Anda di halaman 1dari 26

Antibiotik

Mekanisme Cara Kerja dan Klasifikasinya

Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat,


pejamu, dan agen penginfeksi.[1] Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit
untuk diprediksi mengingat kompleksnya interaksi yang terjadi di antara
ketiganya.[2] Namun pemilihan obat yang sesuai dengan dosis yang sepadan
sangat berperan dalam menentukan keberhasilan terapi dan menghindari
timbulnya resistansi agen penginfeksi.[3]

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.[4] Literatur lain
mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang bahkan di dalam konsentrasi
rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi.[5]
Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:

1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat


destruktif terhadap bakteri.

2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja


menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.

Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat


bermacam-macam, namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat
perkembangan bakteri. Oleh karena itu mekanisme kerja antibiotik dalam
menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat dijadikan dasar untuk
mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:[6]

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk


ke dalam golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida,
Cephalosporin, Ampicillin, Oxasilin.

a) Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan


pada enzim DD-transpeptidase yang memperantarai dinding
peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian akan melemahkan
dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena
ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan
autolysins yang mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk
sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan Penicillin) hanya efektif
terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran terluar
(outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif
membuatnya tak mampu menembus dinding peptidoglikan.[7]

b) Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V,


merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding
sel dan digunakan untuk penyakit-penyakit seperti sifilis, listeria, atau
alergi bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun
karena Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga paling
lama digunakan telah membawa dampak resistansi bakteri terhadap
antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap digunakan selain
karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah.

c) Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin.


Ketiganya bersifat bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-
sama menghambat sintesis dinding sel. Bacitracin digunakan untuk
bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin digunakan untuk bakteri
Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan
untuk bakteri gram negatif.

d) Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki


mekanisme kerja yang hampir sama yaitu dengan menghambat
sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri. Normalnya sintesis dinding
sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein) yang akan
berikatan dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk
jembatan peptidoglikan. Namun keberadaan antibiotik akan membuat
PBP berikatan dengannya sehingga sintesis dinding peptidoglikan
menjadi terhambat.[8]
e) Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran
dinding peptidoglikan, hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi
kepada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan
keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga membuatnya
mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri
gram negatif.[9]

f) Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan


antibiotik bakterisidal yang digunakan untuk menghambat sintesis
dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan Oxacillin biasanya
untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan
(resistansi) terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.

g) Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum


sasaran yang lebih luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem.
Ketiganya bersifat bakterisidal.

2. Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi. Yang termasuk ke


dalam golongan ini adalah Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D,
Nalidixic acid, Lincosamides, Metronidazole.

a) Quinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat


pertumbuhan bakteri dengan cara masuk melalui porins dan
menyerang DNA girase dan topoisomerase sehingga dengan demikian
akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA.[10] Quinolone
lazim digunakan untuk infeksi traktus urinarius.

b) Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja


dengan cara berikatan dengan β-subunit dari RNA polymerase
sehingga menghambat transkripsi RNA dan pada akhirnya sintesis
protein.[11] Rifampicin umumnya menyerang bakteri spesies
Mycobacterum.

c) Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki


mekanisme kerja yang sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid
banyak digunakan untuk penyakit demam tipus.
d) Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S
dan banyak digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba
Pseudomemranous colitis. Contoh dari golongan Lincosamides adalah
Clindamycin.

e) Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh


anaeroba dan berefek menghambat sintesis DNA.

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam


golongan ini adalah Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline,
Chloramphenicol, Kanamycin, Oxytetracycline.

a) Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat


pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom,
sehingga dengan demikian akan menghambat translokasi peptidil
tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa ini bersifat
bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat
bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan
dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi.[12] Macrolide biasanya
digunakan untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan
Haemophilus.

b) Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin,


merupakan antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit
30S/50S sehingga menghambat sintesis protein. Namun antibiotik
jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram negatif.

c) Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan


dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan
aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian
akan menghambat translasi protein.[13] Namun antibiotik jenis ini
memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan
dampaknya terhadap ginjal dan hati.

d) Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang


menghambat sintesis protein dan biasanya digunakan pada penyakit
akibat kuman Salmonella.
4. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain
Ionimycin dan Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan
kadar kalsium intrasel sehingga mengganggu kesetimbangan osmosis dan
menyebabkan kebocoran sel.[14]

5. Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk ke


dalam golongan ini adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim,
Azaserine.

a) Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor


kompetitif terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS).[15]
Dengan dihambatnya enzim DHPS ini menyebabkan tidak
terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri.[16] Tetrahidrofolat
merupakan bentuk aktif asam folat[17], di mana fungsinya adalah
untuk berbagai peran biologis di antaranya dalam produksi dan
pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein.[18] Biasanya
Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserria meningitis.

b) Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein


melalui penghambatan metabolisme, hanya mekanismenya berbeda
dari Sulfonamide. Trimetophrim akan menghambat enzim
dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk mengubah
dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).

c) Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal


sebagai purin-antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu
jalannya metabolisme bakteri dengan cara berikatan dengan situs yang
berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu pembentukan
glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam protein.[19]

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah dosis serta


jenis antibiotik yang diberikan haruslah tepat. Jika antibiotik diberikan dalam
jenis yang kurang efektif atau dosis yang tanggung maka yang terjadi adalah
bakteri tidak akan mati melainkan mengalami mutasi atau membentuk kekebalan
terhadap antibiotik tersebut.
Daftar Pustaka

[1] Mueller M, De la Pena A, Derendorf H. Issues in pharmacokinetics and


pharmacodynamics of anti-infective agents: kill curves versus MIC. Antimicrobial
agents and chemotherapy 2004;48:369-77.

