Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PERUBAHAN

OPTIMALISASI PENYELESAIAN SANGGAH DAN PENGADUAN


DALAM PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SAIFUL AKBAR KALENGGO, SH. MH


NIP. 19810101 201101 1 015

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN IV


ANGKATAN III TAHUN 2015
(DIKLATPIM IV ANGKATAN III TAHUN 2015)
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
A. Rencana Stategis, Program dan Kegiatan (Inovasi dan Solusi Adaftif)
Pengadaan barang dan jasa pemerintah sepatutnya dilaksanakan melalui tahapan –
tahapan perencanaan yang strategis sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat secara
luas. Untuk mengatasi atau solusi terhadap permasalahan tersebut maka diperlukan
keseriusan semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang dan jasa

B. Rencana Team Efektif dan Rencana Aksi Pelaksanaan


Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini diperlukan dukungan semua stakeholder
sehingga tujuan perubahan dapat tercapai, rancangan team efektif ini diharapkan dapat
membantu proses pencapaian perubahan, adapun rancangan tim efektif ini adalah :
Rencana Team Efektif
Pelindung : Gubernur Sulawesi Tenggara
Penasehat : Sekertaris Daerah Prov. Sultra
Pengarah : Kepala Biro Layanan Pengadaan
Ketua : Kabag Konsultasi Hukum Dan SDM
Sekertaris : Kasubag Konsultasi Hukum dan Sanggah
Anggota :
1. To by name
2. To by name
3. To by name
4. To by name
5. To by name
Rancangan team efektif ini akan membantu melaksanakan program –program
kegiatan selama kurung waktu 60 hari.
Sedangkan rencana aksi perubahan selama 60 hari terbagi dengan beberapa item –
item kegiatan, ini berfungsi untuk pencapian target area perubahan dilaksanakan step by
step sehingga hasil yang dicapai dapat terlaksana secara maksimal, pengaturan ini
dilakukan untuk memudahkan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut,
disamping itu jika terdapat kekurangan terhadap pelaksanaan ini dapat dilakukan reviuw
pelaksanaan, pentahapan kegiatan ini memberikan kemudahan terhadap penyelenggaran
proposal perubahan. Program kegiatan itu dilaksanakan dengan pentahapan perencanaan,
pengendalian, pelaksanaan dan evaluasi program, setelah terlaksana maka akan dilakukan
penilaian dan pelaporan
Rencana aksi kegiatan ini meliputi, tahapan konsultasi dan kordinasi dengan atasan
langsung reformer dan semua stakeholders pendukung guna mendapatkan dukungan
penuh dan pembentukan team efektif, selanjutnya tahapan sosialisasi dan penerbitan Surat
Keputusan (SK) pembentukan team efektif, setelah terbentuk maka kemudian diadakanlah
rapat guna n fungsinya masing – masing team efektif. Setelah semua team efektif
mengetahui uraian tugas masing – masing maka akan ditentukan program program kerja
yang dapat dilaksanakan secepat mungkin dan memetakan kegiatan – kegiatan yang
membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang membutuhkan waktu yang lebih lama.

