Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI PREMATUR

Disusun oleh :

1. Nabila yuniar putri 1610711105


2. Trisna irawati 1610711106
3. Davita Aprilia 1610711107
4. Susilawati 1610711108
5. Dini Aulia R 1610711109
6. Fajri Eka T 1610711110
7. Suci Tarmira 1610711111

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2018
KONSEP DASAR BAYI PREMATUR
A. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan
memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan,
terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya
berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan
kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34
minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28
minggu.(Martono, Hari. 2007)
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259
hari dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007)
Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu. (Hassan, Rusepno.
2005)

B. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak
mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera
radiasi (Sacharin. 1996)
 Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
a. Kehamilan
- Malformasi Uterus
- Kehamilan ganda
- TI. Servik Inkompeten
- KPD
- Pre eklamsia
- Riwayat kelahiran premature
- Kelainan Rh
b. Penyakit
- Diabetes Maternal
- Hipertensi Kronik
- UTI
- Penyakit akut lain
c. Sosial Ekonomi
- Tidak melakukan perawatan prenatal
- Status sosial ekonomi rendah
- Malnutrisi
- Kehamilan remaja
 Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
- Ras
- Usia (<> 40 tahun)
- Status sosio ekonomi rendah
- Belum menikah
- Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
- Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
- Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
- Anomali uterus
- Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
- Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-
masalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta),
pembedahan abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI),
inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
- Nutrisi buruk
- Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
- Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
- Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d. Faktor Resiko Potensial
- Stres
- Iritabilitas uterus
- Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
- Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
- Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
- Defisiensi progesteron
- Infeksi (Bobak, Ed 4. 2005)
C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara
jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu
yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan
pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan
nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi
obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil
dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi
yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur
memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi
beradaptasi dengan lingkungan luar.

Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko


mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam,
perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat
pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada
trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali
uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko
mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
(Kapita selekta, 2000 : 274)

D. Klasifikasi Pada Bayi Premature


a) Bayi prematur digaris batas
 37 mg, masa gestasi .
 2500 gr, 3250 gr.
 16 % seluruh kelahiran hidup.
 Biasanya normal.
 Masalah :
- Ketidak stabilan.
- Kesulitan menyusu.
- Ikterik.
- RDS mungkin muncul.
 Penampilan :
- Lipatan pada kaki sedikit.
- Payudara lebih kecil.
- Lanugo banyak.
- Genitalia kurang berkembang.

b) Bayi Prematur Sedang


 31 mg – 36 gestasi.
 1500 gr – 2500 gram.
 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup.
 Masalah :
- Ketidak stabilan.
- Pengaturan glukosa.
- RDS.
- Ikterik.
- Anemia.
- Infeksi.
- Kesulitan menyusu.
 Penampilan :
- Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah.
- Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak.

c) Bayi Sangat Prematur


 24 mg – 30 mg gestasi.
 500 gr – 1400 gr.
 0,8 % seluruh kelahiran hidup.
 Masalah : semua
 Penampilan :
- Kecil tidak memiliki lemak.
- Kulit sangat tipis.
- Kedua mata mungkin berdempetan.
(Bobak. Ed 4. 2005)

Karakteristik Bayi Prematur :


o Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan.
o Kepala dan badan disporposional.
o Kulit tipis dan keriput.
o Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala.
o Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu.
o Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat.
o Labia dan clitoris tampak menonjol.
o Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki.

Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :


a. Sistem Pernapasan
~ Otot-otot pernapasan susah berkembang.
~ Dinding dada tidak stabil.
~ Produksi surfaktan penurunan.
~ Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan sianosis.
~ Gangguan reflek dan batuk.

b. Sistem Pencernaan
~ Ukuran Lambung Kecil.
~ Enzim penurunan.
~ Garam Empedu Kurang.
~ Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen.
~ Keterbatasan melepas insulin.
~ Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan.

c. Kestabilan Suhu
~ Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit.
~ Kemampuan menggigil menurunan.
~ Aktivitas kurang.

d. Sistem Ginjal
~ Ekskresi sodium meningkat.
~ Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun.
~ Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino &
sodium.

e. Sistem Syaraf
~ Respon untuk stimulasi lambat.
~ Reflek gag, menghisap & menelan kurang.
~ Reflek batuk lemah.
~ Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung.

f. Infeksi
~ Pembentukan antibodi kurang.
~ Tidak ada immunoglobulin M.
~ Kemotaksis terbatas.
~ Opsonization penurunan.
~ Hypo fungsi kel. Adrenal.

g. Fungsi Liver
~ Kemampuan mengkonjugasi billirubin.
~ Penurunan Hb setelah lahir.

