Anda di halaman 1dari 65

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


(ASPEK UMUM)

Pada Bab ini akan dibahas empat 5 bagian sub-bab yang meliputi Aspek
sistem panen dan bahan baku, proses produksi, pengendalian kualitas, sanitasi
industri pengolahan dan penanganan limbah di PMKS PT. Bio Nusantara
Teknologi. Data yang diperoleh dari perusahaan akan dibahas berdasarkan data
tahunan perusahaan selama periode 15 Juli 2016 - 30 Agustus 2016
3.1. Sistem Panen dan Bahan Baku
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai beberapa aspek yang terkait
dengan sistem panen dan bahan baku. Aspek–aspek tersebut meliputi bahan
baku, kualitas bahan baku, organisasi dan tata laksana panen, sarana dan
prasarana sistem panen dan bahan baku, kiat dan kinerja sistem panendan bahan
baku serta evaluasi umum kinerja sistem panen dan bahan baku.
3.1.1. Bahan Baku
Bahan baku pada pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit/kernel
di PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi adalah berupa tandan buah segar (TBS)
yang berasal dari kebun sendiri, Kebun Seinduk dan TBS dari luar atau kebun
masyarakat. Tandan buah sawit yang diterima oleh PMKS PT. Bio Nusantara
Teknlogi tidak semua TBS langsung dapat diolah, meskipun pada akhirnya juga
akan diolah, tetapi akan dilakukan grading terlebih dahulu terhadap TBS tersebut
untuk memaksimalkan hasil produksi secara kuantitas dan kualitas.
Tujuan dari sistem panen dan bahan baku adalah mengupayakan proses
pemanenan yang baik untuk menghasilkan bahan baku berupa tandan buah segar
(TBS) semaksimal mungkin baik dari segi kualitas (memenuhi kriteria matang
panen pada fraksi 2 dan 3, sehingga menghasilkan TBS yang mengandung
rendemen minyak tinggi) maupun kuantitasnya (TBS yang diperoleh dapat
memenuhi target perusahaan) serta mengusahakan TBS hasil panen tersebut
sampai di pabrik untuk diolah pada hari itu juga, agar TBS tersebut tidak restan
(buah yang tidak terangkut/terlalu lama ditumpuk di lapangan dan tidak segera

1
diolah, sehingga menyebabkan peningkatan kadar ALB). Namun secara teoritis,
kriteria matang panen yang diterapkan pada PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi
adalah tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan yang termasuk
dalam fraksi 1,2 dan 3. Hal ini untuk mengurangi terjadinya buah yang
membrondol yang mengakibatkan terjadinya losses TBS di lapangan serta di
karenakan topografi lahan pada PT. Bio Nusantara Teknologi.

3.1.1.1. Kualitas Bahan Baku


Ada dua jenis sawit umumnya yang diusahakan oleh perkebunan sawit
swasta ataupun perkebunan rakyat, yaitu jenis tenera dan jenis dura. Jenis buah
sawit tenera mempunyai ciri-ciri tempurung yang tipis, terdapat lingkaran serabut
di sekeliling tempurungnya, daging buahnya tebal, tandan buah lebih banyak
tetapi ukurannya relatif kecil. Sedangkan buah kelapa sawit jenis dura
mempunyai ciri-ciri daging buah tipis, cangkang tebal, dan memiliki inti yang
besar dan biasanya jenis ini banyak diusahakan oleh petani dari masyarakat.
Buah tenera dianggap lebih baik dari pada buah dura, karena buah tenera
mempunyai persentase rendemen ekstraksi CPO yang lebih tinggi dibandingkan
buah dura (serabut buah lebih tebal). Oleh sebab itulah buah yang diinginkan
oleh PKS PT. Bio Nusantara Teknologi diusahakan buah jenis tenera. Karena
dengan adanya bahan baku tenera akan dapat menghasilkan CPO dengan
Rendemen yang tinggi dan memiliki kualitas yang tinggi serta dapat memenuhi
target perusahaan, namun buah pada jenis dura pun akan tetap di terima
dikarenakan agar terpenuhi nya kebutuhan pada bahan baku.
Untuk kebun perusahaan (kebun sendiri) PT. Bio Nusantara Teknologi
menetapkan target panen. Hal ini dilakukan untuk mencapai kualitas CPO yang
dihasilkan oleh pabrik mempunyai kualitas yang baik. Pihak manajemen PMKS
PT. Bio Nusantara Teknologi menetapkan kualitas Tandan Buah Segar (TBS)
yang siap dipanen adalah buah yang memenuhi kriteria panen, yaitu buah kurang
matang (Fraksi 0) maksimal 0 %, buah matang (yang diinginkan fraksi 1 20%,
fraksi 2 dan 3 68%, fraksi 4 10%, fraksi 5 2%), tandan kosong tidak ada, sampah
tidak ada, tangaki panjang > 2,5 tidak ada, TBS sakit dan busuk tidak ada, serta

2
tandan buah tetap dalam kondisi segar sesampainya di pabrik, dan bukan buah
pasir, yaitu buah mentah yang kadar minyaknya rendah dan kadar airnya tinggi.
3.1.1.2. Kuantitas Bahan Baku
Bahan baku (TBS) yang diolah PT. Bio Nusantara Teknologi berasal dari
tiga sumber, yaitu dari kebun sendiri, Kebun Seinduk dan pembelian dari luar
(petani). Banyaknya penerimaan TBS disesuaikan dengan kapasitas pabrik yang
terpasang yaitu 30 ton/jam.Penerimaan TBS ini bertujuan untuk memenuhi
kapasitas pengolahan pabrik yang sesuai dengan kapasitas terpasang tersebut.
Jumlah TBS yang diterima oleh PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi selama 12
bulan terakhir (Juli 2015 – Juni 2016) sebanyak 198.184.900 Kg atau rata-rata
perbulannya 16.515.408 Kg jika dihitung per minggu maka TBS yang diterima
4.128.852,08 Kg. Sedangkan target yang ingin dicapai adalah 237.572.771 Kg
atau rata-rata perbulan nya 19.797.730,91 Kg perbulan. Persentase pencapaian
target penerimaan TBS PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi ini yaitu 83,42 %.
Sehingga dapat dikatakan pencapaian penerimaan bahan baku ini belum bisa
mencapai target yang telah ditetapkan, maka perlu ditingkatkan lagi dan
pertahankan jika sudah mencapai target. Grafik penerimaan TBS PT.Bio
Nusantara Teknologi selama 1 tahun (Juli 2015-Juni 2016) dapat dilihat pada
gambar I berikut:

25,000,000

20,000,000

15,000,000

10,000,000

5,000,000

Target Realisasi

Gambar 1. Grafik Perbandingan Antara Target dan Pencapaian TBS yang Diterima
PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi periode Juli 2015-agustus 2016

3
Gambar 1 menunjukkan bahwa selama periode Juli 2015-Juni 2016
penerimaan TBS belum mencapai target tetapi ada juga yang sudah mencapai
target. Pencapaian TBS yang Diterima PKS PT. Bio Nusantara Teknologi
tertinggi yaitu pada bulan Agustus 2015 sebanyak 20.371.600 Kg,tetapi belum
mencapai target sedangkan terendah pada bulan Juni 2016 sebanyak
11.952.720.Kg tidak mencapai 60% sekitar 59,52% dari yang telah ditargetkan
sebelumnya. Tidak tercapainya target penerimaan TBS PMKS PT. Bio Nusantara
Teknologi disebabkan karena penerimaan TBS dari masyarakat tidak mencapai
target, dan cuaca yang juga medukung produksi kebun sehingga hasil kebun
masyarakat juga kurang produktif. Usaha yang dilakukan manajemen perusahaan
PT. Bio Nusantara Teknologi ini merupakan salah satu usaha yang sudah cukup
baik karena terlihat dari hasil produktifitas penerimaan TBS yang mendekati.
Tidak hanya itu kerjasama dengan kelompok masyarakat juga dijalin dengan baik
sehingga masyarakat tetap memberikan hasil kebunnya kepada PT. Bio
Nusantara Teknologi. Meskipun target tersebut belum tercapai alangkah baiknya
jalinan kerjasama ini tetap diperluas agar kontinuitas penerimaan bahan baku
juga terjaga.
Jumlah produksi TBS kebun perusahaan PT. Bio Nusantara Teknologi
selama Juli 2015 sampai Juni 2016 sebanyak 29.197.430 Kg dan rata-rata
2.433.119,16 Kg/bulan, sedangkan target yang ingin dicapai secara keseluruhan
yaitu 34.345.264 kg dan rata-rata 2.862.105,33 Kg/bulan. Maka persentase
tercapainya adalah 85,01%. Dari persentase pencapaian ini, produksi TBS kebun
perusahaan dapat dikatakan baik, namun belum melebihi target sehingga perlu
ditingkatkan lagi semaksimal mungkin. Grafik produksi TBS dari kebun sendiri
dan perbandingannya terhadap target yang telah ditetapkan dari Juli 2013 sampai
Juni 2014 dapat dilihat dengan jelas seperti yang terlihat dalam gambar 2 berikut:

4
4,000,000
3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0

Target Realisasi

Gambar 2. Grafik pencapaian TBS dari kebun sendiri PT. Bio Nusantara Teknologi periode
Juli 2015-Juni 2016

Untuk memenuhi kapasitas olah pabrik 30 ton/jam, PMKS PT. Bio


Nusantara Teknologi juga membeli TBS dari Masyarakat. Total pembelian TBS
oleh PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi selama Juli 2015-Juni 2016 adalah
sebesar 167.882.770 Kg dan rata-rata 13.990.230,83 Kg/bulan, sedangkan target
yang ingin dicapai yaitu 162.800.400 Kg atau rata-rata 13.566.700 Kg/bulan.
Grafik perbandingan produksi TBS luar dengan target yang diharapkan dapat
dilihat pada gambar 3 berikut :

18,000,000
16,000,000
14,000,000
12,000,000
10,000,000
8,000,000
Target
6,000,000
Realisasi
4,000,000
2,000,000
0

Gambar 3. Grafik perbandingan realisai dan target TBS dari kebun Masyarakat PT. Bio
Nusantara Teknologi periode Juli 2015 sampai Juni 2016

5
Gambar grafik 3 di atas menunjukkan bahwa hampir semua target TBS
tiap bulannya terpenuhi dan melampaui target yang telah dibuat oleh perusahaan,
kecuali bulan mei juni yang masih belum mencapai target. Target yang tercapai
bahkan melampaui dimaksudkan untuk menutupi kekurangan buah hasil dari
kebun sehinggga salah satu solusinya adalah memperbanyak buah luar yang
masuk. Pembelian TBS yang tertinggi dari masyarakat terjadi pada bulan
Agustus 2015 yaitu sebesar 17.256.230 kg. Hal ini terjadi karena harga TBS
yang ditawarkan pihak manajemen PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi mampu
bersaing dengan PMKS yang lainnya. Selain itu, karena adanya pendekatan yang
dilakukan pihak manajemen PT. Bio Nusantara Teknologi terhadap masyarakat
terutama dengan program dari perusahaan seperti pelaksanaan CSR perusahaan
dan lain-lain. Sedangkan untuk jumlah pembelian TBS terendah terjadi pada
bulan Juni 9.679.140 Kg

3.1.2. Organisasi dan Tatalaksana Panen


3.1.2.1. Organisasi Panen

Perkebunan PT. Bio Nusantara Teknologi, secara struktur organisasi


langsung dikepalai oleh seorang manajer kebun dan dibantu oleh 8 Assisten
untuk mengurus usaha-usaha di lokasi perkebunan untuk menunjang
kelangsungan kegiatan-kegiatan di perkebunan tersebut. Assisten kebun ini
langsung terjun kelapangan untuk memantau seluruh kegiatan di lokasi
perkebunan. Struktur organisasi kebun PT. Bio Nusantara Teknologi dapat
dilihat pada gambar 4 di bawah ini :
MANGER KEBUN

ASKEP ASKEP

KTU ASISTEN DEVISI

ACCOUNTING

HUMAS
1&2 3 4 5 6 7&8 10 9
PANEN
ASISTEN DEVISI
AGRONOMI

ASISTEN DEVISI
PEMBIBITAN & LC

ASISTEN DEVISI
INFRASTUKTUR

Gambar 4. Struktur organisasi kebun PT. Bio Nusantara Teknologi

6
Adapun tugas-tugas dari personil organisasi kebun ini adalah sebagai berikut :
a. Estate Manager
Memiliki tugas untuk membuat perencanaan kerja dan organisasi, pengawasan
operasional dan pengendalian biaya, administrasi, hubungan sosial, dan
management staff. Untuk melaksanakan tugasnya manager kebun dibantu oleh 7
orang assisten afdeling, dan 1 kepala seksi administrasi.
b. Assisten Afdeling
Assisten afdeling ini bertugas menyusun draft budget berdasarkan data kondisi
lapangan meliputi produksi, areal statement, tanaman dan kapital non tanaman,
membuat rencana kerja bulanan dan harian, memberi instruksi pada mandor,
Melakukan pembersihan areal untuk penanaman, pembibitan, pemeliharaan
TBM/TM, pemanenan, dan administrasi. Namun, sifat tugas ini hanya terfokus
pada afdeling yang dipimpinnya saja yaitu mengatur semua kegiatan di afdeling
yang dipimpinnya.
c. Kepala Administrasi
Kepala KTU mempunyai tugas melaksanakan semua kegiatan keuangan dan
administrasi perusahaan. Bertanggung jawab dan mengawasi semua kegiatan
administrasi dan keuangan.
d. Staf Administrasi dan Pembukuan Tanaman
Staf Pembukuan dan Tanaman mempunyai tugas :
 Membuat laporan dan analisa rutin hasil kinerja dari kebun serta
mengarsipkannya.
 Merencanakan dan mengawasi semua kegiatan pembibitan.
 Bertanggung jawab terhadap semua masalah perkebunan seperti
pembibitan, perawatan dan sebagainya.
e. Mandor Perawatan
Mandor Perawatan mempunyai tugas :
 Memelihara perawatan tanaman dari hama dan penayakit yang bertujuan
untuk menjaga kontinuitas produksi dan mutu buah.
 Bertanggung jawab dalam melaksanakan perawatan yang seefisien
mungkin terhadap seluruh tanaman.

