Wa0045
Wa0045
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil cohort study yang melibatkan 1.532 peresepan pasien anak-
anak di Intensive Care Unit (ICU) 12 Rumah Sakit di Amerika yang disampling
secara random, diketahui sekitar 14% di antaranya mengalami medication error yang
terinci menjadi prescribing error (10.1%) dan drug administration error (3,9%). Atas
dasar ini farmasis dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih baik guna
komunikasi, kurangnya distribusi obat, kesalahan dosis, adanya masalah terkait obat
pengetahuan pasien(2).
pada pasien ini menuntut seorang farmasis untuk dapat melakukan pelayanan
komunikasi dengan pasien, pemberian informasi obat pada pasien serta monitoring
penggunaan obat kepada pasien. Orientasi menjadi pharmaceutical care ini sekaligus
kesehatan, dengan kata lain meminimalkan kejadian medication error yang erat
hubungannya dengan Drug Related Problems (DRP). Medication error yang terjadi
pada fase apapun tentu akan merugikan pasien dan dapat menyebabkan kegagalan
terapi, bahkan kejadian medication error ini dapat menimbulkan efek obat yang tidak
Karena kejadian medication error yang cukup tinggi seperti uraian di atas, maka
perlu adanya penelitian mengenai pengaruh pemberian informasi dan alat bantu
ketaatan terhadap perilaku pasien yang pada akhirnya diusulkan menjadi suatu judul
Pengaruh Pemberian Informasi dan Alat Bantu Ketaatan terhadap Perilaku Pasien
Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Informasi dan Alat Bantu Ketaatan
terhadap Perilaku Pasien ISPA di puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang ini
Instansi Kesehatan di Indonesia, yaitu sebesar 63,6%(4). Pada tahun 2014, 2015 dan
2016 pasien ispa menjadi penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Kota Tangerang
yakni pada tahun 2014 23%, tahun 2015 8,85% dan tahun 2016 17,08%.(5)
B. Rumusan Masalah
pasien ISPA yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat dengan
Tumpeng periode Mei-Juni 2018 yang menerima alat bantu ketaatan dan
informasi obat dan yang tidak mendapatkan alat bantu dan informasi obat.
C. Tujuan Penelitian
pasien ISPA yang mendapatkan alat bantu ketaatan dan informasi obat.
Tumpeng periode Mei-Juni 2018 akibat pemberian alat bantu ketaatan dan
D. Pembatasan Masalah
Penelitihan ini dibatasi pada pengujian alat bantu ketaatan dan informasi obat saat
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh
pemberian alat bantu ketaatan dan informasi terhadap perubahan perilaku pasien ISPA
Puskesmas Pabuaran Tumpeng Mei-Juni 2018 terhadap alat bantu dan informasi yang
diberikan serta untuk mengetahui profil ketaatan pasien ISPA masyarakat Pabuaran
Tumpeng kota Tangerang dan dapat mendukung peningkatan kualitas kesehatan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Medication Error
pasien, yang diakibatkan karena pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga
kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Kejadian medication error dibagi dalam 4
fase, yaitu fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan fase administration
oleh pasien.
Tabel I. Fase-Fase Kejadian Medication Error (National Coordinating Council for Medication
pakai
Error yang terjadi pada saat yang mirip atau dapat pula
pemberian informasi
pada pasien adalah hal yang dapat membantu meningkatkan keamanan dalam minum
1. Komunikasi yang buruk baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep
dan lain-lain)
1. Definisi
mengandung 3 unsur, yaitu infeksi; saluran pernapasan; dan akut. Pengertian atau
b. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung
(DepKes.RI,2005).
