Anda di halaman 1dari 2

SARI

Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan penghasil hidrokarbon


paling banyak di Indonesia. Salah satu sub Cekungan Sumatra Tengah yang
paling banyak prospek untuk dikembangkan adalah Sub Cekungan Aman Selatan
yang memiliki kandungan hidrokarbon yang besar.
Berdasarkan analisa batuan induk pada 3 sumur yang berada pada
Sub-Cekungan Aman Selatan diperoleh kesimpulan bahwa formasi Brown Shale
merupakan formasi yang memiliki potensi paling baik sebagai batuan induk. Hal
ini dilihat dari aspek kuantitas material organik yang baik – sangat baik
(TOC 2 - 6 %wt), aspek kualitas material organik yang menunjukkan bahwa
penyusun material organik merupakan kerogen tipe II yang memiliki
kecenderungan menghasilkan minyak dan sedikit gas, aspek kematangan material
organik yang matang (0.6 – 1.19 % Ro) dan memiliki potensi hidrokarbon yang
baik ( 5 – 18 mgHC/gRock ). Berdasarkan peta ketebalan, batuan induk pada Sub
Cekungan Aman Selatan tersebar menebal ke arah barat, menipis ke timur, dan
memanjang ke utara
Dari hasil pemodelan sejarah pematangan menggunakan metode Lopatin
pada sumur FHM-3 diketahui bahwa jendela minyak pada kedalaman 3950 kaki
( 1203 m ) – 7210 kaki ( 2198 m ) dan jendela gas pada kedalaman di atas 7210
kaki ( 2198 m ). Dikorelasikan dengan data geologi berupa cutting pada Formasi
Brown shale pada kedalaman 5310 – 5780 kaki pada salah satu sumur di Sub
Cekungan Aman Selatan terbukti adanya kandungan minyak setelah dites dengan
toluena pada kedalaman tersebut dan diindikasikan masih termasuk ke dalam area
oil window. Dengan membuat peta paleostruktur yang diperjelas dengan jendela
minyak dan jendela gas terlihat bahwa migrasi hidrokarbon dimulai pada 25 juta
tahun yang lalu dengan formasi Brown Shale sebagai batuan induk dengan
hidrokarbon berupa minyak yang terlihat dengan adanya jendela minyak lalu
diikuti dengan mulainya migrasi gas yang terjadi pada 20 juta tahun yang lalu
yang diasumsikan yang terlihat dengan adanya jendela gas.

Kata kunci : Sub Cekungan Aman Selatan, Formasi Brown shale, Batuan induk,
Migrasi, Jendela minyak, dan Jendela gas

iii
ABSTRACT

Central Sumatra Basin is most hydrocarbon prolific basin in Indonesia.


One of the sub-basin of Central Sumatra most developed is South Aman Sub
Basin contains a large hydrocarbon.
Based on analysis of the source rock of the 3 wells that are in the South
Aman Sub Basin concluded that Brown Shale formation is a formation that has
the best potential as a source rock. It is seen from the aspect of quantity organic
material is good - very good (TOC 2-6 wt%), the quality aspects of organic
material indicates that an organic material making up a type II kerogen has a
tendency to produce oil and a little gas, aspects of maturity organic material
mature (0.6 - 1.19% Ro) and have good hydrocarbon potential (5-18 mgHC/
gRock). Based on the thickness map, the source rock in the South Aman Sub Basin
spread westward thickening, thinning to the east, and extends to the north
From the result of the maturation history modeling using Lopatin on
FHM-3 well known that the oil window at a depth of 3950 feet (1203 m) - 7210
feet (2198 m) and the gas window at a depth of over 7210 feet (2198 m).
Correlated with geological data in the form of cutting at Brown shale formations
at depths of 5310 - 5780 feet in one of the wells in the South Aman Sub Basin the
existence of oil content after testing with toluene at depth and indicated the area
was included in the oil window. By creating maps paleostruktur punctuated by
windows that oil and gas window appears that hydrocarbon migration began 25
million years ago with the formation of the Brown Shale as source rock with an
oil that seen with the oil window followed by the onset of gas migration occurred
in 20 million years ago, which assumed that seen with the gas window.

Keyword : South Aman Sub basin , Brown shale Formation, Source rock,
migration, oil window, and gas window

iv

Anda mungkin juga menyukai