Anda di halaman 1dari 19

A.

KONSEP DASAR
1. Definisi
Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan yang terjadi diluar
siklus menstruasi yang dianggap normal. Perdarahan uterus abnormal dapat
disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit
sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks atau uterus
(leiomioma) dan kanker. Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson,
2009).
Perdarahan uterus abnormal (PUA) digunakan untuk menunjukan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal. PUA didefenisikan
sebagai perdarahan vagina yang terjadi didalam siklus kurang dari 20 hari atau
lebih dari 40 hari, berlangsung selama lebih dari 8 hari mengakibatkan
kehilang darah sebanyak >80mL dan anemia. Ini merupakan diagnosis
penyingkiran dimana penyakit lokal dan sistemik harus disingkirkan. Sekitar
50% dari pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 tahun dan 20% yang lain
adalah remaja, karena merupakan saat siklus anovulatori lebih sering
ditemukan. (Rudolph,A. 2006).

2. Etiologi
Menurut Manuaba (2010), pendarahan abnormal uterus disebabkan oleh :
a. Gagalnya efek umpan balik positif dari estrogen, pengubahan perifer
yang abnormal dari androgen menjadi estrogen atau cacat
endometrium yang dapat berada dalam tingkat reseptor atau dalam
sekresi atau pelepasan prostaglandin.
b. b.Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi) dan dalam
perangsangan yang terus berlanjut, endometrium akan berproliferasi
,sehingga mencapai tinggi yang abnormal. Terdapat vaskularitas yang
hebat & pertumbuhan kelenjar yang tanpa dukungan stroma.
Endometrium tumbuh melebihi rangsangan yang ditimbulkan estrogen
& perdarahan dengan peluruhan endometrium secara tidak teratur.
c. Kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofise-ovarium. Usia terjadinya
diantara tahap : perimenars (8-16 tahun), masa reproduksi (16-35
tahun) dan perimenopouse (45-65 tahun)
Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim uterus
abnormal, antara lain :
a. Alat kontrasepsi IUD atau hormonal
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
untuk pengendalian kelahiran, juga mungkin mengalami periode yang
berlebihan atau berkepanjangan. Jika Anda mengalami perdarahan
berat saat menggunakan IUD, IUD harus dihapus dan diganti dengan
metode pengendalian kelahiran alternatif. Biasanya terdeteksi segera
setelah menstruasi dimulai.
b. Gangguan trombosit
Merupakan kelainan darah yang paling umum yang
menyebabkan perdarahan berlebihan, gangguan trombosit yang paling
umum adalah penyakit von Willebrand. Wanita dengan penyakit von
Willebrand umumnya akan mengalami tidak hanya perdarahan
menstruasi yang berat, tapi mimisan, memar mudah, dan darah dalam
tinja.
c. Hormon
Ketidakseimbangan hormon yang mengganggu ovulasi dapat
menyebabkan perdarahan uterus abnormal. Beberapa hal yang dapat
mengganggu keseimbangan hormon yang rumit yang mempengaruhi
ovulasi dan pendarahan, yaitu :
1) Kehamilan, pada wanita usia subur, kehamilan merupakan
penyebab utama dari periode dilewati.
2) Perimenopause, perubahan hormonal yang terjadi selama
menjelang menopause (berhentinya menstruasi) menyebabkan
kelainan perdarahan.
3) Stres, hormon seperti kortisol yang diketahui mengganggu
ovulasi.
d. Polycystic ovary syndrome (PCOS), suatu kondisi di mana ovarium
menjadi penuh dengan kista kecil dan memperbesar. Masalah terjadi
ketika kelenjar pituitary memproduksi terlalu banyak hormon yang
disebut luteinizing hormone (LH). Ketidakseimbangan hormon yang
menciptakan hasil meluap-luap lapisan rahim yang membuat
perdarahan tidak teratur.
e. Penyebab lainnya, masalah yang berasal dari kelenjar tiroid, kelenjar
pituitary, atau kelenjar adrenal dapat mengganggu ovulasi. Masalah
fisik di dalam rahim dapat menyebabkan perdarahan abnormal, yaitu :
1) Fibroid, pertumbuhan non-kanker yang menyerang dinding
rahim di minimal 20% dari wanita berusia di atas 35. Fibroid
dapat muncul secara tunggal atau dalam kelompok, dan sekecil
anggur atau sebesar jeruk. Mereka terdiri dari otot dan jaringan
fibrosa, dan dapat menyebabkan aliran berlebihan saat
menstruasi atau pendarahan antara periode.
2) Polip, pertumbuhan non-kanker yang dapat menyerang leher
rahim atau uterus. Polip mungkin begitu kecil sehingga mereka
tidak diketahui, atau mungkin cukup besar untuk menyodok ke
dalam rongga rahim atau panggul dan menyebabkan
perdarahan abnormal.
3) Penyakit radang panggul (PID), suatu kondisi di mana saluran
tuba menjadi meradang, biasanya karena infeksi seksual
diperoleh. Perdarahan yang tidak teratur adalah salah satu dari
banyak gejala PID.
4) Kanker rahim,pertumbuhan ganas pada rahim. Hal ini dapat
terjadi pada dinding rahim (endometrium) atau dalam dinding
oto nya (sarkoma uterus).
5) Kanker endometrium, kanker yang paling umum dari sistem
reproduksi wanita, dan hampir selalu menyerang wanita
menopause antara usia 50-70. Setiap perdarahan setelah
menopause harus diperiksa segera.
6) Gangguan nutrisi, wanita dengan lemak tubuh sangat rendah
karena gangguan makan, diet ketat, atau olahraga berlebihan
sering dapat berhenti ovulasi dan menstruasi.