Gambar I. Sistem Respirasi Pada Manusia (kiri) dan Struktur Alveolus (kanan)
Berdasarkan data di USA, medication error (kesalahan dalam pengobatan) di
sangat jarang dilakukan, padahal jika diamati secara lebih mendalam di area
kesehatan primer umumnya tidak hanya melibatkan dokter tetapi juga perawat,
bidan dan petugas obat yang sebagian besar tidak memiliki kompetensi memadai
tidak lengkap atau mengalami medication error. Bentuk medication error yang
paling sering dijumpai adalah pemilihan obat keliru, cara pemberian obat yang
lingkungan, faktor individu, serta faktor perilaku. Yang dimaksud dengan faktor
kepadatan hunian rumah. Faktor individu meliputi umur dan berat badan lahir
rendah (BBLR) artinya bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram sedangkan faktor perilaku adalah peran aktif keluarga atau masyarakat
2. Klasifikasi
kelompok yakni infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi saluran pernapasan
bawah. Infeksi saluran pernapasan atas meliputi rinitis akut; faringitis akut;
C. Pharmaceutical Care
Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian adalah suatu bentuk pelayanan dan
Salah satu bentuk Pharmaceutical Care adalah pelayanan residensial (Home visit)
dalam hal ini Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini
untuk membuat suatu penilaian tentang kebutuhan obat pasien, mengidentifikasi Drug
evaluasi untuk memastikan bahwa semua obat yang digunakan efektif dan aman untuk
terapi(11).
pasien akan efek samping yang merugikan dari obat serta dapat mencegah timbulnya
ketepatan perilaku seorang individu dengan nasihat medis atau kesehatan. Ketaatan
ini mencakup beberapa perlakuan khusus, seperti: istirahat; diet; berapa lama obat
penggunaan yang tepat; kapan obat harus dihentikan; kapan harus mengunjungi
meliputi, membutuhkan tambahan terapi obat, salah obat, dosis kurang, ketidaktaatan
pasien dan lain-lain. Sering juga pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang
tepat (penulisan obat, pemberian dan pemakaian), pasien tidak mematuhi rekomendasi
yang diberikan dokter, pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena sudah
1. Bertanya kepada pasien apakah ada kesulitan untuk memakai obat, atau untuk
2. Pengamatan terhadap sisa obat, cara ini sangat mudah dilakukan terutama
untuk obat-obat yang gampang dihitung, misalnya tablet dan sirup, sedangkan
3. Penilaian terhadap efek farmakologik yaitu dengan melihat apakah obat yang
4. Pengukuran kadar obat, cara ini lebih pasti namun memerlukan biaya karena
pemantauan terapi, komunikasi yang baik antara apoteker dengan pasien. Dalam
banyak hal, ketidaktaatan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang kurang.
Dengan cara demikian, pasien kehilangan manfaat terapi yang diharapkan dan
E. Informasi
Informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna
(Terry, 1962). Definisi lain mengatakan bahwa informasi merupakan fungsi penting
F. Edukasi
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan dapat
G. Perilaku
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respon
dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat aktif
(tindakan yang nyata atau practice); sedangkan stimulus rangsangan disini terdiri dari
empat unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan
lingkungan (15).
3. evaluation, yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal
nantinya perilaku ini dapat dijabarkan dalam 3 bagian yaitu pengetahuan, sikap
serta tindakan.
a. Pengetahuan
TINGKATAN KETERANGAN
I
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk
tahu
mengingat suatu materi yang telah dipelajari
(know)
sebelumnya.
Memahami diartikan sebagai kemampuan
II
untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
Memahami
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
(comprehension)
materi tersebut secara benar.
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari
III
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya
Aplikasi
(missal : penggunaan hukum-hukum, masalah,
(application)
metode, prinsip, dalam konteks atau situasi
yang lain).
Analisis merupakan kemampuan untuk
IV menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
analisis komponen-komponen, tetapi masih di dalam
(analysis) satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan
V bagian-bagian di dalam suatu bentuk
Sintesis keseluruhan yang baru. Secara definitif,
(synthesis) sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
VI Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
evaluasi melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
(evaluation) suatu materi atau obyek.
b. Sikap
kesehatan(15)
1) menerima (receiving)
2) merespon (responding)
3) menghargai (valuing)
4) bertanggung jawab (responsible)(15).
c. Tindakan
adalah fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan dari pihak
lain(15).
tingkat tiga.
H. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden
langsung atau tidak langsung (dikirim melalui pos atau internet) (16).