7
f. Kerani Panen atau petugas laporan dan analisa
Krani Panen mempunyai tugas mencatat data rencana kerja harian dan mencatat
dan melaporkan hasil kerja setiap hari.
g. Mandor Panen
Mandor Panen mempunyai tugas utama yaitu :
a. Mengabsensi dan mencatat jam masuk karyawan (pemanen)
b. Mengatur pekerjaan pemanenan
c. Mengawasi kriteria panen
d. Menghitung TBS yang di hasilkan.
e. Melihat mutu ancak kemaren dan melihat ancak untuk hari esok.
d. Mencapai target produksi dan mutu yang telah ditentukan oleh
perusahaan
h. Pemanen
Karyawan pelaksana panen yang biasanya terbagi menjadi 3 kelompok
dalam 1 afdeling, dengan total pekerja untuk setiap afdeling adalah 19-21 orang.
Karena luas areal kebun untuk setiap afdeling adalah rata-rata 409,471 Ha dan
dibagi dalam 8 blok/kavel, maka dalam 1 hari 19 orang pekerja akan memanen
kebun seluas 51.217 Ha sedangkan untuk satu orang dalam sehari dapat
memanen kebun seluas 2,1 Ha.
Luas perkebunan PT. Bio Nusantara Teknologi pada tahun 2014 adalah
seluas 5.837.76 Ha. Lahan tersebut terbagi menjadi 3 yaitu 3.494.59 Ha
merupakan tanaman menghasilkan (TM), 0,00 Ha merupakan tanaman belum
menghasilkan (TBM). Keseluruhuan HGU (Hak Guna Usaha) yang dimiliki PT.
Bio Nusantara Teknologi adalah sebanyak 2.343,17 Ha, selain untuk
perkebunan, lahan HGU tersebut digunakan untuk areal PKS, Perumahan, jalan,
perkantoran, areal cadangan dan kawasan konservasi seluas 1.289,17 Ha.
Untuk mempermudah pengelolaan kebun yang meliputi penanaman,
pemupukan, perawatan, pemanenan, dan pengangkutan hasil panen maka PT.
Bio Nusantara Teknologi membagi kebun menjadi 10 afdeling kebun dimana ke
10 afdeling tersebut dibagi menjadi beberapa blok atau kavel dengan jumlah dan
luas yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena pembagian antar blok

8
dikebun PT. BNT dilakukan berdasarkan banyaknya tanaman menghasilkan
(TM), jumlah tenaga pemanen, kondisi topografi lahan dan tahun tanam tanaman
tersebut. Tiap afdeling ditangani oleh seorang asisten dan ada beberapa afdeling
yang di tangani dengan 2 asisten yang dibantu oleh 4 mandor yaitu 1 mandor
panen dan 1 mandor pemeliharaan, dan 2 krani yaitu krani buah dan krani kantor.
3.1.2.2. Metode Operasi dan Pelaksanaan Panen
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah
matang kemudian mengutip tandan dan berondolan yang tercecer baik di dalam
piringan maupun di luar piringan kemudian dikumpulkan pada tempat
penampungan hasil (TPH) sementara. Dalam pemanenan TBS ini, faktor utama
yang harus diperhatikan adalah bagaimana memanen buah yang sesuai dengan
kriteria panen yaitu buah matang dengan fraksi 1 sampai fraksi 3, tidak busuk,
buah sudah membrondol minimal 1 biji pertandan, bukan buah pasir, yaitu buah
mentah yang kadar minyaknya rendah dan kadar airnya tinggi.
3.1.2.2.1. Cara Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara berdiri dan menggunakan kapak siam


atau eggrek (alat arit bergagang panjang). Untuk memudahkan pemanenan,
pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Tandan buah yang
matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm, dan
diusahakan berbentuk huruf V. Tandan buah yang telah dipotong dibiarkan jatuh
ke tanah, kemudian diletakkan berbaris di TPH kecil untuk memudahkan
perhitungan jumlah panen dan mengurangi kerusakan, dan berondolan yang jatuh
dikumpulkan terpisah dari tandan. Pelepah daun ditebas menjadi tiga bagian agar
mudah terurai dan disusun rapi sehingga tidak menghalangi saat pemanen dan
lahan menjadi bersih.
Masing-masing pemanen mengangkut hasil panen (TBS) dengan
menggunakan pikulan ke tempat pengumpulan hasil (TPH) kecil. Pada TPH TBS
disusun dengan arah pelepah menghadap ke atas. Jumlah barisan pada TPH
adalah 5 atau 10, selanjutnya TBS akan di angkut menggunakan Traktor menuju
TPH Induk yang kemudian pada TPH induk akan di angkut menuju pabrik
dengan menggunakan Truk. Untuk lokasi yang susah dijangkau dengan traktor

9
untuk mengangkut TBS ke TPH Induk dapat diangkut dengan badang. Namun,
kendala yang dihadapi yaitu terkadang badangr dipakai oleh pabrik sehingga
pengangkutan di kebun menjadi tertunda. Sebaiknya diadakan penambahan alat
transportasi yang diperlukan di kebun maupun di pabrik serta perbaikan jalan
yang rusak atau sulit dilalui kendaraan sehingga TBS atau berondolan restan
dapat dikurangi seminimal mungkin.
Cara memanen TBS sangat mempengaruhi jumlah mutu minyak yang
dihasilkan.Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan
minyak yang maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan
meningkatkan ALB atau Free Fatty Acid (FFA) sehingga menurunkan mutu
minyak, sebaliknya apabila TBS yang dipanen masih mentah akan menurunkan
kandungan minyak walaupun ALBnya masih rendah.
PT. Bio Nusantara Teknologi menerapkan kriteria panen yaitu fraksi 1, 2
dan 3. Penerapan kriteria seperti ini bertujuan agar tidak banyak buah yang
membrondol pada saat pemanenan sehingga dapat mengurangi losses buah di
lapangan. Hal ini juga berlaku karena sesuai dengan topografi perkebunan yang
cukup miring yaitu 0-310 dan bergelombang, sehingga pada saat buah jatuh
banyak mengalami bantingan akibat menggelondong yang akhirnya
menyebabkan buah yang sudah matang (fraksi 4 dan 5) banyak yang
membrondol di lapangan.
Uji laboratorium dilakukan saat TBS diterima.Informasi yang diperoleh
disampaikan pada bagian asisten estate yang selanjutnya para asisten tersebut
mensosialisakinanya kepada pemanen untuk perbaikan produksi TBS berikutnya
atau mencegah inefisiensi.
3.1.2.2.2. Rotasi dan Sistem Panen
Sistem operasi pelaksanaan panen di PT. Bio Nusantara Teknologi
menggunakan sistem ancak tetap, dimana pekerja melakukan pemanenan di
tempat yang tetap pada afdeling yang sama dengan pekerjaan yang dilakukan
secara tetap juga. Menurut Suyatno Risza (1993) sistem hanca tetap merupakan
sistem terbaik untuk diterapkan pada areal kelas bergelombang, dimana pemanen
melakukan pemanenan TBS di tempat yang tetap. ,Pelaksanan pemanenan di

10
kebun PT. BNT untuk setiap afdeling dilakukan secara rotasi dengan metode 7/9
yang berarti dalam waktu satu minggu terdapat 7 hari kerja untuk memanen dan
2 hari perawatan kebun, yaitu membuang pelepah pada tanaman yang tidak
dipanen. Pembagian luas tiap kavel tidak sama, hal ini disebabkan oleh waktu
panen dan juga kemampuan dari tenaga panen sendiri dan kondisi topografi
kavel tersebut yang berbeda-beda.
Untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi panen maka dilakukan
pembagian hanca panen yang akan dipanen sekali dalam satu minggu. Oleh
karena itu kebun dapat dibagi berdasarkan perbandingan jumlah pemanen dengan
luas areal.Seluruh pekerjaan pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja panen yang
terbagi menjadi 3 kelompok dalam 1 afdeling, dengan total pekerja setiap
afdeling sekitar 19 orang. Luas areal kebun untuk setiap afdeling rata-rata
409,471 Ha.
3.1.3. Sarana dan Prasarana Sistem Panen dan Bahan Baku
Sarana dan prasarana sistem panen dan bahan baku ini meliputi seluruh
unit/komponen alat/tempat yang digunakan untuk menunjang agar terlaksananya
pemanenan dengan baik. Sarana dan prasarana ini terdiri dari jalan, alat panen
dan alat bantu panen.
3.1.3.1. Jalan
Jalan untuk masing-masing afdeling perkebunan PT. Bio Nusantara
Teknologi pada umumnya dapat dilewati dengan truk atau alat berat. Sebagian
besar berbentuk koral kasar (bebatuan) tetapi ada juga yang masih berbentuk
tanah merah. Khusus jalan poros/utama semuanya sudah berbentuk batuan/koral,
sedangkan jalan masuk ke setiap kavel atau berbentuk gang masih ada yang
belum ditimbun dengan koral. Begitu juga dengan alat angkut yang bisa
melewatinya, jalan utama/poros semua alat angkut bisa melewatinya namun
untuk jalan gang-gang biasanya hanya alat angkut kecil yang bisa lewat. Untuk
masuk ke dalam gang-gang kecil dari bagian afdeling tersebut pemanen biasanya
menggunakan badang karena tidak dapat dilalui oleh truk dan tarktor.
Tandan Buah Segar (TBS) yang telah dipanen oleh pemanen dan
brondolan yang telah dikutip bersih dipiringan selanjutnya diletakkan di tempat

11
pengumpulan hasil (TPH) dengan menggunakan alat angkutnya yang masih
menggunakan cara manual, dalam hal ini seluruh pemanen menggunakannya
untuk dapat mempermudah transportasi TBS dari piringan ke TPH. Pengutipan
berondolan dilakukan oleh pekerja dengan cara dikumpulkan dalam karung dan
kemudian baru dibawa ke TPH. Pengutipan berondolan ini dilakukan sehari
setelah pemanenan, hal ini bertujuan supaya semua berondolan dapat terkutip
dengan bersih, sehingga losses buah di lapangan dapat ditekan.
Alat panen yang digunakan oleh PT. Bio Nusantara Teknologi terdiri
dari 2 jenis alat panen dan 3 jenis alat bantu yang digunakan untuk mengangkut/
memindahkan hasil panen. Peralatan panen tersebut meliputi sebagai berikut :

3.1.3.2. Alat Panen


Alat panen yang biasa digunakan di perkebunan PT. Bio Nusantara Teknologi
adalah:
a. Chisel (dodos), digunakan untuk memanen TBS dibawah umur 5 tahun
dengan ketinggian 2 – 5 meter.
b. Egrek digunakan untuk memanen TBS di atas umur 5 tahun dengan
ketinggian 10 meter.
3.1.3.3. Alat Bantu Panen
Sedangkan alat bantu panen yang digunakan antara lain :
a. Gancu, digunakan untuk mengangkut TBS yang sudah dipanen ke tempat
pengumpulan hasil (TPH) sementara, sedangkan untuk mengutip
brondolan yang jatuh pada saat pemanenan digunakan ember dan karung
plastik.
b. Karung, digunakan untuk mengumpulkan berondolan dari lapangan ke
TPH.
c. Parang/kampak, digunakan untuk memotong tangkai tandan buah yang
masih panjang dengan membentuk huruf V.
Panen kelapa sawit adalah kegiatan memotong tandan buah kelapa sawit (TBS)
dari pohon kelapa sawit. Untuk mempermudah pemotongan tandan buah,
pelepah di bawah tandan buah yang menyangga dapat dipotong dahulu.

12
Memotong pelepah harus merapat ke batang sehingga tidak ada sisa pelepah,
hanya pangkal yang masih menempel ke batang.
Berdasarkan tinggi tanaman ada tiga cara pemanenan yang dilakukan PT.
Bio Nusantara Teknologi, yaitu :
a. Untuk tanaman yang tingginya 2 – 5 meter, digunakan cara panen
jongkok dengan menggunakan peralatan seperti dodos.
b. Untuk tanaman yang tingginya 5 – 10 meter, digunakan cara panen
berdiri dengan menggunakan peralatan seperti kampak.
c. Untuk tanaman yang tingginya >10 meter, digunakan cara panen berdiri
dengan menggunakan peralatan egrek.
Namun, dari kegiatan yang kami lihat di lapangan pada saat di lakukan nya
pemanenan adalah di lakukan nya pemanenan dengan menggunakan egrek.
PT. BNT memiliki peralatan transportasi yang berguna mempermudah
dan mempercepat kegiatan perusahaan. Baik pada proses pemanenan,
pengangkutan maupun pengawasan dan perawatan perkebunan. Penggunaan alat
transportasi tersebut diatur oleh pihak kebun terutama untuk kegiatan
perkebunan. Kebun Sungai Lemau memiliki alat pengangkutan dengan jumlah
total 36 unit berupa kendaraan ringan dan berat. Pemakaian Peralatan
transportasi kebun di PT. BNT diatur sesuai dengan fungsinya :
a) Kendaraan roda dua (jumlah 8 ) : digunakan untuk mengontrol kualitas
TBS yang dipanen pada saat pemanenan berlangsung.
b) Kendaraan roda empat (traktor dan gandengan, badang dan truk) :
biasanya digunakan untuk mengangkut hasil panen dari TPH kecil ke
TPH besar dan dari TPH besar ke pabrik (PKS) untuk diolah menjadi
CPO. PT. BNT memiliki kendaraan jenis ini sebanyak 28 unit yang
terdiri atas 9 unit traktor, 8 unit truk dan 11 unit badang.
 Traktor dan Badang: digunakan untuk mengangkut TBS dan berondolan
dari TPH kecil ke TPH induk.
 Truk : digunakan untuk mengangkut TBS dan berondolan dari TPH induk
ke pabrik. Pemakaian alat ini diatur oleh kepala transportasi. Biasanya
dalam pengaturan pengangkutan TBS dan berondolan diprioritaskan pada

13
daerah yang memiliki jangkauan lebih dekat dengan jalan besar dan
pabrik untuk diangkut lebih dulu.
Dengan alat angkut atau kendaraan TBS diangkut menuju ke pabrik untuk
ditimbang. Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui jumlah bahan baku
yang diterima di pabrik, sehingga akan diketahui rendemen pengolahan dari
perbandingan antara bahan baku yang diterima dengan bahan yang diolah.Setelah
TBS ditimbang akan diangkut oleh truk dibawa dan dibongkar di tempat
penimbunan sementara (Loading Ramp) sebelum dimasukkan kedalam lori-lori
untuk di rebus dalam sterilizer.
3.1.4. Kiat dan Kinerja Sistem Panen dan Bahan Baku
Di PT. Bio Nusantara Teknologi kiat dalam sistem panen untuk mencapai
target panen, maka pelaksanaan panen di kebun dilaksanakan mulai dari pukul
07.00 WIB sampai dengan hasilnya mencapai basis borong. Untuk kriteria
matang panen ini diintruksikan buah sawit yang boleh dipanen harus sudah
membrondol dengan fraksi 1, 2 dan 3. Artinya tandan buah yang diperbolehkan
untuk dipanen oleh pemanen adalah semua buah yang telah matang dalam
kondisi normal (tidak sakit atau karena gangguan hama) atau membrondol
dengan fraksi 1 2 dan 3 biji per janjang di piringan. Hal ini dilakukan karena
adanya keinginan perusahaan untuk memanen Tandan Buah Segar (TBS) dengan
rendemen tertinggi.
Untuk memperoleh kinerja yang baik dari sistem panen ini, perusahaan
menetapkan kriteria matang panen yang diakui sebagai norma dalam proses
pemanenan yang harus dipatuhi. Kriteria matang panen ditentukan pada saat
kandungan minyak maksimal dengan kandungan Asam Lemak Bebas (ALB)
yang rendah.Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak
(Naibaho, 1996).Makin tinggi kandungan ALB minyak, maka makin rendah
kualitas minyak kelapa sawit (Anonim, 2001). Selain itu perusahaan juga
menetapkan kiat-kiat untuk meminimalisasi kerusakan dan inefisiensi selama
panen yaitu sebagai berikut :
a) Tenaga Panen tidak diperbolehkan memanen buah mentah dan buah jangan
terlalu matang, diharapkan adalah fraksi 1 sampai fraksi 3.

