Anda di halaman 1dari 60
Menimbang Mengingat KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 428 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN PADA KEMENTERIAN AGAMA. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, bahwa dengan telah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan perlu meninjau kembali Keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keprotokolan di Lingkungan Departemen Agama; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri ‘Agama tentang Petunjuk Pelaksanaan Keprotokolan pada Kementerian Agama; 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sepanjang materinya tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang keprotokolan; 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 5. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168); 6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis-jenis Pakaian Sipil; Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT -2- 7. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama Berita Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 348} ; 8. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 851): MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI AGAMA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN PADA KEMENTERIAN AGAMA. Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Keprotokolan pada Kementerian Agama sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Petunjuk Pelaksanaan Keprotokolan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU merupakan petunjuk bagi para pejabat/pelaksana dalam melaksanakan tugas keprotokolan pada Kementerian Agama di pusat dan di daerah. Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pclaksanaan Keprotokolan di Lingkungan Departemen Agama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2015 MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, ( \y LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN LAMPIRAN: KEPUTUSAN MENTERI AGAMA RIREPUBLIK INDONESIA NOMOR 428TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN PADA KEMENTERIAN AGAMA BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara menghormati kedudukan paraPejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan Negara asing dan/atau organisasi internasional serta tokoh masyarakat tertentu dengan suatu pengaturan keprotokolan dan agar pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan bangsa dan negara sesuai tujuan, untuk itu perlu selalu diadakan upaya peningkatan penertiban dan penyempurnaan yang meliputi aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, dan pembinaan fasilitas lainnya. Ketentuan tentang Keprotokolan pada Kementerian Agama telah diatur dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan keprotokolan di lingkungan Departemen Agama, dengan telah disahkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan yang berasaskan kebangsaan, ketertiban, kepastian hukum, keseimbangan, keselarasan dan timbal balik, maka Keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1993 perlu disempurnakan karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan sistem ketatanegaraan. B.Maksud dan Tujuan 1. Maksud Petunjuk pelaksanaan keprotokolan dimaksudkan sebagai acuan bagi pejabat dan/atau petugas keprotokolan dalam melaksanakan acara resmi pada Kementerian Agama. 2. Tujuan Penyusunan petunjuk pelaksanaan keprotokolan ini bertujuan agar acara yang diselenggarakan pada Kementerian Agama dapat berjalan dengan tertib, rapi, khidmat dan lancar berdasarkan tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. C.Ruang Lingkup Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan keprotokolan ini terdiri dari: . Wewenang dan Tanggung Jawab Keprotokolan; Tata Tempat; Tata Upacara; Tata Penghormatan; Persiapan dan Pelaksanaan Keprotokolan; £ vpeNe 6. 7, 8. 9, Tata Letak Tempat; Penerimaan Tamu Luar Negeri dan Kunjungan Ke Daerah; Petunjuk Keprotokolan; dan Naskah Upacara. D, Pengertian Umum Pe 1. engertian umum dalam petunjuk pelaksanaan ini meliputi : Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat. Acara Resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dan dihadiri oleh pejabat negara dan/atau pejabat pemerintahan serta undangan lainnya. Tata Tempat adalah Pengaturan Tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan NegaraAsing dan/atau —_Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau acara Resmi, Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara resmi di Kementerian Agama. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan Negara asing dan/atauorganisasi internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam acara resmi di Kementerian Agama. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara scbagaimana dimaksud dalam Undang Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pejabat Negara yang sccara tegas ditentukan dalam Undang Undang, Pejabat Pemerintahan adalah pejabat yang menduduki Jabatan tertentu dalam pemerintahan, baik dipusat maupun didaerah Tamu Negara adalah pemimpin negara asing yang berkunjung secara kenegaraan, resmi, kerja, atau pribadi ke Negara Indonesia. Tokoh Masyarakat Tertentu adalah tokoh Masyarakat yang berdasarkan kedudukan sosialnya mendapat pengaturan Keprotokolan BAB IL WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB KEPROTOKOLAN A. Tingkat Pusat 1, Tugas keprotokolan tingkat pusat menjadi wewenang dan tanggungjawab Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian Agama u.p Kepala Bagian Tata Usaha Kementerian, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Sub Bagian Protokol. -5- 2. Tugas keprotokolan Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan Badan Litbang dan Diklat menjadi wewenang dan tanggungjawab Bagian Umum masing-masing unit eselon 1 B.Tingkat Daerah 1. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. Tugas keprotokolan pada Kantor Wilayah KementerianAgama menjadi tanggungjawab Kepala Bagian Tata Usaha yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Sub Bagian Umum. 2. Perguruan Tinggi Keagamaan. Wewenang dan tanggung jawab tugas keprotokolan pada Perguruan Tinggi Keagamaan sebagai berikut. @. pada Universitas Islam Negeri (UIN) menjadi wewenang dan tanggung Jawab Kepala Biro Admintrasi Umum dan Keuangan; b. pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) menjadi wewenang dan tanggungjawab oleh Kepala Biro Administrasi Umum Akademik Kemahasiswaan; dan ©. pada Sekolah Tinggi Keagamaan Negeri (STKN) menjadi wewenang dan tanggung jawab Kepala Bagian Umum. 3. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. ‘Tugas keprotokolan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menjadi wewenang dan tanggungjawab Kepala Sub Bagian Tata Usaha. 