Anda di halaman 1dari 8

Nama : Lukman Karim Asbolah

NPM : 16710008
No. 6
DAFTAR ISI

A. Definisi ………………………………………………….. 1
B. Patofisiologis ………………………………………………….. 1
C. Epidemiologi ………………………………………………….. 2
D. Faktor Resiko ………………………………………………….. 3
E. Anamnesa ………………………………………………….. 3
F. Pemeriksaan Fisik ………………………………………………….. 4
G. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………….. 4
H. Diagnosis ………………………………………………….. 4
I. Diagnosis Banding ………………………………………………….. 5
J. Komplikasi ………………………………………………….. 5
K. Penatalaksanaan ………………………………………………….. 5
L. KIE ………………………………………………….. 5
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 6
Nama : Lukman Karim Asbolah
NPM : 16710008
No. 6
LEPTOSPIROSIS

A. Definisi

Leptospirosis adalah penyakit bakterial penyebab morbiditas dan mortalitas di

seluruh dunia. Leptosiprosis disebabkan spesies patogenik dari genus Leptospira, suatu

bakteri spirochaeta aerob obligat.2

B. Patofisiologis

Transmisi infeksi dari hewan ke manusia biasanya terjadi melalui kontak dengan

air atau tanah lembap yang terkontaminasi. Leptospira masuk ke sirkulasi manusia

melalui penetrasi kulit terabrasi atau membran mukosa intak (mata, mulut, nasofaring,

atau esofagus). Patogenesis terutama pada kasus berat, masih kurang dimengerti. Temuan

mikroskopik utamanya adalah vaskulitis sistemik dengan cedera endotel, sel endotel

rusak dengan berbagai derajat pembengkakan dan nekrosis. Leptospira ditemukan di

pembuluh darah berukuran medium dan besar serta kapiler berbagai organ. Organ utama

yang terkena adalah:2

1. Ginjal, dengan inflamasi tubulointerstisial difus dan nekrosis tubular,

2. Paru, biasanya kongesti, dengan perdarahan intraalveolar fokal atau masif,

deposisi linear imunoglobulin dan komplemen pada permukaan alveolar,

3. Hati, yang menunjukkan kolestasis terkait perubahan degeneratif ringan pada

hepatosit.

Pada pasien yang bertahan hidup, fungsi hati dan ginjal akan sembuh sempurna

sesuai dengan ringannya kerusakan struktural pada organ tersebut. Sistem lain juga dapat

terkena, pada kasus berat dapat berupa miokarditis, meningoensefalitis, dan uveitis.

Cedera vaskuler dapat disebabkan oleh efek toksik Leptospira secara langsung atau oleh

respons imun. Protein membran sisi luar Leptospira (outer membrane protein / OMPs)
Nama : Lukman Karim Asbolah
NPM : 16710008
No. 6
dan lipopolisakarida dapat menimbulkan inflamasi melalui jalur yang bergantung Toll like

receptor. Trombositopenia dan aktivasi kaskade koagulasi juga sering ditemukan. Pada

masa penyembuhan, Leptospira terus diekskresikan di urin selama beberapa hari.2

Gambar: Patofisiologi disfungsi ginjal akut pada leptospirosis.2


C. Epidemiologi

Pada iklim sedang infeksi leptospira didapatkan terutama melalui paparan

rekreasional (mengendarai kano, berlayar, ski air) atau pekerjaan, atau hidup di daerah

kumuh. Di daerah tropik, paparan terutama melalui aktivitas pekerjaan seperti bersawah.

Infeksi jarang dari kontak langsung dengan darah, urin, atau jaringan hewan terinfeksi.