14
b) Setiap pemanen yang melakukan kesalahan pada saat pemanenan, misalnya
pemotongan pelepah yang tidak mepet, pengutipan TBS yang tidak bersih,
memanen buah yang belum wajar dipanen akan dilakukan denda terhadap
pemanen tersebut yaitu berupa pemotongan TBS hasil panen sesuai
kesalahannya.
c) Berondolan yang terjatuh harus dikutip dengan bersih.
d) Pelepah harus ditebas menjadi 3 bagian agar mudah terurai dan harus
disusun rapi sehingga tidak menghalangi saat pemanen dan lahan menjadi
bersih.
e) TBS dikumpulkan ke TPH-TPH kecil dengan susunan baris memanjang
untuk memudahkan perhitungan jumlah panen dan mengurangi kerusakan,
kemudian TBS di angkut ke TPH induk.
f) Rotasi panen jangan terlambat, untuk ancak tetap 6/7 harus selesai.
g) Uji Laboratorium harus diterima saat itu juga kepada bagian organisasi panen
untuk mendapatkan informasi tentang kualitas buah yang dipanen dan
mencegah inefisiensi.
h) Menyediakan tenaga panen dan alat angkut dengan jumlah yang sesuai
dengan rencana dan target panen buah.
i) Pengangkutan TBS dan berondolan ke pabrik secepatnya, sehingga pabrik
tidak mengalami kekurangan buah untuk diolah.

3.1.5 Evaluasi Umum Tentang Kinerja Sistem Panen


Secara umum, kinerja sistem penerimaan TBS atau bahan sudah baik,
khususnya dalam organisasi dan tata laksana SOP, sarana dan prasarana serta kiat
dan kinerja dari sistem penerimaan bahan baku. Organisasi SOP pabrik sudah
baik karena memiliki struktur organisasi yang jelas, pengorganisasian
penerimaan TBS yang baik dan aturan/petunjuk pelaksanaan setiap kegiatan
dilaksanakan dengan baik. Sarana dan prasarana bahan baku juga dikatakan baik,
karena tersedianya sarana dan prasarana seperti jalan, alat sortasi, dan
transportasi yang memadai, sehingga seluruh hasil sortasi dapat diterima di
loading ramp (pabrik) dalam jangka waktu lebih kurang dari 150 menit dari
estate masing-masing. Begitupun halnya dengan kiat dan kinerja sistem sortasi
15
dan bahan baku sudah dapat dikatakan baik karena pihak perusahaan semaksimal
mungkin menerapkan di lapangan apa yang menjadi ketetapan dari kiat-kiat
tersebut dengan sistem pengawasan dan pengontrolan yang baik yang sesuai
dengan SOP pabrik.
Pencapaian kuantitas dan kualitas bahan baku di PT. Bio Nusantara
Teknologi belum baik dan bisa diperbaiki agar lebih baik lagi kedepannya.
Pencapaian kuantitas bahan baku dikatakan maksimal, dapat dilihat dari produksi
TBS pada bulan Juli-Juni 2016 belum memenuhi target perusahaan tetapi kriteria
buah yang diterima baik dengan selalu memperhatikan tingkat kematangan buah.
Walaupun demikian, adakalanya buah sawit hasil TBS mengalami
kelebihan kapasitas olah pabrik. Kondisi ini sering terjadi ketika musim panen
raya, hal ini disebabkan karena pada musim panen hampir semua TBS di
antarkan ke pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi. Oleh karena itu, upaya yang
dapat dilakukan pihak manajemen perusahaan yaitu diperbanyak over time
karyawan agar semua TBS dapat diolah dan yang dilakukan pihak kebun adalah
memperbanyak alat transportasi dari kontraktor agar TBS tidak restant dikebun.
3.2. Proses Produksi
Aspek proses produksi ini menguraikan tentang : diagaram alir dan neraca bahan,
penjelasan tiap proses, informasi input, informasi produk, dan evaluasi umum
tentang kinerja sistem proses produksi.
3.2.1. Gambaran Umum PMKS PT Bio Nusantara Teknologi
Lokasi pabrik dan kantor PMKS PT Bio Nusantara Teknologi di dekat
perkebunan, yaitu perkebunan Afdeling I dan Afdeling II. Saat ini pabrik tersebut
telah memperkerjakan kurang lebih sebanyak 210 orang pekerja yang terdiri dari
seorang Manajer pabrik, tujuh orang Assisten, empat orang mandor dan
selebihnya karyawan kantor dan pabrik. Untuk tenaga kerja proses pengolahan
dan pengendalian kualitas khususnya di bagian laboratorium dibagi menjadi dua
shift kerja setiap harinya. Dimana setiap shift bekerja masing-masing 8 jam
kerja (tujuh jam dinas satu jam lembur) bila lebih dari 8 jam artinya lembur,
namun dibatasi jumlah jam lemburnya. Kapasitas yang terpasang PMKS PT Bio

16
Nusantara Teknologi ini sebesar 30 ton/jam, dengan jenis pengolahan Crude
Palm Oil (CPO) dan inti sawit/kernel.
3.2.2. Diagram Alir Proses dan Neraca Bahan
Proses produksi merupakan kegiatan mengolah input dengan berbagai
proses tertentu dengan hasil akhirnya berupa output (Anonim, 2002). Sedangkan
tujuan dari sistem proses produksi di pabrik minyak kelapa sawit adalah
mengupayakan proses pengolahan TBS yang baik untuk menghasilkan CPO dan
Palm Kernel yang memiliki mutu sesuai dengan Standar Internasional. Proses
produksi di pabrik minyak kelapa sawit dimulai dari pengisian TBS yang
ditumpuk di loading ramp ke dalam lori-lori untuk dilakukan proses perebusan
hingga proses pemurnian minyak dan menempatkan minyak tersebut di dalam oil
storage tank (Naibaho, P.M, 1996).
Proses pengolahan di Belani BNT yaitu untuk mengolah TBS menjadi
bahan setengah jadi berupa CPO dan Kernel (Inti Sawit). PT. BNT mengolah
kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS/jam. Pengolahan minyak kelapa sawit
berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat guna
mendapatkan minyak kelapa sawit dengan kadar ALB yang sekecil mungkin dan
mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dengan rendemen yang tinggi di
atas 20% dengan mutu yang sesuai dengan standar perusahaan.
Setiap unit proses pengolahan dilakukan pengontrolan baik oleh operator
unit mesin pengolahan tersebut maupun oleh karyawan bagian mutu. Usaha ini
dilakukan sepanjang proses pengolahan guna mendapatkan output (CPO dan inti
sawit) yang sesuai dengan target. Untuk lebih jelas, diagram aliran proses
produksi CPO dan inti sawit/kernel di PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi dapat
dilihat pada gambar 5.
3.2.3. Penjelasan Tiap Tahap Proses
3.2.3.1 Stasiun Penerimaan Buah
Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit, tandan buah segar (TBS) yang
berasal baik dari kebun sendiri (kebun inti) maupun kebun luar (kebun plasma)
pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan

17
timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah
(loading ramp).

TBS

Loading Ramp

Sterilizer
Daur Ulang USB
TBS masak Janjangan Kosong
Thresher

Digester
WATER DELUTION

Pressing
Crude Oil Press Cake
Sand Trap Tank

Fiber
Vibrating Screen Depericarper
Nut

Crude Oil Tank Ripple Mill

Cracked Mixture
CPO
CST Tank
Cangkang
LTDS NO.1
Oil Tank
Vibrating Screen
Solid LTDS NO.2 Cangkang
TDS NO.2
Purifier
Sludge Tank Claybath Cangkang

Vacuum
Drier
Sand
Sand Cyclon

Storage Kernel bawah


Tank Buffer Tank

Sludge Separator
Reclaimed
Kernel Drier
Tank
FatPit
Storage Kernel
Sludge Pit
Recovery TDS NO.2
Tank
Pengiriman Minyak
Oil Sludge
Final Effluent Pengiriman Kernel

Gambar 5. Diagram Alir Pengolahan kelapa sawit PMKS PT Bio Nusantara Teknologi
1.1. Weighting Bridge/ Jembatan Timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk
ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar

18
(berat truk dan TBS yang dikembalikan/tidak lulus sortir jika TBS berasal dari
kebun luar). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan ke luar, akan diperoleh
berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.
Selain itu penimbangan juga dilakukan dua kali untuk setiap angkutan
CPO dan kernel yang masuk ke pabrik yaitu pada saat masuk (berat truk) serta
pada saat keluar (berat truk dan CPO atau berat truk dan kernel). Dari selisih
timbangan saat truk masuk dan ke luar, akan diperoleh berat bersih CPO atau
kernel yang keluar dari pabrik untuk diantarkan kepada konsumen yang telah
ditentukan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan berat bersih TBS yang masuk di
pabrik ini untuk menghitung rendemen yang dihasilkan nantinya. Rendemen
pengolahan dapat diketahui dari perbandingan antara bahan baku yang diterima
dengan bahan yang diolah.
PT. BNT memiliki 2 unit jembatan penimbangan dengan kapasitas masing-
masing timbangan yaitu 40 ton dengan ukuran luas masing-masing timbangan
yaitu 12 m x 3 m.
Untuk mendapat penimbangan yang akurat maka sebelum penimbangan harus
memenuhi ketentuan berikut:
 Lantai timbangan harus bersih dari segala benda yang dapat
mempengaruhi berat timbangan.
 Kolom timbangan harus tidak ada air
 Sebelum penimbangan dilakukan, Penunjuk elektrik harus dinolkan
 Posisikan truk tepat pada tengah-tengah jembatan
Setiap tandan buah segar (TBS) yang diterima di pabrik ditimbang
melalui jembatan timbang. Berat kotor kendaran termasuk TBS, berat kendaraan
(tanpa sopir, kenek, dan benda-benda lain) ditimbang. Setelah TBS dibongkar
maka kendaraan tersebut ditimbang lagi sehingga dapat diketahui berat TBS
yang diangkut. Dengan berkembangnya teknologi, sekarang jembatan timbang
yang digunakan oleh PT Bio Nusantara Teknologi dilengkapi dengan alat
timbangan digital (Avery Weight Tronix) dan jenis alat timbangan (Avery Berkel
L = 225).

19
Yang selanjutnya dicatat pada komputer dan langsung diprint sebagai
tanda bukti transaksi proses penimbangan. Selain itu jembatan timbangan juga
dilengkapi oleh 3 buah kamera CCTV dan 1 buah kaca besar yang dipasang
dibawah atap timbangan sebagai alat pemantau apabila ada buah yang diangkut
pada saat truk keluar dari loading ramp.
1.2. Loading Ramp
Setelah TBS ditimbang, selanjutnya dibongkar di penimbunan sementara
(loading ramp), sebelum dimasukkan ke dalam lori-lori untuk direbus dalam
sterilizer. Stasiun ini terdiri dari dua bagian, yaitu yang pertama tempat
pembongkaran buah dari truk/tempat sortasi (grading) dan kedua tempat
memasukkan buah ke lori.
Stasiun Loading ramp merupakan tahap awal yang sangat mempengaruhi
keberhasilan pengolahan dalam menghasilkan CPO yang berkualitas baik. Di
stasiun ini, saat pembongkaran TBS dilakukan sortasi terutama buah yang
berasal dari kebun masyakat. Tujuan sortasi/grading yaitu untuk mendapatkan
buah yang memiiliki mutu yang telah ditetapkan oleh Standar Operasi
Perusahaan (SOP) PT. Bio Nusantara Teknologi.
Buah yang tidak lolos sortasi akan dikembalikan bila berasal dar kebun
luar, sedangkan bila buah berasal dari kebun inti akan dilaporkan ke pihak estate
supaya pihak yang berwenang di estate langsung melakukan instruksi ke
pemanen agar tidak memanen buah yang belum/tidak layak untuk dipanen.
Bagian Loading Ramp yang digunakan untuk memasukkan/memindahkan TBS
ke dalam lori perebusan, lantainya berupa kisi-kisi pelat besi dengan jarak antar
pelat 2 cm dengan kemiringan 270.
Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,
kerikil dan sampah-sampah yang terkut dalam TBS. Pemindahan ini dilakukan
secara otomatis oleh pintu-pintu loading ramp yang digerakkan secara hidrolik.
Pintu-pintu loading ramp berjumlah 11 pintu, pengaturan pemindahan bahan
secara hidrolik ini membantu dalam pengisian lori sehingga dapat disesuaikan
dengan kapasitas lori yang ada. Untuk pengisian TBS ke chute loading ramp
perlu diperhatikan jumlahnya agar tidak melebihi kapasitas karena akan

20
mempengaruhi kinerja dari hidrolik yang dipakai untuk membuka dan menutup
pintu/chute loading ramp.
Dalam pengoperasiannya buah dituang kedalam chute loading ramp lalu
secara teratur buah dimasukkan ke dalam lori dengan cara membuka pintu
loading ramp. Kemudian lori diantar kebagian rebusan untuk dimasukkan ke
dalam ketel rebusan (sterillizer).
3.2.3.2 Stasiun Perebusan
Lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke dalam sterilizer dengan bejana
bertekanan. Sterilisasi merupakan tahapan dalam perebusan buah atau sering di
sebut pemasakkan buah. Sterilisasi dilakukan dengan mengalirkan uap panas
kedalam sterilizer melalui pipa penghantar uap selama 90 menit. Tujuan dari
sterilisasi yaitu :
Untuk mengurangi kadar air 12-20 % dari buah
1. Mempermudah pelepasan daging buah dari nut (biji)
2. Mempermudah pelepasan cangkang dari inti
3. Menghentikan aktifitas enzim lipase
4. Melepaskan serat dari biji
5. Melepaskan buah dari tandan buah
Metode yang digunakan untuk perebusan ada dua yaitu pembuangan uap
steam sebanyak 2 kali pada tekanan yang sudah dicapai (double peak) dan
pembuangan steam sebanyak 3 kali dengan tekanan yang sudah dicapai (triple
peak). Hal ini disesuaikan dengan kondisi TBS yang diterima (kematangan
buahnya). Namun umumnya digunakan metode triple peak karena lebih
memudahkan proses selanjutnya. Lama waktu yang digunakan unutk melakukan
proses perebusan adalah sekitar 90 menit yang terbagi menjadi 16 langkah
perlakuan.
Merebus tandan sawit dilakukan dengan uap bertekanan 1–3 kg/cm2
dengan grafiknya sebagai berikut:

21
4

Tekanan (Kg/Cm2)
3
2
1 Steam
0

100
110
5
10
15
25
30
35
40
50
55
60
65
70
75
80
90
95
Waktu (Menit)

Gambar 6. Grafik titik puncak pemberian steam pada Sterilizer


Pabrik minyak kelapa sawit PT.Bio Nusantara Teknologi memiliki 2 unit
bejana sterilizer yang masing-masing menampung 11 lori rebusan dengan
kapasitas rebusan 30 ton TBS/jam. Sistem sterilisasi menggunakan tiga puncak
(Triple Peak Sterillization) dengan temperature uap (Steam) 140 0 – 1450 C.
Sistem perebusan triple peak (tiga puncak) dengan waktu perebusan
kurang lebih 90 menit, dearasi 2-5 menit, pemasukan uap yang diberikan
bertekanan 1,5 atm (kg/cm2) dan uap dibuang melaui outlet sampai tekanan 0
atm (kg/cm2) membutuhkan waktu+ 10 menit, puncak II +11menit uap yang
diberikan bertekanan 2,0 atm (kg/cm2) dan uap dibuang melaui outlet sampai
tekanan 0,5 atm (kg/cm2), puncak III diberikan uap bertekanan 2,8-3,0 atm
(kg/cm2) dan dilakukan penahanan selama 40-45 menit sesuai kematangan buah
dan uap dibuang melalui exhaust sampai tekanan 1,0 atm (kg/cm2) dan kondensat
dibuka hingga tekanan uap 0 atm (kg/cm2).Proses ini membutuhkan waktu +67
menit.
3.2.3.3 Stasiun Perontokan (Thressher)
Stasiun ini mengolah buah sawit yang sudah direbus tersebut untuk
dipisahkan antara biji sawit dan tandannya. Pada stasiun ini ada dua unit alat dan
mesin pengolahan yang dilalui oleh buah sawit tersebut, yaitu unit pengangkatan
lori (hoisting crane) dan unit perontokan biji sawit (Thresshing).
1. Hoisting Crane
Hoisting Crane adalah alat yang digunakan untuk mengangkat lori buah
yang sudah direbus tersebut untuk dimasukkan ke dalam alat perontok/ thresher.
Setelah TBS direbus maka lori ditarik keluar untuk diolah ke tahapan
selanjutnya. Buah yang sudah direbus tersebut diangkat dengan hoisting crane

22
kemudian dituangkan dengan cara memutar lori pada titik sumbu (180o) sehingga
pada saat buah jatuh ke dalam thresher sudah dimulai proses penebahan. TBS
yang masuk ke mesin perontok akan disalurkan melalui conveyor yang bergerak
secara otomatis menuju ke thresher. PMKS PT BNT memiliki 1 unit Tippler
yang dioperasikan oleh 1 orang operator.
2. Unit Thresher
Thresher adalah alat yang digunakan untuk memisahkan berondolan
sawit dari tandannya. Pabrik PT Bio Nusantara Teknologi memiliki 2 unit
thresher yang memiliki kapasitas masing-masing 45 ton/jam. Dari kedua
thresher tersebut yang digunakan hanya satu secara bergantian, dengan interval
waktu 5 menit . Kecepatan drum thresshing berputar dalam melakukan bantingan
tandan sawit yaitu 22-25 rpm. Kapasitas threshing tersebut disesuaikan dengan
stasiun selanjutnya dan hal ini harus dilakukan secara continous.
Di dalam thresher buah akan dirontokkan dengan cara bantingan dan
gesekan akibat putaran alat tersebut, sehingga buah terpisah dari janjang. Jumlah
bantingan adalah 6 kali bantingan. Berondolan yang jatuh dari kisi-kisi dibawa
oleh threshing srew conveyor dan bunch conveyor menuju ke distributing
conveyor yang disebut dengan elevator untuk di masukkan ke digester dan
janjang kosong dibawa oleh horizontal empty bunch conveyor yang selanjutnya
akan dimasukkan ke dalam truk dan diangkut ke perkebunan untuk ditaburkan di
pohon sawit sebagai pupuk organik.
3.2.3.4 Stasiun Pengepresan
Stasiun press merupakan stasiun pengolahan berondolan sawit untuk
dilumatkan dan di ekstraksi guna memisahkan antara minyak sawit kasar, serabut
biji serta biji sawit (nut). Pada stasiun ini terdiri dari dua unit pengolahan, yaitu
unit pelumatan (Digesting) serta unit pengepresan (Pressing).
1. Unit Digester (Pelumatan)
Brondolan yang telah terpisahkan dari janjangannya akan dibawa oleh
threshing srew conveyor dan bunch conveyor kemudian akan didistribusikan oleh
distributing conveyor kedalam digester. Digester berfungsi untuk melumatkan
buah agar minyak yang terdapat dalam sel daging buah dapat terlepaskan.

23
Digester merupakan silinder yang berdiri tegak dengan pisau-pisau
pengaduk (stiring arms) yang terdiri dari 5 set pisau pencacah dan 1 set pisau
pelempar dari digester. Fungsi pisau-pisau ini untuk mencacah daging buah
hingga homogen antara daging buah dengan biji. PT Bio Nusantara Teknologi
mempunyai 4 unit digester dengan kapasitas/volume masing-masing 3500 liter,
namun jika pabrik berjalan 1 line maka digester yang digunakan cukup 2 unit
saja, tetapi jika pabrik jalan 2 line maka digester yang digunakan adalah 4 unit.
Karena terkadang digester yang lain dalam kondisi rusak dan sedang dalam
perbaikan.
Sistem proses kerjanya, untuk pertama kali operasi masing-masing
silinder dipenuhi hingga ¾ tabung dengan biji sawit dan dibiarkan pisau-pisau
pencacah tersebut bekerja selama 20 menit pertama setelah itu baru dialirkan ke
screw press secara continous. Kecepatan putaran pisau pencacah tersebut 30 rpm.
Setiap digester di bagian bawahnya dilengkapi dengan pipa drain yang berfungsi
tempat mengalirkan minyak yang keluar saat pencacahan. Namun saat ini pipa
dran tersebut tidak berfungsi lagi sebagai mana mestinya.
Untuk mempermudah proses pelumatan maka diperlukan suhu panas/
penambahan water delution yang konstan, umumnya 90-95 0C. pemberian suhu
tersebut melalui 2 jalur, yaitu dengan sistem injeck (pemanasan dengan steam
langsung dimasukkan ke dalam tabung digester) dan sistem coil (pemanasan
dengan steam dengan cara lewat dinding digester).
Proses yang harus dipertimbangkan lagi adalah tahap menjelang
melakukan pressing serta penambahan uap, di corong screw press harus
ditambah air dengan komposisi yang sesuai dengan processing. Air yang
dimasukkan adalah air panas dengan temperatur sekitar 90-950C yang berfungsi
untuk mempermudah mengalirkan crude oil yang diperoleh pada saat pengolahan
pada digester melalui saringan (strainer) dan untuk mempermudah pada saat
pengolahan. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada saringan pertama di
corong bawah digester sekaligus berfungsi untuk menjaga tidak terjadinya
pembekuan distrainer dan corong. Air ini berasal dari kondesat yang keluar pada
saat proses perebusan TBS dari sterilizer yang dipompakan menuju oil gater.

24
Selain suhu beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu kondisi drain keluaran
(aliran kusaran digester) dan ampere yang harus tetap diatas 20 A.
Pelumatan dilakukan dengan tujuan :
a. Memecahkan sel-sel minyak dalam serabut daging sehingga minyak
mudah didapatkan dalam proses pemisahan minyak dengan serabut di
stasiun berikutnya.
b. Mengkondisikan brondolan sebelum di press
c. Mengekstraksi semaksimal mungkin minyak dari daging buah dan
meminimal nut pecah.
d. Untuk memudahkan memisahkan biji pada stasiun depericarper, dengan
cara mencacah daging buah.
e. Untuk pengadukan agar didapatkan serabut dan biji yang homogen.

2. Screw Press (Unit Pengepresan)


Setelah buah lumatan keluar dari digester secara kontinyu masuk ke
dalam screw press untuk dilakukan pengepresan sehingga diperoleh minyaknya.
Pengepresan bertujuan untuk mengekstraksi minyak semaksimal mungkin
dengan oil losses sekecil-kecilnya dan dengan kernel pecah seminimalnya. Buah
yang sudah dilumatkan tersebut masuk ke screw press untuk dipress dengan
tekanan 30-50 bar dan air panas. Screw press berfungsi memeras serat dan inti,
sehingga minyak mentah (CPO) akan diperoleh.
Screw press mempunyai dua buah ulir (double warm screw) dengan
putaran yang berlawanan arah. Buah yang sudah lumat atau yang telah
dihancurkan oleh digester didorong ke depan screw press dan sebelum keluar
screw press akan ditahan oleh cone press secara continue sehingga minyak akan
terlepas dari serat dan inti akhirnya jatuh mengalir melalui strainer (press cake)
ke sand trap tank, sedangkan Serat dan inti hasil dari pengepresan di screw press
akan dialirkan ke cake breaker conveyor (CBC) untuk diproses lebih lanjut dan
selanjutnya biji akan diolah pada stasiun pengolahan kernel dan fiber menuju ke
boiler sebagai bahan bakar.

25
Putaran warm screw dan tekanan cone press harus sesuai dengan minyak
yang dihasilkan atau dengan kata lain bila putaran screw press bertambah besar
maka kapasitas akan bertambah besar dan oil losses akan bertambah besar pula
dan sebaliknya. PT Bio Nusantara Teknologi memiliki 3 unit screw press
dengan kapasitas masing-masing 15 ton/jam, namun umumnya hanya digunakan
2 unit saja, sedangkan untuk 1 unit lagi digunakan apabila kapasitas TBS
melebihi 45 ton/jam
Tujuan dari proses presser adalah :
1. Untuk memisahkan minyak dari serabut (fibre) dengan cara dipress.
2. Press yang dilengkapi dengan saringan menyebabkan minyak tidak
bercampur dengan serabut (fibre).
3.2.3.5 Stasiun Pemurnian (Purifying) dan Stasiun Pemisahan (Clarifying)
Stasiun pemisahan dan pemurnian merupakan tahapan akhir untuk
mendapatkan minyak sawit mentah (CPO) dan pada stasiun ini pula sangat
mempengaruhi kualitas minyak yang akan dihasilkan. Minyak yang keluar dari
tempat pemerasan atau pengempaan masih berupa minyak sawit kasar yang
masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut
serta pasir/tanah yang terikut pada TBS.
Minyak yang telah dikutip dari stasiun press selanjutnya akan di
klarifikasi atau dimurnikan pada stasiun pemurnian (clarification). Secara umum
tahapan yang akan dilakukan pada stasiun ini, yaitu :
 Penyaringan dengan cara pemisahan kotoran kasar seperti tanah, pasir,
serat-serat oil,
 pengendapan,
 Sentrifusi
 Pemurnian (mengurangi kadar air).
Kesempurnaan proses klarisifikasi sangat mempengaruhi baik-buruknya minyak
sawit yang dihasilkan karena itu pengawasan mutu kelapa sawit harus dilakukan
sebaik mungkin. Fungsi dari klarifikasi ini ialah:
 Memperoleh oil contents semaksimal mungkin

26
 Pencapaian oil losses pada heavy phase dan final effluent seminimal
mungkin
 Memperoleh kualitas produksi sebaik-baiknya
Berikut penjelasan tiap tahapan proses klarifikasi, yaitu :
1) Sand Trap Tank
Alat ini berbentuk kerucut yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari
pasir dan kotoran yang terikut dalam minyak kasar dengan cara pengendapan
secara gravitasi dengan menggunakan suhu tinggi selama kurang lebih 4 jam.
Kemudian minyak akan dialirkan ke vibrating screen.
Untuk mempermudah proses pengendapan, maka harus ditambahkan air
panas (water dolution) dengan perbandngan 40:40:20 terhadap rendemen.
Penambahan water dolution ini juga berfungsi untuk menjaga supaya suhu
minyak tetap panas, sehingga akan mempermudah proses pemisahannya. Suhu
water dolution yang ditambahkan di atas 900 C-950 C. Selain penambahan air
panas tersebut tangki sand trap tank juga diberi steam agar panas di sand trap
tank tersebut tetap stabil.
2) Vibrating Screen Oil
Alat ini berbentuk saringan yang bergetar terdiri dari dua tingkatan
dimana masing-masing tingkatan memiliki ukuran 20 mesh yang di atas dan 40
mesh yang di bawah. Saringan ini berfungsi memisahkan atau menyaring non oil
solid (NOS), serat/ampas dan kotoran yang masih terikut, selanjutnya kotoran
tersebut akan dialirkan kembali ke sand trap tank karena masih mengandung
minyak. Kedua alat ini digerakkan dengan cara digetarkan, sehingga kotoran dan
minyak akan terpisah. Selanjutnya minyak yang lolos dari saringan dialirkan ke
crude oil tank. Fungsi dari penyaringan ini adalah menurunkan
viskositas/kekentalan sehingga pada proses selanjutnya dapat efisien. PT Bio
Nusantara Teknologi memiliki 2 unit saringan getar dengan kapasitas masing-
masing saringan getar 20 ton/jam.
3) Crude Oil Tank (COT)
Alat ini berfungsi untuk menampung dan memanaskan minyak yang telah
dikutip dari vibrating screen melalui pipa-pipa penyalur selama 30 menit.

27
Minyak kasar yang terkumpul di DCO dipanaskan hingga suhu mencapai 90-950
C. Menaikkan temperature minyak kasar ini sangat penting dilakukan dengan
tujuan untuk memperbeasr perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air, dan
slugde sehingga akan mempermudah dalam proses pengendapan. Alat ini
mempunyai volume 10 ton. Alat ini juga dilengkapi pompa sebanyak dua unit
yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari DCO ke tangki pengendapan
(continous settling tank /clarifier tank).
4) Sand Cyclon
Alat ini yang berfungsi untuk memisahkan antara pasir dan minyak. PT
BNT memiliki 2 unit Sand Cyclon.
5) Clarifier Tank/ Continous settling tank (CST)
Berfungsi memisahkan minyak dan lumpur dengan cara mengendapkan
kotoran tersebut. Minyak mentah masuk kedalam clarifier tank dengan ujung
pipa tenggelam agar tidak mengganggu lapisan minyak (oil layer). Minyak
mentah tersebut dipecah-pecah oleh gerakan stirrer agar sludge dan minyak
mudah terurai. Disini minyak mentah juga dipanasi dengan steam dengan
temperatur 900-950 C. Pemanasan ini dilakukan secara injeksi (saat mulai
processing mencapai temperatur kerja lebih cepat) dan pemansan steam di dalam
oil (sampai temperatur kerja akhir proses produksi). Mengkondisikan suhu 900-
950 C bertujuan agar pengutipan minyak dapat berlangsung dengan semaksimal
mungkin. Pemanasan dilakukan dengan pemberian steam coil.
CST yang dimiliki pabrik PMKS PT Bio Nusantara Teknologi yaitu dua
unit, berbentuk tabung silinder yang terbuat dari baja dengan lapisan diluarnya
agar suhu tidak turun dan bagian bawahnya berbentuk kerucut yang dilengkapi
dengan coil-coil berisi steam.
Pemisahan di clarifier tank dilakukan secara gravitasi pengendapan
dimana akan terbentuk tiga jenis lapisan menurut berat jenisnya. Adapun lapisan
tersebut antara lain:
 Lapisan minyak
 Lapisan Emulsi
 Lapisan Air

28
 Lapisan sludge/lumpur
6) Sludge Vibrating Screen
Alat ini berfungsi untuk menyaring slugde yang merupakan hasil
pemisahan dari minyak di CST tersebut. Dari hasil penyaringan ini cairan yang
masih mengandung minyak akan dialirkan sludge tank. Sedangkan padatan yang
tidak lolos saringan dikembalikan ke sand trap tank untuk dilakukan pengolahan
ulang karena masih mangandung minyak. Alat ini digerakkan dengan cara
digetarkan sehingga minyak dan sludge akan terpisah. Alat ini hanya satu tingkat
dan memiliki ukuran 50 mesh.
7) Sludge Tank
Sludge Tank berfungsi untuk menampung sementara lumpur yang akan
diolah di sludge separator. Sludge tank hampir sama dengan COT yaitu
menimbun sludge dengan steam panas yang diberikan secara kontinyu. Alat ini
memiliki kapasitas 60 ton.
8) Sludge Separator/Decanter
Alat ini berfungsi untuk mengutip minyak dengan cara memisahkan
lumpur, heavy phase dan cairan yang masih mengandung minyak dengan gaya
sentrifugal. Alat ini memiliki kapasitas 25 ton/jam dan berjumlah 2 unit. Baik
Lumpur/sludge maupun Heavy Phase hasil pemisahan tersebut akan dialirkan ke
selokan munuju kolam fat pit yang selanjutnya akan dipompakan ke recovery
tank untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Sedangkan cairan (Light Phase)
yang masih mengandung minyak akan dipompakan ke CST untuk diolah kembali
karena masih mengandung banyak minyak.
Untuk mempermudah dalam pemisahan antara sludge dan light phase,
maka pada saat sludge separator bekerja diberi air yang panas. Fungsi sludge
separator :
 Mengutip kembali ( merecovery) minyak dari sludge under flow
 Meminimalkan losses pada heavy phase
9) Oil Tank
Alat yang terbuat dari baja berbentuk silinder dan merupakan wadah yang
digunakan untuk menampung minyak yang diperoleh dari pengutipan continous

29
settling tank/clarifier tank. Dalam oil tank minyak tetap dipanaskan dengan
steam pada suhu 90-95 0C untuk tetap mempertahankan suhu minyak.
10) Oil Purifier (Oil Separator)
Oil Purifier berfungsi untuk memurnikan/memisahkan minyak dari air
dan kotoran-kotoran ringan yang terkandung dalam minyak dengan cara
sentrifugal. PT Daria Dharma Pratama memiliki dua unit oil purifier. Kapasitas
masing-masing alat ini adalah 20 ton dengan produksi 4000 liter/jam. Di dalam
alat ini minyak berada selama 1 1/2 jam. Pada proses ini harus diperhatikan
kinerja dari alat ini karena tahapan ini merupakan tahapan akhir proses
perlakuan untuk membuat crude palm oil (CPO) yang di produksi benar-benar
mencapai kualitas yang dikehendaki pasar terutama keberhasilan mencapai
kriteria kualitas air dan kotorannya yang seminimal mungkin.
11) Vacuum Dryer
Alat ini berbentuk silinder yang berfungsi untuk mengurangi kadar air
dalam minyak sehingga diperoleh minyak sesuai dengan standar mutu yang ingin
dicapai/ditetapkan yaitu 0,1 %. Caranya yaitu minyak dipompa dan disemprotkan
melalui nozel-nozel yang ada dalam pengering vacum, kemudian injektor akan
menghisap air yang terkandung dalam minyak sawit tersebut.
12) Oil Storage Tank
Oil Storage Tank adalah alat yang berbentuk silinder dan terbuat dari
besi. Alat ini berfungsi untuk tempat penyimpanan/penimbunan CPO yang
dihasilkan sebelum dijual. PT Bio Nusantara Teknologi memiliki 2 buah tempat
penyimpanan minyak sawit sebelum minyak dikirim ke pembeli. Kapasitas
kedua oil storage tank ini masing-masing, yaitu 5000 ton. Dalam storage tank
minyak tetap dikondisikan dalam keadaan hangat dengan suhu 45-50 0C untuk
mempertahankan mutu minyak. Untuk menjaga agar tetap panas, storage tank
dialiri dengan steam sistem coil.
3.2.3.6 Stasiun Kernel (kernel station) atau Pengolahan Palm Kernel
Output dari stasiun press yang berupa serabut dan biji sawit/kernel
selanjutnya dikirim ke stasiun kernel untuk mendapat perlakuan selanjutnya

30
dengan menggunakan cake breaker conveyor (CBC. Berikut akan dijelaskan unit
demi unit dari proses pengolahan kernel :
1. Cake Breaker Conveyor
Setelah selesai pressing pada screw press selanjutnya press cake yang berbentuk
serat dan inti akan diangkat ke deperycarper menggunakan cake breaker
conveyor. Alat ini berfungsi untuk mengirim press cake sehingga uap dan air
yang terkandung di dalamnya dapat dikeluarkan. Hal ini dapat memudahkan
press cake kering sehingga akan mempermudah proses pemisahan antara serat
dan inti di deperycarper nantinya. Press cake dipecah-pecahkan oleh pisau yang
mempunyai kemiringan 60o dan mendorong gumpalan tersebut, menuju
deperycarper.
2. Deperycarper
Selama dalam CBC telah terjadi pemisahan antara serat dan inti. Di
dalam Deperycarper, serat akan terisap oleh blower untuk ditransfer ke fibre
cyclone dan selanjutnya jatuh ke boiler foel storage untuk digunakan sebagai
bahan bakar boiler. Kecepatan udara yang mengalir tergantung dari kapasitas
fibre cyclone fan dan luas penampang saluran. Benda yang akan terhisap oleh
fibre cyclone fan yaitu serat serta benda-benda yang ringannya seperti serat
tersebut. Luas penampang saluran yang diprosesnya selalu tergantung pada gerak
serat, bentuk dan kondisi permukaannya. Sedangkan untuk benda yang berat
seperti inti, broken inti, broken kernel dan specket akan jatuh ke polishing drum.
Di dalam fibre cyclone, serat akan keluar melalui dinding cyclone dan jatuh ke
bawah dasar cyclone serta selanjutnya ke fuel conveyor, sedangkan udara akan
terus mengalir ke fibre cyclone fan.
3. Nut Polishing Drum
Pulissing drum merupakan alat berbentuk sebuah drum silinder
diletakkan horizontal yang berlubang-lubang dengan ukuran lubang yang
berbeda-beda. Lubang ini berguna untuk memisahkan biji-biji yang kecil dan
yang besar, serta memisahkan material lain seperti batu, kerikil, kayu, dan
sebagainya. Kapasitas alat ini yaitu 45 ton/jam. Alat ini berputar yang
mempunyai angle bar dan kisi-kisi pada dindingnya. Tujuan pullishing drum

31
adalah memisahkan serat yang masih lengket dengan inti. Akhirnya serat terhisap
blower, sedangkan inti yang sudah dibersihkan akan masuk ke nut elevator dan
membawanya ke nut silo dryer, dimana putaran polishing drum berkisar sampai
28 r.p.m.
4. Nut Elevator
Nut Elevator adalah alat yang digunakan untuk membawa nut (kernel) yang
sudah dibersihkan dari polishing drum tersebut ke Nut Hopper Alat ini
dilengkap dengan blower yang berfungsi untuk membawa inti yang sudah
dibersihkan seratnya oleh polishng drum tersebut ke nut silo dryer . Sedangkan
benda-benda yang memiliki berat lebih dari biji sawit yang normal seperti batu/
kerikil, biji sawit jenis dura akan jatuh tempat sampah yang disediakan.
5. Nut Grading
Setelah disimpan di nut hopper, nut dimasukkan ke nut grading yang
bertujuan untuk memisahkan nut berdasarkan ukurannya. Nut akan terpisah
menjadi 3 bagian kemudian dimasukkan ke nut silo dryer.
6. Nut Hopper
Nut hopper adalah tempat penampungan sementara nut yang di bawa oleh
nut elevator. Nut akan disimpan selama kurang lebih 15 menit kemudian akan
dimasukkan ke nut grading yang berada dibawahnya. PT BNT mempunyai 1
Buah nut hopper
7. Nut Silo Dryer
Nut silo dryer adalah tempat penampungan inti yang telah dibersihkan sebelum
dilakukan pengepresan. Di dalam nut silo, akan berlangsung proses pengurangan
kadar air dari nut tersebut, sehingga akan memudahkan dalam proses pemecahan
biji nantinya. Nut berada dalam nut silo ini selama 30 menit dengan suhu 700 C.
Nut silo yang dimiliki pabrik PT BNT berjumlah 3 unit yang volume masing-
masingnya 12 ton. Pengeringan nut silo ini perlu untuk mempermudah
pemisahan kernel dengan cangkang pada saat dipecahkan di mesin ripple mill.
8. Ripple Mill
Riplle Mill adalah alat yang berfungsi untuk memecahkan nut yang sudah
digradasi oleh nut grading drum sehingga mudah untuk memcahkan cangkang

32
dari inti (kernel) hal ini mudah dilakukan karena ukuran nut yang masuk ke
ripple mill dan super crackers sudah sesuai sehinga rotor bar dan ripple plat dapat
menjepit nut yang masuk. PMKS PT BNT memiliki enam unit ripple mill dan
dua super crackers,dan semuanya masih berfungsi. Selanjutnya cangkang dan
kernel yang sudah dipecah dalam ripple mill bersama-sama jatuh ke craked
mixture conveyor.
Untuk mendapatkan mutu kernel yang sesuai dengan ketetapan pihak
manajemen PT Bio Nusantara Teknologi khususnya kriteria mutu “broken
kernel”, itu akan sangat tergantung dengan penggunaan ripple mill tersebut.
Artinya tinggi rendahnya kadar kernel pecah secara umum tergantung dengan
pengaturan dalam proses operasi ripple mill itu sendiri. Cara kerja alat ini yaitu
dengan gaya gerusan yang dilakukan oleh 2 silinder agar dapat memecahkan biji
tersebut. Pengaturan cone saat operasional harus disesuaikan dengan ukuran nut
yang ada, artinya untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka cone dari
ripple mill harus selalu dalam kontrol operator. Hasil pemecahan biji disebut
dengan cracked mixture yang terdiri dari cangkang dan kernel.
Melihat besarnya pengaruh gaya yang diberikan terhadap kemungkinan
pecahnya kernel, maka pihak manajemen PKS BNT Sungai Lemau harus
memperhatikan besarnya gaya yang diberikan terhadap kemampuan terima pada
kernel, sehingga di dalam mengatur gaya tersebut perlu diperhatikan ukuran nut
terlebih dahulu, oleh sebab itu maka sebelum dilakukan pemecahan nut oleh
ripple mill maka dilakukan grading terlebih dahulu menjadi 3 grade supaya bisa
disesuaikan gaya yang akan diberikan pada masing-masing kelas. Dengan adanya
pengkelasan dan pemberian gaya yang sesuai dengan ukuran nut tersebut maka
kernel yang pecah akan lebih sedikit atau bisa diminimalisir
9. Craked Mixture Conveyor
Alat ini berfungsi untuk membawa cracked mixture dari ripple mill ke
winnowers I secara kontinyu selama proses pengolahan berlangsung.

10. Winnowers I (LTDS I)


Winnowers I atau Light Tenera Dust Separator (LTDS) adalah alat yang
digunakan untuk memisahkan antara sampah (cangkang halus dan debu) dari
33
kernel pecah, kernel bulat dan cangkang. Alat ini juga dilengkapi dengan blower
yang berfungsi untuk menghisap sampah-sampah dari Cracked Mixture tersebut.
Cracked Mixture hasil pemecahan dari ripple mill terdiri dari, yaitu :
1. Cangkang halus yang masih bercampur dengan sampah-sampah lainnya.
2. Kernel pecah dan Kernel bulat.
3. Cangkang pecah dan Cangkang bulat
Winnowers I berfungsi untuk memisahkan dua bagian, yaitu : memisahkan
cangkang halus dan sampahnya serta memisahkan kernel pecah, kernel bulat, dan
cangkang. Untuk sampah halus dan cangkang halus akan terbawa ke winnowers
cyclone dan akan ditimbun pada fibre storage (tempat penampungan sampah)
yang selanjutnya sebagai bahan bakar Boiler. Kernel pecah dan cangkang serta
kernel bulat akan dimasukkan ke kernel sorting drum (kernel sortir drum).
Alat ini dilengkapi blower untuk memisahkan debu, sampah halus dan
cangkang halus yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Untuk menjaga agar kehilangan kernel pada proses ini maka pengaturan kuatnya
blower juga sangat perlu diperhatikan.
11. Kernel Sorting Drum
Alat ini berfungsi untuk memisahkan cangkang pecah dari hasil ripple
mill dengan kernel bulat, kernel pecah dan cangkang bulat. Nut bulat ini akan
dikembalikan ke nut elevator kemudian diolah kembali menjadi kernel.
Sementara cangkang bulat, kernel pecah dan kernel bulat akan dimasukkan ke
dalam LTDS II yang akan dipisahkan antara kernel dan cangkang.
12. Light Tenera Dust Separator I I
Light Tenera Dust Separator II berfungsi untuk memisahkan cangkang
atau inti pecah yang bobotnya lebih berat dari cangkang dan sampah halus
dengan kernel bulat. Cangkang dan kernel pecah hasil pemisahan ini akan ditiup
lagi dengan winnowers II ke fibre storage yang selanjutnya menjadi bahan bakar
boiler. Cangkang berat, kernel bulat, dan kernel pecah akan masuk ke clay bath
separator untuk mendapat proses selanjunya.