4. Balai Diklat Keagamaan. Tugas keprotokolan pada Balai Diklat Keagamaan menjadi wewenang dan tanggungjawab Kepala Sub Bagian Tata Usaha. 5, Balai Litbang Agama. Tugas keprotokolan pada Balai Litbang Agama menjadi wewenang dan tanggungjawab Kepala Sub Bagian Tata Usaha. 6. Kantor Urusan Agama Kecamatan (KUA) Tugas keprotokolan pada KUA Kecamatan menjadi tanggungjawab Kepala KUA yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk. 7. Madrasah Tugas keprotokolan pada Madrasah Negeri menjadi wewenang dan tanggung jawab Kepala Tata Usaha. Kegiatan atau acara Menteri Agama yang dilaksanakan di Pusat maupun di Daerah harus dikoordinasikan dengan Kepala Biro Umum u.p Kepala Bagian Tata Usaha Kementerian, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Sub Bagian Protokol. BAB II TATA TEMPAT Pengaturan tata tempat dilakukan berdasarkankelompok yang terdiri dari tata tempat —_nasional, —_provinsi,kabupaten/kota dantata tempatperoranganbagi penyclenggara negara, isteri atau suami pejabat, dan pejabat yang mewakili serta tuan rumah dalam acara resmi. & A. Tata Tempat Nasional Tata Tempat Nasional merupakan tata tempat dalam acara kenegaraan dan acara resmi di ibukota negara Republik Indonesia dan di luar ibukota negara Republik Indonesia dengan urutan sebagai berikut: 1, Presiden Republik Indonesia; 2. Wakil Presiden Republik Indonesia; 3. Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden; 4. Ketua Majelis Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia; 5. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; 6. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia; 7. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; 8. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia; 9. Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia; 10. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia; 11.Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan; 12.DutaBesar/Kepala Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional; 13.Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Badan Penyelenggara Pemilihan Umum, Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dan Wakil Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia. 14.Menteri, Pejabat setingkat menteri, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, serta Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia; 15.Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara ‘Tentara Nasional Indonesia; 16.Pemimpin partai politik yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; 17.Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Ketua Muda dan Hakim Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia, Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dan Anggota_ Komisi Yudisial Republik Indonesia; 18.Pemimpin Lembaga Negara yang ditetapkan sebagai pejabat negara, pemimpin lembaga negara lainnya yang ditetapkan dengan undang. undang, Deputi Gubernur Senior dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, serta Wakil Ketua Badan Penyelenggara Pemilihan Umum; 19.Gubernur Kepala Daerah; 20.Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan tertentu; 21,Pimpinan lembaga pemerintahan bukan kementerian, Wakil Menteri, Wakil Kepala StafAngkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia, Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia, Wakil Gubernur, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Pejabat escton [ atau yang disetarakan; 22.Bupati/walikota dan Ketua Dewan PerwakilanRakyat Daerah kabupaten/kota; dan 23.Pimpinan tertinggi representasi _organisasi keagamaan tingkat nasional yang secara faktual diakui keberadaannya oleh Pemerintah dan masyarakat. B. Tata ‘Tempat Provinsi Tata Tempat provinsi merupakan tata tempat dalam acara resmi yang disclenggarakan pada tingkat provinsi dengan urutan sebagai berikut: .Gubernur; Wakil Gubernur; . Mantan Gubernur dan Mantan Wakil Gubernur; Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau nama lainnnya; . Kepala perwakilan konsuler negara asing di daerah; . Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau nama lainnya; Sekretaris Daerah, panglima/komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan, kepala kepolisian, ketua pengadilan tinggi semua badan peradilan, dan kepala kejaksaan tinggi di provinsi; 8.Pemimpin partai politik di provinsi yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi; 9. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau nama lainnya, anggota Majelis Permusyarawatan Ulama Aceh dan Anggota Majelis Rakyat Papua; 10. Bupati/Walikota 11.Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan di Daerah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Daerah, ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah; 12,Pemuka Agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat provinsi: 13. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota; 14.Wakil Bupati/Wekil Walikota dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten /Kota; 15.Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota; 16.Asisten sckretaris daerah provinsi, kepala dinas tingkat provinsi, kepala kantor instansi vertikal di provinsi, kepala badan provinsi, dan pejabat eselonll; dan 17.Kepala bagian pemerintah daerah provinsi dan pejabat eselon [Il Anan x C. Tata Tempat Kabupaten/Kota Tata Tempat kabupaten/kota merupakan tata tempat dalam acara resmi yang disclenggarakan pada tingkat kabupaten/kota dengan urutan sebagai berikut: 1. Bupati/Walikota; 2, Wakil bupati/Wakil Walikota; 3.Mantan Bupati/mantan Walikota dan mantan Wakil Bupati/mantan wakil Walikota; 4.Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama lainnya; Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama lainnya; 6.Sekretaris Daerah, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan, kepala kepolisian, ketua pengadilan, dan kepala kejaksaan negeri di kabupaten/kota; £ wo -8- 7.Pemimpin partai politik di Kabupaten/kota yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota; 8. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama lainnya; 9. Pemuka Agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat kabupaten/kota; 10.Asisten sekretaris daerah kabupaten/kota, kepala badan tingkat kabupaten/kota, dan pejabat dinas tingkat kabupaten/kota, dan pejabat eselon [I, kepala kantor perwakilan Bank Indonesia di tingkat kabupaten/kota, ketua komisi pemilihan umum kabupaten/kota; 11.Kepala instansi vertikal tingkat kabupaten/kota, kepala unit pelaksana teknis instansi vertikal, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan di kecamatan, dan Kepala Kepolisian di kecamatan; 12.Kepala Bagian pemerintah daerah kabupaten/kota, camat dan pejabat eselon IlI;dan 13.Lurah/kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan pejabat eselon lV. Dalam hal penyelenggara negara,perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional serta tokoh masyarakat tertentu dalam acara resmi diprovinsi ataukabupaten/kota, para pejabat tersebut menempati urutan tata tempat terlebih dahulu dari pejabat daerah. Dalam hal Menteri Agama melakukan kunjungan pada Majelis Agama/Organisasi Kemasyarakatan/Kelembagaan Keagamaan pada Provinsi_ maupun pada kabupaten/kota maka Pimpinan Majelis Agama/Organisasi Masyarakat/Lembaga Keagamaan sebagai tuan rumah menempati tata tempat di sebelah kanan Menteri Agama. D. Tata Tempat pada Kementerian Agama Dalam suatu acara resmi pada Kementerian Agama yang dihadiri oleh Menteri Agama dan istri/suami,tata tempat berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Tata Tempat pada Kementerian Agama merupakan tata tempat dalam acara resmi yang diselenggarakan pada pada Kementerian Agama dengan urutan sebagai berikut: 1, Menteri Agama; 2. Isteri/suami Menteri Agama; 3.Mantan Menteri Agama mendapat urutan tempat, setelah Menteri Agama; 4. Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, Perwakilan Negara Asing dan/atau organisasi internasional berhalangan hadir pada Acara Resmi Kementerian Agama, maka tempatnya tidak diisi oleh yang mewakilinya. Seseorang yang mewakili mendapat tempat scsuai dengan kedudukan sosial dan kehormatan yang diterimanya atau jabatannya; dan 5. Tata urutan pejabat pada Kementerian Agama sebagai berikut: a, Menteri Agama Republik Indonesia; Pejabat Eselon I; c. Pejabat Eselon 11; d. Pejabat Eselon III; dan e. Pejabat Eselon IV. s z E, Rumus Tata Tempat Tata Tempat dalam acara resmi pada Kementerian Agama mempergunakan rumus sebagai berikut 1. Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama/paling tinggi adalah mereka yang mempunyai urutan paling depan paling mendahului. 2. Jika mereka berjajar, maka yang disebelah kanan dari orang yang paling utama (nomor 1) dianggap lebih tinggi/mendahului orang yang duduk disebelah kirinya. 3. Duduk berjajar pada baris utama (font row) dan/atau pada baris pertama (first row) pengaturannya dapat menggunakan rumus berselang yaitu: a. jumlah genap, maka pengaturan tempatnya dengan menggunakan rumus; Nomor urut (1) Menteri ditengah kanan. Nomor urut (2) disebelah kirinya. Selanjutnya nomor urut ganjil disebelah kanan, dan nomor urut genap disebelah kiri, gambaran sebagai berikut; (1) {2} atau (3) (1) (2) (4); b. jumlah ganjil, maka pengaturan tempatnya dengan menggunakan rumus; nomor urut (1) adalah Menteri ditengah, nomor urut (2) sebelah kanannya, selanjutnya nomor urut ganjil disebelah kiri, dan urut genap disebelah kanan gambarannya sebagai berikut; (2) (1) (3) atau (4) (2) (1) (8) (5); c. duduk berjajar pada garis lainnya (other rows) dapat menggunakan nomor urut biasa atau nomor urut kacang yaitu: (4) (3) (2) (1) atau (1) (2) (3) (4) (5); 4. jika menghadap meja, Menteri mendapat tempat utama menghadap pint masuk/keluar; ¢. apabila Menteri naik Kapal Terbang: naik paling akhir, turun paling awal; naik Kapal Laut: naik dan turun paling awal; naik Mobil/KA: naik dan turun paling awal, duduk paling kanan; £ kedatangan dan pulang, orang yang paling dihormati selalu datang paling akhir dan pulang paling awal; dan g.jajar kehormatan, orang yang paling dihormati, harus datang dari sebelah kanan dari pejabat yang menyambut. Bila orang yang paling dihormati yang menyambut tamu, maka tamu akan datang dari arah sebelah kirinya. BAB IV TATA UPACARA Tata Upacara dalam suatu penyelenggaraan acara resmi pada Kementerian Agama meliputi : a. Tata Upacara Bendera; dan b. Tata upacara bukan Upacara Bendera. -10- Upacara Benderamerupakan upacara pengibaran/penurunan Bendera Negara sedangkan upacara bukan Upacara Benderamerupakan upacara yang disclengggarakan didalam ruangan atau diluar ruangan dengan tidak ada pengibaran/penurunan Bendera Negara. Upacara Bendera hanya dapat dilaksanakan pada Acara Resmiscbagai berikut a. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia; b. Hari Besar Nasional; dan ¢. Hari Ulang Tahun Lahir/Amal Bhakti Kementerian Agama. Pada peringatan Hari besar Nasional diselenggarakan Upacara Benderasebagai upaya menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa, agar dapat memperkuat kepribadian, mempertebal rasa harga iri bangsa dan kebanggaan nasional khususnya — pegawai KementerianAgamaserta memperkokoh jiwa persatuan dankesatuan bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan dan memupuk semangat dan jiwa kebangsaan meniyju ketahanan nasional yang ampuh A. Tata Upacara Bendera. Upacara Bendera yang diselenggarakan pada Kementerian Agama meliputi : 1. Upacara Bendera Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia; 2. Upacara Hari Besar Nasional; 3 Januari, Hari Amal Bhakti Kementerian Agama; 2 Mei, Hari Pendidikan Nasional; 20 Mei, Hari Kebangkitan Nasional; 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Rl; 1 Oktober, Hari Kesaktian Pancasila; 28 Oktober, Hari Sumpah Pemuda; 10 November, Hari Pahlawan; 25 November Hari Guru Nasional; 29 November, HUT KORPRI; 22 Desember, Hari Ibu rpm mp po oe Tata Upacara Bendera dalam penyelenggaraan Acara Resmi meliputi: a. tata urutan dalam Upacara Bendera; b, tata bendera negara dalam Upacara Bendera; ¢. tata lagu kebangsaan dalam Upacara Bendera; 4. tata pakaian dalam Upacara Bendera; dan a, tata urutan dalamUpacara Bendera. 1. Tata urutan dalam Upacara Benderapaling sedikit meliputi : a. pengibaran Bendera Negara diiringi dengan Lagu Kebangsaan IndonesiaRaya; b. mengheningkan cipta; ¢. pembacaan Naskah Pancasila; d.pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945; dan ©. pembacaan do’a. “le Tata urutan Upacara Bendera dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia paling sedikit meliputi: a. pengibaran Bendera Negara diiringi_- dengan Lagu KebangsaaanIndonesia Raya; b. mengheningkan cipta; ©. mengenang detik-detik Proklamasi diiringi dengan tembakan meriam, sirine, bedug, lonceng gereja dan lain-lain selama satu menit; d. pembacaan teks proklamasi; dan €. pembacaan do’a. 2. Tata Bendera Negara dalam Upacara Bendera Pada saat penaikan atau penurunan Bendera Negara, semua orang yang hadir dalam Upacara Bendera harus memberi hormat dengan berdiri tegak dan khidmat sambil menghadapkan muka kepada bendera negara sampai penaikan atau penurunan Bendera Negara selesai. Tata bendera negara dalam Upacara Bendera’ a. Bendera Merah Putih dikibarkan sampai dengan saat matahari terbenam; b. Tiang bendera didirikan di tempat upacara; dan c. Penghormatan diberikan pada saat pengibaran atau penurunan bendera. Dalam hal pengibaran Bendera Negara sebagai tanda berkabung bersamaan dengan pengibaran Bendera Negara dalam rangka peringatan hari-hari besar nasional, dua Bendera Negara dikibarkan berdampingan yang scbelah kiri dipasang setengah tiang dan yang sebelah kanan dipasang penuh: Bendera Negara yang dipergunakan pada Kementerian Agama mempunyai ukuran sebagai berikut a. 120 cm x 180 cm untuk di lapangan Umum; b. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan diruangan; ¢. 30cmx 45 cm untuk mobil Menteri Agama; d. 30 cm x 15 cm untuk Penggunaan di meja. 3.Tata Lagu Kebangsaan Dalam Upacara Bendera Lagu Kebangsaan _ Indonesia Raya wajib diperdengarkandan/atau dinyanyikan padaUpacara Bendera, dan setiap orang yang hadi pada saat lagu kebangsaan diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat Tata lagu kebangsaan dalam Upacara Bendera meliputi: @. pengibaran atau penurunan Bendera Negara dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya; b. iringan lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam pengibaran atau penurunan Bendera Negara dilakukan oleh korps musik atau genderang dan/atau sangkakala, sedangkan seluruh peserta R at upacara mengambil sikap sempurna dan memberikan penghormatan menurut keadaan setempat. Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang dan/atau sangkakala pengibaran atau penurunan bendera merah putih diringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh seluruh peserta upacara. Pengiring lagu untuk pengibaran atau penurunan bendera tidale dibenarkan menggunakan musik dari alat rekam. Dalam hal terjadi situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan terlaksananya tata Upacara Bendera, tata upacara dapat dilaksanakan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi tersebut. 3. Tata Pakaian Dalam Upacara Bendera ‘Tata pakaian dalam Upacara Bendera: a, tata pakaian Upacara Benderapada acara resmi Kementerian Agama disesuaikan menurut jenis acara; dan b. dalam acara resmi dapat digunakan pakaian sipil harian, atau seragam resmi lainnya yang di tentukan; B. Upacara Bukan Upacara Bendera Upacara bukan Upacara Benderayang diselenggarakan pada Kementerian Agama meliputi: . Upacara Pelantikan Pejabat; Upacara Pengukuhan; . Upacara Wisuda; . Upacara Peletakan Batu Pertama; Upacara Peresmian; . Upacara Rapat Kerja Nasional; dan . Upacara Hari Besar Agama. NQUSwNY Tata Upacara bukan Upacara Benderadalam suatu penyelenggaraan acara resmi pada Kementerian Agama meliputi: a, tata urutan upacara; b, tata pakaian upacara; dan ©, tata bendera 1. Tata Urutan Upacara. Tata Urutan Upacara pada acara resmi yang disclenggarakan Kementerian Agama meliputi: a. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya; b. pembukaan; c. acara pokok; dan d. penutup. Dalam acara resmi yang disclenggarakan oleh Kementerian Agama wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dengan diiringi alat musik, tanpa diiringi alat musik ataupun diperdengarkan secara instrumental. £ -13- Susunan acara pokok pada Upacara Pelantikan sebagai berilcut: a. menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya; pembacaan keputusan pengangkatan; ¢. pengambilan sumpah jabatan; ©. kata Pelantikan; sambutan pejabat yang melantik; g. pembacaan do’a; dan h. penyampaian ucapan selamat. b. d. penanda tanganan berita acarasumpah Jabatan; f. 2. Tata Pakaian Upacara. Tata Pakaian upacara bukan Upacara Benderapada acara resmi Kementerian Agama disesuaikan menurut jenis acara. Pada upacara Pelantikan Pejabat Kementerian Agama, menggunakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL)/Pakaian Sipil Resmi | (PSR)/pakaian nasional/Pakaian Seragam Anggota KORPRIsesuai dengan yang ditentukan 3. Tata Bendera Tata Letak Bendera Negara pada upacara bukan Upacara Bendera dipasang pada sebuah tiang bendera dan diletakkan di sebelah kanan mimbar. BABV TATA PENGHORMATAN A. Penghormatan Pada Pejabat Negara Dalam acara resmi yang diselenggarakan Kementerian Agama, Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, tamu negara dan tokoh masyarakat tertentu mendapat penghormatan sesuai dengan kedudukannya dalam negara, pemerintahan atau dalam masyarakat BentukPenghormatanselain berupa pemberian tata tempat juga berupa: a. penghormatan dengan bendera Negara; b. penghormatan jenazah apabila meninggal dunia; ©. penghormatan denganlagu kebangsaan;dan, d. pemberian bantuan sarana untuk melaksanakan acara. Penghormatan dengan bendera Negaradiberikan ‘kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu yang meninggal dunia. Penghormatan diberikan dalam bentuk pengibaran setengah tiang bendera negara merah putih sebagai tanda berkabung. Penghormatandengan pengibaran setengah tiang Bendera Negara dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a, selama (tiga) hari bagi Presiden dan Wakil Presiden; b. selama 2(dua) hari bagi pimpinan Lembaga Negara; dan ¢. selama 2 (dua) hari bagi Menteri Negara. L -14- Dalam hal pengibaran setengah tiang Bendera Negara berlangsung bersamaan dengan penyelenggaraan peringatan hari nasional, maka Bendera Negara dikibarkan secara penuh Apabila jenazah Pejabat Negaratertentu meninggal dunia diluar negeri, pengibaran setengah tiang Bendera Negara dilaksanakan sejak tanggal kedatangan jenazah tersebut di Indonesia Penghormatan dengan Bendera Negara dapat dilakukan kepada Menteri/Kepala Daerah yang meninggal dalam tugas dengan mempergunakan Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan yang dipasang lurus memanjang pada peti atau usungan jenazah, dengan ketentuan bagian yang berwarna merah di atas sebelah kiri badan jenazah. Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah tersebut setelah digunakan dapat diberikan kepada pihak keluarga Penghormatan berupa pengantaran atau penyambutan jenazah, persemayaman dan pemakaman bagi Pejabat Negara dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penghormatan denganlagu kebangsaan dilaksanakan untuk menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau penurunan Bendera Negara yang diadakan dalam upacara dan dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama. Penghormatan berupa bantuan sarana, pemberian perlindungan ketertiban dan keamanan yang diperlukan dalam melaksanakan acara/tugas diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku baginya dengan tidak menimbulkan sifat berlebihan, Pelaksanaan tata penghormatan dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama _ Provinsi berpedoman pada tata penghormatan dalam petunjuk pelaksanaan ini Penyelenggaraan keprotokolan didaerah khusus atau dacrahistimewa dilaksanakan dengan menghormati kekhususan atau keistimewaan daerah tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN . Persiapan Dalam acara resmi yang akan diselenggarakan oleh Kementerian Agama pejabat/petugasprotokol wajib mempersiapkan sebagai berikut: 1, undangan; 2. kelengkapan upacara; 3. perlengkapan upacara; zg ONE 12. ~15- . susunan