Anda di halaman 1dari 5

1) 12 Nervus Kranial

A. NERVUS OLFAKTORIUS (N.I)


Cara pemeiksaan:
1) Beritahu bahwa penciuman pasien hendak diperiksa
2) Pasien diminta mengidentifikasi apa yang terhidu olenya bila suatu botol
yang berisi zat tertentu didekatkan ke salah satu lubang hidungnya
3) Lakukakan hal sama dilubang hidung yang sama
Penilaian:
 Normosmia : mampu menghidu dengan tepay
 Anosomia : hilangnya daya penghidu
 Hiposmia: daya pengj]hidu kurang kurang tajam (misalnya pada usila)
 Parosmia : terhidu bau yang tidak sesuai
 Kakosmia: mirip parosmia tapi selalu diidentifikasi sebagai bau yang
tidak menyenangkan
 Halusinasi olfaktori : terhidu sesuatu tanpaadanya perangsangan

B. NERVUS OPTICUS (N.II)


Pemeriksaan terdiri dari:
1) Ketajaman penglihatan (visual acuity / visus)
 Penglihatan jauh → normal 5/5 atau 6/6 dan abnormal jika:

2) Cara pemeriksaan rangsang meningeal


Kaku kuduk ( nuchal rigidity)
 Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring
 Kepala difleksi dan diusahkan dagu mencapai dada
Interpretasi: kaku kuduk + → didapatkan tahanan
Kernik sign
 Fleksikan pada pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut 90ᵒ.
 Tungkai bawah di ekstensikan pada persendian lutut. Biasanya ekstensi dapat
mencapai sudut 135ᵒ.
Interpretasi: kernig sign + → terdapat tahan sebelum tercapai sudut 135ᵒ
Lasegue sign
 Pasien diminta berbaring lurus
 Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan pada persendian panggulnya
 Normalnya dapat mencapai sudut 70ᵒ.
Interpretasi: lasegue sign + → terdapat tahan sebelum mencapai sudut 70 ᵒ
Brudzinski 1
 Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring
 Tekukkan kepala sejauh mungkin samapai dagu mencapai dada. Tangan yang
satunya lagi ditempatkan di dada pasien
Interpretasi: brudzinski 1+ → refleks kedua tungkai
Brudzinski 2
 Satu tungaki difleksikan pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang
satu berada dalam keadaan lurus
Interpretasi: brudzinski 2 + → tungkai yang satunya juga ikut fkleksi
Brudzinski 3
 Menekan os. Zygomatikum maka akan terjadi fleksi pada kedua lengan
Brudzinski 4
 Menekan symphisis pubis maka akan terjadi fleksi pada kedua tungakai
Guillain sign
Ada 2 cara yaitu
 Tusukkan pada kulit yang menutup otot kuadrisep femoralis
 Memijat otot kuardrisep femoralis
Interpretasi: guillain sign + → fklesi tungkai kontra lateral di sendi lutut dan
coxae secara reflektorik
Edelmann test
 Fleksi tungakai atas ( di sendi panggul ) sedangkan lutut diluruskan secara
pasif
Interpretasi: edelmann tes + → dorsofleksi dari ibu jari kaki secara reflektorik
Bikele test
 Lengan pasien diluruskan di atas bahu
Interpretasi: bikele test + → pasien menahan cubitinya (siku) tetap fleksi