3. Tanda dan Gejala


Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.
Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan
berulang. Pada siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan
lebih bisa diramalkan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan
pada anovulasi merupakan kebalikannya (Rudolph,Abraham, 2006). Selain
itu gejala yang yang dapat timbul diantaranya seperti mood ayunan,
kekeringan atau kelembutan vagina serta juga dapat menimbulkan rasa lelah
yang berlebih (Stork,Susan, 2006).
a. Pada siklus ovulasi
Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi
jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus.
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang
(oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu dilakukan kerokan
pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan
tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-
kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong
(Wiknjoksastro,2007). Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal
dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, yaitu :
1) Korpus luteum persistens dalam hal ini dijumpai perdarahan
kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat
juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
2) Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual
spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah
kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH
releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi
endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran
endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang
bersangkutan.
3) Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi
pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
4) Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
b. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Pendarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di
satu bagian baru sembuh lantas diikuti pendarahan di permukaan
lainnya. Oleh karena itu, terjadi pendarahan rahim berkepanjangan.
(Wiknjosastro,2007).
Berdasarakan jenis perdarahan yang muncul, yaitu :
Batasan Pola Abnormalitas Perdarahan
Perdarahan uterus yang terjadi
dengan interval >35 hari dan
Oligomenorea
disebabkan oleh fase folikuler
yang memanjang.
Perdarahan uterus yg trjadi dgn
Polimenorea interval < 21 hari dan disebabkan
defek fase luteal.
Perdarahan uterus yang terjadi
dengan interval normal (21-35
Menoragia
hari) namun jumlah darah haid >
80 ml atau > 7 hari.
Perdarahan uterus yang tidak
teratur, interval non-siklik dan
Menometroragia dengan darah yang berlebihan
(>80 ml) dan atau dengan durasi
yang panjang ( > 7 hari).
Perdarahan uterus yang tidak
teratur diantara siklus ovulatoir
Metroragia atau perdarahan dengan penyebab seperti penyakit
antara haid servik, AKDR, endometritis, polip,
mioma submukosa, hiperplasia
endometrium, dan keganasan.
Bercak perdarahan yang terjadi
sesaat sebelum ovulasi yang
Bercak intermenstrual
umumnya disebabkan oleh
penurunan kadar estrogen.
Perdarahan uterus yang terjadi
pada wanita menopause yang
Perdarahan pasca menopause sekurang-kurangnya sudah tidak
mendapatkan haid selama 12
bulan.
Perdarahan uterus yang ditandai
dengan hilangnya darah yang
Perdaraha uterus abnormal akut sangat banyak dan menyebabkan
gangguan hemostasisis (hipotensi ,
takikardia atau renjatan).
Perdarahan uterus yang bersifat
ovulatoir atau anovulatoir yang
tidak berkaitan dengan kehamilan,
Perdarahan uterus disfungsional pengobatan, penyebab iatrogenik,
patologi traktus genitalis yang
nyata dan atau gangguan kondisi
sistemik.

4. Klasifikasi
Menurut Isselbacher Harrison, perdarahan uterus abnormal (PUA) dapat
dibedakan menjadi penyebab dengan siklus ovulasi dan penyebab yang
berhubungan dengan siklus anovulasi
a. PUA anovulatoris
Bentuk dominan pada masa menarche dan pramenopause akibat
terganggunya fungsi neuroendokrinologi. Ditandai dengan produksi
estradiol 17 β terus menerus tanpa disertai dengan pembentukan corpus
luteum & pelepasan progesterone. Estrogen tanpa diimbangi dengan
progesteron menyebabkan proliferasi endometrium terus menerus yang
menghasilkan pasokan darah berlebih & dikeluarkan secara irregular

b. PUA Ovulatoris
Angka kejadian: 10% wanita usia masa reproduksi. Bercak darah
pada pertengahan siklus setelah “LH surge” biasanya bersifat
fisiologis. Polimenorea paling sering terjadi akibat pemendekan fase
folikuler. Kemungkinan lain adalah pemanjangan fase luteal akibat
corpus Luteum yang persisten
5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya PUA masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa studiyang menyimpulkan bahwa terjadinya PUA tersebut disebabkan
adanya kerusakan dari jaringan-jaringan dan pembuluh-pembuluh darah
karena kelainan-kelainan organik (terutama karena adanya infeksi dan tumor)
pada alat-alat genitalia interna dan tidak berfungsinya jaringan-jaringan
tersebut secara maksimal untuk melakukan proses penghentian perdarahannya.
Secara umum penyebab terjadinya PUA adalah kelainan organik pada alat-
alat genitalia interna dalam (seperti serviks uteri, korpus uterus, tuba fallopi,
dan ovarium), kelainan sistemik atau darah (seperti kelainan faktor pembekuan
darah), dan kelainan fungsional dari alat-alat genitalia. Beberapa kelainan
organik pada alat-alat genitalia interna yang dapat menjadi penyebab
terjadinya PUA adalah bagian berikut ini.
a. Pada serviks uteri: polip serviks uteri, erosi porsio uteri, ulkus (borok)
porsio uteri, karsinoma (kanker pada sel tubuh) uteri.
b. Pada korpus uteri: polip endometrium uteri, abortus iminens, proses
berlangsungnya abortus, abortus inkomplit, kehamilan mola
hidatidosa, khorio-karsinoma, subinvolusi uteri,karsinoma korpus
uteri, sarkoma (kanker pada jaringan lunak tubuh) uteri, dan mioma
uteri
c. Pada tuba fallopi: kehamilan ektopik terganggu (KET), peradangan
pada tuba fallopi, dan tumor tuba fallopi
d. Pada ovarium: peradangan pada ovarium dan tumor ovarium.
Perdarahan uterus abnormal dapat terjadi pada siklus ovulatorik,
anovulatorik maupun keadaan folikel persisten. Pada siklus ovulatorik,
perdarahan terjadi karena kadar estrogen rendah. Siklus anovulatorik
dipengaruhi keadaan defisiensi progesteron dan kelebihan estrogen. Folikel
persisten sering dijumpai pada perimenopause. Jenis ini sering menjadi asal
keganasan endometrium. Setelah folikel tidak mampu lagi membentuk
estrogen, akan terjadi perdarahan lucut estrogen.
6. Pathway
Pendarahan Uterus Abnormal

Penyakit (polipi, erosi, KET, ulkus, Gangguan hormonal Alat kontrasepsi IU


abortus, karsinoma, dll)

Kelebihan hormon esterogen dan Dapat menyebabkan


kekuranan hormon progesteron pada pembekuan darah
fase anovulatorik, kekuarangan
hormon esterogen pada fase ovulatorik
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi endometrium
(pada wanita yang sudah menikah), laboratorium darah dan hemostasis, USG,
serta dio immuno assay.
a. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG,
FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining
gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
b. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang
gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus
perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang
memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
c. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik.