E. KOMPLIKASI UMUM PADA BAYI PREMATUR

a. Sindrom Gawat Napas (RDS)


Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan
syok
b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan
faring. (Whaley & Wong, 1995)
c. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
d. Necrotizing Enterocolitas (NEC)  (Bobak. 2005)

6. Penatalaksanaan Medis

1. Perawatan di Rumah Sakit


Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia
perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan
untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator
berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan
pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator
dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg
dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat
tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak
ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang
lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan
memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena
radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan
pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin
untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku,
warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit
yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.
Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature
berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang
lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat premature (<30> Sering
kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature.
Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah,
kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur
refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk
menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,
peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan
ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara
memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI
perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa
lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu
gestasi) dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari
– hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI
donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34
minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah
ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali
sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 –
31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan
ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari
dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik
– baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup
bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar
bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan
cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada
umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang
mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari –
hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung
(orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5
ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12
jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap
hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki
keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan
kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal),
screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat
kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung
maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi
silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi
yang tidak terkena infeksi
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang
telah disediakan
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa
menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan
pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada
bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut
penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat
daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah
boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan
patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya
mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur
dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan.
Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena
zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya
dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh
yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan
supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan
suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak
terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya
orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap
bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka
sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan
kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah
disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak
wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk
kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke
dokter.

e. Berikan stimulus yang sesuai


Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak
bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap
dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar
PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
3. Kimia darah sesuai kebutuhan
v Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
v Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45% - 53%
v LED darah lengkap untuk anak – anak
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
v Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari
6.000 – 225.000/ mm³.
v Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
v Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
v Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel
MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
v Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat

G. ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Ny.X yang sedang hamil datang kerumah sakit dengan mengatakan perutnya mulas
ingin melahirkan dia mengatakan air ketubannya sudah pecah saat perjalanan menuju
rumah sakit, dengan umur kehamilan 35 minggu, setelah melahirkan ditemukan data
BB bayi.N 2,2kg panjang 44cm, lingkar kepala 30cm, lingkar dada 25cm, keadaan
bayi lemah,TD: S: 35derajat celcius, R: 40x/mnt, N: 120x/mnt, bagian muka lanugo
banyak pada dahi dan pelipis, bagian telinga tulang rawan daun telinga belum
sempurna pertumbuhannya, bagian klavikula : kuku panjangnya belum melewati
ujung jari, bagian dada: puting susu blm terbentuk sempurna, bagian abdomen: tali
pusar berwarna kuning kehijauan, bagian genitalian: labia minora belum tertutup
labia mayora (pada perempuan), bagian kaki: tumit mengkilap dan telapak kaki halus

Reflek :

Sucking (blm sempurna)

Grasping (lemah)

To nick nack ( lemah)

PENGKAJIAN DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Ibu bayi mengatakan perutnya 1. Data bayi :


BB: 2,2Kg
mules
LK:30cm
2. Ibu bayi mengatakan air
LD:25cm
ketuban sudah pecah dengan 2. Hasil ttv bayi :
RR: 40x/menit
umur kehamilan 35 minggu
HR: 120 x/menit
. Suhu: 35 C
3. Lanugo pada dahi dan pelipis
4. Telinga tulang rawan daun telinga
belum sempurna pertumbuhannya
5. Bagian
 klavikula : kuku
panjangnya belum
melewati ujung jari
 dada: puting susu blm
terbentuk sempurna
 abdomen: tali pusar
berwarna kuning
kehijauan,
 genitalian: labia minora
belum tertutup labia
mayora (pada perempuan)
 kaki: tumit mengkilap
dan telapak kaki halus
6. Reflek bayi
 Sucking (blm sempurna)
 Grasping (lemah)
 To nick nack ( lemah)