acara; . denah tempat upacara; . tempat duduk; . Tapat koordinasi persiapan; . pakaian; . konsumsi; . kebersihan; i. gladi kotor; dan gladi bersih, Undangan Dalam penyampaian undangan harus memperhatikan: a, undangan harus melampirkan susunan acara; b. undangan harus dikirim satu minggu sebelum hari pelaksanaan; c. penyampaian undangan harus dengan lembar pengantar; d.nama yang diundang harus ditulis jelas, lengkap dan benar, nama jabatannya atau nama pribadinya; dan e. melakukan konfirmasi undangan Kelengkapan Upacara Untuk melaksanakan Upacara Bendera dalam acara resmi diperlukan kelengkapan upacara yang meliputi: . Inspektur upacara; . Komandan upacara; Perwira upacara; . Komandan barisan; . Peserta upacara; Pembaca naskah; Pembawa naskah; . Pembawa acara; Pembaca do’a; Dirigent lagu Kebangsaan Indonesia Raya; . Penerima tamu; dan Pengibar bendera. rroope oe pe op Untuk melaksanakan upacara bukan Upacara Bendera dalam acara resmi diperlukan kelengkapan upacara yang meliputi: a. pejabat yang melantik; b. pejabat yang meresmikan; c. penanggung jawab upacara; d. undangan; e. pembaca keputusan Presiden/Menteri Agama; f, pembawa acara; g. pembaca do’a; h, dirigent lagu Kebangsaan Indonesia Raya; i. penerima tamu; dan j. pembawa peralatan peresmian. R -16- 3. Perlengkapan Upacara Untuk melaksanakan Upacara Bendera dalam acara resmi diperlukan perlengkapan upacarayang meliputi: . bendera; . tiang bendera dengan tali; . mimbar upacara; . naskah Proklamasi; . naskeh Pancasila; naskah pembukaanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945; . naskah Panca Prasetya KORPRI; . naskah Ikrar; naskah Sejarah Singkat Hari Ibu; |. naskah Keputusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia; dan k. teks do’a. Ppeangep oe Untuk melaksanakan upacara bukan Upacara Bendera dalam acara resmi diperlukan perlengkapan Upacara yang meliputi: a. Podium; b. Naskah yang akan dibacakan /ditandatangani, seperti: a. KeputusanPresiden/Menteri Agama; b. Berita Acara Sumpah Jabatan; c. Naskah pelantikan; dan d. Teks do’a. . Lambang Negara; Bendera Negara; . Pengeras suara; Lampu penerangan; . Meja kursi; . Tenda; Peralatan khusus dalam acara_peresmian/pembukaan/penutupan/ peletakan batu pertama/perlombaan, meliputi: alat pengguntingan pita, baki, plakat, tropi,piagam, prasasti, gong, palu, kentongan, sirine, bedug, perlengkapan peletakan batu pertama; j. Dekorasi sesuai dengan letak tata tempat,jenis upacara, dan identitas rpm me aoe keagamaan; k, Buku tamu; dan 1. Alat tulis. 4. Susunan Acara. Susunan acara dalam pelaksanaan Upacara Bendera dan upacara bukan Upacara Bendera disesuaikan dengan upacara yang akan dilaksanakan, a, Susunan Acara pada Upacara Bendera Susunan acara pada Upacara Benderadibedakan sesuai dengan peringatannya yaitu sebagai berikut: 1) Susunan Acara pada Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia : a) Komandan Upacara memasuki lapangan —upacara, barisandisiapkan; 2) -17- b) Inspektur Upacara memasuki —lapangan_—_upacara, barisandisiapkan; c) Penghormatan umum kepada InspekturUpacara dipimpin oleh KomandanUpacara; 4) Laporan dari Komandan upacara kepada Inspektur upacara; e} Mengheningkan cipta dipimpin oleh Inspektur upacara; f) Pembacaan teks Proklamasi oleh Inspektur Upacara; - Tanda Kebesaran Buka; dan - Tanda Kebesaran Tutup 8) Pengibaran Bendera dan Penghormatan kepada Sang Merah Putih dipimpin oleh komandan upacara diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya ; h) Pembacaan teks Pancasila diikuti oleh seluruh peserta upacaraPembacaan Pembukaan UUD’45; i) Pembacaan Keputusan Presiden RI dan Menteri Agama RI; - Keputusan Presiden RI Tanda Kebesaran Buka, - Tanda Kebesaran Tutup; dan - Keputusan Menteri Agama RI J) Penyematan Tanda Kehormatan Satya Lancana Karyasatya dan Piagam Penghargaan oleh Inspektur Upacara; k) Pembacaan Do’a; }) Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara bahwa upacara telah selesai; m) Penghormatan umum kepada Inspektur upacara; n) Inspektur upacara meninggalkan lapangan upacara; 0) Pejabat Eselon I dan Ii serta pengurus Dharma Wanita meninggalkan lapangan upacara; P) Komandan upacara membubarkan barisan; q) Komandan upacara meninggalkan lapangan upacara; dan 1) Upacara selesai. Susunan Acara pada Hari Amal Bhakti Kementerian Agamayang diselenggarakan setiap tanggal 3 Januari: a) Komandan Upacara memasuki lapanganupacara, barisan disic b) Inspektur Upacara memasuki lapangan upacara, barisan disiapkan; ©) Penghormatan umum kepada inspektur upacara dipimpin oleh komandan upacara; d) Laporan komandan upacara kepada inspektur upacara; e) Pengibaran Bendera dan Penghormatan kepada Sang Merah Putih dipimpin oleh komandan upacara diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya; f) Mengheningkan cipta dipimpin oleh inspektur upacara; ) Pembacaan teks Pancasila diikuti oleh peserta upacara, Pembacaan Pembukaan UUD 1945 dan Kode Etik Pegawai Kementerian Agama; h) Pembacaan Keputusan Presiden RI dan Keputusan Menteri Agama RI; - Keputusan Presiden RI - Tanda Kebesaran Buka - Tanda Kebesaran Tutup - Keputusan Menteri Agama RI -18- i) Penyematan Tanda Kehormatan Satya Lancana Karyasatya dan Piagam Penghargaan oleh Inspektur Upacara; j) Sambutan Inspektur upacara, barisan diistirahatkan; k) Pembacaan do’a; }) Laporan komandan upacara kepada inspektur upacara; m) Penghormatan umum kepada inspektur upacara dipimpin olehkomandan upacara; n) Inspektur upacara meninggalkan lapangan upacara; 0) Komandan upacara membubarkan barisan; P) Komandan upacara meninggalkan lapangan upacara; dan 4) Komandan barisan membubarkan barisannya. 3) Susunan Acara pada Peringatan Hari Kesaktian Pancasila. a) b) ° Komandan upacara memasuki lapangan upacara, barisan disiapkan; Inspektur upacara tiba di tempat upacara, barisan disiapkan; Penghormatan umum kepada Inspektur Upacara dipimpin oleh komandan upacara; Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara; Mengheningkan cipta dipimpin oleh komandan upacara: Pembacaan teks Pancasila diikuti seluruh peserta upacara, pembacaan Pembukaan UUD 1945 dan Ikrar; Pembacaan doa; Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara; Penghormatan umum kepada Inspektur upacara dipimpin oleh komandan upacara; Inspektur upacara meninggalkan lapangan upacara; Komandan upacara membubarkan barisan; Komandan upacara meninggalkan lapangan upacara;dan m) Komandan barisan membubarkan barisan. 4) Susunan Acara pada Upacara Peringatan Hari Ibu. a) b) 3 dq) °) Komandan upacara memasuki lapangan upacara, barisan disiapkan; Inspektur upacara tiba di tempat upacara, barisan disiapkan; Penghormatan umum kepada Inspektur Upacara dipimpin oleh komandan upacara; Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara; Pengibaran Bendera dan Penghormatan kepada sang merah putin dipimpin oleh komandan upacara diiringi lagu kebangsaan Indonesia raya. Mengheningkan cipta dipimpin oleh Inspektur upacara; Pembacaan teks Pancasila diikuti seluruh peserta upacara, Pembukaan UUD 1945 dan Sejarah Singkat Hari Ibu; Sambutan Inspektur Upacara. Pembacaan do’a; Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara,; Penghormatan umum kepada inspektur upacara dipimpin oleh komandan upacara; Inspektur upacara meninggalkan lapangan upacara; Komandan upacara membubarkan barisan; Komandan upacara meninggalkan lapangan upacara; dan Komandan barisan membubarkan barisannya masing-masing, -19- 5)Susunan Acara pada Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional. a)Komandan upacara memasuki lapangan upacara, barisan disiapkan; bj Inspektur upacara tiba di tempat upacara, barisan disiapkan; c} Penghormatan umum kepada Inspektur Upacara dipimpin oleh komandan upacara; 4) Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara; ©) Pengibaran Bendera dan Penghormatan kepada sang merah putih dipimpin oleh komandan upacara diiringi lagu kebangsaan Indonesia raya. f) Mengheningkan cipta dipimpin oleh Inspektur upacara; g) Pembacaan teks Pancasila diikuti seluruh peserta upacara, Pembukaan UUD 1945 dan Panca Prasetya KORPRI; h) Sambutan Inspektur Upacara. i) Lagu satu nusa satu bangsa. j) Pembacaan do’a; k) Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara,; }) Penghormatan umum kepada inspektur upacara dipimpin oleh komandan upacara; m) Inspektur upacara meninggalkan lapangan upacare; n) Komandan upacara membubarkan barisan; 0) Komandan upacara meninggalkan lapangan upacara; p) Komandan barisan membubarkan barisannya masing-masing. 6) Susunan Acara pada Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda a) Komandan upacara memasuki lapangan upacara, barisan disiapkan; b) Inspektur upacara tiba di tempat upacara, barisan disiapkan; ©} Penghormatan umum kepada Inspektur Upacara dipimpin oleh komandan upacara; ¢) Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara; ¢) Pengibaran Bendera dan Penghormatan kepada sang merah putih dipimpin oleh komandan upacara diiringi lagu kebangsaan Indonesia raya. ) Mengheningkan cipta dipimpin oleh Inspektur upacara; 2) Pembacaan teks Pancasila diikuti sehiruh peserta upacara, Pembukaan UUD 1945 dan Keputusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia; h) Sambutan Inspektur Upacara. i) Lagu Bangun Pemudi-Pemuda. j) Pembacaan do’a; k) Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara,; 1) Penghormatan umum kepada inspektur upacara dipimpin oleh komandan upacara; m) Inspektur upacara meninggalkan lapangan upacara; n) Komandan upacara membubarkan barisan; 0) Komandan upacara meninggalkan lapangan upacara; p) Komandan barisan membubarkan barisannya masing-masing. =20- b. Susunan Acara pada Upacara Bukan Upacara Bendera. Susunan acara pada upacara bukan Upacara Bendera dibedakan sesuai dengan acaranya yaitu sebagai berikut: 1) Susunan Acara pelantikan /pengukuhan pejabat dan serah terima jabatan: a) Pembukaan b) Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya c) Pembacaan Keputusan Presiden RI d)Pengambilan Sumpah Jabatan oleh Menteri Agama RI (rohaniwan dipersilahkan menempati tempat yang telah ditentukan} ¢) Penanda tanganan Berita Acara Sumpah jabatan oleh pejabat yangmengambil sumpah Menteri Agama RI, Pejabat yang mengangkat sumpah dengan dua orang saksi; ) Kata Pelantikan oleh Menteri Agama Rl; 2) Pemasangan kalung jabatan Rektor oleh Menteri Agama Republik Indonesia; h) Penanda tanganan berita acara serah terima jabatan oleh : Pejabat lama, pejabat yang baru dan pejabat yang melantik i) Sambutan Menteri Agama RI. J). Pembacaan do’a. kk) Pemberian ucapan selamat yang diawali oleh Menteri Agama Republik Indonesia diikuti oleh pejabat eselon I dan II serta undangan lainnya; dan }} Pehutup dan ramah tamah 2) Susunan Acara Upacara Peresmian: a) Kedatangan Pejabat yang akan meresmikan di tempat upacara; b) Pembacaan acara oleh pembawa acara; ©) Pembukaan dengan membaca kitab suci 4) Laporan panitia peresmian/pimpinan proyek; ¢) Sambutan pihak-pihak yang berkepentingan (bila diperlukan); f) Pidato Menteri/pejabat yang meresmikan; €) Peresmian dengan pemukulan gong, pengguntingan pita atau penandatanganan prasasti: h) Pembacaan do’a; i) Ramah tamah; J) Pemberitahuan bahwa upacara telah selesai; dan ky) Pejabat yang meresmikan meninggalkan tempat upacara. Susunan acara dalam peresmian pembangunan gedung dapat dirubah sesuai dengan obyeknya antara lain, sesudah amanat Menteri/pejabat yang meresmikan dapat dilanjutkan dengan —_penandatanganan prasasti dan penekanan tombol peresmian atau setelah pembacaan do’a, sebelum beramah tamah terlebih dahulu diadakan acara peninjauan ruang-ruang dan lain- lainnya. -21- Demikian pula tanda-tanda peresmian dapat dilakukan dengan berbagai macam variasi, misalnya: a. peresmian dengan membaca “bismillahirrahmanirrahim" b. dengan pemukulan gong, bedug, kentongan; . pemukulan palu; 4. penekanan tombol sirine; dan ¢. pengguntingan pita dan sebagainya. 3) Susunan Acara Upacara Peletakan Batu Pertama. a) Kedatangan pejabat yang-akan melaksanakan peletakan batu pertama ditempat upacara; ») Pembacaan acara oleh pembawa acara; c} Pembukaan dengan pembacaan kitab suci; 4) Laporan panitia; ¢} Sambutan pihak-pihak yang berkepentingan (bila diperlukan}; {) Sambutan pejabat yang melaksanakan peletakan batu pertama; g) Peletakan batu pertama pada tempat yang sudah disediakan; h) Pembacaan do’a; i) Ramah tamah/melihat maket(bila diperlukan); j) Pemberitahuan bahwa upacara telah selesai; dan k) Pejabat yang melaksanakan peletakan batu pertamameninggalkan tempat upacara. 5. Denah Tempat Upacara. a. Denah Upacara Bendera. Denah Upacara Bendera yang dilakukan pada lapangan terbuka harus memperhatikan: yj 2) 3) Keadaan dan bentuk lapangan yang dipakai; Macam dan sifat upacara; dan Pemasangan tenda dan kursi perlumemperhatikan sinar matahari, aruskeluar masuk dan bentuk lapangan. b. Denah Upacara Bukan Upacara Bendera. Denah Upacara Bukan Upacara Bendera yang dilakukan didalam ruangan harusmemperhatikan: iJika menghadap meja, maka tempat utama adalah yang menghadap ke pintu ke Iuar/masuk dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar; 2\Jika berjajar pada garis yang sama, maka tempat yang paling 3) 6. Tem; utamaadalah tempat sebelah kanan luar atau tempat paling tengah; dan Penyusunan kursi tergantung pada jumlah undangan, macam upacara, keserasian dan kelancaran keluar masuk. pat duduk. Pengaturan tata tempat duduk pada Upacara Bendera dan upacara bukan Upacara Benderadilakukan sesuai dengan tata tempat. L -2- 7, Rapat Koordinasi Persiapan. Pejabat/petugas protokol perlu mengadakan rapat koordinasi persiapan dengan unit-unit atau instansi lain yang secara fungsional berhubungan dengan isi dan sifat upacara yang akan dilaksanakan, demikian pula dengan pihak-pihak yang bertanggungjawab dibidang keamanan agar pelaksanaan upacara dapat berjalan dengan tertib dan jancar. 8. Pakaian. Pakaian yang dipergunakan pada Upacara Bendera dan Upacara Bukan Upacara’ Bendera disesuaikan menurut jenis acara dan wajib dicantumkan pada undangan 9. Konsumsi. Dalam penyediaan konsumsi upacara harus memperhatikan: a, hidangan disesuaikan dengan sifat dan waktu upacara; b, menu diupayakan masakan daerah/nasional; c. penyajian diupayakan sepraktis mungkin. 10.Kebersihan. Sebelum pelaksanaan upacara _pejabat/petugas protokol__wajib memperhatikan kebersihan yang meliputi: a. kebersihan tempat upacara; dan b. kebersihan peralatan dan hidangan. 11. Gladi Kotor, Sebelum penyelenggaraan upacara dapat dilakukan gladi kotor sebagai persiapan awal berupa latihanyang dilakukan, minimal dua hari sebelumberlangsungnya upacara sehingga upacara dapat berjalan dengan lancar. 12. Gladi Bersih. Sebagai persiapan terakhir dan pengecekan segala hal yang perlu dipersiapkan, dapat dilakukan latihanatau gladi bersih, minimal sehari sebelum berlangsungnyaupacara, sesuai dengan urutan acara, dan kelengkapan serta perlengkapan upacara sebagaimana yang telah direncanakan. B, PELAKSANAAN Dalam pelaksanaan upacara, pejabat yang bertanggung jawab terhadap keprotokolan wajib melakukan koordinasi dengan pelaksana yang bertugas melaksanakan keprotokolan dengan memberikan tugas pada acara: 1. penerimaan tamu /audensi (dalam dan luar negeri); 2. kunjungan tamu (dalam dan luar negeri); 3. perjalanan ke daerah / luar negeri; 4. pengaturan rapat /sidang; 5. penyelenggaraan resepsi / jamuan makan; dan 6. penyelenggaraan upacara. -2- Pelaksanaan kegiatan keprotokolan dalam suatu upacara harus berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan agar: 1. terciptanya suasana/iklim yangmempengaruhi keberhasilan suatuusaha. 2. menciptakan tata pergaulan yang mendekatkan satu sama lain dan dapat diterima oleh semuapihak, walaupun mengandung unsur-unsuryang membatasi gerak pribadi; 3. terciptanya suatu upacara yang khidmat, tertib, rapidan lancar; 4. terciptanya pemberian perlindungan; dan 5. terciptanya ketertiban dan rasa aman dalammenjalankan tugas. Dalam pelaksanaan tugasnya Petugas Protokol harus: 1, mampu melaksanakan fungsi dan tugas protokol yaknimengatur Parapejabatnya dengan aturan supaya acara teratur. 2. secara teknis, setiap petugas harus menekuni bidang tugas masing- masing dan dituntut pula untuk turut memperhatikan kepentingan bidang lainnya. 3. perla_mewujudkan aparat pengelola yang efektif dalam iklim yang kompak, tertib, dan berwibawa dalam suatu kondisi yang berazaskan kekeluargaan guna menjamin tercapainya keberhasilan pelaksanaan tugas. 4. protokol perlu mengusai segala permasalahan, tetapi bukan berarti harus melaksanakannya sendiri, bagi suatu acara perlu koordinasi dengan pihak terkait. 5. mengerti arti pentingnya dekorasi, kebersihan dan keamanan. 6. mengerti tentang prinsip-prinsip manajemen yang baik 7. mampu berpakaian yang baik, Dalam pelaksanaan suatu upacaraterdapat 3 unsuryang harus dijadikan pedoman pejabat/pelaksana keprotokolan: a. Tata Cara. 1) setiap upacara, harus dilakukan dengan khidmat, tertib, rapi, dan lancar. 2) perbuatan/tindakan-tindakan pada acara ini dilakuken menurut aturan atau adat kebiasaan tertentu yang sudah tetap dan harus ditaati oleh peserta upacara. b. Tata Krama. Pada setiap upacara, diperlukan penggunaan kata-kata yang baik dan tepat_ menurut —_tinggirendahnya’derajat_ ~—Pejabat_—=—=syyang. bersangkutan,disesuaikan dengan peristiwanya. c. Aturan tertentu. Didalam penyelenggaraan suatu upacara kita terikat tata cara yang sudah ditetapkan yangberdasarkan pada aturan yang telah ditentukan. BAB VIL TATA LETAK TEMPAT Dalam pelaksanaan upacara yang diselenggarakan Kementerian Agama dapat berpedoman pada tata letak tempat (layout) sebagai berikut: -24- A. Layout Upacara Pelantikan Pejabat. = a esecanean: 1. Pel Ye Melantk 7. DMP Raerah__13 Mela Renarnnganan.. 2B, MDB BM Lr Gere 3. Owe Bes <.20r8 Saka, 5. Easiga | 19. standing baie 38 7 [ann aa 29, Bandera Mera eicin 20, Benaera Kemenne Ad, Lambank Serucs -25- C. Layout upacara resmi pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Layout upacara resmi pada PTKN 10 B Keterangan: Rektor, Wakil Rektor, Dekan. Wisudawan / Wisudawati. Undangan. Pembawa acara. Petugas prosesi. Gambar Presiden. Gambar Wakil Presiden 10, Burung Garuda 11. Bendera merah putih. 12. Bendera Institut dan Fakultas. 13. Podium. 14. Meja. PONATAON & Pps 3 a 3 WIA) EERIE D. Layout pada upacara Pengukuhan Abli Peneliti Utama Layout pada upacara Pengukuhan Abli Peneliti Utama. 3 2 te Keterangan : . Ketua Majelis. . Sekretaris Majelis. . Anggota Majelis. . Menteri. Sekretaris Jenderal. . Kabalitbang dan Diklat. . Kandidat Ahli Peneliti Utama. . Panitera. )._Pembawa Acara. . Undangan. . Podium. Gambar Presiden. . Lambang Garuda Pancasila. . Gambar Wakil Presiden. . Bendera Merah Putih. R -27- E, Layout pada upacara penandatanganan naskah kerjasama. jout pada upacara penandatanganan naskah kerjasam: 2 1 3 | Meja Penandatanganan Eg u 2B Keterangan: Menteri Agama RI. Pimpinan Organisasi. Sekretaris Jenderal. Lambang Garuda Pancasila. Gambar Presiden. Gambar Wakil Presiden. Bendera merah putih. Podium. Bendera Organisasi yang bersangkutan. 10. Pembawa acara. 11. Pejabat Eselon | Kementerian Agama. 12. Tamu VIP dari Organisasi yang bersangkutan. 13. Undangan lainnya. PANNA SeNr 10 -28- F. Layout pada upacara peletakan batu pertama. Layout pada upacara peletakan batu pertama. | | Keterangan: 1. Menteri Agama, 2. Gubernur. 3. Isteri/suami Menteri Agama RI. 4, Sckretaris Jenderal Kementerian Agama. 5. Isteri/suami Gubernur. 6. Isteri/suami Pejabat Eselon I Kementerian Agama. 7. Undangan. 8. Pembawa acara. 9. Lokasi peletakanbatupertama. 10. Podium. ~29- G. Layoutn pada Upacara Bendera Layout pada Upacara Bendera. 7 3 9 10 i | 2] [a i | i ea ‘ | 18 7 16 5 i 39 Keterangan: 1. Inspektur Upacara. 2. Komandan Upacara. 3. Tiang bendera. 4. Barisan pejabat eselon I. 5. Barisan pejabat eselon Il. 6. Barisan Setjen 7. Barisan Itjen. 8. Barisan PHU, 9. Barisan Ditjen Bimas Islam. 10. Barisan Ditjen Bimas Kristen 11. Barisan Ditjen Bimas Katolik. 12. Barisan Ditjen Bimas Hindu. 13. Barisan Ditjen Bimas Buddha. 14. Barisan Ditjen Pendidikan Islam. 15. Barisan Belitbang dan Diklat. 16. Pembawa acara. 17, Pembaca naskah dan do’a. 18. Pengibar bendera. 19. Perwira Upacara. -30- H. Layoutperingatan, Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dan NuzululQur’an di Masjid. Layoutperingatan, Maulid Nabi, isra Mi’raj dan NuzululQur'an di Masjid 7 i TIPE a] fa Keterangan: SOSNDAAwNHE ll. 12. 