Bab Iv
Bab Iv
PEMBAHASAN
kesenjangan yang terdapat pada teori dengan praktik, pembahasan ini meliputi
diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah serta dapat digunakan sebagai
tindak lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
khususnya pada studi kasus asuhan keperawatan pada Bayi Ny.R dengan Asfiksia
A. Pengkajian
kebutuhan dan masalah pasien. Data pengkajian keperawatan diperoleh dari hasil
anamnesa. Hasil pengkajian yang dilakukan pada bayi hampir semua pengkajian
pengkajian. Menurut Dewi (2013) bayi mengalami takikardia (lebih dari 140
x/menit) untuk gejala asfiksia ringan dan ada tanda-tanda syok untuk asfiksia
berat.
meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan dan asidosis
85
sebagai berikut pada janin, kegagalan disebabkan oleh beberapa hal berikut yaitu
gangguan sirkulasi dari ibu ke janin, diantaranya disebabkan oleh gangguan aliran
pada tali pusat, hal ini biasanya berhubungan dengan adanya lilitan tali pusat,
simpul pada tali pusat, tekanan yang kuat pada tali pusat, ketuban yang telah
pecah menyebabkan tali pusat menumbung, dan kehamilan lebih bulan (post-
narkosa. Kemudian faktor dari ibu selama kehamilan yaitu gangguan His,
perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta yang dapat menyebabkan
hipertensi kehamilan dan pre eklamsia dan eklamsia, serta kasus solusio plasenta
yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas (oksigen dan zat asam arang).
Menurut Towel (2010), asfiksia bisa disebabkan oleh beberapa faktor ibu
yaitu Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan mengalami hipoksia
yang dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi lain. Plasenta yaitu
apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan mengalami hipoksia yang
dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi lain. Fetus yaitu Kompresi
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Neonatus
yaitu Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi beberapa hal
berikut pemakaian anastesi yag berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi selama
Menurut (Depkes RI, 2009) penyebab asfiksia yang pertama yaitu Faktor
ibu yaitu preeklamsi dan eklamsi, perdarahan abnormal (plasenta previa atau
86
solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selam persalinan, infeksi
berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan post matur, usia ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih. Kedua yaitu faktor bayi
kongenital. Ketiga yaitu faktor tali pusat lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
pertama adalah faktor ibu yaitu oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi
keracunan karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah akan
tetani uterus akibat penyakit atau obat. Hipotensi mendadak pada ibu karena
plasenta yaitu pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tidak menempel,
dan perdarahan plasenta. Ketiga faktor fetus yaitu kompresi umbilikus dapat
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan: tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin
dan jalan lahir, dan lain-lain. Keempat faktor neonatus yaitu depresi pusat
87
pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat
depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang terjadi pada
paru dan lain-lain. Kelima faktor persalinan yaitu Partus lama dan partus karena
B. Diagnosa keperawatan
keperawatan. Pada analisa data pada pasien Bayi Ny.R dapat disimpulkan
teori dapat ditemukan, dari 6 diagnosa keperawatan pada pasien asfiksia menurut
produksi ASI
88
Menurut Wilkinson dan Ahern (2012) diagnosa keperawatan pada pasien
abortus adalah :
produksi ASI
mekonium. Hal ini didukung oleh hasil pengkajian bahwa terdapat sputum yang
berlebihan pada bayi adanya suara tambahan yaitu stridor, adanya tarikan dinding
dada, saat di suction terdapat lendir berwarna bening, penurunan suara nafas,
Bradipnea: 20 kali permenit, bayi tampak bernafas dengan cuping hidung, bayi
ketidakadekuatan produksi ASI. Hal ini didukung oleh produksi ASI yang tidak
89
adekuat, tidak ada kepuasan saat menyusui, bayi tampak menggeliat dan menangis
di payudara Ibu , bayi tampak rewel dan menangis dalam waktu satu jam setelah
menyusui, bayi tampak tidak mampu untuk menempel pada payudara ibu dengan
benar, bayi tampak tidak bisa menghisap puting susu Ibu dengan kontinu.
karena pada saat dilakukan pengkajian bayi dilakukan perawatan tali pusat dan
diberikan antibiotik untuk mencegah resiko infeksi pada bayi, diagnosa ini
diangkat karena sesuai dengan data pengkajian yang dilakukan oleh perawat tetapi
berhubungan dengan refleks menghisap bayi yang tidak adekuat tidak diangkat
karena bayi tidak menolak diberikan ASI melalui dot tetapi ASI Ibu yang tidak
adekuat dan juga didukung oleh berat badan bayi yang normal yaitu 2700 gram.
trakeal tidak diangkat karena bayi tidak mengalami aspirasi dan bayi tidak
dipasang selang NGT serta pemberian makanan masih bisa lewat oral. Diagnosa
sekunder akibat refleks menghisap yang buruk tidak diangkat karena turgor kulit
90
C. Intervensi Keperawatan
perpaduan pada konsep teori dan literatur lainnya, namun tidak semua
perencanaan yang ada dalam teori dapat diterapkan pada tinjauan kasus ini.
ASI tidak dilakukan karena Ibu R mengatakan bahwa ia telah mengerti tentang
pentingnya ASI dan cara pemberian ASI serta makanan apa yang harus dimakan
sebelum memberikan ASI agar produksi ASI adekuat sebab Ibu R sudah
D. Implementasi Keperawatan
keperawatan yang telah disusun, dilaksanakan kerja sama dengan kepala ruangan,
Implementasi yang dilakukan mahasiswa pada pasien ini dimulai pukul 14.00
WIB, sedangkan pasien dipindahkan keruang perawatan pada pukul 13.00 WIB,
hal ini dikarenakan pada mahasiswa tidak mengikuti bayi pada saat ibu
91
Penulis dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan tidak
sepenuhnya penulis dapat melakukan sendiri, karena penulis tidak dinas 24 jam
untuk itu penulis bekerja sama dengan perawat ruangan dan keluarga dalam
4 hari tidak dilakukannya pemeriksaan AGD (analisa gas darah) karena saturasi
oksigen bayi sudah membaik dan implementasi yang tidak dilakukan adalah pada
ASI dan cara pemberian ASI serta makanan apa yang harus dimakan sebelum
memberikan ASI agar produksi ASI adekuat sebab Ibu R sudah melahirkan
sebanyak 5 kali.
E. Evaluasi
pengamatan terakhir yang penulis lakukan pada tanggal 27 Juni 2016 pukul 08.00
WIB dua masalah keperawatan dapat teratasi yaitu pada diagnosa 1 data objektif
tidak adanya tarikan dinding dada, tidak adanya penurunan suara nafas, tidak
adanya perubahan irama pernafasan, saturasi oksigen 90%. Pada diagnosa data
objektif bayi tampak tidak bernafas dengan cuping hidung, bayi tampak tidak
92
menggunakan otot bantu pernapasan, APGAR Skor 7, bayi tampak tidak sianosis,
Pada tanggal 28 Juni 2016 puku 13.00 WIB satu masalah keperawatan
belum teratasi yaitu pada diagnosa 3 data subjektif produksi ASI mulai sedikit
adekuat dan sudah ada kepuasan saat menyusui, data objektif bayi tidak tampak
menangis dipayudara Ibu R, bayi tampak tidak rewel dan menangis dalam waktu
satu jam setelah menyusui, bayi tampak sudah mampu untuk menempel pada
payudara ibu dengan benar, bayi tampak sudah bisa menghisap puting susu Ibu
dengan kontinu. Pada tanggal 29 Juni 2016 pukul 14.00 WIB masalah
keperawatan yang terakhir yaitu diagnosa 3 dapat teratasi data subjektif produksi
ASI sudah adekuat dan ada kepuasan saat menyusui, data objektif bayi tidak
tampak menangis dipayudara Ibu R, bayi tampak tidak rewel dan menangis dalam
waktu satu jam setelah menyusui, bayi tampak sudah mampu untuk menempel
pada payudara ibu dengan benar, bayi tampak sudah bisa menghisap puting susu
93