Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI SYARIAH

RAHN DAN SUKUK

Oleh
RIZQY AMANDA ANWAR 13080694004
NOVI WIDYAWATI 13080694006
MEGA PUTRI MAYANG P 13080694056
ALI ASYIDIKI 13080694069
AFIS BADARUDDIN 13080694106

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2016
A. Definisi Pegadaian Syariah
Pengertian pegadaian syariah adalah lembaga yang menaungi kegiatan gadai
syariah (Rahn) yaitu menahan salah satu harta dari si peminjam yang diperlakukan
sebagai jaminan atas jaminan yang terimanya. Dalam gadai syariah ini, barang yang
ditahan mempunyai nilai ekonomis dan pihak yang menahan akan memperoleh jaminan
untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

B. Rukun, Syarat, dan Ketentuan Gadai Syariah


Rukun Gadai:
1. Ijab qobul
2. Pihak yang menggadaikan (rahn)
3. Yang menerima gadai (murtahin)
4. Jaminan (marhun)
5. Utang (marhun bih)
Syarat Sah Gadai:
1. Rahn dan murtahin dengan syarat-syarat: kemampuan juga berarti kelayakan
seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan
jual beli sah melakukan gadai.
2. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat-
syarat tertentu.
3. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau
diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang
menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau
dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn
tersebut tidak sah.
4. Barang (marhun) dengan syarat harus bisa diperjualbelikan, harus berupa harta yang
benilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui keadaan
fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus seizin pemiliknya.
Ketentuan Gadai Menurut FatwaDSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002:
1. Murtahin (penerima gadai) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang gadaian)
sampai semua utang rahin dilunasi.
2. Marhun dan pemanfaatannya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun
tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak
mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin,
namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan
penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
Penjualan Marhun:
a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi
utangnya.
b. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa/
dieksekusi melalui lelang.
c. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi
kewajiban rahin.

C. Teknik Transaksi
Sesuai dengan landasan konsep diatas, pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan
diatas dua akad transaksi Syariah yaitu:
1. Akad Rahn
Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya.Dengan akad ini pegadaian menahan barang
bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah
Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad
ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak
milik nasabah yang telah melakukan akad.
Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi:
1. Akad.
Akad tidak mengandung syarat fisik/bathil seperti murtahin mensyaratkan barang
jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.
2. Marhun Bih (pinjaman)
Pinjaman merupakan hak wajib dikembalikan kepada murtahin dan bias dilunasi
dengan barang yang diserahkan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan tertentu.
3. Marhun (barang yang dirahnkan)
Marhun bias dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas
ukurannya, milik sah dari rahin, tidak terkait dengan hak prang lain, dan bias diserahkan
baik materi maupun manfaatnya.
4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta jangka
waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.
5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi, biaya kemanan,
biaya penyimpanan, dan biaya pengelolaan, serta administrasi.

D. Akuntansi untuk Pegadaian Syariah (Rahn)


Ilustrasi Jurnal Akuntansi Transaksi Rahn
Kasus bapak Arif Joko Supriyanto misalnya, ia bertransaksi tanggal 18 Maret
2011 dengan menggadaikan Emas yang terdiri dari tiga gelang DTM 23 K, berat 85,7
gram, satu gelang dubai + satu cicin dubai DTM 23 K, berat 35,6 gram dan satu gelang
MT Gelas DTM 17 K.,berat 8,27 gram. Pihak Pegadaian Syariah sebagai murtahin dan
nasabah sebagai râhin.
Setelah ditaksir maka taksiran marhûn Rp 53.698.604 maka pinjaman yang diberikan
(Marhun bih) Rp 50.000.000, maka dapat diperhitungkan mengenai biaya
administrasinya sebagai berikut:
Dalam kasus ini termasuk golongan D karena besar marhun bih Rp 50.000.000,- sehingga
biaya administrasi sebesar Rp 60.000. Perhitungan biaya ijârah per10 hari sebesar :
Rp 50.000.000 x 0,620% = Rp 310.000
Jadi biaya ijârah per 10 hari sebesar Rp 310.000, Jadi sewa dimulai tanggal 18 Maret
sampai 10 hari kedepan. Masa sewa maksimal 120 hari sehingga tanggal jatuh tempo
tanggal 15 Juli 2011. Perhitungannya sebagai berikut:
Tanggal 18 Maret 2011 s/d 31 Maret 2011 sebanyak = 14 hari
Tanggal 1 April 2011 s/d 30 April 2011 sebanyak = 30 hari
Tanggal 1 Mei 2011 s/d 31 Mei 2011 sebanyak = 31 hari
Tanggal 1 Juni 2011 s/d 30 Juni 2011 sebanyak = 30 hari
Tanggal 1 juli 2011 s/d 15 Juli 2011 sebanyak = 15 hari
Total hari 120 hari

Pada tanggal 18 Maret 2011 Pegadaian Syariah menyerahkan uang pinjaman kepada
Sarinten sebesar Rp 10.000.000.

Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit


18/3/2011 Aset ijarah 50.000.000 -
Kas - 50.000.000

Pada tanggal 18 Maret 2011 Pegadaian Syariah mencatat biaya administrasi.

Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit


18/3/2011 Kas 60.000 -
Pendapatan administrasi - 60.000

Pada tanggal 15 Juli 2011 Pegadaian syariah menerima pelunasan sebesar Rp 50.000.000
dan biaya sewa (ijarah) per 10 hari.
Rp 50.000.000 x 0,620% = Rp 310.000
Rp 310.000 x 120/10 = Rp 3.720.000

Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit


15/7/2011 Kas 53.720.000 -
Aset ijarah - 50.000.000
Pendapatan ijarah (sewa) - 3.720.000

Jika nasabah tidak mampu membayar pada saat jatuh tempo, maka aset ijarah akan di
lelang untuk membayar utang beserta biaya sewa. Jika harga lelang lebih tinggi dari harga
perolehan ditambah biaya sewa. Dimisalkan Emas dalam kasus ini laku sebesar Rp
54.000.000 maka jurnalnya;
Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit
26/6/2011 Kas 54.000.000 -
Aset ijarah - 50.000.000
Pendapatan ijarah (sewa) - 3.720.000
Hutang ke nasabah (penyewa) - 280.000

E. Ketentuan di Pegadaian Syariah UPC Kutai, Surabaya


PT. Pegadaian (Persero) telah meluncurkan suatu sistem baru yang disebut dengan
Gadai Syariah.Syariah disini dapat dipahami bahwa sistem gadai yang dimaksud adalah
suatu sistem yang berdasarkan Syariah Islam atau Hukum Islam. Penggunaan sistem
gadai syariah merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan berbagai konsep
perekonomian berbasiskan Islam Gadai syariah (Rahn), adalah produk jasa gadai yang
berlandaskan pada prinsip-prinsip Syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya
administrasi dan biaya jasa simpan serta pemeliharaan barang jaminan. Nasabah
pegadaian syariah cukup membawa barang-barang berharga miliknya yang akan di
gadaikan, maka pada saat itu juga akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan
jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Jika masa jatuh tempo
tiba dan nasabah masih membutuhkan dana pinjaman tersebut, maka pinjamannya dapat
diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan pemeliharaan serta biaya
administrasi.
a) Persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat yang hendak melakukan gadai
syariah di Pegadaian Syariah yaitu :
1. Membawa fotocopy KTP atau identitas lainnya yang masih berlaku seperti SIM,
paspor, dan lain-lain.
2. Mengisi formulir permintaan rahn.
3. Menyerahkan barang jaminan (marhun) yang memenuhi syarat, seperti perhiasan
emas, berlian dan benda berharga lainya, barang-barang elektronik atau kendaraan
bermotor
4. Kepemilikan barang merupakan milik pribadi. Akan tetapi jika barang tersebut
bukan milik nasabah atau dikuasakan kepada orang lain maka harus melampirkan
surat kuasa bermaterai sesuai ketentuan yang telah di tetapkan oleh kantor
pegadaian syariah dan KTP asli pemilik barang.
5. Menandatangi akad rahn dan akad ijarah dalam Surat Bukti Rahn (SBR).
6. Menaati prosedur yang ada. Prosedur pemberian pinjaman (marhun bih) dalam
gadai syariah di Pegadaian Syariah yaitu pertama nasabah mengisi formulir
permintaan rahn, kedua nasabah menyerahkan formulir permintaan Rahn yang
telah dilampiri dengan foto copy identitas serta barang jaminan ke kasir kantor,
ketiga petugas kantor pegadaian syariah menaksir marhun yang diserahkan
dimana besarnya pinjaman adalah sebesar 92% dari taksiran marhun, dan yang
terakhir apabila telah disepakati besarnya pinjaman antara kedua belah pihak,
maka nasabah menandatangani akad dan dapat menerima uang pinjaman
b) Pedoman Operasional Gadai Syariah (POGS) dapat melayani produk dan jasa
sebagai berikut:
1. Pemberian pinjaman atau pembiayaan atas dasar hukum gadai syariah (Rahn),
yaitu pegadaian syariah mensyaratkan penyerahan barang gadai oleh nasabah
(Rahin) untuk mendapatkan uang pinjaman, yang besarnya sangat ditentukan oleh
nilai barang yang digadaikan.
2. Penaksiran nilai barang, pegadaian syariah memberikan jasa penaksiran atas nilai
barang yang akan digadaikan oleh calon nasabah (rahin). Demikan juga nasabah
yang bermaksud menguji kualitas barang yang dimilikinya dan tidak hendak
menggadaikan barangnya.Jasa tersebut diberikan karena pegadaian syariah
mempunyai alat penaksir yang keakuratannya dapat diandalkan, serta sumber
daya manusia yang berpengalaman dalam menaksir.Jasa penaksiran ini hanya
dipungut berupa biaya penaksiran.
3. Penitipan barang, pegadaian syariah memberikan jasa penitipan barang untuk
masyarakat yang ingin menitipkan barang berdasarkan pertimbangan keamanan
dan alasan lainnya. Usaha ini dapat dijalankan karena setiap kantor pegadaian
syariah di seluruh Indonesia terutama di wilayah Surabaya memiliki tempat dan
gudang penyimpanan barang yang memadai. Atas jasa penitipan tersebut
pegadaian syariah memungut ongkos penyimpanan.
4. Gold Counter (Gerai Emas), yaitu tempat penjualan emas yang menawarkan
keunggulan kualitas dan keaslian. Gerai ini mirip dengan gerai emas Galeri 24
yang ada di pegadaian konvensional. Emas yang dijual di pegadaian syariah
dilengkapi dengan sertifikat jaminan.
c) Akad pegadaian syariah
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik
sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan
akad.

d) Transaksi Dalam Operasional Gadai Syariah Pegadaian Syariah


Operasional di pegadaian syariah, nasabah (rahin) tidak perlu melakukan kedua akad
tersebut karena 1 (satu) lembar SBR yang ditanda tangani oleh nasabah sudah mencakup
kedua akad yang dimaksud.Hal ini telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No.107 tentang akuntansi ijarah yang mengharuskan untuk melakukan akad
dalam setiap melakukan transaksi agar keabsahannya dapat diakui secara hukum. Dalam
pelunasan uang pinjaman (marhun bih) di pegadaian syariah Surabaya dapat dilakukan
dengan beberapa cara disesuaikan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis
Ulama (MUI) No.25/DSN/MUI/III/2002 tentang Rahn (Gadai) dimana murtahin harus
memperingatkan rahin untuk melakukan pelunasan apabila dalam masa jatuh tempo.
Pelunasan yang pertama di pegadaian syariah Surabaya yaitu dengan cara nasabah
(rahin) membayar pokok pinjaman (marhun bih) di kantor tempat nasabah (rahin) tersebut
melakukan transaksi. Setelah pelunasan pokok pinjaman (marhun bih), barang jaminan
(marhun) yang dikuasai oleh mutarhin dikembalikan kepada nasabah (rahin) sesuai
dengan tarif yang telah ditetapkan. Pelunasan pinjaman juga dapat dilakukan dengan cara
menjual barang jaminan (marhun) jika nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya
setelah jatuh tempo. Hasil penjualan dengan cara lelang barang jaminan (marhun)
digunakan untuk melunasi dan membayar jasa penyimpanan serta biaya-biaya yang
timbul atas penjualan lelang barang tersebut. Nasabah (rahin) dapat memilih cara
pelunasan, apakah ingin melunasi secara sekaligus atau dengan cara diangsur. Jika dalam
masa 4 (empat) bulan nasabah (rahin) belum dapat melunasi kewajibannya, maka nasabah
dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu pinjaman baru untuk masa
120 hari ke depannya beserta biaya yang harus ditanggungnya. Jika setelah perpanjangan
masa pelunasan nasabah (rahin) tidak dapat melunasinya kembali, maka barang gadai
(marhun) akan dilelang atau dijual oleh murtahin.
Selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak
merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah. Nasabah diberikan waktu selama
satu tahun untuk mengambil uang kelebihan, jika dalam waktu satu tahun ternyata
nasabah tidak mengambil uang tersebut, pegadaian syariah akan menyerahkan uang
kelebihan tersebut kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS.

Produk dari Pegadaian Syariah UPC Kutai, Surabaya.


1. Gadai syariah
Pembiayaan RAHN dari Pegadaian Syariah adalah solusi tepat kebutuhan dana cepat yang
sesuai syariah. Jaminan berupa barang perhiasan, elektronik atau kendaraan bermotor.
Pinjaman (Marhun Bih) mulai dari 50 ribu rupiah sampai 200 juta rupiah atau lebih.
2. Krasida
Kredit (pinjaman) angsuran bulanan yang diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) untuk pengembangan usaha dengan sistem gadai. Agunan berupa
perhiasan emas dan kendaraan bermotor. Pinjaman mulai dari Rp.1.000.000,- hingga
Rp.250.000.000,-.
3. Kreasi
KREASI adalah Kredit dengan angsuran bulanan yang diberikan kepada Usaha Kecil dan
menengan (UKM) untuk pengembangan usaha dengan sistem Fidusia. Sistem Fidusia berarti
agunan untuk pinjaman cukup dengan BPKB sehingga kendaraan masih bisa digunakan untuk
usaha. Pinjaman mulai dari Rp.1.000.000 hingga Rp.200.000.000,-.
4. Pembiayaan amanah
Pembiayaan AMANAH dari Pegadaian Syariah adalah pembiayaan berprinsip syariah
kepada pegawai negeri sipil dan karyawan swasta untuk memiliki motor atau mobil
dengan cara angsuran.Jangka waktu pembiayaan mulai dari 12 bulan sampai dengan 60
bulan.
5. Pembiayaan arrum
Pembiayaan ARRUM pada Pegadaian Syariah memudahkan para pengusaha kecil untuk
mendapatkan modal usaha dengan jaminan BPKB dan emas. Kendaraan tetap pada
pemiliknya sehingga dapat digunakan untuk mendukung usaha sehari-hari.
6. Pembiayaan kredit multi guna
Kredit (pinjaman) angsuran bulanan dengan sistem FIDUSIA yang diperuntukkan bagi
pegawai atau karyawan suatu instansi yang telah memiliki penghasilan tetap. KAGUM
dapat diperoleh di perusahaan atau instansi yang telah menjalin kerjasama dengan
Pegadaian KAGUM dapat digunakan untuk pendanaan usaha maupun non-usaha,
seperti: membiayai berbagai kegunaan seperti membangun dan merenovasi rumah, biaya
sekolah, biaya pengobatan, pernikahan dan lainnya.
7. Emas Mulia
MULIA adalah layanan penjualan emas batangan kepada masyarakat secara tunai atau
angsuran dengan proses mudah dan jangka waktu yang fleksibel. MULIA dapat menjadi
alternatif pilihan investasi yang aman untuk mewujudkan kebutuhan masa depan, seperti
menunaikan ibadah haji, mempersiapkan biaya pendidikan anak, memiliki rumah serta
kendaraan pribadi.
8. Tabungan Emas
Tabungan Emas adalah layanan pembelian dan penjualan emas dengan fasilitas titipan
dengan harga yang terjangkau.
Prosedur Tabungan Emas
1. Membuka rekening Tabungan Emas di Kantor Cabang Pegadaian hanya dengan
melampirkan fotocopy identitas diri (KTP/ SIM/ Passpor) yang masih berlaku.
2. Mengisi formulir pembukaan rekening serta membayar biaya administrasi sebesar Rp.
10.000,- dan biaya fasilitas titipan selama 12 bulan sebesar Rp. 30.000,-.
3. Proses pembelian emas dapat dilakukan dengan kelipatan 0.01 gram dengan atau sebesar
Rp. 5.520,- contoh untuk tanggal 18-11-2016. Misalnya jika ingin membeli 1 gram,
maka harganya adalah Rp. 552.000,- .
4. Apabila membutuhkan dana tunai, saldo titipan emas Anda dapat dijual kembali
(buyback) ke Pegadaian dengan minimal penjualan 1 gram dan Anda dapat menerima
uang tunai sebesar Rp. 528.000,- untuk tanggal 18-11-2016.
5. Apabila menghendaki fisik emas batangan, Anda dapat melakukan order cetak dengan
pilihan keping (5gr, 10gr, 25gr, 50gr, dan 100gr) dengan membayar biaya cetak sesuai
dengan kepingan yang dipilih.
6. Minimal saldo rekening adalah 0.1 gram
7. Transaksi penjualan emas kepada Pegadaian dan pencetakan emas batangan, saat ini
hanya dapat dilayani di Kantor Cabang tempat pembukaan rekening dengan menunjukan
Buku Tabungan dan identitas diri yang asli.

9. Konsinyasi Emas
Konsinyasi Emas adalah layanan titip-jual emas batangan di Pegadaian sehingga
menjadikan investasi emas milik nasabah lebih aman karena disimpan di Pegadaian.
Keuntungan dari hasil penjualan emas batangan diberikan kepada Nasabah, oleh sebab
itu juga emas yang dimiliki lebih produktif.
10. Kucica (Pengiriman Uang)
Pegadaian Remittance adalah layanan pengiriman dan penerimaan uang dari dalam dan
luar negeri dengan biaya kompetitif, bekerjasama dengan beberapa remiten berskala
nasional dan internasional seperti Western Union, Telkom Delima, BNI Smart
Remittance, dan Mandiri Remittance.
11. Multi Pembayaran Online
Multi Pembayaran Online (MPO) melayani pembayaran berbagai tagihan seperti listrik,
telepon/ pulsa ponsel, air minum, pembelian tiket kereta api, dan lainnya secara online.

F. Definisi Obligasi Syariah (Sukuk)


Menurut fatwa DSN No.32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah adalah surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah, yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, margin atau fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Pada dasarnya perbedaan antara obligasi syari’ah dan obligasi konvensional adalah
akad yang mendasarinya, akad yang digunakan dalam obligasi syariah bukan akad utang
piutang melainkan investasi, dimana prinsip-prinsipsyari’ah menjadi acuan dasar yang
diikuti. Diantaranya perbandingan obligasi syariah dengan konvensional tersebut antara
lain :

Deskripsi Sukuk Obligasi

Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi


Sifat instrument Sertifikat Instrumen pengakuan utang
kepemilikan/penyertaan atas
suatu aset
Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin Bunga/kupon, capital gain
Jangka waktu Pendek-menengah Menengah-panjang
Underlying asset Diperlukan Tidak diperlukan
Pihak yang terkait Obligor, SPV, investor, Obligor/issuer, investor
trustee
Price Market Price Market Price
Investor Islami, konvensional Konvensional
Pembayaran pokok Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi
Penggunaan hasil penerbitan Harus sesuai syariah Bebas
Dasar hukum Undang-undang Undang-undang
Metode penerbitan lelang, bookbuilding, lelang, bookbuilding,
private, placement private, placement
Ketentuan perdagangan Tradable Tradable
Dokumen yang diperlukan Dokumen pasar modal, Dokumen pasar modal
dokumen syariah
Syariah endorsement Perlu Tidak perlu

G. Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)


Sesuai dengan Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 mengkategorikan tiga jenis
pemberian keuntungan kepada investor pemegang Obligasi Syariah. Pertama, adalah
berupa bagi hasil kepada pemegang Obligasi Mudharabah atau Musyarakah. Kedua,
keuntungan berupa margin bagi pemegang Obligasi Murabahah, Salam, atau Istishna’.
Ketiga, berupa fee (sewa) dari asset yang disewakan untuk pemegang Obligasi dengan
akad ijarah.
Obligasi syariah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip
mudharabah,musyarakah, ijarah, istisna’, salam dan murabahah. Tetapi diantara prinsip-
prinsip instrumen obligasi ini yang paling banyak dipergunakan adalah obligasi dengan
instrumen prinsip mudharabah dan ijarah.
a. Obligasi Syariah Mudharabah
Merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil, sehingga
pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut bergantung pada pendapatan
tertentu dari emiten (sesuai dengan penggunaan dana dari penerbitan obligasi
syariah).Pendapatan hasil investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang obligasi
syariah mudharabah harus jelas sumbernya dan bersih dari unsur non halal. Nisbah dalam
keuntungan obligasi syariah mudharabah ditentukan sesuai kesepakatan sebelum emisi
(penerbitan) obligasi syariah mudharabah.

Skema Obligasi Syariah Mudharabah


Keterangan:
1. PT. Indosat Tbk. Menerbitkan obligasi syariah pada tanggal 6 November 2002
sebesar Rp 175 miliar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana yang akan
digunakan untuk mengganti sebagian dana internal yang telah digunakan untuk
pengembangan bidang usaha selular indosat melalui akuisisi anak perusahaan
(satelindo). Obligasi syariah yang diterbitkan menggunakan prinsip mudharabah
dimana didalam prospektus sudah dicantumkan besarnya isbah antara investor
dengan indosat serta ketentuan lainnya seperti maturity(5 tahun), jadwal dan tatacara
pembayaran bagi hasil, dan sebagainya.
2. Investor membeli obligasi syariah yang diterbitkan oleh indosat. Pembayaran atas
pembelian obligasi syariah oleh investor adalah merupakan modal investor dalam
akad mudharabah untuk pengembangan kegiatan usaha emiten.
3. Indosat dalam akad mudharabah ini berperan sebagai pengelola usaha menggunakan
dana investor yang terkumpul untuk membiayai usahanya, yaitu mengganti sebagian
dana internal indosat yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha
seluler melalui akuisisi anak perusahaan (satelindo) yang sudah dilakukan.
4. Pola bagi hasil yang disepakati adalah perkalian nisbah pemegang obligasi syariah
dengan pendapatan yang dibagihasilkan. Dasar perhitungan pendapatan yang
dibagihasilkan dibuat dengan merujuk pada pendapatan PT satelit palapa indonesia
dari pengoperasian satelit dan pendapatan indosat mega media dari internet, sebagai
anak perusahaan indosat. Distribusi bagi hasil dapat dilakukan secara periodik, yaitu
tiga bulan.
5. Pada saat jatuh tempo yaitu 6 november 2007 indosat mengembalikan modal kepada
investor sebesar Rp 175 miliar.

b. Obligasi Syariah Ijarah


Merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sehingga pendapatannya
bersifat tetap berupa fee ijarah atau pendapata sewa, yang besarannya sudah diketahui
sejak awal obligasi diterbitkan.Pemegang obligasi syariah ijarah (OSI) dapat bertindak
sebagai musta’jir (penyewa) dan dapat pula bertindak sebagai mu’jir (pemberi sewa).
Emiten dalam kedudukannya sebagai wakil Pemegang OSI dapat menyewa ataupun
menyewakan kepada pihak lain dan dapat pula bertindak sebagai penyewa.
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Investor dapat bertindak sebagai penyewa (musta’jir) sedangkan emiten dapat
bertindak sebagai wakil investor. Dan propertyowner, dapat bertindak sebagai orang
yang menyewakan (mu’jir). Dengan demikian, ada dua kali transaksi dalam hal ini,
transaksi pertama terjadi antara investor dengan emiten, dimana investor mewakilkan
dirinya kepada emiten dengan akadwakalah, untuk melakukan transaksi sewa
menyewa denganpropertyowner dengan akad ijarah. Selanjutnya, transaksi terjadi
antara emiten (sebagai wakil investor) dengan propertyowner (sebagai orang yang
menyewakan) untuk melakukan transaksi sewa menyewa (ijarah).
2. Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali objek
sewa tersebut kepada emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut, maka
diterbitkanlah surat berharga jangka panjang (obligasi syariahijarah), dimana atas
penerbitan obligasi tersebut, emiten wajib membayar pendapatan kepada investor
berupa fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

c. Obligasi Syariah musyarakah


Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah dimana dua
pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sedangkan kerugian yang timbul ditanggung
bersama sesuai proporsi modal masing-masing pihak.

d. Obligasi syariah Istishna’


Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan akad istishna’ dimana para
pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun
harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.

H. Akuntansi untuk Sukuk


Menurut PAPSI 2013, Investasi pada sukuk dan surat berharga lain yang sejenis
diklasifikasikan menjadi:
a. Diukur pada nilai wajar; dan
b. Diukur pada biaya perolehan.
Penilaian sukuk
Jika model usahanya bertujuan tidak untuk memperoleh arus kas kontraktual atau
persyaratan kontraktual tidak menentukan tanggal tertentu dan/atau bagi hasil
(mudharabah) atau imbalan (ijarah), maka investasi tersebut diukur pada nilai wajar.
Jika model usahanya bertujuan untuk memperoleh arus kas kontraktual dan persyaratan
kontraktual menentukan tanggal tertentu dan/atau bagi hasil (mudharabah) atau imbalan
(ijarah), maka investasi tersebut diukur pada biaya perolehan.
Biaya perolehan
Syarat:
- Investasi dalam model usaha dengan tujuan mendapat arus kas kontraktual yang
menentukan tanggal pembayaran pokok
- Biaya perolehan termasuk dalam proses pengukuran
- Selisih biaya perolehan dengan nominal diamortisasi garis lurus sepanjang umur
sukuk
Nilai wajar:
Acuan urutan nilai wajar
- Kuota harga pasar aktif
- Harga yang terjadi transaksi terkini
- Nilai wajar instrumen sejenis
Sukuk ijaroh:
- Diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat pada penerbitan sukuk
- Diakui sebesar nilai nominal disesuaikan dengan diskonto/premi dan biaya
penerbitan
- Perbedaan jumlah tercatat dengan penyesuaian diamortisasi sepanjang umur sukuk
- Beban ijarah diakui pada saat terutang
- Disajikan sebagai liabilitas
- Disajikan secara neto
Sukuk mudharabah
- Diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat pada penerbitan sukuk
- Diakui sebesar nilai nominal
- Biaya transaksi diakui secara terpisah dan diamortisasi sepanjang umur sukuk
- Bagi hasil yang menjadi hak pemilik sukuk diakui sebagai pengurang pendapatan
- Disajikan sebagai dana syariah temporer
- Entitas yang tidak menyajikan dana syirkah temporer terpisah, maka disajikan dalam
liabilitas terpisah dari liabilitas lain
Harga perolehan sukuk yang lebih besar dari nominal(premium) atau nominal sukuk
lebih kecil dari harga perolehan maka diamortisasi setiap akhir tahun sampai jatuh tempo
dengan metode garis lurus (PAPSI 2013)
Contoh transaksi sukuk mudharabah:
 Pada tanggal 1 Juli 2010, PT CBA mengeluarkan sukuk untuk membiayai sebuah
proyek “Z” dengan prinsip mudharabah dengan nominal Rp. 100.000.000,- untuk
masa 5 tahun dengan nisbah 60% untuk investor dan 40% untuk pengelola
(perusahaan/emiten).
 Pada tanggal 5 Juli 2010, diterima pembayaran dari investor.
Pada tanggal 1 Juli 2010 tidakdicatat:

Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit


5/7/2010 Kas dan setara kas 100.000.000 -
Sukuk mudaharabah - 100.000.000
Sampai dengan tanggal 30 September 2010 dariaset “Z” PT CBA memperoleh
pendapatan sebesarRp. 15.000.00,-.
Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit
5/7/2010 Kas dan setarakas 15.000.000 -
Pendapatan - 6.000.000
Kewajiban (bagi hasil investor) - 9.000.000
Sampai dengan tanggal 31 Oktober 2010 dari aset “Z” PT CBA memperoleh pendapatan
sebesar Rp. 20.000.00,-
Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit
5/7/2010 Kas dan setara kas 20.000.000 -
Pendapatan - 8.000.000
Kewajiban (bagi hasil investor) - 12.000.000
Pembayaran bagi hasil sukuk
Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit
5/1/2011 Kewajiban (bagi hasil investor) 25.000.000 -
Kas - 25.000.000
Jatuh tempo sukuk
Tgl Nama Akun Ref Debit Kredit
5/7/2014 Sukuk Mudharabah 100.000.000 -
Kas - 100.000.000

Budi membeli Sukuk SR008 di pasar perdana pada tanggal 4 Maret 2016 sebesar Rp.
10.000.000,- dengan imbalan 8.3% per tahun dan tidak dijual sampai dengan jatuh tempo
(maturity) pada 04 Maret 2019 (3 tahun atau 36 bulan). Maka ilustrasi return sukuk ritel
yang dipegang Budi seperti di bawah ini.

Imbalan per bulan (sebelum Pph 15%) 8.3% x Rp 10.000.000 x 1/12 = Rp 69.167

Imbalan per bulan (setelah Pph 15%) Rp 69.167 – (Rp 69.167 x 15%) = Rp 58.792

Pendapatan imbalan yang diperoleh Rp 58.792 x 36 = Rp 2.116.500


Budi sampai dengan jatuh tempo (3
tahun)

Prinsipal yang diterima Budi pada saat Rp 10.000.000 x 100% = Rp 10.000.000


jatuh tempo

Total pendapatan yang diterima oleh Rp 2.116.500 + Rp 10.000.000 = Rp 12.116.500


Budi selama memegang SR
Jual di Pasar Sekunder
Santi membeli SR di pasar perdana pada 4 Maret 2016 sebesar Rp. 10.000.000,- dengan imbalan 8.3% per tahun dan menjualnya pada tanggal
07 Maret 2017 atau setelah menyimpan SR tersebut selama 1 tahun + 3 hari. Harga penjualan SR dipasar sekunder adalah 102%.
Maka, return sukuk ritel Santi adalah:

Imbalan periode berjalan selama 3 hari (04 sd 07 Maret 2017; 3/31 x 8.3% x Rp 10.000.000 x 1/12 = Rp 6.694
sebelum Pph 15%)

Imbalan periode berjalan selama 3 hari (04 sd 07 Maret 2017; setelah Rp 6.694 – (Rp 6.694 x 15%) = Rp 5.690
Pph 15%)

Imbalan per bulan (sebelum Pph 15%) 8.3% x Rp 10.000.000 x 1/12 = Rp 69.167

Imbalan per bulan (setelah Pph 15%) Rp 69.167 – (Rp 69.167 x 15%) = Rp 58.792

Pendapatan imbalan yang diperoleh Santi selama 1 tahun + 3 hari Rp 5.690 + (Rp 58.792 x 12) = Rp 705.500

Prinsipal yang diterima Santi pada saat menjual di pasar sekunder Rp 10.000.000 x 102% =Rp 10.200.000

Capital Gain (sebelum Pph 15%) Rp10.200.000 – Rp 10.000.000 = Rp 200.000

Capital Gain (setelah Pph 15%) Rp 200.000 – (Rp 200.000 x 15%) = Rp 170.000

Pendapatan yang diterima oleh Santi selama memegang SR Rp 705.500 + Rp 170.000 = Rp 875.500

Total hasil penjualan di pasar sekunder Rp 875.500 + Rp 10.000.000 = Rp 10.875.500

Anda mungkin juga menyukai