34
Pada LTDS I dan II terdapat alat bantu air lock yang berfungsi untuk mengunci
udara luar agar tidak menekan ke dalam saluran pembuangan LTDS nya.
Sehingga proses kerja LTDS tersebut dapat bekerja dengan baik.
13. Clay Bath Separator
Clay Bath Seperator adalah alat berbentuk kerucut dan diisi dengan
larutan koalin dan berfungsi untuk proses pemisahan antara cangkang pecah dan
kernel pecah. Broken kernel (kernel pecah) dan cangkang (shell) dari LTDS II
masuk ke tangki pemisah yang penuh dengan larutan koalin. Sistem kerja clay
bath didasari oleh perbedaan berat jenis antara kernel (BJ 1,07) dan cangkang
(BJ 1,2). Proses ini dilakukan dalam sebuah bak yang berbentuk kerucut
dilengkapi dengan pompa untuk mensirkulasikan cairan CaCO3. Gerak cairan
karena adanya sirkulasi akan membawa Broken kernel yang terapung tersebut
terdorong menuju shell Vibrating Screen untuk dibersihkan oleh water spray dan
selanjutnya dikirim ke silo pengeringan. Densitas larutan kira-kira 1,2 sampai 1,3
Kg/dm3 (kerapatan). Sedangkan cangkang (Shell) akan tenggelam dalam larutan
CaCO3 dan akan keluar menuju shell vibrating screen secara under flow akibat
tekanan tinggi larutan CaCO3 itu sendiri. Kernel dan shell yang sudah
dibersihkan dari kernel/shell vibrating screen, kernel dan shell akan masuk ke
dalam kernel/shell conveyor yang berbeda yang mempunyai dua arah gerakan,
kernel menuju wet kernel transport sedangkan shell menuju shell transport fan
terakhir.
14. Kernel Transport
Alat ini berfungsi untuk memindahkan kernel ke dalam conveyor
distributing yang berada di antara kernel silo dryer dimana kernel conveyor
distributing akan mengisi kernel silo dryer yang diatur oleh operator cracking
station.
15. Kernel Silo Dryer
Kernel Silo Dryer merupakan alat yang berfunngsi untuk pengeringan
kernel. Kernel yang sudah terpisah dari cangkangnya dan masih mengandung 10
% air dimasukkan ke silo pengering (Kernel Silo Dryer) untuk diturunkan kadar
airnya hingga 7 % (standar kualitas mutu yang ditetapkan pihak manajemen

35
(PKS Sungai Lemau). Pengurangan kadar air pada kernel ini selain untuk
memenuhi kualitas produksi, juga bertujuan supaya pertumbuhan jamur dapat
dihambat. Pabrik PT. BNT Sungai Lemau memiliki 4 unit Kernel Silo Dryer.
Suhu yang digunakan dengan tiga tingkatan yaitu 80, 70 dan 600C dan lama
pengeringan selama 5-8 jam.
Sistem pemanasan diperoleh dari BPV (Back Pressure Vessel) yang
bertekanan 30 kg/cm2, steam ini dialirkan ke dalam pipa bersirip (heater), udara
dialirkan oleh kernel dryer fan melalui heater sehingga udara tersebut menjadi
panas. Udara yang panas tersebut memanasi dinding kernel dryer sehingga
kernel akan menjadi panas. Kernel yang sudah kering akan disimpan di kernel
bin storage setelah melalui dry kernel.
16. Kernel Storage
Kernel Storage adalah tempat penampungan kernel yang sudah
mengalami pengeringan tersebut. Alat ini berbentuk kerucut. Guna alat ini yaitu
untuk menampung kernel sebelum dijual dan untuk mempermudah pemuatan
kernel ke dalam truk. PT Bio Nusantara Teknologi memiliki 2 buah kernel
storage dengan volume masing-masing 30 ton.
3.2.4. Informasi Input
PMKS PT Bio Nusantara Teknologi memiliki kapasitas olah terpasang
adalah 30 ton/jam. Namun dalam operasionalnya biasanya pabrik ini mampu
mengolah tandan buah sawit lebih dari kapasitas yang terpasang. Hal ini
disesuaikan juga dengan bahan baku (TBS) yang masuk ke pabrik PT Bio
Nusantara Teknologi dan juga kondisi mesin dan peralatan olah yang dimiliki.
Selama bulan Juli 2015 sampai dengan Juni 2016 kapasitas olah PT. Bio
Nusantara Teknologi berkisar antara 30,66 ton/jam sampai dengan 33,57
ton/jam, dengan rata-rata 32,02 ton/jam. Angka ini menunjukkan bahwa
kapasitas olah pabrik PT Bio Nusantara Teknologi selama periode Juli 2015-Juni
2016 sudah berada pada target kapasitas terpasangnya yaitu 30 ton/jam.

36
25,000,000

20,000,000

15,000,000

10,000,000

5,000,000

Pasokan Olah

Gambar 7. Grafik Perbandingan Pasokan Dengan Kapasitas Olah PT.Bio Nusantara


Teknologi Bulan Juli 2015-Juni 2016

Pasokan tertinggi dicapai pada bulan Agustus 2015 yaitu sebesar


20.371.600 Kg dengan kapasitas 31,02 ton/jam dan terendah pada bulan Juli
2016 11.952.720 dengan kapasitas 32,31 ton/jam. Untuk jumlah pasokan lebih
kecil dari yang diolah itu dikarenakan ada buah restan pada tahun sebelumnya
yang kemudian dimasukkan ke dalam bulan selanjutnya sehingga kapasitas olah
lebih besar dari jumlah pasokan yang ada yang dihitung secara continue tiap
bulan. Banyak faktor yang mempengaruhi variasi kapasitas olah ini, antara lain
dapat disebabkan oleh kelancaran (continuitas) suplay TBS yang diterima pabrik
di loading ramp dan juga keadaan alat dan mesin pengolahan serta kelincahan
operator dalam menjaga dan mengoperasikan alat dan mesin tersebut. Untuk
mempertahankan supaya efisiensi pengolahan selalu tetap baik, maka kinerja dari
mesin dan peralatan olah juga harus selalu dijaga kebaikannya.
3.2.5. Informasi Produk
3.2.5.1. Produksi CPO

Produksi crude palm oil (CPO) PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi pada
periode Juli 2015-Juni 2016 yaitu sebesar 39.549.450 ton/tahun dengan rata-rata
produksi perbulannya adalah 3.295.787,5 Ton/bulan. Produksi CPO tertinggi

37
dicapai pada bulan Oktober 2015 yaitu 4.180.010 Ton dan terendah pada bulan
Juni 2016 Agustus 2013 yaitu 2.260.150 Ton.
Jumlah CPO yang dihasilkan tergantung dengan banyaknya jumlah TBS
yang diolah, kualitas bahan baku dan kemampuan pabrik untuk mengekstraksi
minyak dari TBS. Produksi CPO tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2015 yaitu
4.180.010 Ton karena pada bulan tersebut TBS yang diolah cukup banyak
dengan total 19.952.960 Ton dan walaupun bukan olah tertinggi hanya peringkat
kedua tertinggi akan tetapi efisiensi ekstraksi minyak yang tinggi (di atas rata-
rata). Sedangkan produksi CPO terendah terjadi pada bulan Juni 2016 karena
jumlah TBS yang diolah sangat sedikit yaitu 12.131.260 Ton, kualitas bahan
baku dan minyak yang kurang serta efisiensi ekstraksi minyaknya sedikit jauh di
bawah target rendemen.
Adapun faktor yang berpengaruh untuk mendapatkan rendemen yang tinggi,
yaitu sebagai berikut:
1. Kualitas buah/panen, yaitu fraksi buah yang dipanen
2. Jenis buah/TBS/bibit sawit berupa tenera, dura, dan psifera. Buah
tenera menghasilkan 23-25 % rendemen CPO.
3. Disiplin transportasi, ditandai dengan ada tidaknya losses berondolan.
Karena berondolan masak mengandung minyak sekitar 32 %.
4. Faktor hama di kebun. Biasanya berondolan sawit sangat disukai
oleh jenis hewan babi, tikus, dan sebagainya.
5. Faktor cuaca, semakin sering hujan kadar air akan semakin banyak
sehingga TBS berat sedangkan minyaknya sangat sedikit.
6. Losses di pabrik, yaitu losses selama proses produksi.
Gambar berikut ini akan memperlihatkan perbandingan produksi CPO
PT. Bio Nusantara Teknologi dengan target yang diinginkan perusahaan selama
bulan Juli 2015-Juni 2016

38
4,500,000
4,000,000
3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
CPO
1,500,000
1,000,000 TARGET
500,000
0

Gambar 8. Grafik Perbandingan Realisasi dan Target Produksi CPO PT. Bio
Nusantara Teknologi Periode Juli 2015 sampai dengan Juni 2016

Selama periode Juli 2015 sampai dengan Juni 2016 total rendemen CPO
rata-rata sebesar 20,21 %. sedangkan target rata-rata rendemen CPO yang ingin
dicapai adalah 20,3 %. Dengan demikian masih harus ditingkatkan usaha-usaha
untuk mencapai target tersebut, misalnya dengan meningkatkan TBS yang
diterima baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya terutama kuantitas TBS dari
kebun sendiri.
Rendemen tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2013 sebesar 21,09 %, hal
ini dikarenakan perbandingan TBS yang diolah dari kebun sendiri dengan tingkat
kematangan/fraksi terbaik cukup tinggi dibanding TBS dari petani. Kemudian
rendemen terendah terjadi pada bulan Juli 2014 sebesar 18,94 %, hal dikarenakan
TBS yang diolah banyak dari luar yang kemungkinan komposisi fraksi yang
kurang memenuhi ketentuan pabrik lebih banyak diterima, karena setelah panen
raya TBS kebun mengalami penurunan, selain itu perbandingan antara TBS
kebun sendiri dengan TBS dari petani cukup rendah sehingga mutu TBS dari
kebun sendiri kurang mampu mengimbangi mutu TBS petani yang rendah.
Gambar berikut ini akan memperlihatkan perbandingan Rendemen CPO
PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi dengan target yang diinginkan perusahaan
selama bulan Agustus 2013 sampai dengan Juli 2014.

39
21.5
21
20.5
20
19.5
19
18.5 Rendemen
18
Target
17.5
17
16.5

Gambar 9. Grafik Perbandingan Realisasi dan Target Rendemen CPO PT. Bio Nusantara
Teknologi Periode Agustus 2013 - Juli 2014

Pada tahun 2013 dan tahun 2014, pihak manajemen pabrik menetapkan target
rata-rata 20,3 % terhadap rendemen CPO. Namun usaha perbaikan yang
direncanakan tersebut hingga Agustus 2013 - Juli 2014 secara umum belum
berhasil dicapai ini terlihat seperti pada gambar 9 di atas yang hanya pada bulan
Agustus sampai dengan bulan Januari rendemen melebihi target.
Penyebab belum tercapainya perataan target rendemen ini adalah
dikarenakan menurunnya produksi TBS dari kebun sendiri sehingga buah yang
diolah berasal dari kebun luar yang mutunya kadang-kadang jauh dari yang
diharapkan. Selain itu pada awal tahun 2014 sampai pertengahan tahun terjadi
musim kemarau yang tentunya sangat berpengaruh terhadap pembentukan
minyak pada buah sawit.
Penyebab lain yang diduga adalah pada bulan-bulan tersebut belum
adanya asisten khusus yang menangani/mengawasi penangan penerimaan TBS
atau grading, sehingga kualitas TBS yang diolah bukan merupakan kualitas yang
optimal. Hal ini dikarenakan TBS dari petani hampir sebagiannya adalah TBS
jenis Dura yang mempunyai rendemen lebih sedikit dari TBS jenis Tenera dan
mutu TBS tersebut pun belum tentu terjamin. Rendemen CPO juga tergantung
kepada kemampuan pabrik untuk mengektraksi minyak dari TBS (efesiensi

40
ekstraksi). Tingkat efesiensi ekstraksi minyak tergantung kepada kemampuan
peralatan dan kualitas TBS yang diolah.

3.2.5.2. Produksi Kernel


Selama bulan Juli 2015 sampai dengan Juni 2016 jumlah kernel (inti
sawit) yang dihasilkan oleh PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi adalah
6.651.940 Kg dengan rata-rata 554.328 Kg/bulan. Inti Sawit tertinggi dihasilkan
oleh PT. Bio Nusantara Teknologi pada bulan April 2014 yaitu 811.790 Kg dan
terendah pada bulan Agustus 2013 yaitu 103.570 kg
Gambar berikut ini akan memperlihatkan perbandingan Produksi Kernel
Sei Lakitan POM dengan target yang diinginkan perusahaan selama bulan
Agustus 2013-Juli 2014.

1,200,000

1,000,000

800,000

600,000

400,000

200,000

Kernel Target

Gambar 10. Grafik Produksi Inti Sawit PT. Bio Nusantara Teknologi Bulan Juli
2015 sampai dengan Juni 2016.
Produksi inti yang dihasilkan oleh PT. Bio Nusantara Teknologi dapat
dipengaruhi pada jumlah TBS yang diolah, jenis/varietas TBS, dan kemampuan
pabrik untuk mengolah inti (kernel). Jumlah inti tertinggi yang diperoleh pada
bulan Agustus 2016 sebanyak 1.002.290 kg terjadi karena sesuai dengan TBS
yang diolah pada bulan itu juga banyak, selain itu rendemen kernelnya juga
tinggi dan buah yang diolah bukan banyak kualitas tenera tetapi dura mengingat
buah jenis ini besar biji dari pada daging buah (mesocarp)
41
Gambar berikut ini akan memperlihatkan perbandingan rendemen kernel
PT. Bio Nusantara Teknologi dengan target yang diinginkan perusahaan selama
bulan Juli 2015 sampai dengan Juni 2016.

5.2

4.8

4.6

4.4 Kernel

4.2 Target

3.8

Gambar 11. Grafik Rendemen Inti Sawit/Kernel PT. Bio Nusantara Teknologi Bulan Juli
2015 sampai Juni 2016

Rendemen Inti pada PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi dari bulan Juli
2015 sampai Juni 2016 berdasarkan laporan bulanan pabrik, inti yang dihasilkan
yaitu antara 4.29% - 5,01% dengan rata-rata 4,74 %, sedangkan targetnya 5.00
% sehingga dapat dikatakan hampir memenuhi pencapaian target.
Berfluktuasinya rendemen ini dipengaruhi oleh komposisi buah dura dan tenera,
efektif tidaknya mesin dan peralatan pengolahan inti sawit tersebut seperti
banyak nut yang pecah saat proses dan sebagainya.
Rendemen inti tertinggi dicapai pada bulan September 2015 yaitu sebesar
5,01 % karena walaupun bahan baku yang diolah tidak terlalu banyak namun
hasil produksi inti pun tinggi karena kemampuan pabrik untuk mengolah inti
(kernel) pada bulan September cukup baik, sedangkan rendemen inti terendah
terjadi pada bulan Juni 2016 sebesar 4,29%. Produksi inti sangat dipengaruhi
oleh baik atau buruknya stasiun pengolahan inti kelapa sawit.
3.2.6 Evaluasi Umum Tentang Kinerja Sistem Proses Produksi