[2] Craig WA. Choosing an antibiotic on the basis of pharmacodynamics. Ear


NoseThroat J 1998;77:7-11.

[3] Van Saene HKF, Silvestri L, De la Cal MA. In: Gullo A, editor. Infection
control in the intensive care unit. 2nd ed. Milan: Springer; 2005. p. 91-155.

[4] Wikipedia the free encyclopaedia. Antibiotik [Online]. 2009 April 4 [cited
2009 April 7]; Available from: URL: URL:http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotik

[5] Koolman J, Roehm KH. Color atlas of biochemistry. 2nd ed. New York:
Thieme; 2005.

[6] SERVA electrophoresis. Antibiotics. [Online]. 2009 April 7 [cited 2009 April
7]; Available from: URL:
http://www.serva.de/servaWeb/www_root/ar03/templates/Ar03ProductFamily.jsp?
language=En&organisation=001&shopNavSeq=6

[7] Wikipedia the free encyclopaedia. Penicillin [Online]. 2009 April 1 [cited 2009
April 7]; Available from: URL: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Penicillin

[8] Wikipedia the free encyclopaedia. Cephalosporin [Online]. 2009 March 29


[cited 2009 April 7]; Available from: URL:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Cephalosporin

[9] Wikipedia the free encyclopaedia. Ampicillin [Online]. 2009 April 4 [cited
2009 April 7]; Available from: URL: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Ampicillin

[10] Wikipedia the free encyclopaedia. Quinolone [Online]. 2009 March 29 [cited
2009 April 7]; Available from: URL: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Quinolone

[11] Wikipedia the free encyclopaedia. Rifampicin [Online]. 2009 April 4 [cited
2009 April 7]; Available from: URL:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Rifampicin
[12] Wikipedia the free encyclopaedia. Macrolide [Online]. 2009 March 18 [cited
2009 April 7]; Available from: URL: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Macrolide

[13] Wikipedia the free encyclopaedia. Tetracycline [Online]. 2009 April 1 [cited
2009 April 7]; Available from: URL:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Tetracycline

[14] Wikipedia the free encyclopaedia. Ionomycin [Online]. 2009 Jan 22 [cited
2009 April 7]; Available from: URL: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Ionomycin

[15] Wikipedia the free encyclopaedia. Sulfonamide [Online]. 2009 March 27


[cited 2009 April 7]; Available from: URL:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Sulfonamide

[16]Wikipedia the free encyclopaedia. Dihydropteroate synthetase [Online]. 2008


June 30 [cited 2009 April 7]; Available from: URL:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Dihydropteroate synthetase

[17] Murray RK. Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta: EGC;
2009.

[18] Wikipedia the free encyclopaedia. Folic acid [Online]. 2009 April 5 [cited
2009 April 7]; Available from: URL: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Folic acid

[19] National Cancer Institute. NCI Drug Dictionary: Azaserine. [Online]. 2009
[cited 2009 April 7]; Available from: URL:
http://www.cancer.gov/Templates/drugdictionary.aspx?CdrID=39156

Antibiotika
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika
khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap
mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan
atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman
untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti


strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa
melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur,
atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya
dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri
gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas.
Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.

Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika
intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika
kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Daftar isi

[sembunyikan]

 1 Riwayat singkat penemuan antibiotika modern

 2 Macam-macam antibiotika

 3 Penggunaan antibiotika

 4 Referensi

[sunting] Riwayat singkat penemuan antibiotika modern

Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming,


pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan
meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika
cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di
media dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang sebelumnya
memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium
chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan
pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif
dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari
ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G.

Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh


peneliti-peneliti dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun
hasilnya tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.

[sunting] Macam-macam antibiotika

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan


susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika[1] dilihat dari target atau
sasaran kerjanya(nama contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena belum
semua nama diindonesiakan atau diragukan pengindonesiaannya):

 Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide


dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
 Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya
rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;

 Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari


golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin,
chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;

 Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

 Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomycin, tunicamycin; dan

 Antimetabolit, misalnya azaserine.

[sunting] Penggunaan antibiotika

Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi
yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang
'kebal' terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya
diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka
waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang
'tanggung' hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas


karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas
untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan
antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran
akan munculnya hama yang tahan antibiotika.

[sunting] Referensi

1. ^ Table of Antibiotics dari SERVA Electrophoresis

[sembunyikan]

l•b•s

Kelompok-kelompok obat utama

Antasid • Antiemetik • H2 antagonis • Inhibitor pompa


Saluran pencernaan (A)
proton • Laksatif (pencahar) • Antidiare
Darah dan organ
Antikoagulan • Antiperdarahn • Antitrombosit • Trombolitik
pembentuk darah (B)

Antiaritmik • Antihipertensi • Diuretik • Vasodilator •


Sistem kardiovaskular (C) Antiangina • Penyekat beta • Inhibitor ACE •
Antihiperlipidemia

Kulit (D) Emolien - Antipruritik (antigatal)

Kontrasepsi hormon • Agen kesuburan • Modulator reseptor


Sistem reproduksi (G)
estrogen selektif • Hormon seks

Sistem endokrin (H) Antidiabetes • Kortikosteroid • Hormon seks • Hormon tiroid

Antibiotik • Antivirus • Vaksin • Antijamur • Antiprotozoa •


Infeksi dan infestasi (J, P)
Antelmintik (obat cacing)

Penyakit ganas dan


sistem kekebalan tubuh Agen antikanker • Imunostimulator • Imunosupresan
(L)

Otot, tulang, dan sendi Steorid anabolik • Antiradang • Antireumatik •


(M) Kortikosteroid • Pelemas otot

Anestesia • Analgesik • Antikonvulsan (antikejang) • Penstabil


Otak and sistem saraf (N) suasana hati • Anksiolitik • Antipsikoti • Antidepresi •
Perangsang sistem saraf • Sedatif

Sistem pernafasan (R) Bronkodilator • Dekongestan • H1 antagonis


BAHAYA
ANTIBIOTIK
by Nata Sanjaya -
Wednesday, 14
February 2007,
05:55 PM
Salah Penggunaan, Fatal
Tidak semua orang tahu bahwa antibiotik tidak boleh dikonsumsi
sembarangan. Tak semua orang tahu bahwa bila hal itu dilakukan,
akibatnya justru fatal, apalagi hanya untuk penyakit-penyakit
ringan. Ibaratnya, ingin membunuh satu orang mestinya cukup
dengan pistol, tapi digunakan bom yang bisa menghancurkan
penduduk satu kota. Selain tidak tepat penggunaan, dampak yang
lebih jauh adalah bakteri dalam tubuh justru menjadi kebal.

Pengamalan Veronika mungkin bisa jadi pelajaran. Perempuan 30


tahun itu suatu ketika menderita penyakit infeksi saluran
pencernaan. Oleh dokter, dia diberi antibiotik. Dua minggu
kemudian, kondisi Veronika berangsur membaik.

Satu bulan kemudian, penyakitnya kambuh. Namun, dia enggan


periksa ke dokter. Dia pun memutuskan membeli antibiotik yang
sama dengan resep yang diberikan dokter sebulan sebelumnya.
"Penyakitnya sama. Jadi, saya pikir obatnya juga sama," ujarnya.

Bukan sembuh, perut Veronika justru semakin sakit dan mual.


Setelah dua hari tidak kunjung membaik, akhirnya dia
memutuskan pergi ke dokter. Benar saja, antibiotik yang
diminumnya tidak sesuai untuk pengobatan penyakitnya yang
sekarang. "Kata dokter, bila penyakit saya sembuh dan kambuh
lagi, bukan berarti obatnya harus sama," ujar wanita yang bekerja
di sebuah perusahaan asuransi itu.

Mungkin saja, pengalaman Veronika pernah terjadi pada yang


lain. Sebab, masyarakat kerap tidak menyadari bahwa antibiotik
tidak boleh digunakan secara sembarangan. Sedikit kena penyakit
flu, minum antibiotik. Kena demam dihantam dengan antibiotik.
Gatal-gatal diberi antibiotik. Sakit kepala juga ditangkal dengan
antibiotik.

"Padahal, tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik. Antibiotik


hanya digunakan untuk infeksi," ujar Prof Dr Kuntaman SpMK, ahli
mikrobiologi RSU dr Soetomo. Misalnya, infeksi saluran kemih,
sinusitis berat, atau radang tenggorokan karena infeksi kuman
streptokokus (salah satu jenis bakteri).

Kuntaman menjelaskan, bahan antibiotik pertama ditemukan


Alexander Fleming pada 1928. Kemudian, pada 1940-an antibiotik
mulai digunakan secara luas. Waktu itu, ahli scientist dunia
memprediksi, dengan ditemukannya antibiotik, pada 1960-an
dunia diprediksi bersih dari penyakit infeksi.

Namun, bukannya penyakit infeksi teratasi, justru jenis bakteri


baru muncul akibat resistensi terhadap penggunaan antibiotik.
Bahkan, pada 1990, kata Kuntaman, di beberapa belahan dunia
pernah terjadi post antibiotika era. Suatu keadaan yang antibiotik
tidak berfungsi lagi. "Waktu itu, di antara 20 jenis antibiotik yang
ada, hanya satu yang bisa mengobati penyakit infeksi,"jelasnya.

Pada 2001, World Health Organization (WHO) menyampaikan


keprihatinan yang tinggi terhadap perkembangan bakteri resisten.
WHO pun menyatakan global alert atau perang melawan bakteri
resisten.

Kuntaman juga mengungkapkan, penelitian di dua rumah sakit


besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada 2001 menunjukkan
bahwa penggunaan antibiotik secara tidak bijak mencapai 80
persen. Kasus di RSU dr Soetomo, lanjut Kuntaman, angka
resisten terhadap antibiotik lini pertama (penyakit infeksi ringan)
bisa mencapai 90 persen dan lini kedua (infeksi sedang)
mendekati 50 persen. Dalam disertasinya yang dirilis beberapa
waktu lalu, Kuntaman juga menyebutkan, angka bakteri penghasil
extended spectrum beta lactamase (ESBL, jenis bakteri yang sulit
diobati) mencapai 29 hingga 36 persen. "Bandingkan dengan
Belanda yang angkanya kurang dari satu persen," sebut pria yang
bekerja di laboratorium mikrobiologi RSU dr Soetomo itu.

Karena itu, bila antibiotik tidak digunakan secara tepat, post


antibiotika era diprediksi bisa terjadi pada masa depan.
"Bayangkan saja, bila tidak ada satu pun obat yang mampu
mengatasi penyakit infeksi," ujarnya.

Menurut Kuntaman, tingginya penggunaan antibiotik di rumah


sakit akan meningkatkan angka resistensi bakteri di tempat itu.
"Yang pada akhirnya menyulitkan terapi," tegasnya. Bahkan,
bakteri lebih mudah mutasi, yang berarti lebih cepat resisten
terhadap berbagai antibiotik.

Prof dr R Bambang Wirjatmadi MS MCN PhD SpGK, pengajar gizi


Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, menjelaskan,
antibiotik adalah obat yang dapat digunakan untuk membunuh
kuman, virus, cacing, protozoa, dan jamur. "Biasanya, jika
mengalami sakit dan disebabkan beberapa hal tersebut, obatnya
antibiotik," ujar Bambang.

Tidak hanya itu. Antibiotik dibutuhkan saat seseorang sakit disertai


demam. Jika sakitnya tidak disertai demam, belum tentu mereka
membutuhkan antibiotik.

Agar tidak sembarangan dalam penggunaannya, sebaiknya


masyarakat mengetahui jenis antibiotik. Di antaranya, tetracyclin
yang digunakan untuk infeksi, sakit gigi, dan luka. Jenis
chloramphenicol digunakan untuk penyakit tifus. Jenis griseofulfin
digunakan untuk membunuh jamur serta combantrin untuk
membunuh cacing.
Ada juga narrow spectrum,yang berguna untuk membunuh jenis
bakteri secara spesifik. Antibiotik yang tergolong narrow spectrum
adalah ampicillin dan amoxycilin. Jenis kedua ialah broad
spectrum untuk membunuh semua jenis bakteri di dalam tubuh.
"Dianjurkan untuk menghindari mengonsumsi antibiotik jenis ini,"
jelasnya.

Sebab, jenis antibiotik itu juga membunuh bakteri lainnya yang


sangat berguna untuk tubuh. Antibiotik yang termasuk kategori itu
adalah cephalosporin. Penyakit yang disebabkan virus tidak dapat
diberikan antibiotik. Misalnya, sakit flu atau pilek. Sebab, antibiotik
tidak dapat membunuh virus karena virus dapat mati sendiri, asal
daya tahan tubuh penderita meningkat atau membaik. Meski
begitu, dalam perkembangannya, saat ini ada antibiotik yang
dikembangkan untuk membunuh virus.

Menurut Bambang, penggunaan antibiotik tidak pada tempatnya


dan berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Misalnya,
mengakibatkan gangguan saluran pencernaan (diare, mual,
muntah). "Efek samping ini sering terjadi," ujar alumnus FK Unair
itu.

Selain itu, penderita bisa mengalami reaksi alergi. Mulai yang


ringan seperti ruam dan gatal hingga berat seperti pembengkakan
bibir, kelopak mata, sampai gangguan napas. "Karena itu, apabila
memiliki alergi, sebaiknya hati-hati dalam penggunaan penycillin.
Sebab, bisa jadi dia juga alergi dengan antibiotik tersebut," ujar
pria asal Wonogiri, Jawa Tengah, itu.

Efek yang terjadi bisa ringan hingga berat. Pasien bisa mengalami
anaphylatic shock atau shock karena penggunaan antibiotik
tersebut. Lebih berbahaya lagi, obat itu juga bisa mengakibatkan
kelainan hati. Seperti diketahui, antibiotik memiliki bahan dasar
kimia. Selain berfungsi membunuh kuman, bahan kimia tersebut
harus dinetralkan tubuh supaya aman. Caranya adalah dengan
memecah bahan kimia itu.

Nah, hati atau lever bertugas memecah bahan kimia tersebut.


Namun, bila diforsir terus-menerus, hati bisa rusak.

Pemakaian antibiotik yang berlebihan (irrational) juga dapat


menimbulkan efek negatif yang lebih luas (long term). Irrational
use, lanjut Bambang, dapat membunuh kuman yang sebenarnya
baik dan berguna di dalam tubuh. Akibatnya, tempat yang semula
ditempati bakteri baik akan diisi bakteri jahat.

Kemudian, pemberian antibiotik yang berlebihan akan


mengakibatkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami
mutasi dan menjadi kuman yang resisten terhadap antibiotik.
Kejadian itu biasa disebut superbugs. "Jenis bakteri yang awalnya
dapat diobati dengan mudah oleh antibiotik ringan, apabila
antibiotiknya digunakan secara irrational, jadi memerlukan
antibiotik yang lebih kuat," jelasnya.

Karena itu, saran Bambang, masyarakat harus paham soal


antibiotik. Selain itu, sebelum mengonsumsi, harus tahu
aturannya. Baik waktu pemakaian maupun dosis. Dengan
demikian, pemakaian bisa dilakukan secara tepat dan rasional.

Menurut dia, hal itu harus mendapat perhatian dari kalangan


medis. "Termasuk, upaya pemerintah dalam melakukan
pengawasan di lapangan supaya antibiotik tidak beredar secara
bebas," ujarnya.

Pemakaian antibiotik yang tidak benar kerap dipicu dengan


dijualnya obat tersebut secara bebas di pasar. "Inilah yang mesti
dikendalikan pemerintah," tegasnya (JAWA POS 14 Feb 2007)

Reply
Re: BAHAYA ANTIBIOTIK
by Gagah Buana Putra - Thursday, 15 February 2007, 11:29 PM
Maaf sedikit koreksi untuk judul:

BAHAYA PENYALAHGUNAAN ANTIBIOTIK


Soalnya Antibiotik yang tepat guna sangat bermanfaat untuk mengobati pasien.
Dan yang sebaiknya kita lakukan adalah menghindari dan mencegah penggunann
antibiotik yang berlebihan. Kita sebagai seorang pelayan kesehatan hendaknya
menghimbau dan senantiasa memberitahu pasien untuk tidak menyalahgunakan
antibiotik.

Kebanyakan pasien akan segera pergi ke apotek dan membeli antibiotik setiap
kali mereka sakit. Padahal tidak semua penyakit butuh antibiotik. Ini yang
bahaya, soalnya antibiotik itu bisa mengakibatkan alergi bagi beberapa orang dan
bakteri mampun mengalami resitance sehingga resistant pada antibiotik tersebut.
Begitu bakteri sudah resisten, maka antibiotik tersebut sudah tidak mempan lagi
untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut.

Pencegahan paling baik adalah hidup higienis bukan dengan penggunaan


antibiotik.

"Doctors and scientists agree that the best form of prevention of many illnesses –
whether bacterial or viral – is good common sense hygiene. Many common infections
can be prevented by thoroughly washing hands with soap and hot water – antibacterial
soaps or lotions are not necessary. ... "

http://www.antibiotichelp.com/index.shtml

Artikel dari saudara Nata bagus, ... tapi ada pertanyaan nih;

Mungkinkah kekebalan terhadap antibiotik menurun dari ibu ke bayi?

Jadi benarkah kalau kita sebaiknya memberikan kesempatan pada tubuh


untuk menyembuhkan diri sendiri sebelum penggunaan antibiotik?

Show parent | Reply


Re: BAHAYA ANTIBIOTIK
by Ns. Falasifah Ani Yuniarti,MAN - Monday, 2 April 2007, 04:22 PM
Memang banyak sekali penyalahgunaan antibiotik di masyarakat. Hampir
setiap penyakit diberi antibiotik, padahal ngga semua penyakit perlu 'kan?
Mungkin perlu penanganan ke berbagai pihak, baik dari dokter maupun
apotik sebagai penjual obat. Karena ada beberapa apotik atau toko obat yang
dengan mudah melayani pembelian anti biotik walaupun tanpa resep atau
dengan copyan resep.
Apakah klien kita sudah mengetahui bahaya yang ditimbulkan antibiotik?
apakah kita sudah memberi pendidikan kepada mereka tentang bahayanya
anti biotik?
RIFAMPICIN:
suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus
Rifampicin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya
diberikan kepada
orang yang berada dalam kontak dekat dengan orang yang telah
terkena
infeksi meningokokus. Tujuan antibiotik ini adalah untuk
menghapuskan segala
kuman meningokokus dari ‘dibawa’ dalam tenggorok kontak
tersebut supaya
mereka tidak dapat mengakibatkan infeksi lebih lanjut pada
orang lain.
Antibiotik ini tidak dapat merawat seseorang yang telah terkena
infeksi, maka
Anda masih harus memperhatikan gejala dan tanda-tanda
penyakit
meningokokus.
Petunjuk untuk minum rifampicin
• Rifampicin diminum dua kali sehari selama dua hari (diperlukan
total empat
dosis). Obat ini tersedia sebagai tablet, kapsul atau sirop.
• Rifampicin harus diminum ketika perut kosong, apakah
setengah jam
sebelum makan atau dua jam setelah makan.
Anda harus tidak minum rifampicin jika Anda:
• mempunyai alergi terhadap rifampicin;
• menderita kerusakan hati parah (termasuk penyakit kuning);
• minum alkohol; atau
• sedang hamil.
Jika rifampicin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik
lain untuk
menghapuskan kuman meningokokus.
Efek sampingan rifampicin
• Beberapa orang terasa ‘kurang enak’ setelah minum
rifampicin: mungkin
perut kurang enak, sakit kepala dan kepala pusing.
• Rifampicin dapat menjadikan warna air seni merah
jambu/oranye. Ini tidak
berbahaya dan berhenti setelah obat dihentikan.
• Rifampicin dapat mengotori lensa sentuh lunak, maka jangan
dipakai ketika
perawatan.
Interaksi dengan obat lain
Jika Anda sedang minum manapun dari obat resep berikut:
antikoagulan
seperti warfarin, steroid, beberapa jenis obat untuk penyakit
jantung, tablet
untuk merawat diabetes, tablet untuk epilepsi, tablet untuk
asma, metadon,
obat antivirus, antidepresan dan cyclosporin – beri tahu dokter
Anda bahwa
Anda akan minum rifampicin karena dosis obat lain yang Anda
minum mungkin
harus diubah.
Rifampicin dapat mengurangi keefektifan kontrasepsi oral.
Wanita yang sedang
minum pil kontrasepsi harus tetap minum obat ini, dan tidak
mengesampingkan segala selang waktu bebas pil atau pil gula,
ketika sedang
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 4
minum rifampicin dan selama tujuh hari setelah dosis terakhir
rifampicin. Juga
harus digunakan kontrasepsi penghalang, misalnya kondom,
ketika sedang
minum rifampicin dan selama empat minggu setelah dosis
terakhir rifampicin.
Informasi lebih lanjut – Unit Kesehatan Umum di NSW
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi dokter, unit
kesehatan
umum setempat atau pusat kesehatan masyarakat Anda – lihat
di bawah
NSW Government di bagian depan buku telepon White Pages.
Daerah Metropolitan Lokasi Nomor
Daerah Luar
Kota
Lokasi Nomor
Northern Sydney/Central
Coast
Hornsby 02 9477 9400 Greater Southern Goulburn 02 4824 1837
Gosford 02 4349 4845 Albury 02 6080 8900
South Eastern
Sydney/Illawarra
Randwick 02 9382 8333 Greater Western Broken Hill 08 8080 1499
Wollongong 02 4221 6700 Dubbo 02 6841 5569
Sydney South West Camperdown 02 9515 9420 Bathurst 02 6339 5601
Sydney West Penrith 02 4734 2022
Hunter/New
England
Newcastle 02 4924 6477
Parramatta 02 9840 3603 Tamworth 02 6767 8630
Justice Health Service Matraville 02 9311 2707 North Coast Port Macquarie 02 6588 2750
NSW Department of Health Nth Sydney 02 9391 9000 Lismore 02 6620 7500
NSW Health: www.health.nsw.gov.au
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 5
Ceftriaxone merupakan suatu antibiotik yang adakalanya
diberikan kepada
orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang yang
telah terkena
infeksi meningokokus. Tujuan antibiotik ini adalah untuk
menghapuskan segala
kuman meningokokus dari ‘dibawa’ dalam tenggorok kontak
tersebut supaya
mereka tidak dapat mengakibatkan infeksi lebih lanjut pada
orang lain.
Antibiotik ini tidak dapat merawat seseorang yang telah terkena
infeksi, maka
Anda masih harus memperhatikan gejala dan tanda-tanda
penyakit
meningokokus.
Ceftriaxone diberikan sebagai injeksi tunggal ke dalam jaringan
otot seperti
paha atau pantat. Ceftriaxone aman bagi wanita yang hamil dan
wanita yang
sedang menyusui.
Anda harus tidak minum ceftriaxone jika Anda:
• mempunyai alergi terhadap ceftriaxone atau antibiotik
cephalosporin lain
atau
• pernah menderita alergi yang parah atau segera terhadap
antibiotik
penisilin.
Efek sampingan ceftriaxone
• Efek sampingan ceftriaxone jarang terjadi tetapi termasuk
seriawan oral
atau vagina (selaput lendir sakit atau gatal), diare, muntah, sakit
kepala,
kepala pusing, rasa makanan berubah atau denyutan jantung
yang tidak
teratur. Anda harus mendapatkan perhatian medis jika Anda
prihatin
tentang manapun dari gejala-gejala ini.
• Suatu efek yang amat jarang adalah reaksi alergi – jika Anda
terkena
pembengkakan muka, kesesakan tenggorok, kesulitan
pernapasan,
kegatalan atau ruam parah, Anda harus mendapatkan perhatian
medis
dengan segera (telepon 000).
CEFTRIAXONE:
suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 6
Informasi lebih lanjut – Unit Kesehatan Umum di NSW
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi dokter, unit
kesehatan
umum setempat atau pusat kesehatan masyarakat Anda – lihat
di bawah
NSW Government di bagian depan buku telepon White Pages.
Daerah Metropolitan Lokasi Nomor
Daerah Luar
Kota
Lokasi Nomor
Northern Sydney/Central
Coast
Hornsby 02 9477 9400 Greater Southern Goulburn 02 4824 1837
Gosford 02 4349 4845 Albury 02 6080 8900
South Eastern
Sydney/Illawarra
Randwick 02 9382 8333 Greater Western Broken Hill 08 8080 1499
Wollongong 02 4221 6700 Dubbo 02 6841 5569
Sydney South West Camperdown 02 9515 9420 Bathurst 02 6339 5601
Sydney West Penrith 02 4734 2022
Hunter/New
England
Newcastle 02 4924 6477
Parramatta 02 9840 3603 Tamworth 02 6767 8630
Justice Health Service Matraville 02 9311 2707 North Coast Port Macquarie 02 6588 2750
NSW Department of Health Nth Sydney 02 9391 9000 Lismore 02 6620 7500
NSW Health: www.health.nsw.gov.au
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 7
Informasi untuk kontak dekat sehubungan dengan antibiotik
penghapus dan vaksinasi
yth.
Baru-baru ini, Anda berada dalam kontak dekat dengan seorang
penderita
infeksi meningokokus.
Infeksi meningokokus disebabkan oleh suatu bakteri yang
dibawa, biasanya
tanpa bahaya, dalam hidung dan tenggorok oleh sampai 10%
orang. Namun,
kadang-kadang pembawa mungkin menularkannya kepada orang
lain yang
telah berada dalam kontak dekat dengannya. Hanya sejumlah
kecil sekali
orang yang mempunyai kontak dengan pembawa akan terkena
penyakit
meningokokus. Setelah terekspos pada bakteri, mungkin
memakan waktu
sampai sepuluh hari untuk terkena infeksi.
Bakteri ini sulit ditularkan dan hanya ditularkan dari orang ke
orang melalui
kontak tetap yang dekat dan lama. Kontak dengan air liur dari
bagian depan
mulut, gigi atau bibir jarang menularkan bakteri ini.
Hanya orang yang telah berada dalam kontak sangat dekat
dengan kasus yang
dicurigai atau terkonfirmasi yang perlu menggunakan antibiotik
khusus untuk
menghapuskan bakteri ini dari belakang tenggorok. Ini termasuk:
• kontak di rumah dan orang lain yang telah menginap di rumah
tersebut
dalam waktu tujuh hari sebelum kasus menjadi kurang sehat,
dan
• kontak intim seperti pacar/pasangan seksual
• orang yang menghadiri kelas pusat penitipan anak yang sama.
Oleh karena Anda telah berada dalam kontak sangat dekat
dengan seseorang
yang menderita infeksi ini, Anda mungkin merupakan pembawa
bakteri
meningokokus. Oleh karena ini, Anda harus menggunakan
antibiotik secara
jangka pendek. Antibiotik bertujuan menghapuskan bakteri yang
mungkin Anda
bawa untuk mencegah penularan lebih lanjut. Antibiotik tidak
merawat penyakit
dalam orang yang telah terkena infeksi. Ketika menggunakan
obat ini, Anda
tidak perlu menjauhi dari kontak dengan anggota keluarga dan
anak-anak dan
Anda tidak perlu terisolasi atau terkecuali dari sekolah atau
tempat kerja.
Bergantung pada jenis bakteri meningokokus, Unit Kesehatan
Umum mungkin
menganjurkan vaksinasi untuk kontak rumah tangga orang yang
menderita
infeksi meningokokus. Unit Kesehatan Umum akan memberi tahu
Anda apakah
ini perlu.
Penting untuk mendapatkan nasihat medis dengan segera jika
Anda
mengalami gejala manapun penyakit meningokokus (dinyatakan
di bawah)
atau jika Anda kurang sehat. Silakan bawa surat ini bersama
Anda jika
Anda perlu berjumpa dengan dokter Anda atau instalasi gawat
darurat
di rumah sakit.
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 8
Berbicaralah dengan orang yang biasanya menghabiskan banyak
waktu
bersama Anda (misalnya keluarga dan sahabat karib Anda)
tentang penyakit
meningokokus supaya mereka juga tahu harus mendapatkan
nasihat medis
jika terkena gejala.
Orang lain yang telah berada dalam kontak dekat baru-baru ini
tidak perlu
menggunakan antibiotik.
Gejala-gejala penyakit meningokokus yang harus diperhatikan
termasuk gabungan:
• Demam mendadak
• Sakit sendi dan otot
• Mual dan muntah
• Sakit kepala
• Kekejangan leher
• Kurang senang dengan cahaya terang
• Lelah
• Ruam berbintik kecil muncul di manapun pada kulit dan ini
dapat berubah
dengan cepat menjadi bintik besar yang berwarna merah-ungu.
Biasanya
ruam ini tidak terhapus dengan tekanan ringan pada kulit.
Adakalanya tidak
ada ruam sama sekali.
• Gejala yang awal sekali termasuk sakit kaki, tangan dan kaki
dingin, serta
warna kulit yang tidak normal.
Anak kecil mungkin menderita gejala lebih umum yang mungkin
termasuk
lekas marah, mengantuk atau sulit bangun, tangis nyaring atau
merintih, kulit
pucat dan berbintik, dan menolak makan.
Walaupun Anda telah menerima vaksin meningokokus, Anda
masih perlu
memperhatikan gejala karena vaksin tidak melindungi terhadap
semua jenis
meningokokus.
Lembar fakta yang berisi perincian lebih lanjut tentang penyakit
meningokokus
dapat diperoleh dari:
www.health.nsw.gov.au/factsheets/infectious/meningococcal.html
Silakan hubungi Unit Kesehatan Umum jika Anda mempunyai
apapun
pertanyaan lebih lanjut. Jika Anda kurang sehat, jangan hubungi
Unit
Kesehatan Umum – berjumpalah dengan dokter Anda dengan
segera.
Salam,
Direktur
Unit Kesehatan Umum
Dokter yth.
Orang ini dianggap kontak dekat seorang penderita penyakit
meningokokus.
Jika ia kurang sehat, silakan pertimbangkan penyakit
meningokokus dalam
diagnosis diferensial Anda dan segera memberi tahu unit
kesehatan umum
melalui telepon jika mencurigai penyakit meningokokus.
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 9
Informasi lebih lanjut – Unit Kesehatan Umum di NSW
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi dokter, unit
kesehatan
umum setempat atau pusat kesehatan masyarakat Anda – lihat
di bawah
NSW Government di bagian depan buku telepon White Pages.
Daerah Metropolitan Lokasi Nomor
Daerah Luar
Kota
Lokasi Nomor
Northern Sydney/Central
Coast
Hornsby 02 9477 9400 Greater Southern Goulburn 02 4824 1837
Gosford 02 4349 4845 Albury 02 6080 8900
South Eastern
Sydney/Illawarra
Randwick 02 9382 8333 Greater Western Broken Hill 08 8080 1499
Wollongong 02 4221 6700 Dubbo 02 6841 5569
Sydney South West Camperdown 02 9515 9420 Bathurst 02 6339 5601
Sydney West Penrith 02 4734 2022
Hunter/New
England
Newcastle 02 4924 6477
Parramatta 02 9840 3603 Tamworth 02 6767 8630
Justice Health Service Matraville 02 9311 2707 North Coast Port Macquarie 02 6588 2750
NSW Department of Health Nth Sydney 02 9391 9000 Lismore 02 6620 7500
NSW Health: www.health.nsw.gov.au
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 10
yth.
Baru-baru ini, Anda berada dalam kontak dengan seorang
penderita infeksi
meningokokus.
Infeksi meningokokus disebabkan oleh suatu bakteri yang
dibawa, biasanya
tanpa bahaya, dalam hidung dan tenggorok oleh sampai 10%
orang. Namun,
kadang-kadang pembawa mungkin menularkannya kepada orang
lain yang
telah berada dalam kontak dekat dengannya. Hanya sejumlah
kecil sekali
orang yang mempunyai kontak dengan pembawa, yang akan
terkena penyakit
meningokokus. Jika seorang pembawa menularkan bakteri ini
kepada orang
lain, mungkin memakan waktu sampai 10 hari untuk terkena
infeksi.
Bakteri ini sulit ditularkan dan hanya ditularkan dari orang ke
orang melalui
kontak tetap yang dekat dan lama. Kontak dengan air liur dari
bagian depan
mulut, gigi atau bibir jarang menularkan bakteri ini.
Hanya orang yang telah berada dalam kontak sangat dekat
dengan kasus
yang dicurigai atau terkonfirmasi yang perlu menggunakan
antibiotik khusus
untuk menghapuskan bakteri ini dari belakang tenggorok. Ini
termasuk kontak
di rumah, orang yang telah menginap di rumah tersebut dalam
waktu tujuh
hari sebelum penderita menjadi kurang sehat, kontak intim
seperti
pacar/pasangan seksual, dan orang yang menghadiri kelas pusat
penitipan
anak yang sama.
Oleh karena Anda tidak berada dalam kontak sangat dekat
dengan suatu
kasus, Anda tidak perlu minum obat antibiotik apapun, atau
menjauhi dari
kontak dengan dengan anggota keluarga atau anak-anak, dan
Anda tidak perlu
terisolasi atau terkecuali dari sekolah atau tempat kerja.
Walaupun risiko terkena infeksi rendah sekali, penting untuk
mendapatkan
nasihat medis dengan segera jika Anda mengalami gejala
manapun penyakit
meningokokus (dinyatakan di bawah) atau jika Anda kurang
sehat. Silakan
bawa surat ini bersama Anda jika Anda perlu berjumpa dengan
dokter
atau instalasi gawat darurat di rumah sakit.
Berbicaralah dengan orang yang biasanya menghabiskan banyak
waktu
bersama Anda (misalnya keluarga dan sahabat karib Anda)
tentang penyakit
meningokokus supaya mereka juga tahu harus mendapatkan
nasihat medis
jika terkena gejala.
Gejala-gejala penyakit meningokokus yang harus diperhatikan
termasuk
gabungan:
• Demam mendadak
• Sakit sendi dan otot
Informasi untuk kontak tingkat rendah (tanpa antibiotik)
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 11
• Mual dan muntah
• Sakit kepala
• Kekejangan leher
• Kurang senang dengan cahaya terang
• Lelah
• Ruam berbintik kecil muncul di manapun pada kulit dan ini
dapat berubah
dengan cepat menjadi bintik besar yang berwarna merah-ungu.
Biasanya
ruam ini tidak terhapus dengan tekanan ringan pada kulit.
Adakalanya tidak
ada ruam sama sekali.
• Gejala yang awal sekali termasuk sakit kaki, tangan dan kaki
dingin, serta
warna kulit yang tidak normal.
Anak kecil mungkin menderita gejala lebih umum yang mungkin
termasuk
lekas marah, mengantuk atau sulit bangun, tangis nyaring atau
merintih, kulit
pucat dan berbintik, dan menolak makan.
Walaupun Anda telah menerima vaksin meningokokus, Anda
masih perlu
memperhatikan gejala karena vaksin tidak melindungi terhadap
semua jenis
meningokokus.
Lembar fakta yang berisi perincian lebih lanjut tentang penyakit
meningokokus
dapat diperoleh dari:
www.health.nsw.gov.au/factsheets/infectious/meningococcal.html
Silakan hubungi Unit Kesehatan Umum jika Anda mempunyai
apapun
pertanyaan lebih lanjut. Jika Anda kurang sehat, jangan hubungi
Unit
Kesehatan Umum – berjumpalah dengan dokter Anda dengan
segera.
Salam,
Direktur
Unit Kesehatan Umum
Dokter yth.
Orang ini dianggap kontak dekat seorang penderita penyakit
meningokokus.
Jika ia kurang sehat, silakan pertimbangkan penyakit
meningokokus dalam
diagnosis diferensial Anda dan segera memberi tahu unit
kesehatan umum
melalui telepon jika mencurigai penyakit meningokokus.
Meningococcal - information for contacts - Indonesian Page 12
Informasi lebih lanjut – Unit Kesehatan Umum di NSW
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi dokter, unit
kesehatan
umum setempat atau pusat kesehatan masyarakat Anda – lihat
di bawah
NSW Government di bagian depan buku telepon White Pages.
Daerah Metropolitan Lokasi Nomor
Daerah Luar
Kota
Lokasi Nomor
Northern Sydney/Central
Coast
Hornsby 02 9477 9400 Greater Southern Goulburn 02 4824 1837
Gosford 02 4349 4845 Albury 02 6080 8900
South Eastern
Sydney/Illawarra
Randwick 02 9382 8333 Greater Western Broken Hill 08 8080 1499
Wollongong 02 4221 6700 Dubbo 02 6841 5569
Sydney South West Camperdown 02 9515 9420 Bathurst 02 6339 5601
Sydney West Penrith 02 4734 2022
Hunter/New
England
Newcastle 02 4924 6477
Parramatta 02 9840 3603 Tamworth 02 6767 8630
Justice Health Service Matraville 02 9311 2707 North Coast Port Macquarie 02 6588 2750
NSW Department of Health Nth Sydney 02 9391 9000 Lismore 02 6620 7500
NSW Health: www.health.nsw.gov.au

Anda mungkin juga menyukai