Anda di halaman 1dari 29

“ERGONOMI”

KELOMPOK 4 :

1. MUH ZULKARNAEN AHMAD

2. FAKHRI RIYADH A

3. NADEA ULANDARI

4. NURUL AINUN ZAINAL PUTRI

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang
berjudul “ Ergonomi “ pada mata kuliah Ergonomi dan Faal kerja.. Tak lupa
sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad Swt atas petunjuk
dan risalahNya, yang telah merubah zaman biadab menjadi zaman beradab.

Terima kasih juga kami haturkan atas doa restu dan dorongan dari
berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine google yang ikut
berperan besar dalam pembuatan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan
kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Samata, 11 September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan ...................................................................................................... 3

Bab II Pembahasan

A. Ergonomi ............................................................................................. 4
B. Kelelahan kerja.................................................................................... 6
C. Antropometri ...................................................................................... 6
D. Moskuluskeletal disorder ................................................................... 7

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ...............................................................................................
21
B. Saran .........................................................................................................
21

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lingkungan kerja adalah tempat dimana proses berlangsungnya seseorang
melakukan aktivitas kerja. Hal ini meliputi keadaan dan kondisinya, pengaturan
tempat duduk, bentuk kursi, berbagai macam alat perlengkapan yang tersedia.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memenfaatkaninformasi -
informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untukmerancang sistem
kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistemyang baik, efektif,
aman dan nyaman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukanpada pramusaji dan
pembeli di Warteg Muncul jalan Pusponjolo, terdapat beberapa gangguan kesehatan
akibat kerja. Hal ini terjadi karena sikap kerja, posisi duduk,tinggi dataran dan sarana
kerja yang tidak ergonomi. Sehingga dapat menyebabkannyeri pada punggung,
keluhan muskuloskeletal, kelelahan pada otot dan tulang,serta gangguan kesehatan
lainnya. Berdasarkan pengamatan, yang menjadi permasalahan utama adalah kursi
dan meja yang dipakai oleh pramusaji dan pembeli di warteg tidak ideal yaitu kursi
tidak terdapat sandaran punggung, lebar dan ukuran kursi terlalu kecil, sehingga
tidak nyaman lagi, serta ukuran tinggi meja yang tidak sesuai standar kriteria
ergonomi. Ergonomi adalah suatu tuntunan kebutuhan dalam melakukan
pekerjaan,sehingga manusia dapat bekerja secara produktif.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa itu Ergonomi ?
Apa itu kelelahan kerja ?
Apa itu antropometri. ?
Apa itu moskuluskeletal disorder.?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang Ergonomi itu sendiri.
Untuk mengetahui tentang bagaimana kelelahan kerja.

1
Untuk mengetahui antropometri.
Untuk mengetahui moskuleskeletal disorder.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ergonomi
1. Pengertian
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi
ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi.Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata yaitu “ ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti
aturan atau hukum.. Ergonomi adalah cabang ilmu tentang aturan
kerja yang mengatur sikap kerja di lingkungan kerja secara ENASE
(Efektif,Nyaman,Aman dan Efisien)
Ergonomi adalah salah satu bidang kajian dalam ilmu Hyperkes
yang penerapannya berupaya untuk mencapai keserasian dan
kenyamanan kerja, seperti yang dikemukakan oleh Suma’mur (1989)
“Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dengan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efesiensi
setinggi – tingginya melalui pemanfaatan manusia yang seoptimalnya.
Sedangkan ergonomi menuarut Manuaba (1981), adalah ilmu atau
pendekatan multi disiplier yang bertujuan mengoptimalkan sistem
manusia dengan pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan
lingkungan kerja yang sehat, aman nyaman dan efesien.
2. Ruang Lingkup
Ergonomi adalah ilmu dari pembelajaran multidisiplin ilmu lain
yang menjembatani beberapa disiplin ilmu dan professional, serta
merangkum informasi, temuan, dan prinsip dari masing-masing

3
keilmuan tersebut. Keilmuan yang dimaksud antara lain ilmu faal,
anatomi, psikologi faal, fisika, dan teknik.
Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh
manusia, kemampuan tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat
atau ketahanan terhadap suatu gaya yang diterimanya. Ilmu psikologi
faal memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan sistem
persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku, sementara
eksperimental mencoba memahami suatu cara bagaimana mengambil
sikap, memahami, mempelajari, mengingat, serta mengendalikan
proses motorik. Sedangkan ilmu fisika dan teknik memberikan
informasi yang sama untuk desain lingkungan kerja dimana pekerja
terlibat.
Kesatuan data dari beberapa bidang keilmuan tersebut, dalam
ergonomi dipergunakan untuk memaksimalkan keselamatan kerja,
efisiensi, dan kepercayaan diri pekerja sehingga dapat mempermudah
pengenalan dan pemahaman terhadap tugas yang diberikan serta untuk
meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pekerja.

3. Sejarah singkat Ergonomi


Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai
judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi
digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal
istilah human factoratau human engineering. Kedua istilah tersebut
(ergonomi dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya.
Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi
dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai
tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk
teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya
manusia sejak 4000 tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi
dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu

4
untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai
dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk
memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut
masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi
secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus
tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an)
secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan.
Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I
untuk mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia.
Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern
Electric(Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang
selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne).
Hasil percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi di
tempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara
manusia dan mesin.
Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II
dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai
dapat meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal
tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata
perang.

4. Manfaat ergonomi
Adapun manfaat ergonomi di ruang lingkup pekerjaan adalah
memaksimalkan produktivitas kerja,kemudian adapun Fokus ergonomi
yaitu memaksimalkan kinerja atau unjuk kerja dan sumber daya
manusia dengan memperhatikan keterbatasan manusia itu sendiri.
Artinya ergonomi sangat mementingkan keefektifan dan efisiensi dari
kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia namun tetap
memikirkan dan berfokus untuk meminimalisir tingkat sters yang akan
di alami oleh manusia, dan resiko fisiologis yang akan di ciptakan dari

5
pekerjaannya, yaitu dengan membuat sejumlah rancangan objek-objek
fisik yang dapat menciptakan keefektifan dan efisiensi.adapun Manfaat
Ilmu Ergonomi menurut Wesley E Woodson yaitu
a. Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja,
ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan
yang berlebihan
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan
c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui
peningkatan ketrampilan yang diperlukan
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan
kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja

B. Kelelahan
1. Pengertian kelelahan

Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi suatu kondisi yang


telah dikenali dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan pada
umumnya mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan merupakan satu-
satunya gejala.

Secara harfiah, fatigue dapat diartikan secara sederhana sama


dengan kelelahan yang sangat (deep tiredness), mirip stres, bersifat
kumulatif. Bila dikaitkan dengan pengalaman seperti apa
sebenarnya fatigue itu, pengertiannya menjadi bervariasi. Dari
berbagai literatur, fatigue sering dihubungkan dengan kondisi kurang
tidur, kondisi akibat tidur yang terganggu, atau kebutuhan kuat untuk
tidur yang berhubungan dengan panjangnya waktu kerja, dan stres-
stres kerja (dan penerbangan) yang bervariasi. Ahli lainnya sering
mengkaitkan fatigue dengan perasaan lelah bersifat subjektif,

6
hilangnya perhatian bersifat temporer, dan menurunnya respon
psikomotor ; atau, berhubungan dengan gejala-gejala yang dikaitkan
dengan menurunnya efisiensi performance dan skill; atau,
berhubungan dengan menurunnya performance . Fatigue juga kerap
dikaitkan dengan kondisi non-patologis yang dapat membuat
kemampuan seseorang menurun dalam mempertahankan kinerja yang
berhubungan dengan stres fisik maupun mental ; atau, terganggunya
siklus biologis tubuh (jet lag). Kelelahan kerja menurut Tarwaka
(2004), merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari
kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah
pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan


fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga
menagkibatkan efektifitas dan efisiesni kerja menurun (Saito, 1999).
Menurut Kroemer 1997, kelelahan kerja merupakan gejala yang
ditandai dengan adanta persaan lelah dan kita merasa segan dan
aktivitas akan melemah serta ketidakseimbangan pada kondisi tubuh.
Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat
emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan kurangnya
kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu
dna berkurangnya kemampuan motorik ( Australia safety
compensation council, 2006)

Kata “kelelahan” diterapkan di berbagai macam kondisi.Istilah


kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala.
Kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan
dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta
peningkatan kecemasan atau kebosanan (McFarland, 1972).
Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks tidak hanya
menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis tetapi dominan

7
hubungannya dengan penurunan performans fisik, adanya perasaan
kelelahan, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja
(Cameron, 1973). Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang
dihasilkan sebelum stres yang memperlemah fungsi dan performa,
fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya menggangu fungsi
kepribadian, umumnya bersamaan dengan menurunnya kesiagaan
kerja dan meningkatnya sensasi ketegangan (Dwivedi, 1981).17
Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya penurunan
kinerja otot, perasaan lelah dan penurunan kesiagaan ( Grandjean,
1985 ). Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang
berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada
kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan
tubuh.
2. Jenis-jenis kelelahan kerja
Adapun jenis kelelahankerja terbagi atas 2 yaitu

a. Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan


yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan
kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya kelelahan
secara umum ditandai dengan berbagai kondisi antara lain :

1) Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang terjadi pada organ


visual (mata).
2) Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
pekerjaan mental atau intelektual (proses berpikir).
3) Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor,
seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.

8
4) Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton, atau lingkungan
kerja yang sangat menjemukan.
5) Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan yang disebabkan
olehakumulasi efek jangka panjang.
6) Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari ritme siang-malam
dan memulai periode tidur yang baru. Pengaruh-pengaruh
tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan
menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktifitas).

b. Kelelahan otot
Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang
luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala
kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar
(external signs). Pada percobaan dengan menggunakan seekor
katak,apabila sebagian otot katak tersebut dialiri listrik, ternyata
terjadi kontraksi dan berkurangnya kemampuan kerja otot dalam
hal melakukan aktivitas pembebanan. Kelelahan Umum
3. Faktor risiko kelelahan kerja
Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab
terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk
memelihara/ memepertahankan kesehatan dan efisiensi, proses
penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress).
Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode
istirahat dan waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.
Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Suma’mur
(1994), Payne(1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan
yaitu : faktor internal dan faktor eksternal.

9
4. Mekanisme terjadinya kelalahan

Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat


kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem
penghambat (inhibisi dan system penggerak/aktivasi) Sampai saat ini
masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu:

a. Teori Kimia

Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat


berkurangnya cadangan

energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab


hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot
dan syaraf adalah penyebab sekunder.

b. Teori syaraf pusat

Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang


mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf
sensosrik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan
aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan
gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi
berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan
dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan
menjadi lambat.

Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah


yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam
laktat. Karena suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan
menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan
kelelahan otot lokal. Disamping itu juga dikarenakan beban otot yang
tidak merata pada jaringan tertentu yang pada akhirnya akan

10
mempengaruhi kinerja (performance) seseorang. (Eko Nurmianto,
2003)

Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat,
terdapat system aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling
mengimbangi tetapi kadangkadang salah satu daripadanya lebih
dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis,
sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam
keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada
kondisi yang memberikaan stabilitas pada tubuh. (Suma’mur PK,
1999)

5. Faktor risiko kelelahan kerja


Yang termasuk faktor internal yaitu :
a. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan,
jenis kelamin,usia.
b. Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan
stress.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu :
a. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan.
b. Faktor kimia, seperti : zat beracun
c. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur
d. Faktor ergonomi
e. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat
pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif),
hubungan sosial, posisi kerja.

6. Tanda-tanda kelalahan kerja


Berikut ini diberikan suatu daftar yang bisa digunakan sebagai
patokan untuk mengetahui telah datangnya gejala-gejala atau
perasaan-perasaan dari kelelahan :

11
a. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa
berat, menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa
“berat”, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam
berdiri, dan merasa ingin berbaring.
b. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak
dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap
sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun
dalam pekerjaan.
c. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung,
pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening,
spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan
merasa kurang sehat badan. Gejala-gejala yang termasuk
kelompok 1, menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2
menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan
kelelahan fisik akibat psikologis

7. Analisis kelelahan kerja


Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri
seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur
tingkatan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah.
Prestasi ataupun performans kerja yang biasa ditunjukkan dengan
output kerja merupakan tolok ukur yang sering dipakai untuk
mengevalusi tingkat kelelahan. Selain kuantitas output persatuan
waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah
pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi kecelakaan yang menimpa
pekerja seringkali juga dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan
dengan intensitas kelelahan yang terjadi.
Meskipun demikian yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa
perubahan performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja
ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh kelelahan saja.Sampai
saat ini belum ada cara mengukur tingkat kelelahan secara langsung.

12
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya
kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode
pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah
proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses
operasi yang dilakukan setiap unit waktu.
b. Uji psiko-motor (psychomotor test)
1) Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan
reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
dengan pengukuran waktu reaksi adalah dengan pengukuran
waktu reaksi.
2) Sanders & McCormick (1987) mengatakan bahwa waktu
reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang
spesifik saat satu stimuli terjadi.
3) Setyawati (1996) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi,
ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada
stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara
lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.
4) Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembang di Indonesia
biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara
sebagai stimuli.
c. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenga kerja untuk melihat
kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang
waktu yang diperlukan untuk jarak anatra dua kelipan.
d. Perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of
fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang

13
dapt untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner
tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :
1) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan
2) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi
3) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik
Sinclair (1992) menjelaskan beberapa metode yang dapat
digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain;
ranking methods, rating methods, questionnaire methods, interviews
dan checklist. Secara subjektif , perasaan lelah juga dapat di ukur
dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja
(KAUPK2) yang disusun oleh setyawati (1994) yang terdiri dari 17
pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga
kerja, antara lain : sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi
sesuatu, tidak pernah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak
punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya
diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap
orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah
seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya pikir
menurun dan cemas terhadap sesuatu.

8. Pencegahan dan pengendalian kelelahan kerja


Ada beberapa cara yang dilakukan untuk pencegahan kelelahan
kerja yaitu
a. Merubah metoda kerja menjadi lebih efesien dan efektif
b. Menerapkan penggunaan peralatan dan pranti kerja ang
memenuhi standar ergonomic.
c. Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga
kerja
d. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan
nyaman, bagi tenaga kerja.

14
e. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenag kerja secera
periodic untuk mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini
menemukan solusi yang tepat.
f. Menerapkan saran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan
manusiawi dan fleksibiltas yang tinggi.

C. Antropometri
1. Pengertian antropometri
Antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran, sehingga antropometri dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya
dimensi tubuh dan aplikasi yang menyangkut geometri fisik, masa dan
kekuatan tubuh manusia. Pengukuran anthropometri berdasarkan
posisi tubuh, terbagi atas Antropometri Statis, disini tubuh diukur
dalam berbagai posisi standart dan tidak bergerak (tetap tegak
sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal
dengan pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body
dimension). Antropometri Dinamis (pengukuran dimensi fungsional
tubuh) dalam pengukuran antropometri dinamis dilakukan terhadap
posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu
yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Manusia
pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain yang
berbeda satu dengan lainnya (Wignjosoebroto,2003).
Selain itu, menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991),
anthropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia, yaitu: ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah
desain. Anthropometri dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Anthropometri Statis.
b. Anthropometri Dinamis.

15
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam interaksi manusia
dengan alat kerja yang digunakan. Data anthropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal
Perancangan areal kerja (work station, interior, mobil, dll),
perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas
(tools) dan sebagainya, perancangan produk-produk konsumtif seperti
pakaian, kursi, meja komputer, dll. Perancangan lingkungan kerja
fisik.

D. Moskuloskeletal disorder
1. Pengertian Muskuloskeletal disorder (MSDs)
Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka
merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian,
kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa
ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan
pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir.
MSDs terjadi dengan dua cara:

a. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh


frekuensi atau periode waktu yang lama dari usaha otot,
dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus
dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang statis;
b. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat
kuat/berat atau pergerakan yang tak terduga.

Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan,
bahu, dan punggung. Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya
MSDs yaitu penanganan bahan dengan punggung yang membungkuk
atau memutar, membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong
dan menarik), posisi kerja yang statik dengan punggung membungkuk
atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba, mengemudikan

16
kendaraan dalam waktu yang lama (getaran seluruh tubuh),
pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau
tanpa kekuatan besar.

Aktifitas kerja seperti pekerjaan yang bersifat repetitif, atau


pekerjaan dengan postur yang tidak normal adalah hal yang dapat
menyebabkan munculnya gangguan ini, yang sakitnya dapat dirasakan
selamaa bekerja atau saat tidak bekerja. Hampir semua jenis pekerjaan
membutuhkan penggunaan lengan dan tangan, oleh sebab itu MSDs
lebih banyak terjadi pada tangan, pergelangan tangan, siku, pundak,
leher dan bahu. Pekerjaan yang menggunakan kaki juga menyebabkan
gangguan pada kaki, pergelangan kaki, betis dan telapak kaki.
Beberapa gangguan pungggung juga terjadi akibat aktifitas yang
bersifat repetitif. (Canadian Center for Ocupational Healt and safety,
2005).

Faktor risiko terjadinya MSDs adalah pergerakan lengan dan


tangan seperti bending, straigtening, gripping, holding, twisting,
clenching, reaching. Aktifitas yang dilakukan lengan dan tangan
adalah aktifitas yang tidak menimbulkan bahaya didalam aktifitas
keseharian seorang manusia. Yang membuat aktifitas tersebut menjadi
bahaya adalah apabila situasi kerja mengharuskan aktifitas tersebut
dilakukan secara repetitif, terkadang dengan beban dan dilakukan
secara cepat sementar waktu istirahat tidak cukup untuk memulihkan
lengan dan tangan pada kondisi semula.
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-
pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan
oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga dinamakan
MSD (Musculoskeletal Disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries),
CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI (Repetitive Motion
Injury).

17
Ada dua aspek postur yang memberikan kontribusi atas
gangguan muskuloskeletal akibat kerja, termasuk pekerjaan yang
bersifat repetitif. Yang pertama adalah posisi dari bagian tubuh saat
melakukan pekerjaan. Aspek yang kedua dari postur tubuh yang
memberikan kontribusi atas gangguan MSDs adalah posisi dari leher
dan pundak yang tetap.
Gangguan sistem musculoskeletal merupakan salah satu
masalah kesehatan yang penting di negar-negara maju maupun di
negara-negara yang sedang berkembang, karena dapat mempengaruhi
kualitas hidup manusia selama hidupnya. Aspek pekerjaan memberi
kontribusi bagi perkembangan gangguan otot, tulang, dan sendi. Saat
ini, penyakit Musculoskeletal Disorders (MSDs) menjadi salah satu
sumber utama kecacatan dalam industri dan diperkirakan berdampak
secara ekonomi dan sosial.

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-


pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan
oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga dinamakan
MSD (Musculoskeletal Disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries),
CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI (Repetitive Motion
Injury).

2. Jenis-jenis keluhan Muskuloskeletal disorder (MSDs)

Kelompok muskuloskeletal, berdasarkan lokasinya adalah


sebagai berikut (Tjandra, 1988).

a. Leher terdiri atas kelompok kelompok otot sternocleidomastoideus.


b. Punggung terdiri atas kelompok otot trapezius dan latissimus dorsi.
c. Dada terdiri atas kelompok otot pectoralis mayor dan serratus
anterior.

18
d. Bahu terdiri atas kelompok otot deltoideus.
e. Lengan atas terdiri atas kelompok otot biceps brachii, triceps
brachii, dan brachialis.
f. Lengan bawah terdiri atas kelompok otot brachioradialis, dan
pronator teres.
g. Pantat terdiri atas kelompok otot gluteus maksimus, gluteus medius,
dan tensor faciae latae.
h. Paha terdiri atas kelompok otot quadriceps femoris, gracilis, biceps
femoris, semitendinosus dan semimembranosus.
i. Betis dan kaki terdiri atas kelompok otot tibialis anterior,
gastrocnemius, soleus dan peroneus longus.
j. Dasar panggul terdiri atas levator ani dan coccygeus.
Jenis Keluhan musculoskeletal (MSDs) yang sering terjadi,
gejalanya, dan jenis pekerjaan yang berisiko menimbulkan MSDs
adalah sebagai berikut: (Weeks, Levy, & Wagner, (1991).
a. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan
tekanan pada saraf yang mempengaruhi saraf tengah, salah satu
dari tiga saraf yang menyuplai tangan dengan kemampuan
sensorik dan motorik. CTS pada pergelangan tangan merupakan
terowongan yang terbentuk oleh carpal tulang pada tiga sisi dan
ligamen yang melintanginya. Gejala yang sering muncul adalah
gatal dan mati rasa pada jari khususnya di malam hari, sakit
seperti terbakar, mati rasa yang menyakitkan, sensasi bengkak
yang tidak terlihat, melemahnya sensasi genggaman karena
hilangnya fungsi saraf sensorik.
b. Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS)
Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS) adalah gangguan pada
pembulu darah dan saraf pada jari yang disebabkan oleh getaran
alat atau bagian permukaan benda yang bergetar dan menyebar
langsung ke tangan.

19
c. Low Back Paian syndrome (LBP)
Low Back Paian syndrome (LBP) adalah bentuk umum dari
sebagian besar kodisi patologis yang mepengaruhi tulang, tendon,
saraf, ligamen, dan tulang belakang.
d. Peripheral Nerve Entrapment Syndromes
Peripheral Nerve Entrapment Syndromes adalah
pemempatan/penyempitan saraf pada tangan atau kaki (saraf
sensorik, motorik, dan otonomik).
e. Peripheral Neuropathy
Peripheral Neuropathy adalah gejala permulaan yang
tersembunyi dan membahayakan dari dysesthesias dan
ketidakmampuan dalam menerima sensasi.
f. Tendinitis dan Tendosynovitis
Tendinitis adalah peradangan pada tendon, adanya struktur ikatan
yang melekat pada masing-masing bagian ujung dari otot ke
tulang. Sedangkan Tendosynovitis adalah peradangan tendon yang
juga melibatkan synovium (perlindungan tendon dan
pelumasnya).

3. Faktor risiko Muskuloskeletal disorder (MSDs)


Ada 4 Faktor Yang meningkatkan terjadinya keluhan
muskuloskeletal:
a. Tekanan/gaya pada otot yang berlebihan.
Pengerahan tenaga kuat otot yang berlebihan seperti
tendon, dan ligamen. Pengerahan gaya pada otot yang berlebihan
umumnya digunakan saat mengangkat, mendorong, menarik, dan
mencapai. Sebuah packer pada jalur perakitan misalnya, mungkin
sering menggunakan pegangan yang sangat kuat untuk merakit
barang ringan atau mengangkat kotak atau karton, terutama jika
itu jalur nya licin atau sulit untuk dilalui.
b. Awkward Posture (postur kerja yang tidak benar)

20
Posisi tubuh yang canggung atau postur kerja yang tidak
benar merupakan masalah yang menjadi pertimbangan khusus
dalam mencegahan keluahan muskoleskeletal.
c. Terjadinya pengulangan-pengulangan pekerjaan pada satu otot
Gerakan yang dilakukan berulang – ulang tanpa adanya
waktu istirahat untuk otot yang bekerja dapat menyebabkan otot
menjadi lelah dan kram. Seberapa cepat kelelahan otot dan kram
otot terjadi tergantung pada seberapa sering sebuah gerakan
berulang dilakukan, seberapa cepat itu dilakukan, dan untuk
berapa lama pekerjaan berulang terus.
d. Lamanya paparan yang diterima oleh pekerja
Semakin lama pekerja terpapar dengan kondisi atau posisi
kerja yang tidak ergonomis semakin meningkatkan pula resiko
keluhan muskoleskletal.

Adapun faktor sekunder dari MsDs yaitu


a. Tekanan
b. Getaran
c. Mikroklimat (iklim)

2. Pencegahan dan pengendalian Muskuloskeletal disorder (MSDs)


Keluhan MsDs yang sering timbul pada pekerja industri adalah
nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan
kaki. Ada 4 faktor yang dapat meningkatkan timbulnya MsDs yaitu
posture yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan
berkali-kali, dan lamanya waktu kerja (OHSCOs, 2007). Level MsDs
dari yang paling ringan hingga yang berat akan menggangu
konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya
akan menurunkan produktivitas.
Untuk itu diperlukan suatu upaya pencegahan dan minimalisasi
timbulnya MsDs di lingkungan kerja. Pencegahan terhdap MSD akan