Secara umum, kinerja sistem pengolahan TBS di PMKS PT. Bio


Nusantara Teknologi kurang baik. Dikatakan kurang baik karena dalam

42
pencapaian target pengolahan yang ada secara umum masih banyak yang belum
tercapai. Hal ini misalnya dapat dilihat dari pencapaian target pada produksi
CPO, rendemen CPO dan produksi inti/kernel. Belum tercapainya target ini
karena menurunnya produksi TBS dari kebun sendiri sehingga buah yang diolah
berasal dari kebun luar. Untuk itu perlu mempertahankan beberapa usaha yang
sudah dilakukan untuk mencapai target tersebut, misalnya dengan meningkatkan
penerimaan TBS baik dari segi kualitas maupun kuantitas selain itu juga
memperbaiki kinerja mesin-mesin pengolahan. Sedangkan target yang sudah
tercapai misalnya rendemen inti/kernel yang mayoritas diatas target. Tercapainya
target rendemen kernel ini karena adanya berbagai kemungkinan terjadi karena
cukup baiknya stasiun pengolahan inti dalam mengolah inti/kernel kelapa sawit
dan juga factor jenis buah sangat menentukan.
Kemampuan olah atau kapasitas olah PT Bio Nusantara Teknologi yang
mencapai 33,17 ton/jam sudah melampaui 30 ton/jam. Tercapainya target olah
pabrik ini karena adanya berbagai kemungkinan seperti kelancaran (kontinuitas)
suplay TBS yang diterima pabrik di loading ramp dan keadaan alat pengolahan.
Walaupun demikian, kinerja pelaksanaan proses produksi masih perlu
ditingkatkan untuk mencapai kinerja yang lebih optimal.
Pencapaian pengolahan yang baik akan berpengaruh baik pula pada
efisiensi pengolahannya. Secara umum proses pengolahan TBS PT. Bio
Nusantara Teknologi dikatakan efisiensinya belum sempurna. Upaya untuk
mengatasi hal tersebut agar efisiensi proses meningkat harus diadakan perbaikan
atau pemberharuan peralatan yang sudah aus atau kerja mesin yang tidak
maksimal. Selain itu perbaikan di kinerja karyawan juga harus terus dilakukan.
Proses produksi belum mampu menghasilkan rendemen CPO yang tinggi
walaupun rendemen inti sawit yang dihasilkan sudah memenuhi standar
produksi. Menurut Naibaho (1994), rendemen produksi standar suatu PMKS
berkisar antara 20-23 % untuk CPO dan 5-7 % untuk inti. Belum tercapainya
target rendemen ini, disebabkan karena kualitas TBS yang diolah pabrik sangat
beragam dan cenderung mengarah kepada kualitas TBS kurang baik, yaitu
tingginya buah mentah, lebih banyak varietas buah Dura dan belum sempurnanya

43
sistem proses perebusan, pengepresan, dan pemurnian minyak serta pemisahan
inti. Kondisi ini akan mempengaruhi rendemen dari produksi CPO dan kernel
dan juga proses produksi pada PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi tersebut.
Adanya kerusakan alat akan menyebabkan pabrik tidak dapat melakukan
proses secara maksimal, pasokan buah yang kurang juga bisa menjadi hambatan
rendahnya jam olah dan kualitas TBS yang diolah pabrik cenderung mengarah
kepada kualitas TBS kurang baik akan menurunkan rendemen CPO.
Berdasarkan pengamatan selama praktek kerja, ada beberapa mesin dan peralatan
pabrik tidak beroperasi secara optimal. Ada baiknya diadakan perbaikan atau
pemberharuan peralatan yang rusak dan sudah aus atau kerja mesin yang tidak
maksimal agar tidak menghambat operasi pabrik. Selain itu juga perlu adanya
kesadaran setiap karyawan untuk bekerja dengan baik dan sejujur-jujurnya dalam
mencapai target produksi baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Rotasi karyawan pengolahan juga harus diperhatikan karena secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses produksi, karena setiap
karyawan perlu penyesuaian terhadap mesin atau alat proses pengolahan yang
baru mereka operasikan.
3.3. Pengendalian Kualitas
Pengendalian mutu di PMKS PT. BNT dilakukan oleh bagian quality
control dan bagian laboratorium. Bagian ini membantu manager dengan
memberikan saran dan usulan yang dapat dipergunakan oleh pemimpin
perusahaan untuk mengambil keputusan dalam kegiatan untuk menghasilkan
produk yang lebih baik. Tugas bagian pengendalian mutu secara terperinci adalah
menyelenggarakan kegiatan dan hasil yang dikerjakan serta mengumpulkan dan
menyalurkan kembali keterangan selama proses pekerjaan berlangsung yang
telah dianalisa.Tugas tersebut berupa pengawasan terhadap penerimaan tandan
buah segar (TBS) dan pengawasan terhadap proses dan produk hasil sebelum
dipasarkan.
3.3.1 Organisasi Unit Quality Control
Pengendalian kualitas dipabrik dilakukan tenaga kerja yang terdidik dan
terlatih terutama analis dibawah pengawasan asisten laboratorium. Sistem

44
manajemen pengendalian kulitas di PMKS PT. BNT sudah baik dimana bagian
dari pengendalian kualitas dapat menjalankan tugasnya masing – masing dengan
baik.
Pengendalian kualitas merupakan suatu manajemen perusahaan untuk
menjaga dan mengarahkan agar mutu produk sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.Mutu merupakan faktor yang sangat menentukan harga dari suatu
produk.Sehingga mutu dari produk kelapa sawit yang dihasilkan harus benar-
benar sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk mendapatkan harga yang
sesuai dengan biaya produksi. Di pabrik minyak kelapa sawit PT. BNT Sungai
Lemau, pengendalian kualitas di lakukan oleh unit quality countrol, unit atau
bagian ini bertugas memberikan informasi dan menganalisa mutu bahan baku,
mutu proses dan mutu hasil produksi yang akan dijadikan bahan pertimbangan
bagi manejer pabrik dalam mengambil keputusan.

Asisten
Laboratorium

Mando Krani 1 Lab Mandor Laboratorium


r
Sortasi
Krani Krani
Sortasi Laboratorium
TBS

Analis Analisi Operator


Analis Analis
mutu Air Tandan
s mutu Effluent
minyak kernel treatmen
Petugas sawit t
Sortasi
Pembantu Pembantu Pembantu
Pembantu
analis mutu analis analis
Effluent
minyak sawit tandan mutu
treatment
kernel
Gambar 12. Struktur organisasi pengendalian mutu PMKS Sungai Lemau

Secara skematis organisasi pengendalian mutu di PMKS PT. BNT dapat dilihat
pada gambar diatas.
Mutu CPO yang dihasilkan tergantung terhadap beberapa faktor, yaitu :

45
a. Faktor bahan baku yang diolah
b. Alat pengolahan
c. Sumber daya manusia yang mengolah
Analisa mutu dilakukan baik terhadap bahan baku dan hasil produk untuk
setiap stasiun pengolahan serta pada hasil akhir dari proses yaitu dengan
meminimalkan kehilangan (losses) karena sangat berpengaruh terhadap
perolehan rendemen.
Analisa mutu ini bertujuan untuk mengetahui mutu CPO pada setiap
stasiun pengolahan sehingga dapat mengetahui keadaan alat proses tersebut.
Aspek pengendalian kualitas menguraikan tentang hasil pengamatan pada barik
pengolahan kelapa sawit pada PT. BNT yaitu berupa oganisasi unit Quality
Countrol, metode pengendalian kualitas, standar kualitas hasil, realisasi kualitas
akhir, dan evaluasi umum kinerja sistem pengendalian kualitas.

3.3.2 Titik-titik Pengambilan Sampel Pada Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku
berupa tandan buah segar (TBS), proses pengolahan dan kualitas hasil, yaitu
kualitas crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel). Berikut beberapa jenis
pengendalian kualitas dan titik pengambilan sampelnya :
1. Pengujian mutu TBS dilakukan di laboratorium dengan mengambil
sampel TBS yang masuk pada stasiun sortasi.
2. Kehilangan minyak pada tandan kosong dilakukan di laboratorium
dengan mengambil sampel dari TKKS yang keluar dari tresher.
3. Kehilangan minyak dalam ampas press dilakukan di laboratorium
dengan mengambil sampel pada crack breaker conveyor yaitu berupa biji
utuh, biji pecah, inti utuh, inti pecah, cangkan dan fiber.
4. Kehilangan inti pada fiber cyclone di lakukan di laboratorium dengan
mengambil sampel pada depericarper.
5. Oil Losses pada limbah (padat & cair) dilakukan di laboratorium
dengan mengambil sampel pada decanter berupa solid dan fatpit berupa
limbah cair.

46
6. Pengujian mutu CPO dilakukan di laboratorium dengan mengambil
sampel pada vakum dryer.
7. Pengujian mutu inti dilakukan di laboratorium dengan mengambil
sampel pada kernel storage.
Analisa mutu yang dilakukan adalah mutu yang menjadi standar
internasional dan nasional dari pemasaran produk. Standar mutu yang telah
disepakati adalah standar mutu terhadap.
1. Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)
2. Kadar Kotoran (Dirt)
3. Kadar air (Moisture)
Adapun sasaran utama yang ingin dicapai dengan adanya unit
pengendalian kualitas ini adalah untuk menghasilkan hasil akhir yang sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Standar kualitas
CPO dan Kernel (inti) PT. BNT dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 3. Standar kualitas CPO dan Kernel PT. BNT Sungai Lemau
Parameter CPO Kernel

Asam Lemak Bebas 3,7 % 2%


(ALB)
Kadar Air 0,5 % 8%
Kadar Kotoran 0,7 % 7%
Inti Pecah - 13 %
Sumber :Monthly Laboratorium Report Pabrik PT. Bio Nusantara Teknnologi
Sungai Lemau Tahun 2014

Pengambilan sampel di PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi dianalisa di


laboratorium dari dua sampel yaitu:
 Sampel cair
 Sampel padat
Untuk sampel cair terdiri dari:
 Sludge ( under Flow, sludge separator 1 dan 2, final effluent)

47
 Oil ( in purifier,ex purifier, produksi, Tangki timbun 1, 2 dan 3, oil
pengiriman)
 Water (raw water, sand filter, cation, anion, daerator, boiler, air kolam
limbah)
Untuk sampel padat terdiri dari:
1. Press cage 2. Ripple Mill
3. LTDS I, II 4. Shell Claybath
5. Inti ( kernel) Claybath 6. Kernel silo
7. Fibre cyclone 8. Kernel pengiriman
9. Fruit NPD
Pengujian kualitas bahan baku yaitu dengan mengambil sampel dari
Loading Ramp 1 (untuk kebun perusahaan/sendiri) dan di areal Loading Ramp 2
untuk buah hasil pembelian kemudian dianalisa di Laboratorium oleh bagian
analisis. Sedangkan untuk pengawasan mutu buah dengan melakukan sortasi
terhadap TBS yang datang berdasarkan tingkat kematangan dari fraksi 00 sampai
fraksi busuk/tandan kosong), varietas buah yang diterima (yaitu jenis tenera dan
dura), tangkai panjang, kerusakan buah (seperti buah “inap”, gigitan binatang),
buah pasir, buah keras dan pathenocarpi serta tingkat kebersihan dan kotoran
TBS. Proses sortasi ini dilakukan pada saat buah dibongkar di penampungan
sementara (loading ramp). Pengendalian kualitas buah yang diterima sangat
memerlukan pengawasan yang ketat karena baik buruknya produk akhir (CPO
dan Kernel) yang dihasilkan, baik secara kuantitas maupun kualitas tergantung
pada kualitas bahan baku yang dipasok.
Untuk analisa kehilangan minyak diambil dari stasiun sterilizer, thresher,
unit screw press, sludge ex sentrifuge/sludge separator, sludge ex recovery final
effluent. Sedangkan analisa kehilangan inti sawit diambil dari stasiun thresher,
stasiun kernel meliputi fiber cyclone, LTDS I dan II, claybath.
Sementara untuk menganalisa kualitas hasil produksi yaitu CPO dan
kernel dilakukan pengambilan sampel setiap jam selama pengolahan dan
dianalisa langsung. Untuk kualitas minyak CPO produksi, pengambilan sampel
dilakukan sebelum ditimbun pada tangki timbun (storage tank) dan setelah

48
ditimbun. Adapun pengambilan sample CPO sebelum ditimbun yaitu pada oil
transfer tank, umpan purifier, CPO ex purifier 1 dan 2, dan CPO ex vacuum
dryer. Sedangkan setelah ditimbun pengambilan sampel CPO dilakukan setiap
pagi hari di storage tank guna mengetahui mutu minyak di tempat tersebut. Dan
untuk inti sawit/kernel analisa mutu produksinya sample diambil dari kernel
produksi (sebelum masuk tangki penimbunan kernel) dan saat pengiriman kernel.
3.3.3 Metode / Pelaksanaan Pengedalian Kualitas
Pelaksanaan pengendalian kualitas pada pabrik PT. Bio Nusantara
Teknologi dilakukan dengan pengambilan sampel mutu dari setiap masing-
masing proses pengolahan dan selanjutnya dianalisa di laboratorium. Hasil
analisa ini berfungsi untuk memantau sejauh mana kinerja proses pengolahan
pada tiap tahapan proses dengan melihat besarnya angka-angka kehilangan dari
hasil analisa tersebut. Metode pengawasan yang baik adalah :
a) Petugas pelaksanaan harus cukup terlatih dan mempunyai rasa loyal
yang cukup
b) Peralatan pelaksanaan analisa mutu harus lengkap dan keadaannya baik.
c) Metoda pengambilan contoh harus benar dan tepat
d) Data dan cara penganalisaan tepat, jelas dan akurat
Adapun sasaran utama yang ingin dicapai dengan adanya unit
pengendalian kualitas ini adalah untuk menghasilkan hasil akhir yang sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Parameter kualitas CPO yang diukur di PT. Bio Nusantara Teknologi
adalah kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air (moisture) dan kadar kotoran
(dirt). Sedangkan parameter kernel yang diukur adalah ALB, kadar air
(moisture), kadar kotoran (dirt), dan kadar kernel pecah (broken).

a. Cara Perhitungan Kadar ALB CPO


Penentuan ALB untuk CPO dengan melarutkan minyak tersebut dalam
pelarut organik yang sesuai. Cara penentuan ALB pada CPO yaitu sampel
diambil dari titik pengujian tambahkan alkohol netral, isohexana dan thimol
blue, kemudian titrasi dengan KOH 0,1017 N sehingga berubah warna agak
kebiruan.

