Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Blok metodologi penelitian dan evidence based medicine adalah blok ke
XVIII belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B mengenai
dr. Eny baru dipindahkan sebagai dokter Puskesmas Gandus. Ia mendapat data
di Puskesmas bahwa banyak kejadia cacingan pada anak-anak di wilayah kerja
Puskesma Gandus. Ia mengobservasi bahwa anak-anak jarang mencuci tangan
sebelum makan. Ia mendapatkan informasi bahwa penyuluhan tentang cuci
tangan sudah sering dilakukan di sekolah-sekolah wilayah Gandus, namun
tudak berdampak pada perilaku anak-anak.
dr. Eny pernah membaca bahwa metode drama mungkin dapat mengubah
perilaku cuci tangan pada anak-anak. Akan tetapi dr. Eny tidak yakin apakah
metode tersebut efektif dalam mengubah perilaku anak-anak tersebut. Oleh
karena itu dr. Eny ingin melakukan penelitian untuk menilai efektifitas
sosialisasi dalam bentuk drama terhadap perilaku cuci tangan pada anak.

1.2.Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Data Tutorial
Tutor :
Moderator : Yola Akma Rinda
Sekretaris : Elba Fitrah Febriana
Notulis : Novinda Mutiara Fajar
Waktu : Selasa, 10 Mei 2016
Kamis, 12 Mei 2016
Pukul: 13.00-15.30 WIB
Rule of tutorial :
1) Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2) Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen.
3) Izin saat akan keluar ruangan.
4) Dilarang makan dan minum.

2.2.Skenario Kasus
dr. Eny baru dipindahkan sebagai dokter Puskesmas Gandus. Ia mendapat
data di Puskesmas bahwa banyak kejadia cacingan pada anak-anak di wilayah
kerja Puskesma Gandus. Ia mengobservasi bahwa anak-anak jarang mencuci
tangan sebelum makan. Ia mendapatkan informasi bahwa penyuluhan tentang
cuci tangan sudah sering dilakukan di sekolah-sekolah wilayah Gandus,
namun tudak berdampak pada perilaku anak-anak.
dr. Eny pernah membaca bahwa metode drama mungkin dapat mengubah
perilaku cuci tangan pada anak-anak. Akan tetapi dr. Eny tidak yakin apakah
metode tersebut efektif dalam mengubah perilaku anak-anak tersebut. Oleh
karena itu dr. Eny ingin melakukan penelitian untuk menilai efektifitas
sosialisasi dalam bentuk drama terhadap perilaku cuci tangan pada anak.

2
2.3.Klarifikasi Istilah
1. Cacingan :

2. Observasi : Peninjauan secara cermat atau pengamatan.

3. Penyuluhan :

4. Sosialisasi : Proses belajar anggota masyarakat untuk mengenal


kebudayaan pada masyarakat dalam lingkungan.

5. Metode drama : Penyampaian prosa yang menggambarkan kehidupan melalui


tingkah laku secara sistematis untuk mencapai tujuan.

6. Perilaku : Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan.

7. Efektif : Berhasil guna atau ada efeknya.

2.3 Identifikasi Masalah


1. dr. Eny baru dipindahkan sebagai dokter Puskesmas Gandus. Ia mendapat
data di Puskesmas bahwa banyak kejadia cacingan pada anak-anak di
wilayah kerja Puskesma Gandus. Ia mengobservasi bahwa anak-anak
jarang mencuci tangan sebelum makan. Ia mendapatkan informasi bahwa
penyuluhan tentang cuci tangan sudah sering dilakukan di sekolah-
sekolah wilayah Gandus, namun tudak berdampak pada perilaku anak-
anak.
2. dr. Eny pernah membaca bahwa metode drama mungkin dapat mengubah
perilaku cuci tangan pada anak-anak. Akan tetapi dr. Eny tidak yakin
apakah metode tersebut efektif dalam mengubah perilaku anak-anak
tersebut. Oleh karena itu dr. Eny ingin melakukan penelitian untuk
menilai efektifitas sosialisasi dalam bentuk drama terhadap perilaku cuci
tangan pada anak.

2.3 Analisis Masalah


1. dr. Eny baru dipindahkan sebagai dokter Puskesmas Gandus. Ia mendapat
data di Puskesmas bahwa banyak kejadia cacingan pada anak-anak di

3
wilayah kerja Puskesma Gandus. Ia mengobservasi bahwa anak-anak
jarang mencuci tangan sebelum makan. Ia mendapatkan informasi bahwa
penyuluhan tentang cuci tangan sudah sering dilakukan di sekolah-
sekolah wilayah Gandus, namun tudak berdampak pada perilaku anak-
anak.
a. Apa manfaat mencuci tangan sebelum makan? (1,2,3)
Jawab :
1. Membuang kotoran yang menempel di tangan
2. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
3. Mencegah penularan kuman penyakit/ infeksi pada orang lain

b. Bagaimana langkah-langkah cuci tangan yang benar? (2,1,4)


Jawab :
Pada tahun 2010 WHO mengeluarkan 7 langkah, dan dalam
pelaksanaannya ada yang mengembangkan menjadi 10 langkah,
yaitu:

1. Basuh tangan dengan air bersih yang mengalir


2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya
4. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
5. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
8. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air yang mengalir
10. Keringkan dengan lap tangan yang kering dan bersih atau
menggunakan tissue

c. Apa faktor risiko dan etiologi cacingan pada anak? (3,10,5)


Jawab :
Terjadinya penyakit kecacingan seringkali dihubungkan dengan
kondisi lingkungan penderita, sosio-ekonomi penderita serta tingkat
pendidikan penderita.Salah satu penyakit kecacingan yang masih
banyak terjadi pada penduduk di Indonesia adalah yang disebabkan

4
golonganSoil-Transmitted Helminth yaitu golongan nematode usus
yang dalam penularannya atau dalam siklus hidupnya melalui media
tanah. Dalam hal ini berarti bahwa proses pematangan parasit dari
bentuk non infektif menjadi bentuk yang infektif terjadi di tanah.
Soil-Transmitted helminth adalah nematoda usus yang perkembangan
embrionya pada tanah.

d. Apa gejala klinis cacingan pada anak? (4,9,6)


Jawab :
Pada anak-anak yang menderita Ascariasis lumbricoides perutnya
tampak buncit, perut sering sakit, diare, dan nafsu makan kurang.
Biasanya anak masih dapat beraktivitas walau sudah mengalami
penuruanan kemampuan belajar dan produktivitas. Pemeriksaan tinja
sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis yaitu dengan
menemukantelur-telur cacing di dalam tinja tersebut. Jumlah telur
juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya
infeksi.

e. Apa dampak dari cacingan pada anak? (5,8,7)


Jawab :
Dampak yang ditimbulkan dari infeksi cacing ini dapat berpengaruh
besar pada penderitanya. Biasanya kondsi kesehatan yang ditimbulkan
yaitu kekurangan gizi karena cacing mengambil nutrisi dari makanan
yang kita makan. Tubuh akan menjadi lemas karena bahan baku
energi turun karena sabotase nutrisi oleh cacing. Pada cacing tambang
dapat mengakibatkan anemia karena terjadi perdarahan.

f. Bagaimana cara memberikan penyuluhan? (6,7,8)


Jawab :
1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani
melalui penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Menyusun perencanaan penyuluhan
(1) Menetapkan tujuan
(2) Penentuan sasaran
(3) Menyusun materi / isi penyuluhan
(4) Memilih metoda yang tepat
(5) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
(6) Penentuan kriteria evaluasi.
5. Pelaksanaan penyuluhan

5
6. Penilaian hasil penyuluhan
7. Tindak lanjut dari penyuluhan

g. Bagaimana langkah-langkah melakukan observasi? (7,6,9)


Jawab :
Untuk menyusun lembar observasi ini, langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Lakukan terlebih dahulu studi pendahuluan, dengan cara:
a) Mengamati gejala (misalnya: tingkah laku, situasi
perusahaan, dll) yang identik dengan gejala yang akan
diamati.
b) Mencoba menggolongkan penampilan/gejala
c) Mencoba menuangkan butir a dan b dalam lembar
rekaman observasi dengan format tertentu.
2. Tentukan tujuan observasi secara jelas dan terperinci. Tujuan
mencakup: What, Who, Where, When, dan How. (Tujuan telah
dijelaskan secara rinci pada sub topik terdahulu).
3. Jabarkan secara tajam dan terperinci tujuan tersebut dalam
elemen-elemen tingkah laku yang akan diobservasi.
4. Rumuskan secara tajam kerangka teori yang menunjang
penjabaran elemen-elemen tingkah laku tadi.
5. Tuangkan elemen-elemen tingkah laku tersebut kedalam suatu
lembar rekaman observasi (recording sheet), dengan sistem
pencatatannya.
6. Bila hasil observasi akan dijadikan data kuantitatif, tentukan
terlebih dahulu kriteria, skor, dan elemen-elemen tingkah laku
untuk analisis.
7. Tentukan kerangka analisis secara teoritis untuk membantu
interpretasi hasil observasi.
8. Observasi dilakukan paling sedikit oleh 2 orang observer
dengan catatan waktu, tanggal, dan tempat kejadian observasi.

h. Bagaimana cara pengumpulan data? (8,5,10)

2. dr. Eny pernah membaca bahwa metode drama mungkin dapat mengubah
perilaku cuci tangan pada anak-anak. Akan tetapi dr. Eny tidak yakin
apakah metode tersebut efektif dalam mengubah perilaku anak-anak
tersebut. Oleh karena itu dr. Eny ingin melakukan penelitian untuk
menilai efektifitas sosialisasi dalam bentuk drama terhadap perilaku cuci
tangan pada anak.
a. Apa keunggulan dan kelemahan dari metode penyuluhan dan metode
drama? (9,4,1)

6
Jawab :
BERMAIN PERAN (drama)
Pengertian
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk
‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam
suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian
terhadap .
Ciri2 :
- lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam
‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam
melakukan permainan peran.
- anggota dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan
gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia
a)Kelebihan metode bermain peran
Peserta lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran. Karena, mereka
bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-masalah
sosial tersebut. Bagi peserta dengan bermain peran sebagai orang
lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia
dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap
saling perhatian.
b)Kelemahan metode bermain peran
Bila pembimbing tidak menguasai tujuan instrusional penggunaan
teknik ini untuk sesuatu unit pelajaran, maka sosiodrama tidak akan
berhasil. Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan
norma-norma kaidah sosial, adat istiadar, kebiasaan, dan keyakinan
seseorang jangan sampai ditinggalkan sehingga tidak menyinggung
perasaan seseorang. Bila pembimbing tidak memahami langkah-
langkah pelaksanaan metode ini, maka akan mangacaukan
berlangsungnya sosiodrama.

b. Apa metode yang paling tepat untuk merubah perilaku cuci tangan
pada anak-anak? (10,3,2)
c. Apa jenis penelitian yang akan dilakukan oleh dr.Eny? (1,2,3)
d. Apa saja desain penelitian? (2,1,4)

7
Jawab :
Desain penelitian
1. Observasional
- Laporan kasus
- Seri kasus
- Studi cross-sectional
- Studi case-control
- Studi kohort
- Meta analisis
2. Intervasional
- Uji klinis
- Intervensi

e. Apa desain penelitian yang tepat untuk kasus ini? (3,10,5)


Jawab : desain yang tepat pada kasus ini adalah intervensional

f. Apa langkah-langkah melakukan penelitian? (4,9,6)


g. Apa judul penelitian yang tepat untuk kasus ini? (5,8,7)
Jawab :
“Efektifitas Sosialisasi Dalam Bentuk Drama terhadap Kebiasaan
Perilaku Cuci Tangan Pada Anak”

h. Apa latar belakang penelitian pada kasus ini? (6,7,8)


i. Apa rumusan masalah penelitian pada kasus ini? (7,6,9)
Jawab :
“Bagaimana Efektifitas Sosialisasi Dalam Bentuk Drama terhadap
Kebiasaan Perilaku Cuci Tangan Pada Anak?”

j. Bagaimana hipotesis penelitian pada kasus ini? (8,5,10)


Jawab :
“Sosialisasi dalam bentuk drama efektif dalam mempengaruhi
kebiasaan prilaku cuci tangan pada anak”

8
k. Apa tujuan penelitian pada kasus ini? (9,4,1)
Jawab :
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efekifitas sosialisasi dalam bentuk drama
terhadap kebiasaan prilaku cuci tangan pada anak.
b. Tujuan Khusus
-

l. Apa manfaat penelitian pada kasus ini? (10,3,2)


m. Bagaimana kerangka teori pada kasus ini? (1,2,3)
n. Bagaimana cara menentukan sampel pada uji quasi eksperimental?
(2,1,4)
o. Apa variabel pada penelitian ini? (3,10,5)
p. Bagaimana definisi operasional pada kasus ini? (4,9,6)
q. Bagaimana cara membuat kesimpulan? (5,8,7)
r. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini? (6,7,8)

2.3 Hipotesis
Desain penelitian yang dapat digunakan pada penelitian dr.Eny adalah
penelitian intervensional dengan pendekatan uji quasi eksperimental.

2.4 Kerangka Konsep

Kebiasaan anak-anak jarang


mencuci tangan sebelum makan
walaupun sudah diberi penyuluhan

Peningkatan angka kejadian


cacingan pada anak di Puskesmas
Gandus

dr. Eny ingin meneliti tentang


efektifitas metode drama

9
Dilakukan penelitian intervensional
dengan pendekatan uji quasi

Anda mungkin juga menyukai