8. Penatalaksanaan Medis
Sebagian besar pasien dengan perdarahan uterus abnormal dapat diterapi
dengan obat-obatan terutama jika tak disertai dengan kelainan struktural.
a. Kontrasepsi oral secara efektif dapat mengkoreksi banyak sekali kasus
gangguan menstruasi yang sering ditemukan (PUA anovulatoris atau
ovulatoris). Meskipun demikian, PUA kadang-kadang dapat ditemukan
dalam bentuk perdarahan akut yang memerlukan terapi estrogen oral
atau intravena dalam dosis tinggi jangka pendek untuk menunjang
pertumbuhan endometrium.
b. Obat NSAID-non steroid anti inflamatory drug (asam mefenamat)
dapat menguruangi jumlah perdarahan pada saat menstruasi terutama
pada pasien yang ber ovulasi
Kelainan struktur sering memerlukan intervensi pembedahan untuk
menghilangkan gejala:
a. Dilatasi dan Kuretase : Dapat bersifat diagnostik dan atau terapeutik
terutama bagi penderita perdarahan akut akibat pertumbuhan
endometrium berlebihan.
b. Histeroskopi: prosedur pembedahan polklinik untuk diagnosa dan
terapi lesi uterus.
c. Histerektomi: Hanya untuk wanita dengan lesi struktura;l yang tak
dapat disembuhkan dengan pembedahan konservatif.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama
dan alamat, serta data penanggung jawab
b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut DAN terasa ada
massa di daerah abdomen, menstruasi yg tidak berhenti-henti
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang, Keluhan yang dirasakan klien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah
perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga dlm kelainan ginekologi
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak
f. Riwayat menstruasi
Kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea. menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
g. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
h. Abdomen
Nyeri tekan pada abdomen, Teraba massa pada abdomen.
i. Ekstremitas
Nyeri panggul saat beraktivitas, tidak ada kelemahan.
j. Eliminasi, urinasi
Adanya konstipasi, susah BAK
k. Data Sosial Ekonomi
Kaji golongan masyarakat dan tingkat umur, baik sebelum masa
pubertas maupun sebelum menopause
l. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan perdarahan abnormal
pervaginam hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil
m. Pola kebiasaan sehari-hari
Biasanya klien mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
n. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium, pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
2) Pemeriksaan fisiki, ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan

2. Analisa Data dan Diagnosa

DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


DO : Klien tampak Factor resiko Nyeri berhubungan
gelisah, perilaku ↓ dengan kerusakan
berhati-hati, ekspresi G3 keseimbangan jaringan otot, system
tegang, TTV. hormone uterus saraf dan gangguan
DS : - ↓ sirkulasi darah
Perdarahan abnormal

Perpindahan cairan ke
intrasel

Penekanan ujung syaraf
DO : adanya perdarahan Factor resiko Resiko tinggi
pervaginam ↓ kekurangan cairan
DS : - G3 keseimbangan tubuh berhubungan
hormone uterus dengan perdarahan
↓ pervaginam berlebihan.
Perdarahan abnormal

Kehilangan banyak
cairan & elektrolit
DO : klien tampak Factor resiko Ansietas berhubungan
cemas, TTV ↑ ↓ dengan kurangnya
DS : - G3 keseimbangan pengetahuan tentang
hormone uterus penyakit, prognosis dan
↓ kebutuhan pengobatan.
Perdarahan abnormal