DIAGNOSA KEPERAWATAAN
NO DIAGNOSA

1. Resiko tinggi hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak


mampuan merasakan dingin berkeringat.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
koordinasi reflek mengisap dan menelan.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAAN KRITERIA RENCANA TINDAAKAN DAN RASIONAL


DX HASIL

1. Setelah diberikan asuhan Mandiri:


keperawatan selama 3x24jam
1. Gunakan lampu pemanas selama prosedur
diharapkan hipotermia tidak R: mempertahankan panas tubuh
terjadi dengan kriteria hasil: mengetahui adanya peningkatan dan

1. suhu tubuh dalam batas penurunan suhu inkubator yg dapat

normal (36,8-37,40C) mempengaruhi suhu tubuh


2. Kurangi pemajanan pada aliran udara
2. akral tersaba hangat R: mengurangi penguapan melalui
konveksi
3. Ganti bila pakaian basah
R: pakaian basah bisa menyebabkan
hipotermi
4. Observasi system pengaturan suhu
incubator setiap 15 menit (33,4oC)
R: observasi system pengaturan suhu
incubator setiap 15 menit (33,4oC)

2. setelah diberikan askep selama Mandiri:


5x24 jam diharapkan nutrisi
1. Pantau dan dokumentasikan haluaran tiap
klien terpenuhi dengan kriteria
jam secara adekuat
hasil :
R:Mengidentifikasi
1. Pasien menghabiskan
indikasi/perkembangan dari hasil yang
50-100cc asi atau susu
diharapkan
formula
2. Timbang BB klien
2. Tidak mengalami
R: Membantu menentukan berat badan
anoreksia, mual,
yang ideal
muntah
3. Menunjukkan 3. Berikan susu sedikit tapi sering
R: Mengurangi anoreksia, mual dan
peningkatan berat
muntah
badan
4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit,
timbang berat badan, integritas mukosa
mulut, kemampuan menelan, adanya
bising usus, riwayat mual/rnuntah atau
diare.
R: Berguna dalam mendefinisikan derajat
masalah dan intervensi yang tepat dalam
pengawasan kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
5. Monitor intake dan output secara periodik.
R :Mengukur keefektifan nutrisi dan
cairan
6. Catat adanya anoreksia, mual, muntah,
dan tetapkan jika ada hubungannya
R: Menentukan jenis diet dan
mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan nutrisi.
3. Setelah diberikan asuhan Mandiri:
keperawatan selama 3x24jam
1. Pertahankan cuci tangan yang benar
diharapkan infeksi tidak terjadi
R: Sebagai universal precaution
dengan kriteria hasil :
2. Pertahankan kesterilan alat
1. Tidak terjadi tanda-
R:Mencegah terjadinya infeksi
tanda infeksi
3. Observasi tanda – tanda vital, terutama
2. TTV normal
suhu tubuh
R: Peningkatan suhu terjadi karena
berbagai faktor, salah satunya adalah
proses penyakit atau infeksi

4. Tekankan pentingnya oral hygiene yang


baik
R: Terjadinya stomatitis meningkatkan
resiko terhadap infeksi/pertumbuhan
sekunder
5. Hindari atau batasi prosedur invasif. Taati
tehnik aseptik
R: Menurunkan risiko kontaminasi,
membatasi masuknya agen infeksi
6. Berikan antibiotik sesuai indikasi
R: Digunakan untuk mengidentifikasi
infeksi atau diberikan secara profilaktik
pada klien imunosupresi

IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun.

EVALUASI
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan yang diberikan sehingga perawat dalam mengambil
keputusan bisa mengakhiri tindakan keperawatan atau memodifikasi rencana
tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.


Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Media Asculapius FKUI
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai