Disusun oleh :
KELOMPOK 4
Halaman Judul.....................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................2
Pembahasan
A. Trigger.....................................................................................................3
B. Definisi....................................................................................................3
C. Etiologi....................................................................................................4
D. Epidemiologi...........................................................................................5
E. Patofisiologi............................................................................................6
F. Faktor Resiko..........................................................................................7
G. Klasifikasi...............................................................................................8
H. Manifestasi Klinis...................................................................................8
I. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................11
J. Penatalaksanaan......................................................................................12
K. Komplikasi..............................................................................................14
L. Asuhan Keperawatan..............................................................................15
Daftar Pustaka.....................................................................................................31
PEMBAHASAN
A. Trigger
Ny. B usia 39 tahun datang ke UGD dengan keluhan mata terasa panas
dan gatal yang disertai dengan nyeri pada bibir dan mulut, timbul bintik-bintik
2
merah pada muka dan badan. Kulit muka kemerahan sudah dirasakan pasien
sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Awalnya kemerahan pada kulit hanya
berupa titik-titik saja dan tidak terlalu banyak, tetai semakin lama semakin
banyak dan semakin besar. Mata dan muuka terasa panas dan gaatal dirasakan
sejak 2 tahun yang lalu hilang timbul dan semakin parah saat 3 hari yang lalu.
Keluhan panas dan gatal tersebut semakin jelas apabila terkena sinar matahari.
Oleh karena itu akhir-akhir ini pasien jarang keluar rumah pada siang hari.
Selain itu bintik-bintik merah juga timbul pada daerah badan dan punggung
tetapi pada daerah telapak tangan dan kaki tidak terdapat bintik-bintik merah.
Sebelum terdapat gekjala demikian pasien mengaku pernah bekerja di pabrik
pengolahan udang selama 7 tahun sejak ahun 1998. Sejak bekerja di pabrik
tersebut pasien mengaku sering gatal-gatal dan panas pada wajah, sehingga
pasien memutuskan untuk berhenti bekerja. Setelah berhenti bekerja binttik-
bintik merah pada wajah baru timbul. Pasien pernah mengunjungi dokter 1
bulan yang lalu diberi obat tablet dan salep tetapi lupa namanya. Saat pagi hari
pasien sulit membuka matanya karena terdapat banyak kotoran dan belek.
Selain itu mulut pasien makin lama makin panas dan pecah-pecah dan
terkadang mengeluarkan darah. Sendi tangan dan kakipun semakin nyeri
terutama pada saat melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien mempunyai riwayat
alergi terhadap perhiasan. Pada pemeriksaan TTV didapatkn hasil TD: 100/60
mmHg, nadi 96x/menit, suhu : 36,3 C, RR: 22x/menit. HB: 4,6 gr/dl, LED: 62
mm/jam, Lekosit: 2400/ul. Urin lengkap : warna kuning, jernih, BJ : 1,010,
PH : 6, lekko: negatif, nittrit: negatif.
B. Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik ( LES ) adalah penyakit reumatik
autoimun yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi
setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan
deposisi autoantibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan. (Isbagio,dkk.2009)
Lupus Eritematosus sistemik merupakan kelainan multisystem yang
dapat menyerang kulit, persendian, jantung, pericardium, paru-paru, ginjal,
3
otak, dan system hemapoitik. Penyakit ini secara khas menyerang perempuan,
terutama pada usia subur, serta berlanjut dalam suatu seri terjadinya
eksaserbasi dan remisi. Gambaran seperti kupu-kupu ditunjukkan oleh adanya
eritema pada kedua belah pipi yang dihubungkan dengan sebuah pita eritema
yang melintang diatas hidung. (Robin&Brown.2005)
Lupus Eritemetosus Sistemik terdapat keterkaitan keturunan yang
menunjukkan bahwa predisposisi genetic yang berhubungan dengan factor-
faktor lingkungan atau kerentanan terhadap virus tertentu. Obat-obatan
tertentu dan makanan tampak sebagai pencetus gejala atau bahkan
memperburuk penyakit yang sudah ada. (Daine&JoAnn.2000)
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah suatu penyakit autoimun
kronik yang ditandai oleh terbentuknya antibody-antibodi terhadap beberapa
antigen diri yang berlainan. Antibodi-antibodi tersebut biasanya adalah IgG
atau IgM dan dapat bekerja terhadap asam nukleat pada DNA atau RNA,
protein jenjang koagulasi, kulit, sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Kompleks antigen antibodi dapat mengendap di jaringan kapiler
sehingga terjai reaksi hipersensitivits tipe III, kemudian terjadi peradangan
kronik. (Elizabeth.J.corwin.2009)
C. Etiologi
Sampai saat ini penyebab SLE belum diketahui. Secara garis besar
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan genetik.
Belum diketahui dengan jelas , namun terdapat banyak bukti bahwa Sistemik
lupus erythematosus (SLE) bersifat multifaktor, mencakup :
a. Genetik
b. Infeksi
c. Lingkungan
d. Stress
e. Cahaya matahari
f. Faktor Resiko : hormon; imunitas; obat
D. Epidemiologi
4
Penyakit ini menyerang wanita muda dengan insiden puncak usia 15-
40 tahun selama masa reproduktif dengan ratio wanita dan pria 5:1. Dalam 30
tahun terakhir, LES telah menjadi salah satu penyakit penyakit reumatik utama
di dunia. Prevalensi LES di berbagai negara sangat bervariasi antara
2,9/100.000-400/100.000. LES lebih sering ditemukan pada ras tertentu
seperti bangsa negro, Cina, dan mungkin saja Filipina.(Bartels&Krause.2011).
5
E. Patofisiologi
Gangguan kuman, virus, lingkungan, obat-obatan tertentu
Gangguan Immunoregulasi
PENYAKIT SLE
(Sistemik Lupus Eritematosus)
Kecemasan
F. Faktor Resiko
6
Faktor resiko terkena penyakit SLE adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
Jenis kelamin, frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering dari
G. Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
7
1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit
Lupus yang menyerang kulit.
2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di
dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan
system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus
Erythematosus).
3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat
tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat
dihentikan. Pengaruh kehamilan terhadap SLE Eksaserbasi terjadi karena
hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika terjadi SLE, maka
eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada T.III eksaserbasi 50%, T.I & T.II
eksaserbasi 15%, postpartum 20%. Pengaruh SLE terhadap kehamilan.
Prognosis b’dasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi
25% dengan prognosis baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50% dengan
prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E, kelahiran prematur,
lupus neonatal
H. Manifestasi Klinis
Manifestasi SLE sangat bervariasi, sebagian mengancam jiwa dan
sebagian lagi tidak. Yang mengancam jiwa berarti sudah terkena organ-organ
tertentu ( organ threatening disease) yaitu: mengenai susunan saraf pusat,
jantung dan perikard, paru, ginjal, hepar, darah (anemia hemolitik, lekopenia,
limfopenia, trombositopenia).
1. Gejala konstitusional: Gejala yang merupakan manifestasi umum
(sistemik) dari penyakit ini yang tidak termasuk dalam kategori organ
tertentu. Yaitu: demam, penurunan berat badan, kelelahan (fatigue),
anoreksia.
2. Manifestasi kutaneus:
Fotosensitivitas (sun sensitivity): 2/3 pasien SLE mengeluhkan sensitif
terhadap sinar ultraviolet (UV). Reaksinya dapat berupa ruam ringan,
demam, arthritis, kelelahan sampai ke ruam yang berat.
Ruam malar (ruam kupu-kupu): makulo papular hiperemi di daerah
malar.
8
Ulkus oral: 20% pasien SLE mengalami ulkus oral yang biasanya
mengenai mukosa bukal dan langit-langit keras, tetapi kadang-kadang
juga di lidah dan langit-langit lunak. Lesinya berbatas tegas, tepi
berwarna keputihan, dan biasanya tidak nyeri.