I. Landasan
terhadap keberhasilan suatu terapi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh komunikasi,
informasi dan edukasi yang diterima oleh pasien, oleh karena itu diperlukan interaksi
yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah Pemberi Layanan
Obat dan Kesehatan. Penggunaan obat oleh pasien bergantung dari informasi yang
diperoleh, terkadang pasien tidak menggunakan obat secara tepat karena kurangnya
informasi referensi tertulis maupun dari tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
informasi obat kepada pasien. Pemberian informasi oleh farmasis dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu informasi verbal, demonstrasi dengan alat visual,
Pemberian informasi disertai alat bantu ketaatan berupa kotak obat dan label
pemahaman pasien tentang penggunaan obat yang tepat. Pemberian alat bantu
ketaatan lebih melibatkan banyak indera sehingga pasien lebih mudah mengingat
informasi yang diberikan. Dengan label kepatuhan, pasien akan lebih mudah
mengingat penggunaan obat yang teratur dan benar, alat bantu berupa kotak obat akan
membantu pasien untuk lebih taat dalam menggunakan obat. Dengan demikian alat
bantu akan meningkatkan ketaatan dan dampak terapi, selain itu akan mengurangi
Kerangka Konsep
Gambar II. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum dan Setelah
Diberikan Informasi Disertai Pemberian Alat Bantu Terhadap Peningkatan
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
J. Hipotesis
Adanya perbedaan perilaku dan ketaatan minum obat setelah pemberian alat bantu
ketaatan dan informasi saat home visit terhadap pasien ISPA Puskesmas Pabuaran
METODE PENELITIHAN
group(14).
Dalam pengambilan sampel, teknik sampling yang digunakan adalah teknik non
Kelompok Eksperimen 01 X 02
Kelompok Kontrol 01 - 02
B. Variabel Penelitihan
C. Definisi Operasional
1. Kriteria inklusi subyek uji adalah pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas
Pabuaran Tumpeng yang didiagnosis ISPA pada periode Mei-Juni 2018 yang
meliputi: pasien yang datang untuk berobat ketika ada keluhan tertentu seperti
rasa sakit saat menelan, batuk, pusing dan demam dengan kategori usia
dewasa (17 hingga 65 tahun) yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang menerima obat dalam bentuk sediaan padat, dimana obat yang
diuji adalah obat yang tidak bersifat simptomatik (dalam hal ini antibiotik).
Pasien yang merupakan subyek uji adalah pasien yang bersedia bekerja sama
Consent.
antibiotik.
3. Informasi yaitu keterangan umum tentang obat dan cara penggunaannya yang
home visit yaitu informasi tambahan mengenai nama obat, indikasi obat,
waktu dan cara penggunaan obat, serta efek samping yang mungkin terjadi
selama pengobatan.
5. Alat bantu ketaatan berupa kotak obat yang bersekat 7 untuk mengingatkan
pasien dalam meminum obat setiap harinya. Kotak obat disertai dengan kartu
6. Pengetahuan merupakan hal-hal umum tentang obat dan cara penggunaan obat
yang diketahui oleh pasien ISPA Puskesmas Pabuaran Tumpeng periode Mei-
Juni 2018.
periode Mei-Juni 2018 tentang hal-hal umum tentang obat dan cara
penggunaannya.
9. Yang dimaksud pasien yang taat adalah apabila tidak memiliki sisa obat di
hari terakhir terapi pengobatan. Jumlah pasien yang taat dihitung dengan
melihat ada tidaknya sisa obat pada hari terakhir terapi. Pasien yang tidak
memiliki sisa obat merupakan pasien yang taat, sedangkan pasien yang
memiliki sisa obat merupakan pasien yang tidak taat, dengan catatan bukan
persentase jumlah pasien yang taat dan pasien yang tidak taat antara kelompok
D. Subyek Penelitian
(tanpa perlakuan). Pasien yang menjadi subyek uji pada kelompok kontrol berjumlah
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑2 )
150
𝑛=
1 + 150 (0,12 )
𝑛 = 60
Keterangan:
n : Jumblah Sampel
N : Jumblah populasi
d : Derajat kepercayaan
keseluruhan adalah 1801 orang. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui rata-rata
jumlah pasien ISPA di Puskesmas Pabuaran Tumpeng sehingga dapat diketahui jumlah
sampel yang harus diambil. Rata-rata pasien ISPA per bulan adalah 150 orang.
Kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan informasi tambahan dan alat
bantu ketaatan minum obat yang berupa kotak obat dan kartu pengingat berupa daftar
tabel. Sedangkan kelompok kontrol yaitu kelompok yang hanya diberikan informasi
umum dari petugas apotek saja. Pada kelompok perlakuan, kotak obat yang diberikan
merupakan kotak obat bersekat 7, yang masing-masing sekat diberi sekat lagi sebanyak
3 yang akan memudahkan serta membantu mengingat pasien untuk mengkonsumsi obat
pretest dan posttest serta pemberian informasi, data yang didapat murni dari responden,
bukan didapat dari orang lain. Selain itu pembatasan responden yakni kategori dewasa
saja diasumsikan bahwa semua responden memiliki karakteristik yang sama sehingga
penelitian ini.
KRITERIA INKLUSI
Gambar 3. Skema Pembagian Kelompok Kontrol Dan Perlakuan Untuk Melihat Pengaruh
Pemberian Informasi Dan Alat Bantu Ketaatan Terhadap Perilaku Pasien ISPA puskesmas
Pabuaran Tumpeng
E. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar resep pasien ISPA
rawat jalan atau pasien ISPA yang datang untuk berobat ketika ada keluhan tertentu di
Puskesmas Pabuaran Tumpeng periode Mei-Juni 2018. Data hasil home visit pasien
Puskesmas Pabuaran Tumpeng periode Mei-Juni 2018 yang dilakukan minimal tiga
dan ruang tunggu pengambilan resep dan dilanjutkan di rumah pasien dengan tujuan
(home visit). Waktu penelitian dilakukan setiap hari Senin hingga Jumat pukul 08.00-
12.00. Penelitian dilakukan mulai tanggal 14 Mei hingga 23 Juni 2018 sedangkan
waktu home visit dilakukan berdasarkan pada hari pertama, kedua dan hari terakhir
Gambar 4. Alat Bantu Ketaatan Kelompok Perlakuan Pasien ISPA Puskesmas Pabuaran
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kotak obat beserta kartu
pengingat yang dirancang sendiri oleh peneliti; dan kuisioner yang berisi daftar
pertanyaan yang akan diajukan pasien untuk mengukur tingkat perilaku (pengetahuan,
Tata cara pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa proses yang dilakukan untuk
Perilaku Pasien ISPA Puskesmas Pabuaran Tumpeng periode Mei-Juni 2018, yaitu
1. Persiapan
saja yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu ijin untuk melihat data resep
di ruang obat, penetapan subyek uji dan kriteria inklusi dalam penelitian.
Pembuatan kartu pengingat minum obat yang diharapkan dapat membantu
menyerupai subyek uji, yaitu kategori usia dewasa (17 hingga 65 tahun) untuk
melihat apakah kuisioner valid dan reliable atau tidak. Informed consent
dibuat agar menjadi bukti bahwa subyek uji telah resmi bersedia menjadi
Tabel IV. Tabel Pembagian Jenis Pertanyaan (Favorable atau Unfavorable) Pada Setiap
Jenis Pertanyaan
Variabel No Pertanyaan
Favorable Unfavorable
Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yaitu pernyataan favorable dan
S = 2, TS = 3, STS = 4.
Penelitian ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama berisi ada tidaknya
pengetahuan, sikap, dan tindakan antara pasien ISPA rawat jalan Puskesmas
Pabuaran Tumpeng periode Mei-Juni 2018 yang diberi informasi dan pasien
ISPA rawat jalan Puskesmas Pabuaran Tumpeng periode Mei-Juni 2018 yang
2018 yang diberi kotak obat dan pasien ISPA rawat jalan Puskesmas Pabuaran
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Profil pasien ISPA rawat jalan
tidak dikelompokkan menjadi tidak bekerja, buruh, pegawai swasta, dan PNS.
Untuk mendapatkan kondisi awal yang sama, maka umur responden dibatasi
dalam tingkat dewasa yaitu antara umur 17 tahun hingga 65 tahun yang
Pada tahap pengambilan data, pengambilan data dimulai tanggal 14 Mei 2018.
Cara untuk menetapkan subyek uji adalah pada minggu ganjil (minggu
pertama, ketiga dan kelima) pengambilan data, subyek uji yang dikumpulkan
adalah subyek uji untuk kelompok perlakuan. Sedangkan pada minggu genap
(minggu kedua, keempat dan keenam) pengambilan data, subyek uji yang
dikumpulkan adalah subyek uji untuk kelompok kontrol. Adanya aturan main
ini diharapkan subyek uji yang digunakan adalah subyek uji yang memiliki
persebaran merata.
skrining resep. Apabila resep sesuai dengan kriteria, maka pasien yang berada
di ruang tunggu selanjutnya diminta untuk ikut serta dalam penelitian. Pasien
subyek uji. Kelompok kontrol hanya diberi informasi umum dari petugas
tambahan dan alat bantu ketaatan minum obat beserta kartu pengingat
ke dalam kotak obat dan meminta subyek uji untuk mencentang kolom pada
kartu pengingat setiap meminum obat, sehingga akan membantu pasien untuk
mengingat apakah obat sudah diminum atau belum. Dalam penelitian, semua
pasien yang menjadi subyek uji wajib mengisi kuisioner yang akan dihitung
menghitung jumlah obat diakhir jangka waktu pengobatan. Setiap kali home
posttest dengan meminta subyek uji untuk mengisi lembar kuisioner yang
sama saat pretest yang hasilnya akan menjadi data pembanding dengan nilai
pretest yang akan menjadi gambaran hasil perilaku ketaatan pasien dalam
meminum.
Pada tahap pengolahan data ini, data diperoleh dari kuisioner (pretest,
home visit terakhir kepada semua subyek uji penelitian. Posttest terhadap
sikap dan tindakan subyek uji setelah menerima informasi umum penggunaan
obat, pemberian alat bantu (kotak obat dan kartu pengingat), dan home visit
I. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian informasi dan alat
bantu berpengaruh terhadap perilaku pasien atau tidak selain itu analisa data juga
digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan baseline pasien ISPA Puskesmas
Pabuaran Tumpeng periode Mei-Juni 2018. Analisis data untuk mengetahui ada
test. Analisis data dilakukan dengan melihat selisih mean (nilai rata-rata) pretest-
posttest pada setiap bagian pertanyaan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Selisih mean antara kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan pada setiap bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan
pengetahuan, sikap, dan tindakan subyek uji. Selain itu, digunakan analisa data
Independent Samples Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan baseline pasien
ISPA Puskesmas Pabuaran Tumpeng periode Mei-Juni 2018. Untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan baseline ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai pretest
dan posttest antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Uji Independent
Samples Test ini perlu dilakukan untuk membuktikan bahwa baseline profil ISPA
Sedangkan analisa data untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketaatan pasien
dalam minum obat antara pasien kelompok kontrol dan pasien kelompok perlakuan
dilakukan dengan menghitung sisa obat (antibiotik) dan diuji statistik menggunakan
Z-Test (two samples). alasan mengapa digunakan uji statistic Z-test adalah karena uji
Z-test digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara 2 kelompok yang
memiliki karakteristik pembeda yang sama. Perbedaan yang diamati didalam
penelitian ini adalah ketaatan dalam minum obat (antibiotik) dan pembeda dalam
penelitian ini adalah jumlah pasien yang tidak taat minum obat (antibiotik).
keakuratan data yang diperoleh. Sebenarnya dalam suatu penelitian sosial, taraf
kepercayaan 90% sudah dapat digunakan karena dalam penelitian sosial terdapat
berbagai faktor yang tidak dapat dikontrol satu per satu oleh peneliti. Apabila
digunakan taraf kepercayaan yang lebih tinggi dikhawatirkan data yang diperoleh
tidak masuk dalan range pada taraf kepercayaan karena variansi data yang tinggi.
Lampiran 1. Panduan Wawancara
Anda dimohon untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan mengisi atau
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak ada
b. SD
c. SLTP
d. SMA
e. Perguruan tinggi
Pekerjaan:
a. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta/Pedagang
d. Petani/Buruh
e. Lainnya (sebutkan) ........................
Penghasilan:
a. ≤ Rp 500.000
b. > Rp 500.000 – Rp 1.000.000
c. > Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000
d. > Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000
e. > Rp 5.000.000
Lampiran 2. Pretest dan Posttest
Pretest:
1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!
2. Apakah pernah salah minum obat?
Ceritakan kapan dan bagaimana?
Penyebabnya?
Pengatasannya?
3. Paling sering tahu cara pakai obat dari siapa? Dokter/Petugas Apotek?
Posttest:
1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!
2. Khusus kelompok perlakuan:
Bagaimana tanggapan anda tentang alat bantu ketaatan?
Apakah bermanfaat/tidak?
Lampiran 3. Kuisioner
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan anda
sebenarnya.
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
besar
waktu saja
aturan pakai
Apoteker
minum obat
habis
habis