TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain :
1. Umur lebih dari 35 tahun
7. Kehamilan kembar
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim
(bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul),
kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.
3. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang
bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat
diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran
anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga menutupi
kanalisservikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan. Zigot
yang tertanam sangat rendah dalam kavum uteri, akan membentuk plasenta yang pada
awal mulanya sangat berdekatan dengan ostimintenum. Plaseta yang letak nya
demikian akan diam di tempatnya sehingga terjadi plasenta previa
Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekan nya plaseta(apabila plaseta
tumbuh di segmen bawah rahim ).Pelebaran pada segmen bawah uterus dan
pembukaan servikakan menyebabkan bagian plaseta yang diatas atau dekat ostium akan
terlepas dari dinding uterus.Segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan
pada trisemester III. Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut
otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
4. WOC (Terlampir)
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya
tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau
sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
a. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
b. Darah biasanya berwarna merah segar.
c. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
d. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
e. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent
bleeding) biasanya lebih banyak.
6. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa,
yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
7. Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis : Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta previa parsialis : Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis : Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium
uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah : Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas
ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak
dan derajat maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan
dengan teknik operasi yang akan dilakukan.
b. Kardiotokografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.
c. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
d. Sinar X : Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
e. Pengkajian vaginal : Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah
34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di
ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
f. Isotop Scanning : Atau lokasi penempatan placenta.
g. Amniocentesis : Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin
[LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan
operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Data diri klien meliputi : nama. Umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, medical record
dll.
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : biasanya gemuk
Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : biasanya pucat
2. Tanda-tanda vital
Tensi : normal sampai turun (syok) (<>
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
1. Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya
rontok / tidak rontok.
2. Muka : biasanya pucat, tidak edema ada cloasma
3. Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
4. Mata : conjunctiva anemis
5. Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal,
hiperpegmentasiaerola.
6. Abdomen :
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etriopada area perut, terlihat linea alba
dan ligra
Palpasi : rahim keras, fundus uteri naik
Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
7. Genetalia : Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang
merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
8. Ekstremitas : Akral dingin, tonus otot menurun.
9. Pemeriksaan penunjangDarah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin
b. Diagnosa Keperawatan