13. 14, 15. 16. 17. 18. . Presiden. . Wakil Presiden. Isteri Presiden. . Isteri Wakil Presiden. . Menteri Agama, . Menko Kesra. Ketua MPR. . Ketua Lembaga Tinggi Negara . Ketua MUI. . Imam Besar Ketua Pengelola Masjid. Isteri Menteri Agama. Corp Diplomatik. Podium. Penceramah. Pembaca Do’a. Mimbar Qori. Pembawa Acara. BAB VIII PENERIMAAN TAMU LUAR NEGERI DAN KUNJUNGAN KEDAERAH A. Penerimaan Tamu Luar Negeri 1. Persiapan Pejabat/petugas protokol yang bertugas melakukan _pelayanan keprotokolan terhadap tamu huar negeri yang akan berkunjung ke Indonesia wajib melakukan persiapan dengan memastika: a. VIP Room Airport; b. jadwal penerbangan; L -31- pengawalan; keamanan; penjemputan. pengantar; penerjemah; bendera; penyambutan; tempat penginapan; jadwal tentatif kunjungan; skenario acara; . susunan acara; souvenir; undangan; payung; Perlengkapan upacara penyambutan; pembawa acara; wartawan; dan Pakaian. ry nove Dara rR mo ao Sebelum kedatangan tamu luar negeri pejabat/petugas protokol, wajibmelakukan koordinasi untuk menyambut kehadiran tamu luar negeri dengan: a. pihak keamana: b. pihak airport; c. pejabat/petugas protokol Kanwil Kementerian Agama dan pemerintah Daerah apabila tamu akan berkunjung ke daerah; dan d. pejabat/petugas protokol Kementerian/Badan Negara yang akan dikunjungi tamu. 2. Pelaksanaan a. Jadwal acara. Pejabat/petugas Protokol harus mengkoordinasikan dan memastikan pelaksanaan acara sesuiai dengan jadwal yang telah ditentukan. b. Koordinasi. Pejabat/petugas Protokol harus mengkoordinasikan rencana kedatangan tamu luar negeri yang akan berkunjung ke daerah dan menjadi tamu Gubernur/Kepala Daerah dengan Pejabat/Petugas protokel Pemerintah Daerah dan Pejabat/petugas protokol Kantor Wilayah Kementerian Agama. c. Tata Tempat Penerimaan Tamu. Tata tempat yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1) Urutan iringan-iringan mobil; 2) Urutan berdiri waktu penyambutan dan perkenalan; 3) Tata tempat dan Tata upacara; 4) Urutan-urutan waktu masuk dan keluar pesawat terbang baik waktu datang maupun waktu pulang. L B.Kunjungan Ke Daerah 1. Persiapan. Pejabat/petugas protokol yang bertugas melakukan_pelayanan keprotokolan terhadap Menteri/tamu luar negeri yang akan berkunjung ke daerah wajib melakukan persiapan dengan memastikan : a, tempat peninjauan/sasaran kunjungan; b. pejabat yang akan turut serta dalam peninjauan; c. hotel/tempat penginapan serta kelengkapan; d. route perjalanan yang akan dilalui; e.kendaraan yang diperlukan harus standart kendaraan Menteri di provinsi dan plat nomor kedinasan Menteri (jika diperlukan); {, urutan acara; g, kebutuhan logistik; h.melakukan koordinasi dengan penanggungjawab tempat yang akan ditinjau; dan i, pengawalan dan pengamanan. 2. Pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kunjungan ke daerah dibutukkan dukungan tim advanced keprotokolan paling sedikit berjumlah 1 (satu) orang yang harus berangkat lebih awal ke daerah tujuan, paling sedikit 1 (satu) hari sebelum kedatangan Menteri/tamu luar negeri Tim advanced bertugas: a. mempersiapkan kedatangan Menteri/tamu luar negeri; b.melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama provinsi/ kabupaten/kota dan panitia setempat terkait kesiapan kunjungan Menteri/tamu luar negeri; ¢. mengkoordinasi susunan acara atau kegiatan Menteri/tamu luar negeri; dan d.melakukan penyambutan dan pelepasan di bandara pada saat kedatangandan kepulangan Menteri/tamu luar negeri. BAB IX TEKNIS PELAKSANAAN UPACARA Agar pelaksanaan Upacara Bendera yang diselenggarakan Kementerian Agama dapat berjalan dengan tertib, rapi, khidmat dan lancar sesuai dengan yang direncanakan diperlukan teknis pelaksanaan upacara sebagai berikut: -33- ‘TEKNIS PELAKSANAAN UPACARA HARI KESAKTIAN PANCASILA, DI KEMENTERIAN AGAMA PUSAT JL.LAPANGAN BANTENG BARAT NO.3-4 JAKARTA memasuki Japangan upacara, barisan disiapkan. memasuki lapangan upacara, perimpin barisan langsung menyiapkan barisannya masing-masing Komandan upacara mengambil alih pimpinan upacara ‘Sebelum komandan barisan kesamping barisennya, komandan barisan menjawab perintah komandan upacara, Jangsung memimpin penghormatan secara ‘otomatis, komandan upacara membalas penghormatan, setelah penghormatan NO| JAM | URAIAN ACARA KEGIATAN KETERANGAN TY 2 3 7 3 [A [07-20 PERSIAPAN 1. Kepala Biro Umum ‘Pomeriksaan persiapan | ‘mengadakan pengecekan | dan kelengkapan di seluruh kelengkapan | lapangan upacara | dan petugas upacara 2. petugas upacara dan | protokol telah siap di tempat upacara 3. Perwira upacara 1 mengadakan koordinasi dengan para petugas ‘upacara untuk ‘mengetahui kesiapan, kKelengkapan dan perlengkapan upacara B PENDAHULUAN 1 07.25 | Komandan borisan | komandan basisan dari unit | Aba-aba komandan mengatur dan kerja masing-masing barisan: menyiapkan mengatur, menyiapkan barisannya masing- | barisannya dan “Siap.......grak, setengah masing, mengistirahatkan lencang kanan ......grak, tegak. grak,istirah at di tempat.......grakl” 2 | g7gq | Kemandan upacare | Komandan upacara Aba-aba komandan barisan” Siap....grak” Aba-aba komandan upacara “Pimpinan saya ambil alih, kepada masing-masing Komandan barisan ke samping kanan barisannya masing- masing, laksanakan” Aba-aba komandan barisan: “Laksanakan, kepada pemimpin upacara, hormat...se..e§tak” c 4 | 0732 2 | 0734 3 | 0736 ACARA POKOK Inspektur upacara memasuki Japangan upacara, barisan disiapkan Penghormatan umum kepada Inspektur upacara dipimpin oleh Komandan upacara Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara -34- dibalas komandan barisan kesamping barisannya masing-masing, komandan upacara ‘memperhatikan seluruh peserta upacara, apakah peserta tupacara telah rapi dan tertib untuk dapat melanjutkan upacara, kemudian komandan ‘upacara mengistirahatkan seluruh peseria upacara Komandan upacara ke posisi komandan upacara Perwira upacara menjemput inspektur upacara dari ruang kerja dan mengantarkan ke mimbar upacara komandan upacara langsung menyiapkan seluruh peserta upacara Komandan upacara memimpin penghormatan Inspektur upacara membalas penghormatan Komandan upacara maju ke tempat pelaporan dan ‘memberikan Japoran Inspektur upacara memberikan perintah “Laksanakan” Pemimpin upacara kembali ke tempat semula “Tegak........grak!” Aba-aba komandan upacara ” Seluruhnya istirahat di tempat.......grak! Aba-abakomandan upacara:” Seluruhnya, siap...grak!” ‘Aba-aba“ Kepada pembina upacara, hormat......gtak” “"Tegak....grak" Bunyi laporan “Lapor, Upacara Bendera peringatan hari Kesaktian Pancasile tahun 2015 siap” Komandan Upacara” Laksanakan" 07.38 O71 07.45 747 07.49 07.51 Mengheningkan

Anda mungkin juga menyukai