INDONESIA - JEPANG
Abstrak
Indonesia dan Jepang telah menandatangani perjanjian kerjasama Indonesia Jepang
Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) pada tahun 2007. Untuk mewujudkan kesepaka-
tan perdagangan bebas tersebut dan untuk menghindari adanya trade diversion sebagai
dampak dari tarif preferensi, maka kedua negara mempersyaratkan Surat Keterangan
Asal (SKA) untuk mensertifikasi asal barang yang diperdagangkan. Berdasarkan hasil
analisa data statistik dan survey diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan SKA Form IJ-
EPA ternyata relatif lebih rendah dibandingkan dengan kesepakatan perdagangan bebas
lainnya yang telah ditandatangani dan diimpelementasikan di Indonesia. Ketidakoptimalan
yang terjadi dikarenakan beberapa faktor antara lain: masih adanya penggunaan Form
A dalam ekspor ke Jepang, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang terdapat
di berbagai IPSKA, keengganan pencantuman struktur biaya dalam SKA Form IJ-EPA,
dan kurangnya sosialisasi mengenai fasilitas IJ-EPA. Dari segi perdagangan bilateral,
kesepakatan perdagangan bebas IJ-EPA berdampak pada perubahan pola impor Indonesia
dari Jepang dimana terdapat beberapa produk yang mengalami lonjakan, seperti produk
Kendaraan Bermotor dan Mesin Disel. Sebaliknya, implementasi IJ-EPA tidak memiliki
dampak yang berarti terhadap pola ekspor Indonesia ke Jepang.
Kata kunci : Indonesia-Jepang, Perdagangan Bebas, Surat Keterangan Asal
Abstract
In 2007 Indonesia and Japan signed a partnership agreement of Indonesia-Japan Economic
Partnership Agreement (IJ-EPA). In order to implement the IJ-EPA and to prevent trade
diversion as an impact of tariff preferences, both governments required the Certificate of
Origin (COO) scheme. This study elaborates the use of COO-IJ-EPA and the impact of IJ-EPA
on bilateral trade performances between the two countries. According to data analysis and
survey, it was found that the number of COO-IJ-EPA was the lowest compared to other free
trade agreements. The low share of the COO-IJ-EPA was caused by the following factors:
the use of Form A as an alternative choice in export activity, inadequate human resources
at the institutions issuing COO, reluctance to disclose the production cost structure and
the lack of socialization in regards with trade facilitation under IJ-EPA scheme. Bilateral
agreement under IJ-EPA has also brought impact to the Indonesia’s import pattern with
Japan. After the implementation of the agreement, Indonesia’s import for certain products
increased significantly, such as importation of automotive products and diesel machines. On
the contrary, the agreement did not have significant impact to Indonesia’s export pattern.
Keywords : Indonesia-Japan, Free Trade, Certificate of Origin
63.1
59.2
48.1
46.1
40.5 41.5
37.8
31.0 39.1
31.1
%
28.6
22.1 20.7
12.4 16.0
9.2
6.9 4.6
3.1
Total Jumlah SKA berdasarkan Tipe Preferensi FTA Nilai SKA berdasarkan Tipe Preferensi FTA
35,000
250,000
30,000
200,000
25,000
150,000
20,000
US$ juta
Total Jumlah SKA
100,000
15,000
50,000
10,000
- 5,000
(50,000) -
Perub. Jan-Sep Perub. Jan-Sep
2007 2008 2009 2010 Jan-Sep2010 Jan-Sep 2011 2007 2008 2009 2010 Jan-Sep2010 Jan-Sep 2011
2011/2010 (%) 2011/2010 (%)
Total 26,085 139,864 187,884 205,775 164,235 189,248 15.2 Total 1,907 15,884 13,106 19,867 13,138 28,790 119.1
AFTA 2,332 11,604 16,606 103,334 84033 83,524 -0.6 AFTA 1,360 9,434 6,417 8,710 6,094 9,680 58.8
AKFTA 4,262 22,937 27,210 28,622 23170 26,144 12.8 AKFTA 343 2,942 1,603 2,776 1,712 3,393 98.2
ACFTA 19,491 89,095 97,793 24,235 17913 26,580 48.4 ACFTA 204 1,804 2,607 5,287 3,520 6,875 95.3
IJEPA - 16,228 46,275 48,571 39119 43,580 11.4 IJEPA 0 1,705 2,479 2,642 1,811 3,909 115.8
AIFTA - - - 1,013 0 9,420 0.0 AIFTA 0 - 0.0 452 - 4,934
pada tahun 2010 dengan nilai sebesar Barang dari Plastik, industri Furnitur, dan
104,1%. industri Tekstil dan Produk Tekstil telah
Berdasarkan hasil temuan lapangan melakukan kegiatan ekspor ke Jepang
di daerah sampel, hampir tiga perempat selama lebih dari tiga tahun. Hal ini
pelaku usaha yang bergerak di dalam mengindikasikan bahwa para responden
industri Pengolahan dan Pengawetan tersebut telah melakukan ekspor ke
Ikan dan Biota Perairan Lainnya, industri Jepang jauh sebelum disepakatinya
Cokelat dan Kembang Gula, industri kesepakatan perdagangan bebas antara
10.00
25.00
mengetahui tentang persyaratan dan Form IJ-EPA. Alasan lainnya
8.00
adalah
20.00
prosedur penerbitan SKA Form IJ-EPA. masih adanya importir dari Jepang
6.00
Ketidaktahuan
15.00 responden tersebut yang menginginkan penggunaan SKA
4.00
karena mereka
10.00 menggunakan jasa Form A dan tarif bea masuk untuk
5.00 2.00
1 GSP ini adalah kerjasama non preferensi antara negara-negara maju dengan negara berkembang, dimana tujuannya
adalah untuk meningkatkan devisa dan mempercepat industrialisasi dan pertumbuhan negara-negara berkembang,
dengan memberikan dan membuka peluang untuk memasarkan barang-barang yang dihasilkannya, sehingga barang-
barang tersebut dapat bersaing dipasaran negara-negara maju.
50.00 18.00
45.00 16.00
40.00 14.00
35.00
12.00
30.00
US$ Miliar
US$ Miliar
10.00
25.00
8.00
20.00
6.00
15.00
10.00 4.00
5.00 2.00
- -
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Neraca (RHS) 9.02 8.32 7.64 9.38 9.88 11.14 16.22 17.11 12.61 8.73 8.82
Ekspor 14.42 13.01 12.05 13.60 15.96 18.05 21.73 23.63 27.74 18.57 25.78
Impor 5.40 4.69 4.41 4.23 6.08 6.91 5.52 6.53 15.13 9.84 16.97
Total Perdagangan 19.81 17.70 16.45 17.83 22.04 24.96 27.25 30.16 42.87 28.42 42.75
fluktuatif, mengalami kenaikan dari tahun defisit perdagangan sebesar USD 1,1
2004 hingga mencapai puncaknya pada miliar dan kembali mengalami surplus
tahun 2006. Kemudian terjadi penurunan perdagangan pada tahun 2009 yang
hingga pada tahun 2008 mengalami selanjutnya defisit pada tahun 2010.
20.0
18.0 17.1
16.2
16.0
13.7
14.0
12.6
12.0 11.1
10.5
9.9 9.5
US$ Miliar
10.0 9.2
8.5 8.7 8.8 Total
7.6
8.0 6.7 Migas
6.6 6.6
6.0 Non Migas
4.0 2.7
2.3 2.2
2.0
0.0
-0.4
-2.0 -1.1
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010