Anda di halaman 1dari 27

Makalah Biologi Molekuler

LIPID

Disusun oleh:
Kelompok 2
Calvin Fernando 1606905235
Muhammad Zakwan 1606824894
Muhammad Zulfikar Fauzi 1606905254
Rais Salsa Muhammmad 1606827883
Risyad Naufal 1406569863

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Tahun Ajar
2017/2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
limpahan dan curahan rahmatnya, karunia dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan
makalah biologi molekuler ini. Tujuan dari pembuatan makalah ini tidak lain untuk
memudahkan Mahasiswa mempelajari mengenai Lipida serta untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah biologi molekuler ini.

Kami selaku kelompok dua berharap bahwa dengan adanya makalah ini, akan
menambah ilmu bagi orang-orang yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah
yang telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami
mengaharapkan juga kritikan dan masukkan dari para pembaca sehingga memacu kami
agar lebih bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Senin, 5 Maret 2018


Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ………………………………………………………………………… i
Daftar Isi …………..……….…………………………………………………………... ii
Bab I
Pendahuluan ………………………………………………………………………….... 1
Latar Belakang ……...…………………………………………………………………… 1
Tujuan Pembelajaran …………………………………………………………………… 1

Bab II
Isi …………………...……………………………………………………………………. 2
Struktur Lipid ……………………………………………………………………………. 2
Struktur Dasar Lipid ………..……………………………………………………. 2
Sifat Kimia dan Fisika Lipid`…………………………………………………….. 2
Jenis-Jenis Lipid …………...…………………………………………………….. 3
Tata Nama Lipid………………………………………………………………….. 4
Biosintesis Lipid …………………………………………………………………………. 5
Foafolipid ………………………………………………………………………… 6
Sterol ……………………………………………………………………………... 7
Glikolipid ………………………………………………………………………… 8
Fungsi Lipid ………………………………………………………………………………. 8
Metode Deteksi dan Analisis Lipid ..……………………………………………………... 11
Analisis Kuantitatif ……………………………………………………………….. 12
Analisis Kualitatif ………………………………………………………………… 13
Aplikasi Terkini Lipid ……………………………………………………………………. 15
Biodisel …………………………………………………………………………… 15

Bab III
Penutup ………………………………………………………………………………….. 22
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….. 23

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lipid dapat didefinisikan secara luas sebagai molekul kecil hidrofobik atau amfifilik di
mana sifat amfifilik beberapa lipid memungkinkan mereka untuk membentuk struktur
seperti vesikel, liposom multilamelar/unilamelar, atau membran dalam lingkungan akuatik.
Lipid memiliki beberapa kegunaan/fungsi yang berguna bagi tubuh maupun bagi sel tubuh.
Berikut merupakan sifat lipid pada umumya, yaitu:
- Sebagai sumber energi. Walaupun manusia menggunakan karbohidrat sebagai sumber
utama energi untuk tubuh mereka, tetapi lipid juga dijadikan cadangan energi apabila
diperlukan
- Melindungi organ tubuh. Beberapa organ pada tubuh makhluk hidup diselimuti oleh
lipid sehingga organ tersebut terlindungi dari guncangan maupun bahya eksternal
lainnya.
- Insulasi. Lapisan lemak yang berada dibawah kulit berguna untuk menginsulasi tubuh
apabila terjadi penurunan suhu tubuh.
- Penghasil panas. Apabila subuh tubuh kita turun dengan cukup signifikan maka lapisan
lemak pada tubuh akan bekerja sebagai penghangat bagi tubuh di mana nantinya lemak
akan meningkatkan suhu tubuh.
- Penyusun membran sel. Sebagian besar membran sel tubuh terdiri dari lipid. Lipid itu
sendiri menyusun sebanyak dua lapisan pada membran sel yang berguna sebagai zat
perantara antar molekul pada sel.

B. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran pada materi lipid ini bertujuan untuk:
1. Mahasiswa dapat menjabarkan tentang struktur lipid dalam bentuk mind map
2. Mahasiswa dapat menjabarkan tentang fungsi lipid dalam sel dalam bentuk mind map
3. Mahasiswa dapat menjabarkan tentang metoda analisis untuk lipid dalam bentuk mind
map
4. Mahasiswa dapat menjabarkan tentang aplikasi terkini lipid dalam bentuk mind map

1
BAB II
ISI
1. Struktur Lipid
1.1.Struktur Dasar Lipid
Lipid sebaga senyawa golongan ester memiliki struktur umum sebagai berikut.
- Berantai Panjang. Rantai panjang yang dimiliki oleh lipid mempengaruhi sifat
fisiknya, salah satunya adalah sifat kepolarannya.
- Memiliki konfigurasi cis-trans.
- Memiliki gugus asam karboksilat. Gugus ini membuat lipid berfifat amfipatik,
yaitu memiliki ujung yang bersifat hidrofilik dan ujung lain bersifat hidrofobik.
- Memiliki rantai rangkap (tak jenuh) dan ikatan tunggal (jenuh)

1.2.Sifat Fisika dan Kimia Lipid


a) Sifat Fisika
- Tidak berbau dan berwarna.
- Memiliki densitas yang lebih kecil dibandingkan dengan air.
- Bersifat non-polar.
- Memiliki sifat hidrofilik pada gugus karboksilat dan hidrofobik pada ujung
lain.
- Bersifat non-polar.
- Memiliki titik leleh yang meningkat seiring meningkatnya panjang rantai dan
berkurangnya kejenuhan.
b) Sifat Kimia
- Hidrogenasi
Reaksi antara lipid dan hydrogen akan menghilangkan ikatan rangkap pada
lipid.

Gambar 1. Reaksi hidrogenasi


(sumber: nafiun.com)

- Hidrolisis
Dengan adanya enzim lipase, lemak atau minyak akan mengalami hidrolisis
oleh air pada suhu kamar.

2
Gambar 2. Rekasi hidrolisis oleh air
(sumber: nafiun.com)
Pada reaksi ini, jika dibiarkan dalam waktu yang cukup lama di udara, maka
akan akan dihasilkan asam lemak bebas yang ditandai adanya bau dan rasa
yang kurang enak.

- Transesterifikasi
Yaitu reaksi pertukaran alkil dari gugus alkoho dengan gugus ester. Reaksi ini
dapat diselesaikan dengan bantuan enzim (biokatalis) khususnyaa lipase
(ilmukiia.org)
Karbon karbonil ester mengalami serangan nukleofilik oleh alkoksida (R’O-)
untuk menghasilkan intermediet tetrahedral, yang bisa saja berubah menjadi
bahan awal (reaktan) maupun produk reaksi (ROOOR’) (ilmukimia.org)

(sumber: http://adealfira.blogspot.co.id)
1.3.Jenis-Jenis Lipid
a) Lipid Sederhana
Yaitu ester asam lemak dengan bermacam alkohol. Berdasarkan jumlah asam
lemak, ada tiga macam.
1) Lipid netral
Berdasarkan sifat fisika, minyak akan berbentuk cair pada suhu kamar dan
lemak akan berbentuk padat pada suhu kamar.
Penetapan kuantitatif lipid didasarkan pada ikatan jenuh:
- Nilai saponifikasi, jumlah KOH untuk mensaponifikasi 1gram lemak
- Nilai iodium, jumlah garam I2 yang diabsorbsi oleh 100gram lemak
2) Wax/Lilin
Yaitu ester asam lemak dengan alkohol. Contohnya, lanolin, pelindung serat
wol.

3
b) Lipid Campuran
Yaitu ester asam lemak yang menganduk gugus tambahan selain dari gugus
alkohol dan asam lemak.
1) Fosfolipid
Yaitu lipid yang mengandung residu asam fosfor. Contohnya gliserofosfolipid
dan sfingofosfolipid.
2) Glikolipid
Yaitu lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin dan karbohidrat
3) Lipid kompleks lain seperti sulfolipid, aminolipid dan lipoprotein.

c) Lipid Prekuros dan Lipid Turunan


Contohnya steroid, aldehid lemak, hormone dan vitamin-lemak

1.4.Tata Nama Lipid


- Apabila lemak mengikat asam lemak yang sama, maka pemberian nama suatu
lemak mengikuti aturan

𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 + (𝑚𝑜𝑛𝑜, 𝑑𝑖, 𝑡𝑟𝑖) + 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘

Contoh: gliserol-tri- stearate


- Apabila lemak mengikat asam lemak yang berbeda, maka

𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 + 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)

Contoh: gliserol palmitato stearo oleat

- Daftar nama asam lemak jenuh

(sumber: Eddy, 2010)

4
2. Biosintesis Lipid
Biosintesis adalah proses pembentukan molekul-molekul pembangun seperti karbohidrat,
protein, dan lipid. Reaksi pembentukan ini difasilitasi oleh enzim (protein pada umumnya)
dan membuntuhkan ATP (adenosine triphosphate) untuk terjadi. Proses ini begitu
kompleks, bahkan sampai dewasa ini masih banyak yang dapat digali maupun belum
diketahui mengenai proses ini. Tiap-tiap organisme memiliki metode masing-masing untuk
melakukan biosintesis, ada yang sama dan berbeda. Bahkan satu organisme dapat memiliki
lebih dari satu jalur biosintesis untuk membentuk satu molekul yang sama. Pada bagian
makalah ini fokusnya ialah biosintesis lipid pada sel eukariot dan prokariot; fokusan ini
dipilih agar pembaca mendapatkan ide mengenai perbedaan dan persamaan biosintesis lipid
pada keduannya dan dapat menangkap bahwa biosintesis adalah proses yang misterius dan
unik pada organisme dengan sel berbeda.
Sel eukariot merupakan sel yang ada pada organisme kelas atas seperti fungi, plantae, dan
animalia. Sel ini lebih berkembang jika dibandingkan dengan sel prokariot dengan adanya
struktur-struktur yang absen pada sel prokariot. Hal pertama yang dapat dilihat ialah bahwa
sel tipe ini memiliki membran (lapisan film) pada nucleus (inti sel). Tak hanya itu ia jika
memiliki organel-organel (organ suatu sel) yang dilapisi membran dan organel yang tak
dimiliki prokariot. Dibawah merupakan struktur umum sel eukariot dan prokariot beserta
tabel pembanding antara keduannya.

5
Dapat dilihat dari data di atas bahwa sel prokariotik tidak memiliki retikulum endoplasma;
sedangkan menurut literatur diketahui bahwa biosintesis lipid terjadi pada retikulum
endoplasma halus. Meskipun demikian, sel prokariotik tetap dapat memproduksi lipid pada
bagian sitosolnya. Kali ini, karena keduannya (sel) memiliki membran sel maka pada
kesempatan ini akan membahas mengenai tiga lipid pembangun struktur penyokong ini,
yaitu fosfolipid, kolesterol, dan glikolipid. Ketiga lipid ini dipercaya telah dibahas pada
bab-bab sebelumnya maka tidak akkan ada elaborasi ulang. Masing-masing lipid yang akan
dibahas adalah phosphatidylethanolamine (fosfolipid), kolestrol (kelas sterol), dan
glikolipid secara umum.

2.1.Phosphatidylethanolamine (fosfolipid)
Pilihan jatuh pada satu senyawa spesifik ini karena peranannya sebagai basis dari
phospholipid bilayer artinya senyawa ini betul-betul ada/hadir pada kedua sel dan dapat
dianalisa perbedaan antara alur biosintesis keduannya. Dibawah merupakan alur
biosintesis prokariot dan eukariot secara berturut.

Sel eukariot memiliki dua metode untuk mensintesa molekul ini namun lebih condong
menggunakan alur yang ada diatas. Sel eukariot juga dapat melakukan sintesa PE
dengan menggunakan alur yang sama seperti sel prokariot. Dengan alur yang sama
dapat diihat bahwa kedua sel menggunakan PS decarboxylase,PSD, (enzim spesifik)
untuk menciptakan PE.
6
2.2.Sterol (Kolesterol)
Fosfolipid bilayer membutuhkan suatu molekul yang menjaga fluiditasnya agar
integritasnya terus terjaga. Setelah membaca literatur dalam hal ini prokariot tidak
memiliki kolestrol seperti eukariot; namun, memiliki molekul yang sama kerjannya
bernama hopanoid. Pembentukan keduannya adalah proses panjang karena jumlah
karbonnya yang tinggi. Meskipun demikian pada alur pembentukan keduannya akan
ditemukan sesuatu yang menarik seperti disimak alur dibawah prokariot lalu eukariot.

Step 1:
Sintesis IPP (Isopentenyl diphospate) → Isomerisasi menjadi DMPP (Dimethylallyl
Diphosphate)

Step 2:
Elongasi DMPP dengan kondensasi head-to-tail dari 2 IPP menjadi farnesyl
diphosphate

Step 3:
Kondensasi farnesyl diphosphate (reduktif) menjadi squalene

Step 4:
Siklilasi dari squalene → hopene

Biosintesis hopanoid belum ditemukan alurnya secara lengkap seperti yang terlihat dari
steps diatas; namun disadari bahwa farnesyl diphosphate diubah menjadi squalene
adalah tahapan yang terjadi pada kedua sel. Memang reaktan awalnya berbeda namun
bukanlah sebuah kebetulan bahwa keduannya memiliki intermediet yang sama. Hal

7
yang dapat dipetik ialah hopanoid lebih cocok dibanding kolestrol bagi sel prokariot,
belum ada penjelasan mengapa namun petunjuk mungkin hadir pada fakta bahwa
prokariot ber-sel satuan bukan poli-sel.

2.3.Glikolipid
Sintesis glikolipid belum benar dapat dipastikan pada sel prokariot dan fungsinya
memang berbeda.

3. Fungsi Lipid
Lipid dapat didefinisikan secara luas sebagai molekul kecil hidrofobik atau amfifilik di
mana sifat amfifilik beberapa lipid memungkinkan mereka untuk membentuk struktur
seperti vesikel, liposom multilamelar/unilamelar, atau membran dalam lingkungan akuatik.
Lipid memiliki beberapa kegunaan/fungsi yang berguna bagi tubuh maupun bagi sel tubuh.
Berikut merupakan sifat lipid pada umumya, yaitu:
a) Sebagai sumber energi
Walaupun manusia menggunakan karbohidrat sebagai sumber utama energi untuk
tubuh mereka, tetapi lipid juga dijadikan cadangan energi apabila diperlukan
b) Melindungi organ tubuh
Beberapa organ pada tubuh makhluk hidup diselimuti oleh lipid sehingga organ
tersebut terlindungi dari guncangan maupun bahya eksternal lainnya.
c) Insulasi
Lapisan lemak yang berada dibawah kulit berguna untuk menginsulasi tubuh apabila
terjadi penurunan suhu tubuh.
d) Penghasil panas
Apabila subuh tubuh kita turun dengan cukup signifikan maka lapisan lemak pada
tubuh akan bekerja sebagai penghangat bagi tubuh di mana nantinya lemak akan
meningkatkan suhu tubuh.
e) Penyusun membran sel
Sebagian besar membran sel tubuh terdiri dari lipid. Lipid itu sendiri menyusun
sebanyak dua lapisan pada membran sel yang berguna sebagai zat perantara antar
molekul pada sel.

Terdapat beberapa jenis lipid yang memiliki kegunaan bagi tubuh maupun bagi sel,
yaitu:
- Kelompok asam lemak
- Kelompok gliserida netral
- Kelompok lipid kompleks
- Kelompok non gliserida

1) Asam Lemak
Dalam kimia, terutama biokimia, suatu asam lemak adalah asam karboksilat dengan
rantai alifatik panjang, baik jenuh maupun tak jenuh. Hampir semua asam lemak
alami memiliki rantai tak bercabang dengan jumlah atom karbon genap, mulai dari

8
4 sampai 28. Asam lemak biasanya diturunkan dari trigliserida atau fosfolipida.
Asam lemak adalah sumber nutrisi bahan bakar penting untuk hewan karena, ketika
dimetabolisme, mereka menghasilkan ATP dalam jumlah banyak. Banyak jenis sel
yang dapat menggunakan glukosa atau asam lemak untuk kebutuhan ini. Asam
lemak terdiri dari asalm lemak jenuh dan tak jenuh.

- Asam lemak jenuh


Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap.
Oleh karena itu, asam lemak jenuh adalah asam lemak yang jenuh dengan
hidrogen (karena ikatan rangkap mengurangi jumlah hidrogen pada masing-
masing karbon). Masing-masing karbon dalam rantai memiliki 2 atom hidrogen
(kecuali karbon omega di ujung yang memiliki 3 hidrogen), karena asam lemak
jenuh hanya memiliki ikatan tunggal. Asam lemak jenuh memiliki fungsi yaitu
sebagai penyusun membran sel. Kemudian, asam lemak jenuh juga berfungsi
sebagai penghubung komunikasi antar sel. Asam lemak jenuh juga dapat
meningkatkan Low-Density Lipoprotein.

- Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antar atom
karbon. (Pasangan atom karbon yang terhubung melalui ikatan rangkap dapat
dijenuhkan dengan adisi atom hidrogen, mengubah ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal. Oleh karena itu, ikatan rangkap disebut tak jenuh.) Dua atom
karbon dalam rantai yang terikat di sebelah ikatan rangkap dapat membentuk
konfigurasi cis atau trans. Asam lemak tak jenuh memiliki fungsi untuk
menurunkan kadar Low-Density Lipoprotein. Selain itu, asam lemak tak jenuh
juga berfungsi untuk menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total.

2) Gliserida
Gliserida adalah ester yang terbentuk dari gliserol dan asam lemak. Gliserol
memiliki tiga gugus hidroksil (-OH) yang dapat teresterifikasi oleh satu, dua atau
asam lemak dan membentuk monogliserida, digliserida dan trigliserida. Gliserida
terdiri dari dua golongan, yaitu gliserida netral dan fotogliserida.

- Gliserida netral
Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi dasar
dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi (berupa lemak atau
minyak). Selain itu gliserida netral berfungsi sebagai penyusun utama minyak
nabati maupun lemak hewani

- Fosfogliserida
Fosfogliserida adalah gliserollipid polar. Golongan utama dari fosfogliserida
adalah fosfatidat, fosfatidiletanolamina, fosfatidilkolin, fosfatidilserin,
fosfatidilgliserol, difosfatidilgliserol dan fosfatidilinositol (Philip et all., 2006).

9
Pada umumnya fosfogliserida atau fosfolipid terdapat dalam sel tumbuhan,
hewan dan manusia. Dalam tumbuhan fosfolipid terdapat di dalam kedelai
sedangkan pada manusia dan hewan terdapat dalam telur, otak, hati, ginjal,
pankreas, paru-paru dan jantung (Poedjiadi, 2007). Fungsi utama dari
fosfogliserida adalah sebagai komponen penyusun membran sel. Selain itu,
fosfogliserida digunakan sebagai agen emulsi

3) Lipid Kompleks
Lipid kompleks adalah lipid yang terdapat dialam bergabung dengan senyawa lain,
misalnya dengan protein atau karbohidrat. Contoh penting dari lipid kompleks
adalah lipoprotein dan glikolipid.

- Lipoprotein
Lipoprotein merupakan gabungan antara lipid dengan protein. Lipoprotein
terdapat dalam plasma darah, bagian lipid dalam lipoprotein umumnya adalah
trigliserida, fosfolifid atau kolesterol (Poedjiadi, 2007). Terdapat tiga jenis
lipoprotein yang terdapat pada tubuh, yaitu VLDL, LDL, dan HDL. Lipoprotein
berfungsi untuk mengangkut lipid dalam darah untuk diedarkan ke seluruh
tubuh

- Glikolipid
Glikolipid adalah lemak yang mengandung suatu karbohidrat polar, seperti D-
glukosa atau D-galaktosa, tetapi bukan suatu gugusan fosfat. Glikolipid dapat
berasal dari gliserol atau sfingosin dan sering diklasifikasi sebagai gliserida
(contohnya, glikosil-diasil gliserol) atau sebagai sfingolipid (contohnya,
serebrosid). Glikolipid sendiri memiliki dua fungsi utama yang berguna bagi
tubuh, yaitu glikolipid memiliki fungsi sebagai sinyal pengenal untuk interaksi
antar sel. Selain itu, glikolipid juga berfungsi untuk menjaga kestabilan sel.

4) Non gliserida
Lipid jenis ini tidak mengandung gliserol. Jadi asam lemak bergabung dengan
molekul-molekul non gliserol. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah sfingolipid,
steroid, kolesterol dan lilin (wax).

- Sfingolipid
Sfingolipid dapat ditemukan di hampir seluruh jaringan manusia dan terbentuk
dari basa rantai panjang yang terhidroksilasi dan bukan terbentuk dari gliserol,
terdiri dari sfingosin dan dihidrosfingosin. Penggunaan primer dari sfingolipid
adalah sebagai penyusun selubung mielin serabut saraf. Pada manusia, 25% dari
lipid merupakan sfingolipid. Sfingolipid sendiri memiliki beberapa fungsi yang
berguna bagii tubuh. Fungsi utama dari sfingolipid adalah sebagai komponen
penyusun dari membran sel. Sfingolipid melindungi sel dari segala sesuatu yang
membahayakan sel.

10
- Steroid
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis, steroid
mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk
tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Pada umunya steroid
berfungsi sebagai hormon. Beberapa diantara hormon reproduktif yang
merupakan steroid adalah testosteron dan progesteron.

4. Metode Deteksi dan Analisis Lipid


Terdapat banyak jenis uji yang dapat dilakukan untuk menganalisis dan mendeteksi lipid.
Analisis ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif
menentukan jumlah komponen tertentu dalam suatu zat, dalam kasus ini jumlah senyawa
lipid dalam suatu sampel yang diujikan. Sedangkan, analisis kualitatif memberikan indikasi
identitas spesies kimia di dalam sampel. Dalam kata lain, analisis kualitatif hanya
memberikan indikasi ada tidaknya suatu zat (seperti: lipid) dalam suatu sampel tertentu.

4.1.Analisis Kuantitatif
1) Titik Leleh Lemak
Uji ini merupakan Suatu jenis uji sederhana yang mengukur suhu di mana lemak
padat meleleh. Jenis lemak tertentu memiliki titik leleh yang tertentu juga.
2) Uji Saponin
Uji ini dilakukan Untuk menentukan adanya saponin dalam suatu bahan dengan
terbentuknya sabun/busa. Uji ini dilakukan dengan cara lipid dipanaskan dalam
alkali akan terlepas asam lemak dan gliserol. Dalam uji ini terdapat bilangan
penyabunan, yaitu jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan as. lemak
hasil hidrolisis dari satu gram lipid.
3) Analisis Kadar Lemak (Ekstraksi Soxhlet)
Tes Ekstraktor soxhlet diciptakan pada 1879 oleh Franz von Soxhlet yang berfungsi
untuk mengekstraksi lipid dari padatan. Alat ini Bekerja dengan menggunakan
solvent atau pelarut, dengan prinsip kerja mirip distilasi.

Gambar 1. Ekstraktor Soxhle

11
4) Pengukuran Kolestrol (Kolorimetri / HPLC)
Uji kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan warna.
Metode kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan.

Gambar 2. Alat Kolorimetri

5) Uji Liebermann-Burchard (Kuantitatif)


Uji Liebermann-Burchard atau uji asam anhidrida digunakan untuk menunjukkan
adanya kolesterol dalam suatu sampel. Ditunjukkan dengan warna hijau atau hijau-
biru, karena gugus OH pada kolesterol yang bereaksi dengan pereaksi dan
meningkatkan ketidakjenuhan. Reagen yang digunakan berupa asam anhidrida dan
asam sulfat.

4.2.Uji Kualitatif
1) Uji Kelarutan
Senyawa golongan lipid memiliki sifat kelarutan yang berbeda. Senyawa lipid larut
dalam pelarut organik non-polar. Sifat kelarutan lipid digunakan untuk
mengekstraksi dan mengisolasi lipid.

2) Uji Flavonoid
Uji ini digunakan untuk menentukan adanya flavonoid dalam suatu bahan dengan
menghasilkan warna merah (positif flavonoid). Reagen yang digunakan berupa
serbuk magnesium dan asam alkohol yang merupakan campuran dari asam klorida
dan etanol. Flavonoid memberikan warna pada makanan (umumnya tumbuhan)
yang kita konsumsi. Flavonoid bermanfaat sebagai anti-oksidan dan anti-inflamasi.

3) Uji Akrolein
Uji ini dilakukan dengan cara gliserol dipanaskan dengan kalium bisulfat akan
terjadi dehidrasi dan terbentuk akrolein aldehida yang berbau menyengat. Akrolein
dapat dimanfaatkan sebagai biosida dan bahan dasar berbagai senyawa kimia.

12
4) Hidrolisis Mentega
Mentega perlu dihidrolisis terlebih dahulu untuk dilakukan uji-uji lainnya, seperti:
uji akrolein, uji ketidakjenuhan, dan uji penyabunan.

5) Uji Kejenuhan (Angka Iod)


Reaksi ini digunakan untuk menentukan ikatan rangkap yang ada dalam suatu asam
lemak. Iodium akan mengadisi ikatan rangkap, warna pereaksi tidak terlihat.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Reaksi Adisi Iodin

6) Analisis Alkaloid
Alkaloid dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti obat-obatan dan
agrikultur (pestisida, insektisida). Alkaloid dapat dideteksi dengan pereaksi Wagner
(iodin + kalium iodida), Meyer (HgCl2 + kalium iodida), dan Dragendorff (bismut
subnitrat + asam asetat).

7) Uji Rothera Nitroprusida (Badan Keton)


Uji ini dilakukan untuk menunjukkan adanya senyawa aseton dalam urin. Keton
diproduksi ketika tubuh membakar lemak sebagai energi ketika tidak ada insulin
yang cukup untuk menggunakan gula sebagai sumber energi. Tanpa adanya insulin,
glukosa terakumulasi dalam darah. Tubuh menggunakan lemak sebagai sumber
energi karena tidak dapat memanfaatkan glukosa.

8) Uji Hidrolisis Bayberry-Tallow


Reagen Bayberry Tallow mengandung tripalmitin, akan membentuk gliserol dan
asam palmitat apabila dihidrolisis panas dalam suasana basa. Asam palmitat
terbentuk setelah hidrolisis dan terapung pada permukaan cairan.

9) Uji Kolesterol
Terdapat beberapa jenis uji yang dapat dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya
kolesterol. Yaitu:

- Uji Liebermann-Burchard (Kualitatif)


Menunjukkan adanya aseton dalam urin, reagen: kristal ammonium sulfat,
larutan natrium nitroprusida, ammonium hidroksida.

13
- Uji Salkowski
Deteksi kolestrol dengan menggunakan reagen kloroform anhidrat yang
ditambahkan dengan H2SO4.

- Uji Gmelin
Untuk menentukan adanya pigmen empedu dalam urin. Reagen yang
digunakan berupa asam nitrat pekat.

- Uji Pettenkofer
Menentukan adanya asam empedu dalam urin. Reagen yang digunakan adalah
larutan sukrosa yang dicampurkan dengan asam sulfat pekat.

- Uji Urobilinogen
Menentukan adanya urobilinogen dalam urin. Terdapat dua jenis reagen yang
dapat digunakan untuk uji ini, yaitu: Reagen Erlich (para-dimetil amino
benzaldehida + HCl pekat) danReagen Schlesinger (I + KI).

10) Uji Senyawa Antioksidan


- Metode Asam Barbiturat
Malondialdehida (MDA) merupakan produk hasil peroksidasi lipid dalam
tubuh. MDA terjadi secara alami dan merupakan penanda terjadinya oxidative
stress (ketidakseimbangan spesi oksigen reaktif dengan kemampuan detox
tubuh) dalam tubuh. MDA dapat menyebabkan banyak penyakit pada manusia;
ADHD, kanker, Parkinson’s, Alzheimer’s, atherosclerosis, gagal jantung, sickle
cell, dll. Deteksi MDA menggunakan asam tiobarbiturat, menghasilkan warna
merah, dapat dinilai dengan alat berprinsip kerja spektrofotometrik.

- Metode DPPH (Difeinpikril Hidrazil)


Mendeteksi adanya senyawa radikal bebas, dengan menggunakan reagen
DPPH. Apabila positif radikal bebas, warna dari ungu tua akan menjadi kuning
terang. Radikal bebas dapat membahayakan tubuh manusia dan dapat
menyebabkan berbagai penyakit.

- Metode Beta-Karoten
Uji dilakukan dengan prinsip spektrofotometri untuk mengukur parameter
terjadinya reaksi oksidasi dalam suatu spesi. Semakin besar penurunan nilai
absorbansi, maka semakin tinggi tingkat oksidasi pada sistem. Reagen yang
digunakan adalah β-karoten (0,2 mg/mL kloroform).

14
5. Aplikasi Terkini Lipid
5.1.Biodisel
Nama biodiesel telah disetujui oleh Department of Energi (DOE), Environmental
Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing Material (ASTM), biodiesel
merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak
tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan alkohol
(Özgul dan Türkay 1993; Pamuji, dkk. 2004; Gerpen 2004). Biodiesel dapat digunakan
tanpa modifikasi ulang mesin diesel. Biodiesel juga dapat ditulis dengan B100, yang
menunjukkan bahwa biodiesel tersebut murni 100 % monoalkil ester. Biodiesel
campuran ditandai dengan ”BXX”, yang mana ”XX” menyatakan persentase komposisi
biodiesel yang terdapat dalam campuran. B20 berarti terdapat biodiesel 20% dan
minyak solar 80 % (Zuhdi, 2002). Karena bahan bakunya berasal dari minyak
tumbuhan atau lemak hewan, biodiesel digolongkan sebagai bahan bakar yang dapat
diperbarui (Knothe 2005). Pada dasarnya semua minyak nabati atau lemak hewan dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Banyak penelitian yang telah
dilakukan untuk mendapatkan bahan baku alternatif yang dapat dikembangkan secara
luas sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Biodiesel berasal minyak sawit, minyak
jelantah, minyak jarak, dan minyak kedelai (Zuhdi, 2002). Namun terjadi perdebatan
karena bahan bakar ini terutama minyak kedelai termasuk dalam pangan sehingga hal
ini tidak wajar mengingat semakin meningkatnya populasi manusia.

Gambar 1. Biodiesel
5.2.Standar Mutu
Standar Mutu biodiesel berdasarkan dari peraturan pengujian biodiesel berdasarkan
peraturan dirjen migas No. 002/P/DM/MIGAS/1979 tanggal 25 mei 1979 tentang
spesifikasi bahan bakar minyak dan gas dan standar pengujian SNI (Standart Nasional
Indonesia) dapat dianalisa:

15
1) Angka Setana
Untuk bahan bakar motor diesel digunakan acuan Angka Setana, yaitu dengan
bahan referensi normal cetane (C16H34) yang tidak memiliki keterlambatan
menyala dan aromat methyl naphtalene (C10H7CH3) yang keterlambatannya besar
sekali. Angka Setana dari biodiesel sebesar minimal 51 sedangkan standar dari solar
sebesar 48, berarti angka Setana biodiesel 1,05 lebih rendah daripada solar. Tetapi
angka Setana dari biodiesel yang dihasilkan masih termasuk dalam kisaran standar
biodiesel yaitu minimal 51. Pada mesin diesel udara dimampatkan sampai tekanan
30 sampai 40 kg/cm2, akibat pembakaran maka tekanan yang ada di dalam ruang
bakar mencapai 60 sampai 65 kg/cm2. Disini diharapkan tidak ada keterlambatan
dari nyala agar kenaikan tekanan tidak terlalu tinggi. Kenaikan tekanan yang terlalu
tinggi akan menyebabkan detonasi. Hambatan lain yaitu proses pembakaran tidak
sempurna sehingga terbentuk jelaga. Pada bahan bakar biodiesel yang memiliki
Angka Setana 46,95 berarti bahan bakar tersebut mempunyai kecenderungan
menyala pada campuran 46,95 bagian normal angka Setana dan 53,05 bagian
methyl naphtalena. Apabila dilihat dari angka Setana biodiesel yaitu 51 maka dapat
digolongkan sebagai bahan bakar mesin diesel jalan cepat (mesin diesel jalan cepat
pada angka cetane 40 sampai 70). Makin tinggi angka setananya maka makin
rendah titik penyalaannya.

2) Kinematic Viscosity
Standar Kinematik viscosity dari biodiesel adalah sebesar 2,3 cSt sampai 6 cSt.
Jika harga viskositas terlalu tinggi maka akan besar kerugian gesekan di dalam
pipa, kerja pompa akan berat, penyaringannya sulit dan kemungkinan kotoran ikut
terendap besar, serta sulit mengabutkan bahan bakar. Sebaliknya jika viskositas
terlalu rendah berakibat pelumasan yang tipis, jika dibiarkan terus menerus akan
mengakibatkan keausan.

3) Spesific Gravity
Specific gravity dari biodiesel masih masuk dalam kisaran solar yaitu antara 0,82
sampai 0,95. Dari pengujian spesific gravity pada 600F ini juga dapat ditentukan
oAPI.

4) Nilai Kalor
Standar minimal kalori yang dihasilkan oleh biodiesel adalah 17,65 Btu/lb. Sebagai
bahan bakar, biodiesel harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SNI

5.3.Keuntungan Biodisel
Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya
menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesin-mesin pabrik yang
menggunakan diesel, juga alat transportasi termasuk mobil yang bermesin diesel.
Biodiesel dapat sebagai pengganti 100% minyak solar, maupun sebagai campuran
minyak solar tanpa modifikasi mesin.

16
Viskositas biodiesel lebih tinggi dibandingkan viskositas solar, sehingga biodiesel
mempunyai daya pelumasan yang lebih baik daripada solar. Oleh karena mampu
melumasi mesin dan sistem bahan bakar, maka dapat menurunkan keausan piston
sehingga mesin yang menggunakan bahan bakar biodiesel menjadi lebih awet. Selain
itu biodiesel sudah mengandung oksigen dalam senyawanya, sehingga pembakaran di
dalam mesin nyaris sempurna dan hanya membutuhkan nisbah udara/bahan bakar
rendah. Dengan demikian emisi senyawa karbon non-CO2 dalam gas buang kendaraan
sangat kecil dan penggunaan bahan bakar lebih efisien Untuk membuat biodiesel dari
minyak jelantah diperlukan peralatan yang didesain khusus. Di dalam proses tersebut
menggunakan bahan-bahan yang sifatnya korosif, berbahaya apabila terhirup atau
apabila mengenai kulit dapat menyebabkan iritasi. Selain itu diperlukan pemanasan,
sehingga peralatan yang digunakan juga harus tahan panas. Peralatan untuk membuat
biodiesel umumnya dibuat dari bahan stainless steel.

5.4.Pembuatan Biodisel
1) Bahan Baku:
- Minyak jelantah. Sebelum proses esterifikasi maka minyak jelantah dimurnikan
terlebih dahulu menggunakan arang aktif. Dalam pembuatan biodiesel ini,
digunakan minyak jelantah karena merupakan biomassa yang berupa lipid yang
murah, melimpah, dan merupakan limbah
- Murah
Berdasarkan perbandingan harga rata-rata bahan baku internasional dalam
produksi biodiesel pada tahun 2007, dapat dilihat pada tabel di bawah ini bahwa
harga rata-rata dari minyak jelantah adalah yang paling ekonomis dibandingkan
bahan baku pembuatan minyak jelantah lainnya

Tabel 1. Perbandingan Harga Rata-Rata Bahan Baku Internasional


dalam Produksi Biodiesel 2007 (US$/Ton)
Jenis Feedstock Harga

Crude Palm Oil 703

Rapesses Oil 824

Soybean 771

Waste Cooking Oil 224

Yellow Grease 412

(sumber: Demirbas, 2009)

17
- Melimpah
Potensi pengunaan minyak jelantah di Indonesia khususnya, sangat baik karena
selama kesediaa minyak jelantah di Indonesia sangat melimpah. Minyak
jelantah dapat didapatkan dari sisa-sisa pengunaan minyak goreng dalam
pengunaan rumah tangga, restoran, maupun pedagan
- Limbah
Minyak jelantah merupakan limbah yang selama ini tidak diberdayakan dengan
baik. Sisa-sisa penggunaan minyak goreng yang berupa minyak jelantah
merupakan limbah yang biasanya dibuang oleh pengguna sebelumnya
- Alkohol
Alkohol digunakan sebagai reaktan dalam reaksi esterifikasi maupun
transesterifikasi. Alkohol yang sering digunakan adalah metanol, etanol,
propanol, dan isopropanol. Dalam skala industri, metanol lebih banyak
digunakan karena harganya lebih murah daripada alkohol yang lain.
- Katalis
Seperti reaksi kimia pada umumnya, pada reaksi esterifikasi dan
transesterifikasi ditambahkan katalis untuk mempercepat laju reaksi dan
meningkatkan perolehan.

Katalis Reaksi Esterifikasi


Reaksi esterifikasi berjalan baik jika dalam suasana asam. Katalis yang sering
digunakan untuk reaksi ini adalah asam mineral kuat, garam, gel silika, dan resin
penukar kation. Asam mineral yang banyak dipakai adalah asam klorida, asam
sulfat, dan asam fosfat. Asam klorida banyak dipakai untuk skala laboratorium,
namun jarang dipakai untuk skala industri karena sangat korosif. Asam fosfat
jarang digunakan sebagai katalis karena memberikan laju reaksi yang relatif
lambat. Asam sulfat paling banyak digunakan dalam industri karena
memberikan konversi tinggi dan laju reaksi yang relatif cepat.

Katalis Reaksi Transesterifikasi


Katalis yang sering digunakan untuk reaksi transesterifikasi yaitu alkali, asam,
atau enzim. Penggunaan enzim masih belum umum dibandingkan alkali dan
basa karena harganya mahal dan belum banyak penelitian yang membahas
kinerja katalis ini. Alkali yang sering digunakan yaitu natrium metoksida
(NaOCH3), natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), kalium
metoksida, natrium amida, natrium hidrida, kalium amida, dan kalium hidrida
(Sprules and Price, 1950). Natium hidroksida dan natrium metoksida
merupakan katalis yang paling banyak digunakan. Natrium metoksida lebih
efektif dibandingkan natrium hidroksida (Fredman et. al., 1984; Hartman, 1956)
tetapi harganya lebih mahal dan beracun. Untuk perbandingan molar alkohol
dan asam lemak 6:1, perolehan ester untuk NaOH 1% dan NaOCH3 0,5%
hampir sama setelah direaksikan selama 60 menit Namun, pada perbandingan

18
molar alkohol dan asam lemak 3:1, katalis natrium metoksida menunjukkan
hasil yang lebih baik (Fredman et. al., 1984).

Kalium hidroksida (KOH) mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan


dengan katalis lainnya. Pada akhir proses, KOH yang tersisa dapat dinetralkan
dengan asam fosfat menjadi pupuk (K3PO4) sehingga proses produksi biodiesel
dengan katalis KOH tidak menghasilkan limbah cair yang berbahaya bagi
lingkungan. Selain itu, KOH dapat dibuat dari abu pembakaran limbah padat
pembuatan minyak nabati.

Asam yang dapat digunakan diantaranya asam sulfat (H2SO4), asam fosfat,
asam klorida, dan asam organik. Katalis asam yang paling banyak banyak
dipakai adalah asam sulfat.

2) Bahan Untuk Titrasi


- Isopropyl alkohol kemurnian 99%. Bahan ini dapat diperoleh di toko bahan
kimia. Jauhkan dari api karena sifatnya yang mudah terbakar. Bahan ini mudah
menguap, sehingga wadahnya harus ditutup rapat-rapat.
- Air suling/aquades atau air bebas ion. Merupakan air murni hasil proses
penyulingan, atau dihilangkan kandungan ion-ionnya. Air ini juga bisa
diperoleh di toko bahan kimia. Air ini sekaligus untuk bahan pencuci.
- Larutan Phenolphthalein (PP). Merupakan larutan tidak berwarna yang dapat
berubah warnanya menjadi merah muda pada pH tertentu. Phenolphthalein
dalam bentuk kristal putih dapat diperoleh di toko bahan kimia. Larutan PP
dibuat untuk segera digunakan, apabila disimpan dalam bentuk larutan tidak
boleh lebih dari 1 tahun. Untuk menghindari kerusakan, penyimpanan sedapat
mungkin menghindari cahaya, dimasukkan di dalam botol berwarna
gelap/hitam.

3) Proses Pembuatan
a) Proses Pemurnian Minyak Jelantah
Langkah-langkah dalam membuat biodiesel menggunakan minyak jelantah
adalah sebagai berikut:
i) Pembuatan arang aktif:
- Arang batok kelapa ditumbuk, dan disaring menggunakan saringan
kelapa
- Buat larutan kapur % dengan memasukkan g kapur ke dalam aquadest
Arang dimasukkan ke dalam larutan kapur dan dipanaskan sampai menit
- Arang disaring dan dikeringkan menggunakan oven/sinar matahari
- Minyak jelantah disaring untuk memisahkan dengan kotoran padat.
Untuk memudahkan penyaringan, minyak dipanaskan sampai suhu 35
0
C.
- Minyak jelantah hasil penyaringan dicampur dengan arang aktif,
diaduk-aduk dan disaring

19
- Minyak jelantah dinetralkan dengan memberi larutan NaOH %
sebanyak ml kemudian diaduk. Setelah terbentuk endapan kemudian
disaring

ii) Proses Transesterifikasi

Gambar 3. Diagram alir pembuatan biodiesel dengan reaksi


transesterifikasi
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu
pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H)
dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam
pada suhu 58-65°C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor
adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah
ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan
pengaduk. Selama proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada
suhu reactor 63°C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam
reactor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan
terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini
diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil
ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya
lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor
agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan
transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II
selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah

20
dari metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada
pengendapan I karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut
melalui proses pencucian.

iii) Proses Pencucian


Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan
metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan
tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).

iv) Proses Pengeringan


Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam
metil ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C.
Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan
suhu sekitar 95°C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di
tengah permukaan cairan pada alat pengering.

v) Proses Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi
bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang
terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal
dari dinding reactor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter
yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lipid merupakan salah satu senyawa yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
adapun fungsinya secara umum antara lain:
- Sebagai sumber energi
- Melindungi organ tubuh
- Insulasi pada tubuh
- Penghasil panas
- Penyusun membran sel

Selain fungsinya bagi tubuh, lipid juga memiliki fungsi sebagai cadangan bahan bakar,
yaitu bahan bakar biodiesel. Sebagai biodiesel lipid diolah dengan cara: proses pembuatan
arang aktif, kemudian dilanjutkan dengan reaksi transesterifikasi, yang selanjutnya hasil
reaksi dipisahkan (antara gliserol dan biodiesel) lalu dicuci dan dikeringkan serta diakhiri
dengan proses filtrasi.

Dalam mengenali lipid di setiap bagian kehidupan kita, maka berbagai pengujian dibuat.
Adapun pengujiannya tersebut dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

22
Daftar Pustaka

Small Things Considered. (2014). Bacterial Hopanoids – The Lipids That Last Forever.
[online] Available at:
http://schaechter.asmblog.org/schaechter/2014/09/bacterial-hopanoids-the-
lipids-that-last-forever.html [Accessed 23 Feb. 2018].
Bailey, R. (2017). Animal Cells Are Eukaryotic Cells With a Membrane-Bound
Nucleus. [online] ThoughtCo. Available at: https://www.thoughtco.com/all-
about-animal-cells-373379 [Accessed 23 Feb. 2018].
Courses.lumenlearning.com. (n.d.). Structure of Prokaryotes | Boundless Biology.
[online] Available at: https://courses.lumenlearning.com/boundless-
biology/chapter/structure-of-prokaryotes/ [Accessed 23 Feb. 2018].
Bioinfo.org.cn. (2018). Biosynthesis of Cholesterol,. [online] Available at:
http://www.bioinfo.org.cn/book/biochemistry/chapt20/bio6.htm [Accessed 23
Feb. 2018].
Mc Kee, D. (2018). The Different Kinds of Phospholipids. [online]
Lindbergnutrition.com. Available at:
http://www.lindbergnutrition.com/promog/FeaturedArticle.asp?id=61&StoreI
D=1C7A08050B8F4419BFFBA945004CA5D1 [Accessed 23 Feb. 2018].
Bintang, M., 2010. Biokimia: Teknik Penelitian. 1st ed. Jakarta: Erlangga.
Nur F.H 2006. “Daur Ulang Minyak Goreng Bekas Pakai (Minyak Jelantah)” Jakarta:
Modul Minyak Jelantah
Zhang, Y, et al. 2003. “Biodiesel Production From Waste Cooking Oil: 1. Process
Design and
Technological Assesment”. Bioresource Technology 89 (2003) 1-16 Suwirta, IW.
2009. “Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit”. Jurnal Kimia
3(1). Januari 2009:1-6

23

Anda mungkin juga menyukai