan.
 Pasien dengan gangguan manik sebaiknya melakukan evaluasi secara berkala.
Evaluasi harus lebih sering sampai episode manik berakhir.
 Kumpulkan informasi mengenai penyakit serta terapi dari pasien dan perawatnya,
khususnya yang tentang gejala dan tanda serta pengelolaan terapi secara
bersamaan, saat hilangnya gejala. Jika pasien tidak memiliki perawat yang
merawatnya amak pemeriksaan dilakukan secara berkala, diusahakan merekrut
seorang perawat, idealnya yang berasal dari lingkungannya dapat teman atau
keluarganya.7
Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stress keluarga
yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah pendekatan kognitif
dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur dibandingkan yang biasanya
digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial anak yang terdepresi mungkin
tetap terganggu untuk periode yang lama, walaupun setelah episode depresif telah

28
menghilang, intervensi keterampilan sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada
beberapa program terapi, modeling dan permainan peran dapat membantu menegakkan
keterampilan memecahkan masalah yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam
pengobatan depresi.
Beberapa jenis psikoterapi yaitu :7,13
a. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar
untuk mengubah pola pikir dan perilaku negative.
b. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga memfokuskan
pada komunikasi dan pemecahan masalah.
c. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan
bipolar meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur aktivitas
harian mereka.
d. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai penyakit
yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini membantu
penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik maupun depresi sehingga
mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.3
Pendidikan dan Pencegahan
Pencegahan primer dapat dilakukan apabila diketahui bahwa dalam keluarga
terdapat yang mengalami gangguan ini, maka diharapkan pasien dan atau keluarganya
melakukan antisipasi.Pencegahan sekunder yaitu bila telah mengalami gangguan ini,
diharapkan tetap berkonsultasi dengan dokter yang merawat, mengikuti anjuran unruk
mengkonsumsi obat sesuai anjuran.3,13,14

29
H. Prognosis
Prognosis tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang tepat,
pengetahuan komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan positif
dengan dokter dan therapist, kesehatan fisik. Semua faktor ini merujuk ke
prognosis bagus.
Akan tetapi prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk dibandingkan
dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Kira-kira 40%-50% pasien
gangguan bipolar I memiliki episode manik Kedua dalam waktu dua tahun setelah
episode pertama. Kira-kira 7% dari semua pasien gangguan bipolar I tidak
menderita gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40%
menderita gangguan kronis. Pasien mungkin memiliki 2 sampai 30 episode manik,
walaupun angka rata-rata adalah Sembilan episode. Kira-kira 40% dari semua
pasien menderita lebih dari 10 episode.4,13

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Margaret Chan. Psychosis and Bipolar disorder, bab II and III in mhGAP Intervention
Guide for mental, neurological and substance use disorders in non-specialized health
settings. Version 1.0. Switzerland: World Health Organization. 2008. p 18-30.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan sadock Buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta:
Penerit Buku EGC; 2010.h.366-85.
3. Kegawatdaruratan bipolar. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/77881152/Afektif-
Bipolar; 4 Oktober 2012. National Institute of Mental Health.
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolar-disorder/complete-index.shtml.
Accessed Des. 09, 2017.
4. Bipolar disorders. The Merck Manuals: The Merck Manual for Healthcare Professionals.
http://www.merckmanuals.com/professional/psychiatric_disorders/mood_disorders/bipola
r_disorders.html#v1028598. Des. 09, 2017.
5. Mood disorders. In: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-IV-TR.
4th ed. Arlington, Va.: American Psychiatric Association; 2000.
http://www.psychiatryonline.com. Accessed Des. 09, 2017
6. Practice parameter for the assessment and treatment of children and adolescents with
bipolar disorder. Washington, D.C.: American Academy of Child and Adolescent
Psychiatry.
http://www.aacap.org/cs/root/member_information/practice_information/practice_parame
ters/practice_parameters. Accessed Des. 09, 2017.
7. Joska JA. Mood disorders. In: Hales RE, et al. The American Psychiatric Publishing
Textbook of Psychiatry. 5th ed. Washington, D.C.: American Psychiatric Publishing;
2008. http://www.psychiatryonline.com/pracGuide/pracGuideChapToc_8.aspx. Accessed
Des. 09, 2017.
8. Martinez M, et al. Psychopharmacology. In: Hales RE, et al. The American Psychiatric
Publishing Textbook of Psychiatry. 5th ed. Washington, D.C.: American Psychiatric
Publishing; 2008. http://www.psychiatryonline.com/content.aspx?aID=320111. Accessed
Des. 09, 2017.
9. Post RM. Bipolar disorder in adults: Maintenance treatment.
http://www.uptodate.com/home/index.html. Accessed Des. 09, 2017.
10. Andreescu C, et al. Complementary and alternative medicine in the treatment of bipolar
disorder: A review of the evidence. Journal of Affective Disorders. 2008;110:16.

31
11. Sarris J, et al. Bipolar disorder and complementary medicine: Current evidence, safety
issues, and clinical considerations. The Journal of Alternative and Complementary
Medicine. 2011;17:881.
12. Hall-Flavin DK (expert opinion). Mayo Clinic, Rochester, Minn. Nov. 8, 2011.
13. Yatham LN, et.al., Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments (CANMAT)
guidelines for the management of patients with bipolar disorder: update 2007, Bipolar
Disorders 2006: 8: 721–739

32

Anda mungkin juga menyukai