3) Cara pemeriksaan refleks fisiologis


Refleks bisep
 Mintalah pasien berbaring telentang dengan santai
 Fleksikanlah lengan bawah pasien di sendi siku
 Letakkanlah tangan pasien di daerah perut di bawah umbilikus
 Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendon biseps pasien lalu ketuklah
tendon tersebut dengan palu
. Pemeriksaan Refleks Triseps
 Mintalah pasien berbaring dengan santai
 Fleksikan lengan bawah pasien di sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan
 Letakkanlah tangan pasien di daerah perut di atas umbilikus
 Ketuklah tendon otot triseps pada fosa olekrani
Refleks Brakhioradialis
 Mintalah pasien berbaring dengan santai
 Posisikan lengan bawah pasien dalam posisi setengah fleksi dan tangan sedikit
dipronasikan
 Mintalah pasien untuk merelaksasikan lengan bawahnya sepenuhnya
 Ketuklah pada processus styloideus
Refleks Patella
 Mintalah pasien berbaring telentang dengan santai
 Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
 Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
 Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah patella
Refleks Achilles
 Mintalah pasien berbaring dengan santai
 Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada ujungnya untuk
memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki
 Ketuklah pada tendo achilles
Refleks Dinding Perut
 Mintalah pasien berbaring telentang dengan santai
 Posisikan kedua lengan pasien berada di samping badan
 Goreslah dinding perut dengan benda yang agak runcing, misalnya ujung
gagang palu refleks, kayu geretan atau kunci. Penggoresan dilakukan dengan
dari samping menuju ke garis tengah perut pada setiap segmen (pada berbagai
lapangan dinding perut)
 Segmen epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh Th 6 – Th 7)
 Supra umbilikus (perut bagian atas, diinervasi oleh Th 7 – Th 9)
 Umbilikus (perut bagian tengah, diinervasi oleh Th 9 – Th 11)
 Infraumbilikus ( perut bagian bawah, diinervasi oleh Th 11, Th 12 dan lumbal
atas)
 Lakukan cuci tangan rutin
Interpretasi:
 (+) Jika terdapat kontraksi otot, dimana terlihat pusar bergerak ke rah otot
yang berkontraksi.
 (-) Biasanya negatif pada wanita normal yang banyak anak (sering hamil),
yang dinding perutnya lembek, demikian juga pada orang gemuk dan orang
usia lanjut, juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun.
 Pada orang muda yang otot-otot dinding perutnya berkembang baik, bila
refleks ini negatif (-), hal ini mempunyai nilai patologis.
 Refleks dinding perut superfisialis menghilang pada lesi piramidalis.
Hilangnya refleks ini berkombinasi dengan meningkatnya refleks otot dinding
perut adalah khas bagi lesi di susunan piramidalis. Pada keadaan-keadaan
perut tersebut di atas dan lesi di segmen-segmen medulla spinalis yang
dilintasi busur refleks kulit dinding perut, sudah barang tentu refleks kulit
dinding perut tidak dapat dibangkitkan.
4) Cara pemeriksaan refleks patologis
Refleks Hoffman
 Stimulasi berupa garukan/ goresan pada kuku jari tengah pasien
+→ fleksi ibu jari dan jari telunjuk
Refleks Tromner
 Tangan pasien harus rileks, jari tengah diangkat kemudian pemeriksa
menjentikkan phalanx disertai dengan cepat
+→ fleksi ibu jari dan jari telunjuk
Refleks Gardon
 Stimulasi dengan menjepit otot pada betis
+→ dorsofleksi atau ekstensi ibu jari dan pengembangan jadi lain
Refleks Gonda
 stimulasi dengan menarik jari kaki ke-4 ke arah bawah dalam waktu singkat
dan melepaskan secara tiba-tiba
+→ dorsofleksi atau ekstensi ibu jari dan pengembangan jari lain
Refleks Oppenheim
 Stimulasi dengan mengurut/menggores kulit yang menutupi os. Tibia
Refleks Babinski
 Stimulasi dengan menggores bagian lateral telapak kaki mengarah ke medial
Refleks Chaddock
 Stimulasi dengan menggores kulit di sekitar maleolus lateral atau di sisi lateral
dorsum pedis
Refleks schaeffer
 Stimulasi dengan memencet dendon achilles secara keras
Refleks Bing
 Stimulasi dengan memberi rangsang pada kulit yang menutupi metatarsal ke-5
Refleks rosolimo
 Stimulasi dengan mengetuk telapak kaki

5) Glasglow coma scale


Eye
 Spontan= 4, suara/perintah=3, nyeri supraorbita=2, tidak berspon=1
Motorik
 Mengikuti perintah=6, melokalisir nyeri (nyeri supraorbita → respon dengan
angkat tangan lewati dagu= 5, reaksi menghindar= 4, fleksi abnormal=3,
ekstensi abnormal= 2, tidak ada reaksi=1
Verbal
 Stimulasi balik =5, bicara/percakapan membingungkan =4, kata-kata tidak
teratu r=3, suara tidak jelas =2, tidak ada respon

6) Kekuatan otot
 Tidak ada kontraksi/lumpuh total = 0, ada sedikit kontraksi, tetapi tidak
didapatkan gerakan pada persediaan yang harus digerakkan oleh otot =1, ada
gerakan tetapi tidak bisa lawan gravitasi =2, ada gerakan dan bisa lawan
gravitasi =3, dapat melawan gaya berat dan dapat menahan =4, tidak ada
kelumpuhan / normal=5

7) Perbedaan lesi Upper Motor Neuron dan Lower Motor Neuron


UMN LMN
Spastis Flaccid
Hipertoni Hipotoni
Hiper-refleks Hipo-reflesk
Refleks patologis meningkat Reflex patologis (-)
Tidak ada atrofi Atrofi otot

Anda mungkin juga menyukai