Alopecia (rambut rontok)
Discoid Lupus
3. Manifestasi kutaneovaskular:
Vaskulitis kutaneus: radang pembuluh darah kecil yang terlihat di kulit
pada bagian tubuh tertentu (biasanya di tangan dan kaki). Terlihat
sebagai ptekie atau purpura yang dapat diraba, dan sangat jarang
terjadi nekrosis, ulserasi, gangrene.
Fenomena raynaud: terjadi karena hiperplasia tunika intima dari
arteriol jari-jari disertai instabilitas vasomotor yang diperantarai syaraf
autonom. Hal ini akan menyebabkan timbulnya vasodilatasi pada
keadaan hangat, dan vasokonstriksi pada keadaan dingin, sehingga
akan menimbulkan perubahan warna pada jari, dari merah, pucat
sampai kebiruan. Jika berat dapat menimbulkan ulkus atau gangren
pada ujung jari (fingertip).
4. Manifestasi muskuloskeletal:
Arthralgia dan arthritis: Arthralgia terjadi pada 80% – 90% SLE.
Disini tidak terdapat tanda-tanda inflamasi obyektif yang dapat
ditemukan, pasien hanya mengeluh nyeri saat diam maupun
digerakkan. Pada arthritis mengenai 50% pasien SLE), terdapat tanda
lain selain nyeri yaitu bengkak sendi, kemerahan, sendi teraba hangat,
kekakuan pagi hari setelah bangun tidur).
Myalgia dan myositis: Mayalgia terjadi pada 70% pasien, sedangkan
myositis pada 5-10% pasien. Pada myositis terjadi peningkatan enzim
CPK.
Osteopenia dan osteooporosis: Inflamasi kronik karena SLE serta obat-
obatan misalnya kortikosteroid dan methotrexate, dapat menyebabkan
osteopenia dan osteoporosis pada pasien SLE. Hal ini ditambah dengan
kekurangan vitamin D karena pasien SLE harus menghindari paparan
sinar ultraviolet.
5. Manifestasi Paru dan Pleura:
Pleurisi: 60% SLE pernah mengalami gejala pleuritis yaitu nyeri saat
inspirasi, dan sekitar 25% pernah mengalami efusi pleura yang
9
bermakna. Pleuritis dan efusi pleura tidak termasuk organ threatening
disease karena parenkim paru tidak terkena.
Lupus pneumonitis akut, Interstitial lung disease ( bersifat kronik,
gejala biasanya sesak), pulmonary hemorrhage, pulmonary emboli,
pulmonary hypertension, shrinking lung syndrom.
6. Manifestasi Kardiovaskular
Perikarditis: pasien mengeluh dadanya seperti ditekan, dan membaik
jika dia agak membungkuk ke depan. Sekitar 25% diantaranya,
terdapat efusi perikardial
Myokarditis, endocarditis (Libman-Sacks endocarditis)
Hipertensi: terutama terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal, juga
yang dengan terapi kortikosteroid.
Accelerated atherosclerosis.
7. Manifestasi Renal:
Lupus nephritis terjadi karena penumpukan kompleks imun di ginjal.
Pemeriksaan urinalisa menunjukkan adanya proteinuria, hematuria
mikros, adanya silinder. Para ahli sangat menyarankan untuk dilakukan
biopsi ginjal untuk diagnosis standar Lupus nephritis, sehingga terapi
lebih terarah.
8. Manifestasi Hematologi:
Anemia karena penyakit kronik, autoimmune haemolytic anemia
(AIHA).
Leukopenia ( < 4000/mm3), limfopenia ( < 1500/mm3),
trombositopenia
Trombosis (APS), splenomegali, limfadenopati
9. Manifestasi Neuropsikiatrik:
Susunan saraf pusat: Psikosis, kejang, aseptik meningitis, stroke,
demyelinating disorder, myelopati, anxiety disorder, mood disorder,
cognitive dysfunction, sakit kepala.
Susunan saraf tepi: polineuropathy, Guillain Barre’ syndrome,
mononeuropathy, cranial neuropathy, myastenia gravis.
10. Manifestasi gastrointestinal:
Ascites, peningkatan enzim hepar, vaskulitis arteri di abdomen,
pankreatitis.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dapat sulit ditegakkan dan dibutuhkan waktu beberapa bulan
untuk membuat diagnosis yang akurat berdasarkan gejala. Ada beberapa
10
pemeriksaan yang berguna untuk menegakkan diagnosis, meliputi adanya
autoantibody tertentu dalam darah. Antibody antinuclear (ANA) adalah
autoantibody yang paling sering ditemukan, dengan sebagian besar pasien
SLE menunjukkan hasil pemeriksaan positif terhadap ANA. Beberapa obat,
infeksi, dan penyakit lain juga menyebabkan hasil ANA positif. Oleh sebab
itu, jenis antibody yang spesifik terhadap SLE perlu diperiksa, yang meliputi:
Antibody anti – DNA
Antibody anti – SM
Antibody anti – RNP
Antibody anti – Ro
Antibody anti – La
Tidak semua individu yang mengalami SLE akan menunjukkan hasil
pemeriksaan positif. Pemeriksaan lain yang berguna dijelaskan dalam tabel di
bawah ini.
J. Penatalaksaan
Pengobatan medis SLE bergantung pada gejala individual. SLE tidak
dapat disembuhkan sehingga penatalaksanaan berfokus pada penekanan
aktivitas penyakit. Analgesic NSAID berguna dalam mengendalikan gejala.
Saat pasien mengalami gejala penyakit yang parah, steroid, DMARD, dan
obat sitotoksik diberikan dengan pemantauan gejala dan respons yang
saksama, yang dapat atau tidak memerlukan rawat inap. ml pada tiap lesi.
Bercak kemerahan kecil biasanya berhasil diobati dengan krim
kortikosteroid. Bercak lebih besar resisten, kadang memerlukan pengobatan
11
selama beberapa bulan dengan kortikosteroid per-oral (ditelan) atau dengan
obat imunosupresan seperti digunakan untuk mengobati lupus eritematosus
sistemik.
Krim steroid yang kuat sebaliknya dioleskan pada bercak kulit
sebanyak 1-2 kali/hari. Sampai bercak menghilang jika bercak sudah mulai
kurang bisa digunakan krim steroid yang lebih ringan. Salep cortison yang
dioleskan pada lesi sering kali dapat memperbaiki keadaan dan memperlambat
perkembangan penyakit. Suntikan cortison yang dioleskan pada dalam lesi
juga bisa mengobati keadaan ini dan bisanya lebih efektif dari pada salep.
Lupus discoid tidak disebabkan oleh malaria, tetapi obat anti malaria
( cloroquine, hydroxcloroquine ) memiliki daya anti peradangan yang ampuh
bagi sebagian besar kasus lupus discoid.
Penatalaksaan LES harus mencakup obat, diet, aktivitas yang
melibatkan banyak ahli. Alat pemantau pengobatan pasien LES adalah
evaluasi klinis dan laboratoris yang sering untuk menyesuaikan obat dan
mengenali serta menangani aktivitas penyakit. Lupus adalah penyakit seumur
hidup, karenanya pemantauan harus dilakukan selamanya.
Tujuan pengobatan LES adalah mengontrol manifestasi penyakit,
sehingga anak dapat memiliki kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi
berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius yang dapat menyebabkan
kematian. Adapun obat-obatan yang dibutuhkan seperti:
a. Antiinflamasi non-steroid Untuk pengobatan simptomatik artralgia nyeri
sendi).
b. Antimalaria Diberikan untuk lupus diskoid. Pemakaian jangka panjang
memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
c. Kortikosteroid Dosis rendah, untuk mengatasi gejala klinis seperti
demam, dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu minimal
sebelum dilakukan penyapihan. Dosis tinggi, untuk mengatasi krisis
lupus, gejala nefritis, SSP, dan anemi hemolitik.
d. Obat imunosupresan/sitostatika Imunosupresan diberikan pada SLE
dengan keterlibatan SSP, nefritis difus dan membranosa, anemia hemolitik
akut, dan kasus yang resisten terhadap pemberian kortikosteroid.
e. Obat antihipertensi Atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan agresif.
12
f. KalsiumSemua pasien LES yang mengalami artritis serta mendapat
terapi prednison berisiko untuk mengalami osteopenia, karenanya
memerlukan suplementasi kalsium.
g. Diet Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian
besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang
diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak,
dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen
makanan dan obat tradisional.
h. AktivitasPasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan
normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering
dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari
sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan
krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu
fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien
LES.
K. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit Lupus Eritematosus Sistemik adalah:
1. Gagal Ginjal adalah penyebab tersering kematian pada penderita LES.
Gagal ginjal dapat terjadi akibat deposit kompleks antibody dan antigen
pada glomerulus disertai pengaktifan komplemen resultan yang
menyebabkan cedera sel, suatu contoh reaksi hipersensitivitas tipe III.
2. Peradangan terjadi pericarditis (peradangan kantong pericardium yang
mengelilingi jantung)
3. Perdangan membrane pleura yang mengelilingi paru dapat membatasi
pernapasan, sering terjadi bronchitis
4. Dapat terjadi vaskulitis disemua pembuluh serebrum dan perifer.
5. Komplikasi susunan saraf pusat termasuk stroke dan kejang, perubahan
kepribadian, termasuk psikosis dan depresi, dapat terjadi.
13
L. Asuhan Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A. IdentitasKlien
Nama : Ny B................................. No. RM :.....................................
Usia : 39........tahun Tgl. Masuk :.....................................
Jenis kelamin : Perempuan....................... Tgl. Pengkajian :
28/10/2014
Alamat :.......................................... Sumber informasi : klien............................
No. telepon :.......................................... Nama klg. Dekat yg bisa
dihubungi:
Status pernikahan :.......................................... ......................................
Agama :.......................................... Status :.....................................
Suku :.......................................... Alamat :.....................................
Pendidikan :.......................................... No. telepon :.....................................
Pekerjaan :.......................................... Pendidikan :.....................................
Lama berkerja :.......................................... Pekerjaan :.....................................
14
7. Diagnosa medis :
a. SLE.............................................................................Tanggal...................................
3. Imunisasi:
( ) BCG ( ) Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT ( ) .................
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah
Lamanya
Merokok .................................. ........................................ .................................
Kopi .................................. ........................................ .................................
Alkohol .................................. ........................................ .................................
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya
Dosis
.................................................... .............................................. ..........................................
15
.................................................... .............................................. ..........................................
D. RiwayatKeluarga
Tidak terkaji.
GENOGRAM
Tidak terkaji
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah
Pekerjaan
Kebersihan tidak terkaji tidak
terkaji
Bahaya kecelakaan tidak terkaji tidak
terkaji
Polusi tidak terkaji tidak
terkaji
Ventilasi tidak terkaji tidak
terkaji
Pencahayaan tidak terkaji tidak
terkaji
F. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah
Rumah Sakit
Makan/minum tidak terkaji
tidak terkaji
Mandi tidak terkaji
tidak terkaji
Berpakaian/berdandan tidak terkaji
tidak terkaji
Toileting tidak terkaji
tidak terkaji
Mobilitas di tempat tidur tidak terkaji
tidak terkaji
Berpindah tidak terkaji
tidak terkaji
16
Berjalan tidak terkaji
tidak terkaji
Naik tangga tidak terkaji
tidak terkaji
PemberianSkor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain,
4 = tidak mampu
H. Pola Eliminasi
17
Rumah
RumahSakit
BAB:
- Frekuensi/pola tidak terkaji tidak
terkaji
- Konsistensi tidak terkaji tidak
terkaji
- Warna & bau tidak terkaji tidak
terkaji
- Kesulitan tidak terkaji tidak
terkaji
- Upaya mengatasi tidak terkaji tidak
terkaji
BAK:
- Frekuensi/pola tidak terkaji tidak
terkaji
- Konsistensi tidak terkaji tidak
terkaji
- Warna & bau tidak terkaji
kuning jernih
- Kesulitan tidak terkaji tidak
terkaji
- Upaya mengatasi tidak terkaji tidak
terkaji
I. PolaTidur-Istirahat
Rumah
RumahSakit
Tidur siang:Lamanya .............................................. .............................................
- Jam …s/d… ............................................. ............................................
- Kenyamanan stlh. tidur ............................................. ............................................
Tidur malam: Lamanya .............................................. .............................................
- Jam …s/d… ............................................. ............................................
- Kenyamanan stlh. tidur ............................................. ............................................
- Kebiasaan sblm. tidur ............................................. ............................................
- Kesulitan ............................................. ............................................
18
- Upaya mengatasi ............................................. ............................................
K. PolaToleransi-KopingStres
(Tidak Terkaji)
1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri ( ) dibantu orang lain, sebutkan,...............................
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya,
perawatan diri, dll):.....................................................................................................................
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah:.........................................................
4. Harapan setelah menjalani perawatan:......................................................................................
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit:.........................................................................................
L. Konsep Diri
19
1. Gambaran diri: tidak terkaji
2. Ideal diri: tidak terkaji
3. Harga diri: tidak terkaji
4. Peran: tidak terkaji
5. Identitasdiri tidak terkaji
(Tidak Terkaji)
1. Peran dalam keluarga................................................................................................................
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-
lain, sebutkan:............................................................................................................................
N. PolaKomunikasi
(Tidak Terkaji)
1. Bicara: ( ) Normal ( )Bahasa utama:.............................
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa
daerah:
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang
perhatian:
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:............................................
2. Tempat tinggal: ( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu:.........................................................................
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat ygdianut:...........................................................................................................
20
b. Pantangan & agama yg dianut:.............................................................................................
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta
– 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5
juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
O. Pola Seksualitas
(Tidak Terkaji)
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: ( ) tidak ada
( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, .....................................................
(Tidak Terkaji)
1. ApakahTuhan, agama, kepercayaan penting untukAnda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis&frekuensi):.....................................
..............................................................................................................................................
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS:.......................................................
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya:............................................
Q. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: .......................................................................................................................
Kesadaran: kompos mentis
Tanda-tanda vital: - Tekanan darah :100/60 mmHg - Suhu :36,3
o
C
- Nadi :96 x/menit - RR :22
x/menit
Tinggi badan: ....................................cm Berat Badan:........................kg
21
d. Mulut & tenggorokan: mulut terasa panas dan gatal.
e. Telinga : Tidak terkaji.
f. Leher : Tidak terkaji
6. Abdomen
Inspeksi: terdapat bintik-bintik merah
Palpasi: Tidak terkaji
Perkusi: Tidak terkaji
Auskultasi: Tidak terkaji
8. Ekstermitas
Atas: terdapat bintik-bintik merah kecuali pada telapak tangan
22
Bawah:terdapat bintik-bintik merah kecuali pada telapak kaki
9. Sistem Neorologi
Tidak terkaji
S. Terapi
Tidak terkaji
V. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang:............................................................................................................................
Transportasi pulang:...................................................................................................................
Dukungan keluarga:...................................................................................................................
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang:...................................................................................
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang:.....................................................................
Pengobatan:...............................................................................................................................
Rawat jalan ke:...............................................................................................................................
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah:..................................................................................
23
Keterangan lain:.............................................................................................................................
24
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
keperawatan
1 DS: Faktor genetik Nyeri akut
- pasien mengatakan ↓
nyeri Gangguan fungsi sel B dan sistem
DO: regulasi sel T
- RR 22 x/menit ↓
- Nadi 96 x/menit Sel B hiperaktif
↓
Pembentukan ANA dan DNA tidak
terkendali
↓
Terbentuk kompleks imun
↓
Komplemen teraktivasi
↓
inflamasi
↓
Kerusakan jaringan
↓
Nyeri akut
2 DS: SLE Kerusakan
- Pasien mengatakan ada ↓ Integritas Kulit
bintik-bintik merah di Sel imun meningkat
muka & badan ↓
- Pasien mengatakan Kerusakan jaringan (integumen)
mulut pecah-pecah & ↓
kadang mengeluarkan Inflamasi
darah ↓
DO: Butterfly rash
- Peringual eritema
Lesi membran mukosa
↓
Kerusakan integritas kulit↓
3 DS: SLE Hambatan
- Pasien mengatakan ↓ Mobilitas Fisik
sendi tangan & kaki Sel imun meningkat
nyeri saat melakukan ↓
aktivitas Kerusakan jaringan
- (muskuloskeletal)
DO: ↓
- TD 100/60 mmHg Penumpukan kompleks sel imun di
sinovial dan kartigalo
↓
Respon inflamasi
↓
arthritis
↓
Hambatan mobilitas fisik
26
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pasien berkurang
Kriteria Hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang, RR normal (16-20x/menit), Nadi normal (60-
100x/menit)
NOC
No. Indikator 1 2 3 4 5
Pain control
1 Melaporkan perubahan tingkat nyeri ● √
Vital Sign
2 Nadi ● √
3 RR ● √
Keterangan Penilaian :
1 2 3 4 5
Perubahan tingkat nyeri Sangat nyeri Nyeri sedang Nyeri Tidak nyeri
Nadi ≥91 90-86 85-81 80-76 75-65
RR ≥20 19 18 17 16
Intervensi NIC :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam ruam merah pada kulit pasien
berkurang
NOC
No. Indikator 1 2 3 4 5
Allergic Respond: Localized
1 Ruam kulit ● √
Tissue Integrity: Skin & Mucous Membran
2 Scarr tissue
Keterangan Penilaian :
indikator 1 2 3 4 5
Ruam kulit Sangat Banyak Sedang Sedikit Tidak ada
banyak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien dapat meningkatkan
mobilitas fisiknya secara perlahan
NOC
No. Indikator 1 2 3 4 5
Mobilyt
1 Pergerakan sendi
Keterangan Penilaian :
1 2 3 4 5
Pergerakan Nyeri sekali/ Nyeri Nyeri/ sulit Tidak nyeri/
sendi sangat sulit sedang/kesulitan tidak sulit
sedang
Intervensi NIC :
Bartels CM, Krause RS, Lakdawala VS, et al. Systemic Lupus Erythematosus
(SLE). 2011. [cited 2011 Oct 6]. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/332244-overview
Corwin,Elizabeth.J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.Website:
http://books.google.co.id/books?
id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA167&dq=lupus+eritema+sistemik&hl=en&sa=
X&ei=ltPVJXTBIP78QW8zYHQDw&redir_esc=y#v=onepage&q=lupus
%20eritema%20sistemik&f=false. Diakses: Tuesday, October 28, 2014
2:19:47 AM
Graham, robin.Burns,Brown Tony.2009.Lecture Notes Dermatologi. Jakarta:
Erlangga. Website : http://books.google.co.id/books?
id=p2rU5scf5G0C&pg=PA171&dq=lupus+eritema+sistemik&hl=en&sa=
X&ei=-ltPVJXTBIP78QW8zYHQDw&redir_esc=y#v=onepage&q=lupus
%20eritema%20sistemik&f=false. Diakses: Tuesday, October 28, 2014
2:32:19 AM
Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, et al.2009. Lupus Eritematosus Sistemik Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III. Edisi kelima. Jakarta: Interna Publishing
30