Anda di halaman 1dari 7

Hawar daun bakteri / hawar kresek (Xanthomonas)

Gejala

• Pada tanaman dewasa daun kuning atau kuning pucat

• Daun termuda kuning menyeluruh atau mempunyai garis kuning yang lebar

• Daun yang lebih tua dapat tdk menunjukkan gejala

• Malai steril dan tidak terisi jika serangan parah

Solusi

 Menanam tanaman tahan

• Bibit padi tidak dipotong ujungnya

• Tidak memindahkan bibit terlalu muda

• Sanitasi (gulma inang, jerami, ratoon)

• Pemupukan berimbang

• Tidak mengairi pesemaian terlalu dalam (pengaturan drainase)

• Pengaturan jarak tanam

• Penggunaan bakterisida fenazin-5-oksida (0,10 kg/ha)

Blas (Pyricularia)

Gejala

• Karakteristik gejala: adanya bercak pada daun, batang dan leher malai

• Pada daun bercak berbentuk jorong dg ujung runcing (belah ketupat)

• Bercak besar biasanya bag tengahnya putih keabu-abuan, tepi coklat pada bercak tua.

• Pada kondisi yg mendukung, dan varietas yang rentan, bercak pada daun, berkembang cepat
dan bergabung, menyebabkan kering daun terinfeksi.

• Pd tan tahan terbentuk bintik coklat, mengindikasikan reaksi hypersensitive.

• Gejala blas yg khas pada pada leher/tangkai malai atau neck rot

• Gejala blas pd leher malai dapat sering rancu dg gejala karena hama penggerek batang

• Keduanya menunjukkan malai hampa, tegak, berwarna abu-abu

• Tetapi jk karena penggerek batang, batang mudah dicabut, sementara jk karena blas tidak

Solusi

• Penggunaan varietas tahan, khususnya daerah endemik blas dan sulit air (Inpari 4, 11, 14
dan Inpari Sidenuk)

• Benih bukan berasal dari tempat-tempat yg terjangkiti


• Seed dressing

• Membakar sisa jerami

• Mengusahakan tanaman cukup air.

• Penggunaan pupuk seimbang. Hindarkan N tinggi pd varietas rentan di daerah rawan


ledakan (jgn lbh dr 90 kg N/ha)

• Tanam jajar legowo

• Aplikasi fungisida jika diperlukan (karbendazim, mankoseb, klorotalonil)

Tungro (Strain Virus)

Gejala

• DAUN WARNA HIJAU MUDA SAMPAI KUNING ORANGE ATAU KUNING KECOKLATAN, MULAI
UJUNG DAUN

• DAUN MUDA: HIJAU PUCAT BERGARIS PUTIH MEMANJANG SEJAJAR TULANG DAUN

• GEJALA KLOROSIS ANTARTULANG DAUN DENGAN GARIS KUNING

• TANAMAN TERINFEKSI KERDIL DAN JUMLAH ANAKAN BERKURANG

• PERTUMBUHAN BARU PELEPAH DAUN TERHAMBAT

• PEMBENTUKAN BUNGA TERTUNDA.

• MALAI KECIL, STERIL DAN TIDAK SELURUHNYA DARI PELEPAH DAUN BENDERA.

• GABAH BIASANYA BERBECAK COKLAT TUA DAN LEBIH RINGAN, JUMLAH LEBIH SEDIKIT DARI
GABAH TANAMAN SEHAT

Solusi

• Sanitasi tanaman sakit,

• Waktu tanam yg tepat

• Tanam serempak

• Perbaikan cara bercocok tanam, (pemupukan N yg tepat)

• Penanaman varietas tahan (tahan virus/ tahan vektor)

(tukad patanu, tukad unda, bondoyudo dan kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74)

• Pergiliran varietas atau kelompok ketahanan varietas

• Tidak menanam satu golongan tetua tahan terus menerus di suatu tempat

• Pengendalian serangga vektor dengan insektisida

Konidium : Konidium adalah spora yang dibentuk secara aseksual dan terjadi akibat diferensiasi dari ujung hifa.
Ujung hifa menyembul di permukaan daun kentang melalui stoma (mulut daun) yang terkena infeksi.
Toksin : sebuah zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup, kecuali zat
buatan manusia yang diciptakan melalui proses artifisial.
Virulen : bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dan mampu menyerang jaringan tubuh
sehingga menyebabkan penyakit parah
Appresoium : ujung hifa atau tabung kecambah yang membengkak yang berguna untuk
menempelkan dan mempenetrasi inang oleh jamur.
Inokulum : kultur mikrobia yang diinokulasikan kedalam medium pada saat kultur mikrobia
tersebut pada fase pertumbuhan.
Sklerotium : keadaan yang tidak cocok untuk pertumbuhan sehingga berubah sifatnya
menjadi tingkat dorman.
Patogen biotrof : pathogen mengambil haranya dari jaringan inannya dalam kemajuan invasinya.

Sanitasi : suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia.

Eradikasi : pemusnahan total tanaman yang terserang penyakit ataupun seluruh tumbuhan
inang untuk membasmi suatu penyakit.
Exklusi : mencegah masuknya patogen ke daerah yang masih bebas patogen melalui karantina dan
peraturan.

Eliminasi : proses pembuangan sisia metabolisme tubuh

Haustorium : alat yang digunakan untuk menyerap zat hara yang terdapat pada jamur parasit
/ struktur dari hifa jamur yang masuk ke dalam sel tanaman inang untuk
mengambil makanan.
Agen hayati : mikroorganisme, baik yang terjadi secara alami seperti bakteri, cendawan, virus dan protozoa, maupun
hasil rekayasa genetik (genetically modified microorganisms) yang digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT)

PGPR : bakteri yang mengkoloni perakaran tanaman dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
bakteri ini hidup dan berkembang dengan memanfaatkan eksudat yang dikeluarkan oleh perakaran
tanaman. jika di lahan sedang tidak ada tanaman, bakteri ini mampu memanfaatkan bahan-bahan
organik yang berada di dalam tanah untuk bertahan hidup.

Daur Penyakit Tungro

• Sumber inokulum: tanaman padi, singgang serta rumput-inang yang sakit.

• Serangga penular (Nephotetix virescens dan N. nigropictus) menularkan s secara non


persisten.

• Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 – 9 hari.

• Serangga dapat menularkan virus dengan segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh
virus dan mempertahankan dalam tubuhnya selama tidak lebih dari 5 hari. Setelah masa itu,
serangga menjadi tidak infektif lagi.
• Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga maupun melalui biji, tanah, air dan secara
mekanis (pergesekan antara bagian tanaman sakit dengan yang sehat).
Faktor lingkungan penyakit moler

Perkembangan penyakit layu Fusarium dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, yaitu pH tanah, suhu
tanah, kelembaban dan unsur hara. Sastrahidayat (2011) dalam Supriyadi, dkk. (2013) menambahkan
bahwa cendawan Fusarium berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang memiliki suhu yang
tinggi (25-28oC) dan pH tanah yang rendah. Peningkatan serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae
juga dipengarfuhi oleh kondisi tanah yang kering akibat suhu yang tinggi dan kelembaban tanah yang
rendah serta adanya pemadatan tanah. Suhu tanah dan curah hujan yang tinggi merupakan kondisi
cuaca yang sesuai untuk perkembang-biakan Fusarium oxysporum f.sp. cepae, sehingga epidemi
penyakit moler dapat berkembang dengan baik. Curah hujan yang tinggi yang terus menerus selama
musim tanam bawang merah akan menyebabkan kelembapan udara yang tinggi di sekitar
pertanaman. Kondisi ini dapat memicu perkembangan epidemi penyakit moler.

Penyakit titta kacang tanah

Penyakit bercak daun sangat dipengaruhi oleh kelembaban. Dalam cuaca kering penyakit baru
berkembang banyak bila tanaman berumur 70 hari, sedangkan dalam cuaca lembab terjadi pada umur
40 -45 hari. Pada suhu 23,5 – 26,50 C terjadi epidemik bercak daun bila kelembaban nisbi paling
rendah 95% berlangsung 6-8 jam. Pada suhu yang lebih rendah diperlukan waktu yang lebih panjang.
Ketahanan terhadap bercak daun mempunyai korelasi dengan tebalnya jaringan tiang (palisade) dan
ukuran mulut kulit. Pada umumnya jenis yang berbentuk semak mempunyai ketahanan yang lebihn
rendah daripada yang agak melebar (Holliday, 1980).

Penyakit karat kedelai

faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah suhu optimum untuk perkecambahan
uredospora adalah 15-25 C. pada kedelai infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20-25 C dengan
embun selama 10-12 jam; pada suhu 15-17 C diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa berembun
terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-25 C adalah 6 jam, sedang pada suhu 15-17 C adalah
8-10 jam. Infeksi tidak terjadi bila suhu lebih tinggi dari 27,5 C. Bakal uredium mulai tampak 5-7 hari
setelah inokulasi, dan pembentukan spora terjadi 2-4 hari kemudian (Holliday, 1980). Penyakt karat
yang lebih berat terjadi pada pertanaman kedelai musim hujan (Sudjadi, 1979). Selain itu, jenis-jenis
kedelai memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda. Ketahanan satu jenis kedelai terhadap karat
juga bervariasi tergantung dari lokasi pengujian. Antara umur panjang dengan ketahanan dan antara
umur pendek (genjah) dengan kerentanan terdapat korelasi positif. Ketahanan ternyata bersifat
dominan dan ditentukan oleh dua gen mayor.

Mekanisme kelayuan pada penyakit layu stewart (bakteri Pantoea stewartii subsp. Stewartii )

• Di alam, P. stewartii tidak ditularkan oleh angin, hujan, atau praktik budaya, serta tidak
dapat bertahan hidup sebagai epifit, di dalam tanah, atau di sisa-sisa tanaman.

• Bakteri ditularkan melalui vektor (Chaetocnema pulicaria). Vektor memasukkan patogen ke


dalam jaringan tanaman melalui luka pada permukaan daun yang terjadi selama kumbang
makan. Kejadian penyakit berkorelasi dengan jumlah kumbang kutu yang ada di
pertanaman. Terdapat hubungan biologis yang kuat antara bakteri ini dan vektor. Kumbang
kutu (corn flea beetle) dapat membawa P. stewartii intraseluler serta ekstrasel dalam usus,
yang memiliki implikasi pada persistensi dari bakteri ini dalam vektor dan epidemiologi
penyakit layu Stewart jagung

• P. stewartii bertahan hidup pada tanaman inang, serangga vektor dan benih.

• C. pulicaria adalah inang utama selama musim dingin. Bakteri juga dapat bertahan hidup
pada biji yang dihasilkan pada tanaman induk yang terinfeksi sistemik

• Tanaman inang

• Inang utama: jagung manis, jagung, teosinte

• Inang lain: tebu, sorghum, gandum, kacang hijau, mentimun, Avena sativa, berbagai
gulma poacea

Layu fusarium bawang merah (moler)

PENYAKIT HAWAR DAUN/ BUSUK DAUN/ LATE BLIGHT KENTANG


• Gejala menunjukkan bercak kebasahan terutama di bagian tepi.

• Bercak meluas jika kelembapan dan suhu sesuai.

• Pertumbuhan jamur dapat dilihat pada sisi bawah bercak seperti kapas keputihan.

• Bercak menjadi hitam seperti daun mulai membusuk.

• Gejala yang sama dapat juga diamati pada batang.

• Daun-daun membusuk.

• Umbi membusuk sebelum panen.

• Umbi dan tanah terinfeksi sebagai sumber infeksi primer

• Jamur bertahan dalam tahap pembuahan atau sebagai miselium dorman dalam tanah

Apabila tingkat serangannya parah maka tanaman kentang akan mati / layu tanamanannya dan
buahnya (kentang) akan busuk

Pengelolaan

 S. demissum dan S. phureja – digunakan untuk pemuliaan varietas tahan penyakit

 Varietas - Kufri Naveen, Kufri Jeevan, Kufri Alenkar, Kufri Moti

 Luka umbi pada saat panen dihindari.

 Penyemprotan secara reguler selama musim pertumbuhan menghasilkan pengendalian yang


efektif: interval 10 - 15 hari (Brestan 600g/ha, Zineb 0,2 %, Bordeaux mixture 1,0%,
Mancozeb (2 kg/ha)

 Penggunaan umbi kentang dari daerah yang bebas penyakit.

 Bahan tanaman terinfeksi di lapangan dihancurkan.

 Menghindari penanaman tomat dekat kentang

Anda mungkin juga menyukai