Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nada menurut KBBI merupakan tinggi rendahnya suatu bunyi, berbagai
macam nada dapat didengarkan melalui sumber suara yang berbeda, alat yang dapat
mengukur tinggi rendahnya suatu nada disebut sonometer. Sistem pengaturan nada
(tone control) dilakukan sebelum dan sesudah melakukan penguatan tegangan.
Sistem pengaturan nada berfungsi untuk memainkan efek yang ditimbulkan dari
suara menggunakan amplifier. Dalam rangkaian elektronika pengaturan nada dapat
dilakukan menggunakan penapis elektronik, dengan menggunakan penapis tersebut
nada-nada dengan frekuensi tertentu dapat terfilter dan terpisahkan dari nada-nada
berfrekuensi lain.
Rangkaian pengatur nada merupakan salah satu jenis pengatur suara aktif
dalam sistem audio, pada dasarnya tone control hanya mengatur penguatan nada
treble dan nada bass (Lestari, 2014). Nada bass merupakan nada dengan sinyal
audio pada frekuensi rendah, sedangkan nada treble merupakan nda dengan sinyal
audio pada frekuensi tinggi. Dalam sistem audio, bagian pengatur nada terletak
diantara bagian pre-amplifier (penguat depan) dan final amplifier (penguat akhir).
Pada bagia pengatur nada bass akan menguatkan frekuensi rendah, sedangkan pada
bagian treble akan menguatkan sinyal frekuensi tinggi (Priyadi, 2012).
Untuk membuat pengatur nada, dapat dirancang menggunakan rangkaian
operasional amplifier yang tersusun dari IC Op-Amp, rangkaian Op-Amp juga
tersusun atas transistor, resistor, dan diode. Nilai cut off frekuensi nada terletak dari
kombinasi komponen yang disusun. Pengatur nada biasanya diterapkan dalam
beberapa soud system, home teater, dan amplifier untuk beberapa keperluan musik.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana cara penapis elektronik melakukan filter dan mengatur nada ?
1.2.2. Apa saja yang diperlukan untuk membuat sebuah pengatur nada
menggunakan amplifier ?
1.2.3. Faktor apakah yang mempengaruhi tinggi rendahnya suatu nada yang
dihasilkan sebuah rangkaian amplifier ?

1.3. Tujuan Penyusunan Makalah


1.3.1. Dapat memahami rangkaian amplifier yang berfungsi sebagai tone control.
1.3.2. Mampu mengetahui prinsip kerja dari tone control dan penerapanya.
1.3.3. Dapat menjelaskan cara kerja tone control menguatkan nada rendah dan nada
tinggi.

1.4. Manfaat Pembuatan Makalah


1.4.1. Menambah pengetahuan mengenai manfaat rangkaian amplifier pada
kehidupan sehari-hari.

1.4.2. Dapat menganalisis pengaruh dari rangkaian Op-Amp terhadap rangkaian


amplifier (tone control) yang dihasilkan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Rangkaian Op- Amp
Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi
yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-
inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat
ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan
pada operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-
Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.
Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang
bermacam-mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan
seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional (Op-
Amp) merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier
multiguna dalam bentuk IC.

Gambar 1. Simbol Operasional Amplifier


Prinsip kerja sebuah operasional Amplifier (Op-Amp) adalah
membandingkan nilai kedua input (input inverting dan input non-inverting), apabila
kedua input bernilai sama maka output Op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat
perbedaan nilai input keduanya maka output Op-amp akan memberikan tegangan
output.

2.2. Rangkaian Tone Control


Rangkaian penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu
memperkuatkan sinyal pada range frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20
KHz dan pada saat melakukan penguatan tanpa terjadinya cacat dengan nois yang
sekecil mungkin. Range frekuensi ini juga tergantung dari kemampuan dari
loudspeaker. Jika loudspeaker bekerja pada frekuensi Full Range (20 Hz-20 Khz)
ini sangat baik sekali, karena akan di dapat nada yang dinamis pada frekuensi Full
Range. Tapi jika hanya frekuensi tertentu saja yang mampu di reproduksi oleh
loudspeaker, maka penggunaan tone control memungkinkan untuk membatasi
frekuensi tertentu.
Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian
filter, yaitu Low Pass Filter (LPF) dan High Pass Filter (HPF) maupun Band Pass
Filter. Sebelum sinyal dikuatkan oleh rangkaian Power Amplifier, rangkaian tone
control bekerja dengan mengatur nada yang akan dilewatkan pada rangkaian power
amplifier, sehingga akan didapatkan nada sesuai dengan respon frekuensi pada
loudspeaker dan akan didapatkan hasil (suara) pada loudspeaker yang sesuai
dengan keinginan pengguna

