Anda di halaman 1dari 2

A.

Menelusuri
Jika kita menelusuri sejarah PT di Indonesia, kita dapat meringkas adanya dua
pandangan kotradiktif dari para tokoh pendidikan tentang PAI di PT. Pendapat
pertama menyatakan, PAI perlu diajarkan di PT dengan alasan bahwa negara (dalam
hal ini PT) wajib menjaga keberagamaan warganya, yakni mahasisiwa yang sedang
belajat di PT. Pendapat kedua menyatakan, PAI tidak perlu diajarkan di PT dengan
alasan bahwa agama adalah urusan pribadi, keluarga dan institusi keagamaan.
Sehingga negara tidak perlu ikut campur dalam urusan tersebut.
Secara psikologis ada manusia yang teis dan ada yang ateis. Dalam
konseptual, ada manusia yang teis, ateis dan setengah teis-ateis. Realitasnya
kelompok teis mengajak manusia untuk menaati Tuhan, namun kelompok ateis
bertindak sebaliknya, yakni mengajak manusia untuk tidak menaati Tuhan. Namun
disisi lain ada manusia yang suka bertobat, yakni berusaha untuk meninggalkan jalan
yang keji dan dibenci Allah dan berusaha berjalan pada ketentuan Allah dan menaati
segala perintahnya. Ada juga penganut suatu agama yang berpindah ke agama lain,
atau penganut suatu madhzab yang berpindah ke madhzab lain yang masih seagama.
Kejadian seperti itu disebut dengan konversi agama.
Secara sosial-budaya, masyarakat indonesia terdiri dari masyarakat santri,
priyai dan abangan. Yang disebut masyarakat santri di sini bukanlah masyarakat
muslim yang tinggal dan belajar di pesantren, namun yang benar adalah masyarakat
muslim yang taat dalam menjalankan rukun islam, selain itu mereka juga rajin
menghadiri pengajian-pengajian terdekat untuk mencari ilmu. Sedangkan masyarakat
priyai (berdarah biru) dan masyarakat abangan adalah masyarakat muslim yang
kurang taat dalam menjalankan rukun islam dan yang lainnya.
Dalam Undang-Undang dasar, pada Bab II pasal 3 tentang tujuan pendidikan
nasional, juga tentang perundan-undangan lainnya terutama UU No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi yang berisi bahwa, di PT wajib diajarkan mata kuliah
Pendidikan Agama secara mandiri. Dan diringkas dalam dua pendapat. Pendapat
pertama yakni, pembelajaran PAI di PT perlu kaya dengan “substansi”, dimana
mahasiswa dibekali dengan banyak sekali materi-materi PAI.selain itu dosen PAI juga
harus menyediakan materi PAI yang luas dan mendalam. Pendapat kedua yakni,
pembelajaran PAI di PT harus kaya dengan “proses”, dimana mahasiswa tidak perlu
untuk dibekali banyak materi. Namun dosen hanya cukup untuk memberikan
substansi materi dasardan inti saja. Adapun untuk perkembangannya diserahkan pada
mahasiswa untuk menggalinya sendiri. Oleh karen itu yang terpenting bagi dosen PAI
adalah memberikan keterampilan kepada mahasiswa dengan cara pendekatan dan
pemahaman serta pengimplementasian ajaran agama di masyarakat.

B. Menanyakan Alasan Mengapa dan Bagaimana PAI Diajarkan di PT

Pro-kontra tentang perlu atau tidak perlunya PAI diajarkan di PT mungkin hingga
sekarang masih terjadi. Pertanyaan utama yang perlu diajukan, apa alasan PAI perlu
diajarkan di PT? Dan bagi orang-orang yang tidak setuju pertanyaan yang
diajukan, apa alasan PAI tidak perlu diajarkan di PT? Di antara kedua pendapat
ini, pendapat manakah yang benar dan pendapat mana pula yang memperoleh
dukungan kuat dari masyarakat dan dan tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia?
Cara yang paling mudah bagi dosen PAI adalah mahasiswa dibekali materi
agama sebanyak-banyaknya. Namun, ketika selesai kuliah PAI mahasiswa tidak
bisa autodidak untuk mendalami ajaran agama, kecuali hanya bagi beberapa
mahasiswa yang memang memiliki dasar dan minat yang besar untuk mendalami
agama.

Anda mungkin juga menyukai