Terdapat sekitar 160 spesies hewan yang menjadi tempat perlindungan bakteri tersebut,

reservoir yang paling penting adalah tikus. Yang ada di mana-mana adalah

icterohaemorrhagiae dengan spesies tikus Rattus, hardjo dengan sapi, canicola dengan

anjing, dan pomona dengan babi dan sapi. Klasifikasi serovar bermanfaat untuk tujuan

epidemiologis dengan melihat banyaknya hubungan reservoir-serovar yang tersebar

secara geografis.2

Leptospirosis merupakan penyakit zoonotik yang diduga paling luas

penyebarannya di dunia. Penularan penyakit ini terjadi pada negara maju maupun negara

berkembang dan terjadi baik di daerah urban maupun rural. Penularan terutama terjadi
Nama : Lukman Karim Asbolah
NPM : 16710008
No. 6
pada negara berkembang dengan iklim tropis dan kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan

mendukung. Di lndonesia leptospirosis tersebar antara lain di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau,

Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.3

D. Faktor Resiko

Gambar: Beberapa faktor risiko penularan leptospirosis sebagai berikut (Zein, 2009)1
E. Anamnesa

Keluhan:

1. Demam disertai menggigil

2. Sakit kepala

3. Anoreksia

4. Mialgia yang hebat pada betis

5. Paha dan pinggang disertai yeri tekan

6. Mual dan muntah

7. Diare dan nyeri abdomen

8. Fotofobia

9. Penurunan kesadaran4
Nama : Lukman Karim Asbolah
NPM : 16710008
No. 6
F. Pemeriksaan Fisik

1. Febris

2. Ikterus

3. Nyeri tekan pada otot

4. Ruam kulit

5. Limfadenopati

6. Hepatomegali dan splenomegali

7. Edema

8. Bradikardi relatif

9. Konjungtiva suffusion

10. Gangguan perdarahan berupa petekie, purpura, epistaksis dan perdarahan gusi

11. Kaku kuduk sebagai tanda meningitis4

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah rutin: jumlah leukosit antara 3000-26000/μL, dengan pergeseran ke kiri,

trombositopenia yang ringan terjadi pada 50% pasien dan dihubungkan dengan

gagal ginjal.

2. Urin rutin: sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan

proteinuria ringan, jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat.4

H. Diagnosis

Diagnosis klinis

Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien dengan demam tiba-tiba, menggigil terdapat

tanda konjungtiva suffusion, sakit kepala, mialgia, ikterus dan nyeri tekan pada otot.

Kemungkinan tersebut meningkat jika ada riwayat bekerja atau terpapar dengan lingkungan

yang terkontaminasi dengan kencing tikus.4

I. Diagnosis Banding
Nama : Lukman Karim Asbolah
NPM : 16710008
No. 6
1. Demam dengue

2. Malaria

3. Hepatitis virus

4. Penyakit rickettsia4

J. Komplikasi

1. Meningitis

2. Distress respirasi

3. Gagal ginjal karena renal interstitial tubular necrosis

4. Gagal hati

5. Gagal jantung4

K. Penatalaksanaan

1. Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi

keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada

leptospirosis.

2. Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin. Pada kasus-kasus ringan

dapat diberikan antibiotik oral seperti doksisiklin, ampisilin, amoksisilin atau

eritromisin. Pada kasus leptospirosis berat diberikan dosis tinggi penisilin injeksi.4

L. KIE

Konseling dan Edukasi

1. Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat sulit, karena

banyaknya hospes perantara dan jenis serotipe. Bagi mereka yang mempunyai

risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa

pakaian khusus yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang

telah terkontaminasi dengan kemih binatang reservoir.


Nama : Lukman Karim Asbolah
NPM : 16710008
No. 6
2. Keluarga harus melakukan pencegahan leptospirosis dengan menyimpan makanan

dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus, mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan, mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun

setelah bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang

tercemar lainnya.4
Nama : Lukman Karim Asbolah
NPM : 16710008
No. 6
DAFTAR PUSTAKA

1. http://dinkes.lumajangkab.go.id/faktor-risiko-leptospirosis/
2. AZ, Lukman, 2016, Leptospirosis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
Indonesia. CDK-243/ vol. 43 no. 8 th. 2016
http://kalbemed.com/Portals/6/07_243Leptospirosis.pdf
3. S, Sharifah, 2015, Leptospira dan Penyakit Weil’s, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, Kabupaten
Bulungan, Kalimantan Utara, Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015
http://cme.medicinus.co/file.php/1/MEDICAL_REVIEW_Leptospira_dan_Penya
kit_Weil_s.pdf
4. http://fk.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/PPK-Dokter-di-Fasyankes-
Primer.pdf

Anda mungkin juga menyukai