Gambar 2. Blok Rangkaian Tone Control Sederhana


Tone kontrol adalah jenis rangkaian pengatur suara atau nada aktif pada
sistem audio. Tone control pada dasarnya berfungsi sebagai pengatur penguatan
level nada bass dan level nada treble. Nada bass adalah sinyal audio pada frekuensi
rendah sedangkan nada treble adalah sinyal audio pada frekuensi tinggi.
Rangkaian Tone Control sederhana memiliki sinyal suara yang dihasilkan
sudah diatur oleh potensiometer dan kemudian dikuatkan oleh bagian op amp
menggunakan transistor yang nantinya di kopling oleh kapasitor yang outputnya
akan diatur pada bagian control. Komponen yang terdapat pada bagian output yang
bisa di bilang cukup bagus dan bersih.
Prinsip kerja rangkaian tone control yaitu pada frekuensi rendah atau bass
dan frekuensi tinggi atau treble. Dari pengaturan di atas kemudian di kuatkan lagi
pada bagian pengatur akhir menggunakan transistor yang sama. Tegangan yang di
hasilkan dari tone control ini adalah mulai dari 9 volt DC sampai dengan 18 volt
DC.
Tone Control yang memiliki 4 transistor terbagi dalam 3 bagian utama yaitu
bagian penguat depan, bagian pengatur nada (tone control) dan bagian penguat
akhir. Pada bagian depan dapat di bangun menggunakan 2 transistor yang di susun
dalam penguat 2 tingkat. Kemudian bagian pengatur nada di bangun menggunakan
sistem pengatur nada baxandal yang dapat mengontrol nada rendah atau nada
tinggi. Kemudian bagian akhir di gunakan penguat 2 tingkat yang di bangun
menggunakan transistor.

Rangkaian tone control baxandal merupakan rangkaian penguat dengan


jaringan umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif. Rangkaian baxandal
hanya tergantung dari pengaturan potensiometer bass. Batas pengaturan maksimum
potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass) dan
batas pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut
(pelemahan maksimum).
Pada saat frekuensi nada bass meningkat, maka akan memberikan efek pada
resistor samapai kapasitor sehingga tidak lagi memberikan efek atau respon pada
rangkaian. Sehingga frekuensi di atas tidak di pengaruhi oleh posisi potensiometer
bass pada maksimum boos dan cut atau di biarkan flat. Untuk nada treble, pada
akhir frekuensi tinggi audio kapasitor bertindak seakan short circuit. Maka
penguatan akan di atur oleh potensiometer treble.
Selanjutnya definisi dan fungsi setiap komponen pada rangkaian tone
control satu per satu sangat utama mengingat ini merupakan rangkaian tingkat
tinggi. Komponen yang pertama adalah Sumber tegangan dengan fungsi sebagai
pemasok energy listrik dan menjadi sumber arus listrik itu sendiri. Resistor tentunya
akan berperan sebagai pemberi nilai hambatan sebagai filter atau penyaring arus
listrik yang lewat. Kapasitor akan memiliki fungsi sebagai pengatur lalu lintas arus
listrik yang lewat agar di dapat aliran yang stabil. Lalu kita beralih pada
potensiometer yang berperan sebagai pengatur sinyal suara yang dihasilkan.
Berikutnya kita memiliki speaker , perangkat ini merupakan alat yang bertindak
sebagai indikator suara.
Pada rangkaian ini setiap komponen memiliki fungsi yang amat sangat
penting seperti yang sudah dijelaskan. Komponen – komponen tersebut memiliki
hubungan yang saling ketergantungan satu sama lain. Dengan adanya link yang
menghubungkan komponen satu dengan lainya secara tepat maka sebuah rangkaian
pengatur nada yang berkualitas akan dapat diciptakan. Rangkaian ini juga dapat
ditemukan dalam bentuk IC. Rangkaian tone control sederhana biasa dijumpai pada
perangkat elektronik seperti pada tape, radio, dan Televisi, dan lain sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Perancangan Tone Control
Pengatur nada ( tone control) dapat dibuat menggunakan dua cara. Cara
yang pertama yaitu dengan memasang penguat terletak di depan dan penguat
terletak di akhir. Bagian pengatur nada berfungsi untuk mengatur nada rendah
(bass) dan nada tinggi (treble) secaraterpisah. Pada bagian pengatur nada bass,
menguatkan sinyal frekuensi rendah, sedangkan pada bagian nada treble
menguatkan sinyal frekuensi tinggi.
Pengatur nada ( tone control) dipasang sebelum penguat

Secara garis besar bagian pengatur nada mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :

Gambar 3. Blok Diagram Rangkaian Pengatur Nada (Tone Control)


Rangkaian pengatur nada dipasang sebelum rangkaian penguat. Penguatan
rangkaian ditentukan oleh impedansi umpan balik ( 𝑍2 ), dibagi dengan impedansi
input ( 𝑍1 ), dan dapat dihitung dengan rumus :
𝑍1
Av =
𝑍2
Av = Faktor Penguatan
𝑍1 = Impedansi input
𝑍2 = Impedansi Output
Pada pengaturan nada baik bass atau treble pada posisi maksimum maka impedansi
input ( 𝑍1 ) menjadi minimum, maka penguatan pada posisi tersebut menjadi besar.
Perhitungan penguatannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Rangkaian Lengkap Tone Control
3.2. Penguatan nada bass
Pada posisi maksimum kondensator 𝐶1 dihubung singkat potensiometer 𝑃1
rumus perhitungannya sebagai berikut :
𝑅3
Av =
𝑅1
Pada posisi minimum kondensator 𝐶2 dihubung singkat potensiometer 𝑃2 rumus
perhitungannya sebagai berikut :

3.3. Pengaturan nada treble


Pada posisi maksimum, perhitungan penguatan dapat dihitung dengan
rumus sebagai
berikut :
𝑅3
Av =
𝑋𝐶3
Pada posisi minimum, perhitungan penguatan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
3.4. Rangkaian pengatur nada dipasang setelah penguat

Gambar 5. Tone Control Dipasang Setelah Penguat


Rangkaian pengatur nada ini dipasang setelah rangkaian penguat. Pada saat
posisi pengatur nada treble maksimum, frekuensi sinyal input dilimpahkan ke
output melewati kondensator 𝐶1 Pada saat posisi pengatur nada bass maksimum,
frekuensi sinyal input rendah dihambat 𝐶2 . Rangkaian pengatur nada ada yang
dilengkapi dengan rangkaian pengatur loudness, high filter dan low filter.
3.5. Pengatur loudness
Rangkaian loudness dipasang pada pengatur volume, loudness (kedalaman)
akan mempunyai effek pada posisi lebih dari setengah pengaturan volume, sebab
padaposisi pengaturan volume minimum sinyal dihambat oleh resistansi dari
potensiometer pengatur volume.

Gambar 6. Rangkaian Pengatur Loudness


3.6. Pengatur high filter
Rangkaian high filter bekerja jika saklar ditekan, pada posisi tersebut
kondensator 𝐶1 terhubung singkat. Frekuensi sinyal input yang tinggi langsung
dihubungkan ke output.

Gambar 7. Rangkaian Pengatur High Filter


3.7. Pengatur low filter
Rangkaian low filter bekerja jika saklar ditekan. Pada posisi tersebut
kondensator 𝐶1 terhubung singkat, frekuensi sinyal input yang rendah langsung
dihubungkan ke output.

Gambar 8. Rangkaian Pengatur Low Filter


BAB IV
KESIMPULAN
Dalam sebuah system pengaturan nada ( tone control) melibatkan beberapa
prinsipa yang digunakan dalam elektronika dasar. Diantaranya adalah prinsip
penguat tapis atau pass filter yang terdiri dari low pass filter dan high pass filter serta
prinsip penguat atau amplifier. Penguat atau amplifier merupakan hal yang paling
berperan dalam pengaturan nada ( tone control). Penguat yang dipasang sebelum
pengatur nada disebut pre- amplifier. Sedangkan penguat yang dipasang setelah
pengatur nada disebut final-amplifier.
Penguat yang berada di depan ( pre- amplifier) merupakan penguat yang
berfungsi sebagai penyangga dan penyesuai level dari masing-masing sinyal input
sebelum dimasukkan ke pengatur nada. Hal ini bertujuan agar saat proses pengaturan
nada tidak terjadi kesalahan karena pembebanan/loading. Penguat depan harus
mempunyai karakteristik penyangga/buffer dan berdesah rendah.
Penguat yang berada di belakang ( final- amplifier) merupakan rangkaian
penguat daya yang bertujuan memperkuat sinyal dari pengatur nada agar bisa
menggetarkan membrane speaker.
DAFTAR PUSTAKA

Indar Sugiarto. Amplifier dengan Umpan Balik Akustik untuk Memperkuat


Frekuensi Rendah Penguat Audio. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Putri Lestari. 2014. Sistem pengatur Nada (Tone Control) dengan Penguat
Tegangan. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Putu Rusdi Ariawan. 2010. Op-AMP dan Rangkaian Op-Amp. Universitas


Udayana. Denpasar.
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung: ITB Bandung

Wiwit adriyanto, dkk. 2011. Model sistem penguat daya audio ragam tersaklar
metode delta modulasi. Universitas Diponegoro. Semarang.
PEMANFAATAN PENAPIS ELEKTRONIK UNTUK
PENGOLAHAN NADA ( TONE CONTROL )

Disusun Oleh:
1. Ahmad Novan Khoerul Mizan 15/380390/SV/08197
2. Indra
3. Manaf Yuri Inansyah
4. Kukuh Supratman 15/380404/SV/08211

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA SEKOLAH
VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai