PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menjual hutang dengan hutang yaitu apabila barang dan harganya sama-sama
ditangguhkan sampai batas waktu tertentu.
Ada pula yang mengatakan bahwa menjual hutang dengan hurang adalah menjual
sesuatu yang masih ada dalam tanggungan dengan harga yang ditangguhkan
dengan harga yang ditangguhkan kepada orang yang berhutang kepadanya atau
hutang tersebut dialihkan dan belum diterima.
sekuritisasi adalah upaya untuk mendapatkan dana segar dengan menjual hutang-
hutang (piutang) yang telah diciptakan melalui berbagai kredit. Lalu dana segar
ini pun akan disalurkan kembali melalui kredit kepada nasabah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti menjual hutang ?
2. Macam - macam Aplikasi dalam jual beli hutang dengan hutang ?
3. Sekuritisasi Menurut Pandangan syariah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Menjual harga yung ditangguhkan dengan barang dagangun tertentu yang juga
diserah terimakan secara tertunda
Bentuk apalikasinya adalah bila seseorang menjual piutangnya kepada orang yang
punya hutang dengan barang dagangan tertentu (mobil misalnya ) yang akan
diterimanya secara tertunda. Cara ini tentu saja mirip dengan kisah Nabi yang
membeli unta dari Jabir dan Jabir meminta kepada Nabi untuk menyerahkan
untanya itu dikota Al-Madinah. Dan Rasulullah juga akan membayarnya nanti bila
sampai di Madinah. Transaksi itu terjadi pada salah satu perjalanan Nabi SAW.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab al-Buyu', bab: Ad-Dawab
nomor 2097. diriwayatkan oleh Muslim dalam Musaqat, bab: menjual Unta dan
meminta tetap mengendarainya Sementara.
Pendek kata, sekuritisasi adalah upaya untuk mendapatkan dana segar dengan
menjual hutang-hutang (piutang) yang telah diciptakan melalui berbagai kredit.
Lalu dana segar ini pun akan disalurkan kembali melalui kredit kepada nasabah.
Pertanyaannya, apakah dalam perbankan dan keuangan Syariah hal itu dapat
dilakukan? Dalam perbankan dan keuangan Syariah, mengoleksi dan
mengumpulkan hutang-hutang dalam satu paket dan menjualnya kepada investor
bukan perkara mudah. Ini karena hukum mengenai jual beli hutang (piutang)
sangat ketat. Hal ini diantaranya kekhawatiran umum akan adanya riba yang
muncul akibat transaksi hutang piutang tersebut.
Imam Hanafi dan Zahiry, misalnya menghukumkan jualbeli hutang secara
tangguh kepada orang yang tidak berhutang, jika dilakukan, dianggap tidak
pernah terjadi, karena hutang itu tidak dapat diserahkan, kecuali bagi yang
berhutang itu sendiri pada hak penjualnya.
Imam Syafii dan para sahabatnya: Boleh dilakukan jual beli hutang yang
mustaqar, yaitu hutang yang dipastikan pemanfaatannya dan kalau memilikinya
dapat dipastikan haknya tanpa ada kemungkinan (ihtimal) jatuhnya/ tak tertagih.
Contoh hutang mustaqar: nilai barang-barang yang mudah rusak atau harta yang
ada pada peminjam. Jika hutang itu berbentuk barang pesanan dari transaksi
Salam, tidak sah jual beli hutang tersebut.
Imam Ahmad bin Hambal dan koleganya berpendapat tidak sah jual beli hutang
secara tangguh kepada yang bukan berhutang, sama tidak sahnya menghibahkan
hutang kepada orang yang tidak memiliki tanggungan (zimmah)
Sedangkan Imam Malik berpendapat dibolehkan jual beli hutang secara tangguh
kepada orang yang tidak berhutang dengan 8 syarat yang dapat dirangkum
menjadi dua kategori: Tidak mengarah kepada gharar, riba, dsb, dan yang
berhutang berada pada negara yang sama agar mudah ditagih.
jika sekuritisasi mau bisa dilakukan secara syariah adalah tidak menjual piutang
kredit yang timbul dari jual-beli tidak tunai atau pinjaman. Karena keduanya
menghasilkan hutang yang tidak boleh dipindahtangankan kecuali pada nominal
yang sama. Oleh karena itu sebelum bicara sekuritisasi, orang harus mengerti dulu
akad-akad pembiayaan (kredit) yang dilakukan oleh bank syariah dan efeknya
bagi sekuritisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulam
Dalam masalah ini tidak ada hadist shahih Akan tetapi ijma' kaum muslimin
adalah bahwa menjual hutang dengan hutang tidak boleh. "Sementara Imam ath-
Thahawi menyatakan" Ahlul hadist menafsirkan hadist ini dengan riwayat Abu
Musa bin Ubaiduh, meskipun mengandung kekurangan dalam sanadnya.ini
merupakan bab besar dalam ilmu fiqih.
Hutang yang dijual itu tidak lepas dari keberadaannya sebagai pembayaran yang
ditangguhkan, barang dagangan tertentu yang diserahkan secara tertunda, atau
barang dagangan yang digambarkan kriterianya dan akan diserahkan juga secara
tertunda.
http://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.sg/2014/01/makalah-bay-al-dayn-jual-
beli-hutang.html di akses pd tgl 21-05-2017
http://www.neraca.co.id/article/29837/sekuritisasi-aset-secara-syariah-
mungkinkah-oleh-cecep-maskanul-hakim di akses pd tgl 21-05-2017