C. Monitoring dan Evaluasi

D. Potensi Masalah/ Hambatan Pelaksanaan dan Solusi

E. Identifikasi dan Analisis Masalah (Analisis Lingkungan Strategis) /Diagnosis Reading


Biro Layanan Pengadaan (BLP) Sekertariat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
dalam melaksanakan pelelangan barang/jasa pemerintah khususnya pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara banyak menemui kendala dan permasalahan yang di
akibatkan berbagai aspek hukum dan sumber daya manusianya baik dalam internal
Kelompok Kerja itu sendiri terlebih pada Penyedia jasa konstruksi/barang,
permasalahan ini kemudian berujung pada sanggahan dan pengaduan yang dilakukan
oleh penyedia jasa konstruksi yang merasa bahwa dokumen penawaran yang di
uppload pada aplikasi SPSE sudah sesuai dengan Dokumen Lelang, selain itu
terkadang penyedia jasa dalam melakukan sanggahan dan pengaduan bahkan keluar
dari ranah Peraturan Presiden Nomor. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
Dan Jasa Pemerintah beserta aturan Perubahannya dan Dokumen Lelang itu sendiri
sebagai pedoman dalam penyusunan Dokumen Penawaran. Sanggahan dan
pengaduan ini terkadang hanya menjadi hal sederhana akan tetapi ketika menjadi
ranah hukum bagi aparat penegak hukum maka hal sederhana itu menjadi masalah
besar, hal ini di akibatkan yang menjadi pokok permasalahan menjadi bias.
Penyelesaian sanggah dan pengaduan di harapkan memberikan solusi hukum
terhadap pengadaan barang dan jasa pemerintah, permasalahan kekinian adalah
kordinasi dan konsultasi antara kelompok kerja, APIP dan bagian konsultasi hukum
dan sanggah yang tidak berjalan efektif dan efisien sehingga terkesan bahwa
penyelesaian sanggah dilaksanakan sendiri oleh kelompok kerja dan memberikan
jawaban/ penjelasan kurang maksimal sehingga berujung pada laporan kepada
aparat penegak hukum. disisi lain pengajuan pengaduan yang dilakukan oleh
penyedia jasa atau masyarakat yang menemukan adanya penyimpangan prosedural
pelaksanaan barang dan jasa tidak melalui mekanisme sebagaimana di atur dalam
peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta aturan perubahannya, hal ini
menunjukan bahwa masyarakat atau penyedia jasa kurang memahami tata cara
pengajuan sanggah dan atau pengaduan, Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
tidak berjalan maksimal (stagnan) bahkan tidak memiliki peran penting dalam
memantau pelaksanaan barang dan jasa ini menunjukan lemahnya kordinasi dan
komunikasi APIP dan kelompok kerja serta Bagian konsultasi hukum dan sanggah, hal
inilah yang menunjukan kurang dipahaminya tugas pokok dan fungsinya masing –
masing pelaksana kegiatan lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Dalam penyampaian sanggahan ini telah tersedia dalam aplikasi SPSE sesuai
dengan jadwal pelelangan, ruang ini kemudian harus di manfaatkan oleh penyedia
jasa untuk melakukan sanggahan atas proses lelang yang sementara berjalan atau di
ikuti oleh penyedia jasa, pokok – pokok sanggahan memuat (pasal 81) :
1. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam peraturan
presiden yang telah di tetapkan dalam dokumen lelang.
2. Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat.
3. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP/Penjabat yang berwenang lainnya.
Pokok sanggahan ini harusnya menjadi rujukan bagi penyedia jasa untuk melakukan
sanggahan akan tetapi terkadang penyedia jasa dalam melakukan sanggahan tidak
berpatokan pada Dokumen Lelang tetapi lebih pada persoalan individual
ketidakpuasan atas hasil evaluasi kelompok kerja, dalam hal penyampaian sanggahan
adalah penyedia jasa (rekanan) yang mengikuti proses pelelangan barang dan jasa.
Pengaduan dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan atau penyedia barang dan jasa
yang terindikasi penyimpangan prosedur, KKN dalam pelaksanaan barang dan jasa
pemerintah dan atau pelanggaran persaingan tidak sehat, pengajuan pengaduan ini di
tujukan kepada APIP dan atau LKPP disertai dengan bukti – bukti kuat yang terkait
langsung dengan materi pengaduan, APIP yang mempunyai kewenangan wajib
menindaklanjuti yang di anggap beralasan, hasil tindak lanjut pengaduan di laporkan
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Institusi/Kepala Daerah dan dapat di laporkan
kepada Instansi berwenang atas persetujuan pimpinan dan ditembuskan kepada
LKPP dan BPKP.
Permasalahan lain yang timbul adalah kurang dipahaminya, tersosialisasinya
mengenai tata cara penyampaian sanggahan dan pengaduan dalam proses pengadaan
barang dan jasa pemerintah, ini menunjukan bahwa peningkatan kapasitas keilmuan
penyedia jasa kurang maksimal yang dilakukan oleh asosiasi jasa penyedia
pemerintah, seharusnya secara aktif organisasi – organisasi profesional tersebut
harusnya meningkatkan kapasitas keilmuannya dalam meghadapi proses pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang transparan, akuntabel dan terbuka untuk umum,
sehingga ketika mengajukan sanggahan / pengaduan tidak lagi salah
prosedur(inprosedur) dan berujung tidak ditanggapinya saggahan dan pengaduan
tersebut. Di lain pihak ketersedian sarana dan prasana adalah penunjang utama
dalam proses penyelesaian sanggahan dan pengaduan pengadaan barang dan jasa
pemerintah, hal ini dimaksudkan sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi bagi
penyedia jasa pemerintah yang kurang bahkan belum memahami tentang pengadaan
barang dan jasa pemerintah serta seluruh aspek – aspek hukum yang berkaitan
dengan pelelangan tersebut.
Permasalahan spesifik tersebut mengambarkan secara menyeluruh bahwa
masalah pokok dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah disorientasi
antara beberapa struktur organ pemerintah dalam upaya penyelesaian sanggah dan
pengaduan yang dilakukan oleh penyedia jasa, baik itu kelompok kerja, sub bagian
konsultasi hukum dan APIP itu sendiri hal ini menunjukan kelemahan dan kurangnya
pemahaman bagaimana pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, semestinya dalam
penyelesaian sanggah dan pengaduan Kelompok Kerja diwajibkan untuk
berkonsultasi dan berkordinasi dengan Sub Bagian Konsultasi hukum untuk
memberikan saran dan pendapat hukum dalam memberikan jawaban atas sanggahan
tersebut, selain itu APIP dalam menerima pengaduan dari masyarakat tau penyedia
jasa dalam melakukan penelitian dan pengembangan atas pengaduan wajib
melibatkan sub bagian konsultasi hukum guna memberikan keterangan dan atau
pendapat hukum mengenai dokumen lelang berkaitan dengan pokok – pokok
pengaduan tersebut.
Mencermati proses penyampaian sanggahan dan pengaduan oleh
masyarakat dan penyedia jasa berdasarkan pada tugas pokok dan fungsinya, ini telah
megambarkan kurang optimalnya bagian – bagian penting pemerintah dalam
melaksanakan programnya, sehingga penyelesaian sanggahan oleh penyedia jasa dan
pengaduan oleh masyarakat dan penyedia jasa dirasa kurang optimal dan tidak
berjalan normal berdasarkan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini menunjukan
perlunya peningkatan kinerja dan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan
guna memberikan pelayanan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai