Anda di halaman 1dari 4

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI


( CITRA TUBUH )
A. PENGKAJIAN
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan
pengkajian lain. Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program
terapi biasanya tidak segera tampak respon pasien terhadap
perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan
pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif
(Keliat, 1998).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk
diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat
Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual. Beberapa
diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra
tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik
diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat,
1998). Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul diantaranya:

1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh


2. Isolasi social : menarik diri

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra
tubuh adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling
percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan
dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya,
mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya,
melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri
(Keliat, 1998).
Diagnosa : gangguan citra tubuh
 SP Pasien
Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klain kembali normal
Tujuan khusus :
1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
3. Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan
saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap
citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu.
4. Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
5. Gunakan protese, wig,Gunakan protese, wig,kosmetik atau yg
lainnya sesegera mungkin,gunakan pakaian yang baru.
6. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
7. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
8. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada
pembentukan tubuh yang ideal.
9. Lakukan interaksi secara bertahap.
10. Susun jadual kegiatan sehari-hari.
11. Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan
sosial.keluarga dan sosial.
12. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran pentingbaginya.
13. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
 SP keluarga
Tujuan umum :
Kluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri
klien
Tujuan khusus :
1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
2. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.
3. Keluarga mengetahui cara mengatasi.
4. Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra
tubuhmasalah gangguan citra tubu.
5. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
6. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanKeluarga mampu
mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas
pasien dan memberikan pujian atas
keberhasilannya.keberhasilannya.
 Intervensi
1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang
terjadi pada pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
3. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
5. Menfasilitasi interaksi dirumah.
6. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.Memberikan pujian
atas keberhasilan pasien.

D. EVALUASI
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien
dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan
sebelumnya, termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan
dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap
perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping,
kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang
berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan
(pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan
perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan rekonstruksi (Keliat,
1998). Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses
seperti berikut:
1. Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma
ditetapkan sebagai tindakan atau pada saat stoma telah ada (paska
operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan
tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan
seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
2. Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari
kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka pasien
menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif,
tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam
perawatannya.
3. Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar
akan kenyataan maka respon kehilangan/berduka muncul. Setelah
fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh
yang baru.
4. Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai
beberapa bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan
perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera
mungkin dilatih (Keliat, 1998).

Anda mungkin juga menyukai