Kurangnya pajanan
informasi

3. Perencanaan
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot, system saraf
dan gangguan sirkulasi darah
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam.
Kriteria Hasil :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
b. Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.
c. TTV normal : suhu :36-37 0C, nadi : 80-100 x/menit, pernapasan :16-
24x/menit, tekanan darah yaitu sistole: 100-130 mmHg, diastole: 70-
80 mmHg
Intervensi :
a. Kaji riwayat nyeri, misalnya : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan
intensitas (kala 0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.
Rasional : Menentukan intervensi lebih lanjut
b. Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin (posisi fowler atau
posisi datar atau miring kesalah satu sisi)
Rasional : Meningkatkan rasa aman dan nyaman
c. Kaji tanda vital : takikardi,hipertensi, pernafasan cepat.
Rasional : Nyeri dapat berdampak pada peningkatan pernapasan, nadi,
dan tekanan darah
d. Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri misalnya :
dengan teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan
terapeutik. Evaluasi atau kontrol pengurangan nyeri
Rasional : Membantu mengurangi perasaan nyeri
e. Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.
Rasional : Mengurangi distraksi yang dapat meningkatkan perasaan
nyeri
f. Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi nyeri dengan bantuan medis
g. Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
Rasional : Meningkatkan proses penyembuhan nyeri
h. Observasi efek analgetik (narkotik )
Rasional : Obat analgetik (narkotika) dapat menimbulkan efek samping
seperti brakikardi, takikardi
i. Kolaborasi : anjurkan dilakukannya pembedahan
Rasional : Pembedahan dilakukan untuk mempercepat proses
penyembuhan penyakit
j. Motivasi klien untuk mobilisasi dini setelah pembedahan bila sudah
diperbolehkan.
Rasional : Pembedahan dapat menimbulkan persepsi ketakutan pada
klien

Diagnosa II : Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan


perdarahan pervaginam berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak
terjadi kekurangan volume cairan tubuh.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ditemukan tanda-tanda kekuranga caira, seperti turgor kulit
kurang, membran mukosa kering, demam.
b. Pendarahan berhenti, keluaran urine 1 cc/kg BB/jam.
c. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
d. TTV normal : suhu :36-37 0C, nadi : 80-100 x/menit, pernapasan :16-
24x/menit, tekanan darah yaitu sistole: 100-130 mmHg, diastole: 70-
80 mmHg
Intervensi :
a. Pantau masukan dan haluaran atau monitor balance cairan tiap 24 jam.
Rasional : Menentukan output dan input cairan
b. Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.
Rasional : Tanda-tanda vital abnormal dapat menindikasikan terjadinya
hipovolemia
c. Observasi pendarahan
Rasional : Pendarahan yang terlalu banyak dapat menimbulkan
takikardi, brakikardi, kejang
d. Anjurkan klien untuk minum kurang lebih 1500-2000 l/hari
Rasional : Meningkatkan asupan masukan untuk menyeimbangi
keluaran cairan
e. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral dan kalau perlu transfusi
sesuai indikasi, pemeriksaan laboratorium. Hb, leko, trombo, ureum,
kreatinin.
Rasional : Meningkatkan keseimbangan cairan masukan dan keluaran

Diagnosa III : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang setelah diberikan askep selama 3 X 24
jam
Kriteria Hasil :
a. Klien tampak tenang
b. Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Membantu klien mengungkapkan apa yang ada dalam
pikirannya
b. Dorong dan dukung klien untuk menyadari dan berusaha menerima
diagnosa
Rasional : Membantu pasien untuk mencapai fase penerimaan dalam
dirinya
c. Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Membantu klien untuk mengetahui tanda dan gejala depresi
d. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian
prostetik.Beri informasi tentang hasil-hasil laboratorium dan
perkembangan penyakit klien, serta treatment yang mungkin, seperti
kemoterapi, radioterapi, pembedahan
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien untuk mengurangi rasa
cemas terhadap penyakitnya
e. Informasikan tentang dukungan sosial atau kelompok bagi klien,
misalnya perkumpulan penyandang kanker serviks
Rasional : Dukungan dari orang sekitar dapat meningkatkan proses
penyembuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, H., 1999. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirorahardjo. Jakarta

Mansjoer, A., et al., 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN

PENDARAHAN UTERUS ABNORMAL

YAYANG SAVITA

(PO.62.20.1.15.145)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-IV KEPERAWATAN

2017

Anda mungkin juga menyukai