PENDAHULUAN
Amiodarone merupakan obat antiaritmia class III yang dipergunakan sebagai terapi dari
ventrikuler aritmia berat dan rekuren, paroxysmal atrial takikardia, atrial fibrilasi and menjaga
irama sinus post kardioversi pada atrial fibrilasi.1 Amiodarone-induced thyrotoxicosis (AIT)
terjadi sebanyak 3% dari semua pasien yang mendapat terapi amiodarone di Amerika Utara. Pada
daerah yang kekurangan Iodium, angka insidensi meningkat menjadi 10%.2 Risiko meningkat
dengan meningkatnya dosis yang diberikan.3 Sementara insidensi Amiodarone-induced
thyrotoxicosis (AIT) di Indonesia belum terdapat data.
Thyrotoxicosis yang terjadi disebabkan karena kandungan iodium yang terdapat pada
Amiodarone. Sebagaimana yang telah diketahui 200mg tablet Amiodarone mengandung 75mg
iodium; sekitar 10% iodium tersebut dilepaskan sebagai iodium bebas harian.4 Amiodarone sangat
lipofilik dan berakumulasi di jaringan adiposa, jantung, otot rangka, dan thyroid. Penggunaan
jangka panjang meningkatkan sampai 40 kali lipat kadar iodium dalam darah dan urin yang dapat
menghambat produksi dan pelepasan T3 serta T4 thyroid dalam satu atau dua minggu pengobatan
(the Wolff-Chaikoff effect).5,7 Amiodarone dan metabolitnya juga mengakibatkan toksiksitas
terhadap sel kelenjar thyroid.9 Amiodarone-induced thyrotoxicosis (AIT) dapat terjadi pada pasien
dengan underlying penyakit thyroid (AIT 1) atau tanpa underlying penyakit thyroid (AIT 2).
Sangat penting untuk membedakan antara kedua tipe ini karena tata kelolanya yang berbeda.
Pada referat kali ini, penulis akan membahas mengenai kegunaan dan tata cara penggunaan
Amiodarone serta efek samping terhadap sistemik tubuh khususnya kelenjar thyroid yang dapat
menyebabkan thyrotoxicosis.
BAB II
AMIODARONE
2.