21
memperoleh manfaat berupa, penghematan biaya, meningkatkan
produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan dna kepuasan kerja karyawan (OHSCOs, 2007).
Adapun cara yang dapat dilakukan pekerja seorang diri dalam
menghindari atau mencegah terjadinya keluhan muskoleskletal adalah
dengan melakukan peregangan pada jam – jam istirahat, berikut
macam – macam peregangan yang dapat dilakukan, yaitu:
Peregangan berhubungan dengan proses pemanjangan otot
(elongation). Latihan-latihan peregangan dapat dilakukan dalam
beberapa cara tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, kemampuan
kita, dan keadaan atau kondisi kita. Menurut Alter (2003) terdapat
lima teknik peregangan dasar sebagai berikut.
a) Teknik peregangan statis
b) Teknik peregangan balistik
c) Teknik peregangan pasif
Teknik peregangan pasif merupakan suatu teknik peregangan
dimana seseorang dalam keadaan rileks dan tanpa mengadakan
kontribusi pada daerah gerakan.
3. Penghitungan risiko ergonomi dengan Metode analisis tubuh
a. RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
Metode RULA adalah suatu metode survey yang dikembangkan
untuk digunakan pada investigasi ergonomi dimana pada tempat kerja
yang akan diinvestigasi telah terdapat laporan adanya gangguan/keluhan
tubuh bagian atas. Pada metode ini tidak digunakan peralatan khusus
dalam melakukan penilaian terhadap postur leher, pundak, tulang
punggung bagian atas, fungsi otot dan beban eksternal yang ditangguang
oleh badan (Mc Atamney dan Corlett,1993 dalam Ariani ).
b. OWAS (Ovako Working Posture Analysis System)
OWAS adalah metode penilaian dan evaluasi dari postur tubuh
selama bekerja. Metode ini berlandaskan atas klasifikasi sederhana dan

22
sistematik atas postur tubuh dikombinasikan dengan observasi atas
pekerjaan yang dilakukan.
c. QEC (Quick Expossure Check)
Metode QEC dikembangkan dengan tujuan melakukan penilaian
kepada para pekerja yang terpajan faktor risiko muskuloskeletal terkait
dengan pekerjaan mereka. Pengembangan metode ini pertama kali
dilakukan oleh Li dan Buckle 1999. QEC adalah sebuah metode yang
didesain oleh dan untuk para praktisi. Meode ini akan menilai pajanan
dan perubahan pada pajanan yang terdapat pada faktor risiko atas
muskuloskeletal disorder. Dengan melakukan penilaian menggunakan
metode ini intervensi terhadap lingkungan kerja dapat dilakukan secara
efektif, tanpa menunggu adanya laporan atas kejadian muskuloskeletal
disorder pada pekerja.
d. BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomi Faktor)
Metode ini adalah alat penyaring awal menggunakan sistem rating
untuk mengidentifikasi bahaya ergonomi yang diterima oleh pekerja
didalam kegiatan sehari-hari.
e. REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Metode REBA diperkenalkan oleh Hignett dan Mc Atammney
yang bertujuan untuk memberikan penilaian atas risiko postur tubuh yang
dapat menimbulkan gangguan terkait muskuloskeletal. Metode ini juga
dibuat untuk memberikan penilaian atas pekerjaan yang bertipe tidak
dapat diperkirakan seperti pada pelayanan kesehatan dan industri jasa.
Data yang dikumpulkan didalam metode ini adalah data terkait dengan
postur tubuh, tekanan/beban yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi,
pengulangan dan posisi tangan saat bersentuhan dengan objek (Stanton,
2005 dalam Kurniawati, 2009).

23
24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja
selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di
Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaannya
B. SARAN
1. Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki
performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang
berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat.
Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia
adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur
manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-
tugas yang manusiawi.
2. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi
yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan
karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan,
fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Mallapiang, Fatmawati. 2012. Ergonomi dan Keluhan Muskuloskeletal.


Alauddin University Press. Makassar.
2. file:///C:/Users/Fakhri/Downloads/Makalah%20Ergonomi%20_%20DK
%20BLOG.htm
3. file:///C:/Users/Fakhri/Downloads/Musculoskeletal%20Disorders%20%2
8MSDs%29%20_%20MAHAMERU.htm
4. file:///C:/Users/Fakhri/Downloads/TUGAS%20ERGONOMI%20%28%2
0FATIGUE%20%29%20_%20Occupational%20safety%20and%20healt
h.htm

26

Anda mungkin juga menyukai