49
b. Cara Perhitungan Kadar Air (Moisture) CPO
Kadar air dalam minyak adalah zat atau bahan yang menguap pada suhu
100oC. Penentuan kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan melakukan
penguapan air yang terkandung dalam minyak dengan cara memanaskan sampel
pada suhu 1000C selama 4,5 jam, pemanasan ini dilakukan dengan menggunakan
oven sedangkan untuk pemanasan dengan menggunakan microwave waktu yang
dibutuhkan hanya 20 menit. Perhitungan persentase kadar air dihitung seperti
rumus berikut:

𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥 – 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫


% 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐚𝐢𝐫 = 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

c. Cara Perhitungan Kadar Kotoran CPO


Kotoran di dalam minyak dapat ditentukan dengan menyaring kadar
kotoran yang ada pada minyak dengan menggunakan kertas saring Whatman
12,5 cm. kotoran yang menempel pada kertas saring dikeringkan dengan
menggunakan oven pada suhu 100 0C selama 35 menit, setelah kering lalu
ditimbang, dengan demikian diketahui kadar kotoran perjumlah sampel. Secara
matematis perhitungan kadar kotoran dapat diketahui dengan rumus berikut:

𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬 𝐬𝐚𝐫𝐢𝐧𝐠 – 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬 𝐬𝐚𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠


𝐊𝐊 = 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

d. Cara Perhitungan Kadar Air Inti Sawit (Kernel)


Penentuan kadar air pada inti sawit dapat dilakukan dengan cara
pemanasan dalam oven, tetapi sebelum dilakukan pemanasan kernel yang telah
diambil dari masing-masing silo dihaluskan terlebih dahulu kemudian dihitung
beratnya. Kadar air kernel dapat dihitung dengan rumus berikut:

(𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐢𝐬𝐡 + 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐥𝐞) – 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢 𝐨𝐯𝐞𝐧


𝐊𝐚 % = 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

e. Cara Perhitungan Kadar Kotoran Inti Sawit (Kernel)

50
Penentuan kadar kotoran pada inti sawit dilakukan dengan mengambil
sampel sebanyak 1000 gram kemudian disortir dan dikelompokkan menjadi
Kernel pecah (broken), cangkang noten bulat dan noten pecah. Kernel pecah
ditimbang ditambah dengan cangkang dari noten bulat dan noten pecah.
Kemudian hitung persentase kadar kotoran dengan rumus berikut ini:

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑪𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏𝒈 − 𝑲𝒐𝒕𝒐𝒓𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒊𝒏


𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑲𝒐𝒕𝒐𝒓𝒂𝒏(%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

f. Cara Perhitungan Broken Kernel (Kadar Pecah)


Pengukuran kadar inti pecah dilakukan dengan cara visual yaitu sampel
1000 gram kemudian disortasi berdasarkan inti pecah dan inti bulat. inti pecah
ditimbang sehingga dapat kadar inti pecah. Kemudian dihitung persentase kadar
kotoran dengan rumus berikut ini:

𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ
Kadar Inti Pecah = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑥 100 %

3.3.4 Standar Kualitas Hasil


Pengukuran kualitas CPO dan inti sawit/kernel yang diproduksi berhasil
atau tidaknya mengacu pada target yang telah ditetapkan. Adapun target yang
telah ditetapkan oleh pabrik PT. BNT yaitu seperti tampak pada tabel 3 di bawah
ini:
Tabel 4. Target Mutu Produk CPO dan Kernel PT.BNT Sungai Lemau
CPO Kernel
Kotoran Maks 0,20 % Kotoran 8%
Air Maks 0,15 % Air 6%
ALB Maks 3,5 % Broken Kernel 15 %
Sumber : Monthly Laboratorium Report Pabrik PT. BNT Sungai Lemau

Dalam menetapkan target yang ingin dicapai, pihak pabrik PT. BNT
mengambil acuan dari standar yang diinginkan oleh permintaan pasar secara
nasional. Sehingga mutu tersebut diharapkan lebih baik dari pada standar ekspor

51
yang telah ditetapkan secara nasional. Sedangkan standar kualitas CPO yang di
ekspor adalah seperti pada tabel 4 berikut
Tabel 5. Standar Mutu Ekspor Produk CPO dan Kernel

Parameter CPO Kernel


ALB 5 % maks 2 % maks
Air 0,15 % maks 6 % maks
Kotoran 0,02 % maks 7,5 % maks
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit – BPPN (Teknologi
Pengolahan Kelapa Sawit)

3.3.5. Evaluasi Umum Kinerja Sistem Pengendalian Mutu


Secara umum sistem pengendalian mutu di PMKS PT. BNT dapat
dikatakan sudah baik, karena dapat terlihat pada sistem manajemen pengedalian
kualitasnya sudah dilaksanakan semaksimal mungkin, hal ini dapat dilihat dari
pecapaian yang diperoleh dimana dari keenam target yang telah ditetapkan lima
diantaranya sudah mencapai target pada tahun ini sedangkan satu belum tercapai
yaitu kadar kotoran CPO. Seluruh hasil pengendalian kualitas tersebut
dipertanggungjawabkan oleh manager pabrik, mulai dari pengendalian bahan
baku, hingga diproses menjadi CPO dan Kernel.
CPO dan inti yang dihasilkan oleh PMKS PT. BNT selama satu tahun
produksi Juli 2015-Juni 2016 secara umum telah memenuhi kriteria mutu yang
ditetapkan oleh pabrik, maka dapat disimpulkan bahwa mutu CPO dan kernel
yang dihasilkan oleh PMKS PT. BNT selama bulan Juli 2015-Juni 2016 sudah
baik namun untuk lebih meningkatkan kualitas produksi dan mempertahankan
kualitas yang telah dicapai, maka perlunya sistem pengawasan mutu yang
intensif dan berkelanjutan serta kesadaran dan kebersamaan yang tinggi untuk
mencapai kualitas yang diingikan demi keberhasilan bersama.
3.4. Sanitasi Pabrik

3.4.1. Lokasi (site) Pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi


Lokasi (site) pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi terletak pada daerah
yang datar dengan sebagian area memiliki kemiringan. Kondisi lokasi yang

52
seperti ini memberi keuntungan bagi perusahaan dalam proses pendirian pabrik,
penyusunan tata letak alat dan lain-lain yang berhubungan dengan site suatu
pabrik dibandingkan dengan lokasi yang tidak datar. Namun lokasi yang seperti
ini memeiliki kelemahan seperti:
1. Resiko kerusakan bangunan pabrik dari gangguan alam terutama dari
gangguan angin yang kencang.
2. Pengaturan lokasi stasiun Loading Ramp yang ditempatkan pada lokasi
yang lebih tinggi agar memudahkan aliran bahan baku saat di turunkan dari alat
transportasi.

Water Load.
Kamar
Treatment Ramp
Mesin
Kantor
Pabrik Pengolahan
Sortasi
Boiler
Lab
Kolam
Limbah
Pabrik
LB3 Bengkel maintance
T
parkiran i
Musolah
m
b
Kantor a
Pabrik n
Kantin g
TPS a
sementara Parkiran n

Kantor
Kebun
Pos security Plasma

Gambar 13. Denah Lokasi Pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi

Sanitasi merupakan perlakuan-perlakuan atau tindakan yang bertujuan untuk


menjaga kebersihan pabrik dan produk dari kontaminasi mikro organisme yang
dapat menurunkan kualitas produk. Dalam sub-bab ini akan menjelaskan tentang
informasi terhadap desain dan konstruksi peralatan pabrik, sarana kebersihan
dilingkungan pabrik, operasi pelaksanaan kebersihan (sanitasi) pabrik.

53
3.4.2. Informasi Desain dan Konstruksi Pabrik
Konstruksi PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi dirancang untuk
mengefisienkan pemakaian lahan bangunan pabrik dan penataan layout mesin
dan peralatan. Sistem PMKS yang diterapkan sistem Continous. Sistem ini
bertujuan agar karyawan atau operator lebih mudah dalam pengawasan dan
operasi pembersihan mesin dan peralatan serta waktu untuk proses produksi
dapat dilakukan seminimal mungkin.
Lingkungan pabrik di PMKS PT. BNT telah dilengkapi dengan sistem
drainase yang baik, letak pabrik yang lebih tinggi dari daerah sekitar juga sangat
mendukung kelancaran sistem drainase ini. Untuk kelancaran pemasukan TBS
dan pengiriman produk dari stasiun penerimaan buah (loading ramp) hingga
penampungan produk (storage tank) telah tertata dengan baik meskipun sedikit
kotor dan ruang yang terlalu sempit.
Desain pabrik PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi dibuat dengan lantai
bertingkat tiga, dengan mesin dan peralatan tersusun rapi dan teratur pada tiap
lantai. Hal ini bertujuan untuk mengefisienkan pemakaian lahan pabrik. Penataan
tata letak (layout) pabrik ini berdasarkan gaya gravitasi untuk kelancaran aliran
bahan.
Lantai PMKS PT. BNT terbuat dari semen cor yang kokoh dengan
permukaan kasar yang bertujuan agar lantai tidak licin oleh tumpahan minyak.
Tangga menuju ke lantai atas terbuat dari besi yang kokoh, sedangkan untuk
bagian dinding dan atapnya terbuat dari seng. Untuk dinding pabrik, tertutup 1/3
dari atas, hal ini bertujun untuk operasi pemeriksaan dan pembaharuan mesin dan
peralatan pabrik.
PT. Bio Nusantara Teknologi memiliki bangunan lain selain lokasi utama
pabrik pengolahan dan kantor yakni berupa perumahan para karyawan termasuk
perumahan staf , masjid, dan bangunan. Bangunan Mess berfungsi sebagai
tempat beristirahat bagi tamu-tamu penting perusahaan dan sering digunakan
untuk pertemuan penting perusahaan.
3.4.3. Sarana Kebersihan dan Keamanan Pekerja Di Lingkungan Pabrik

54
Sarana kebersihan dan keamanan pekerja yang terdapat di PT. BNT adalah
sebagai berikut:
3.4.3.1 Instalasi air
Instalasi air ini diperlukan untuk mensuplai air yang akan diperlukan
untuk kegiatan pembersihan pabrik. Instalasi air memiliki kran pengeluaran yang
ditempatkan pada tempat yang strategis untuk operasi pembersihan pabrik. Selain
itu instalasi ini untuk pencegahan awal apabila terjadi kebakaran dilingkungan
pabrik.
3.4.3.2 Toilet (WC)
Merupakan suatu tempat untuk melakukan BAK (Buang Air Kecil), BAB
(Buang Air Besar), dan membersihkan diri. Ada 20 buah toilet yang berada
dilingkungan pabrik yakni: 2 buah toilet di loading ramp, 2 toilet di teknik, kantor
pabrik, sortasi, kantin, timbangan, lab masing-masing 2 toilet, 4 buah toilet di
kantor grup, 1 dipos satpam portal dan 1 di pos satpam pabrik.
3.4.3.3 Tempat cuci tangan
Tempat cuci tangan ini berupa kran air yang ditempatkan disekitar pabrik dan
kantor.
3.4.3.4 Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi diri saat bekerja, adapun APD
yang digunakan di PT. Bio Nusantara Teknologi adalah sebagai berikut:
1. Alat pelindung telinga (ear plug), digunakan untuk seluruh pekerja
dipabrik.
2. Sepatu safety , digunakan oleh seluruh karyawan pabrik.
3. Helm, digunakan oleh seluruh pekerja pabrik terutama pekerja yang
selalu ada didalam pabrik.
4. Sarung Tangan, digunakan untuk pekerja bengkel, laboratorium dan
water treatment.
5. Masker, digunakan oleh operator boiler, kernel station, petugas
laboratorium (unit quality control) dan pekerja di water treatment.
Recpirator digunakan untuk pekerja yang berhubungan dengan bahan
kimia.

55
3.4.3.5 Baju Seragam Kerja
Di PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi semua tenaga kerja diberikan
baju seragam, perbedaan warna seragam berdasarkan bidangnya masing-masing
akan tetapi masih banyak sekali karyawan yang tidak menggunakan seragam.

3.4.4. Operasi Pelaksanaan Kebersihan (Sanitasi) Pabrik


Pengelolaan sanitasi PMKS PT. BNT dilaksanakan oleh masing-masing
operator yang bertanggung jawab atas perawatan dan pembersihan mesin dan
peralatan yang terdapat didalam pabrik.
Asisten proses dan Quality Control bertanggung jawab terhadap sanitasi
dalam pabrik (mesin dan peralatan serta bangunan pabrik), pembersihan mesin
dan peralatam pabrik dikerjakan oleh pekerja. Dalam operasi pembersihan lantai,
bahan yang di gunakan di PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi adalah soda ash,
penggunaan soda ash yang di tambahkan air bertujuan untuk memudahkan dalam
proses pembersihan minyak yang tercecer. Pelaksanaan kebersihan pabrik ini
dilakukan setiap hari sebelum proses pengolahan berlangsung, sedangkan untuk
pemeriksaan alat dan perbaikan di lakukan oleh pekerja bengkel sesuai jadwal
yakni 1 minggu sekali. Untuk sanitasi di Laboratorium dilaksanakan oleh
karyawan bagian laboratorium dibawah tanggung jawab sift koordinator.
3.4.5. Informasi Umum Pengolahan Limbah Pabrik PT. Bio Nusantara
Teknologi
Agar tidak terjadi pencemaran lingkungan, air limbah pabrik harus
diproses dan dinetralisir sebelum dibuang ke lingkungan. PT. BNT memiliki
delapan jenis kolam penampungan limbah, yang terdiri dari: Cooling Pond
(kolam pendingin), Anaerobic pond (kolam anaerobik), Anaerobic sedementation
pond (kolam pengendapan), Aerobic pond (kolam fakultatif), Aerasi pond
(kolam aerasi), Land aplication pond (kolam land aplikasi), Aerobic pond (kolam
aerobik), Outlet pond (kolam outlet). setelah memalui tahapan proses pengolahan
limbah, pihak prusahaan memanfaatkan limbah tersebut sebagai pupuk tanaman
kelapa sawit inti yakni dengan mengalirkan libah hasil olahan melalui pipa ke
lahan perkebunan yang disebut land aplikasi.

56
3.4.6. Evaluasi Umum Mengenai Kinerja Sistem Sanitasi Pengolahan
Dari kinerja sistem sanitasi pengolahan yang terjadi di perusahaan
perkebunan PT. Bio Nusantara Teknologi dapat disimpulkan bahwa pelimpahan
tanggungjawab bagi semua pekerja disetiap stasiun produksi dengan pengawasan
operator, termasuk didalamnya kebersihan lingkungan di sekitar pabrik, serta
perbaikan dan pemeliharaan peralatan produksi termasuk perancangan dan
pemasangan peralatan baru oleh bagian teknik memiliki kelemahan yaitu
terbaginya konsentrasi pekerja, karena selain bekerja juga harus melakukan
pekerjaan lain yaitu dalam operasi pembersihan (sanitasi). Namun memiliki
keuntungan yaitu dapat menekan biaya perusahaan untuk hal tersebut.
Konstruksi dan desain pabrik PT. BNT dirancang dengan pengefisiensian
penggunaan lahan bangunan pabrik. Selain itu konstruksi pabrik di tata
sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melakukan inspeksi dan operasi
pembersihan. Konstruksi dan desain pabrik dirancang dengan desain yang tertata
rapi sehingga memudahkan operator mengawasi mesin-mesin dan peralatan
pengolahan saat proses produksi. Pihak perusahaan juga telah melakukan
pembangunan berbagai sarana pendukung, begitu juga halnya dengan pasokan air
ke dalam pabrik untuk proses pengolahan dan kebersihan pabrik.
Tata letak (Lay Out) pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi secara umum
sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari aliran kerja pengolahan minyak mulai dari
penerimaan buah (Loading Ramp) hingga akhir produksi dan penampungan
produk telah tertata dengan baik meskipun ruang yang terlalu sempit dapat
membahayakan pekerja. Alat-alat ditempatkan pada lokasi yang mudah untuk
dioperasikan, diperiksa dan dirawat terutama untuk kegiatan inspeksi dan
pembersihan alat. Dengan demikian maka dapat diperoleh efesiensi waktu proses
yang maksimal.

57
3.5 Pengolahan Limbah
3.5.1 Organisasi limbah
Organisasi penanganan dan pengolahan limbah PT.. Bio Nusantara Teknologi
Palm Oil Mill dikoordinir langsung oleh manajer pabrik dan dilaksanan oleh
asisten QC. Pengawasan setiap hari dilakukan oleh seorang karyawan yang
bertanggung jawab terhadap kelancaran aliran limbah aerob maupun anaerob.
Karyawan bagian limbah ini bekerja setiap hari untuk menghidupkan dan
memastikan bahwa setiap pompa limbah dari kolam anaerobik ke kolam aerobik
lancar tanpa adanya terjadi kebocoran pada pipa maupun kesalahan pada kolam
limbah seperti kolam limbah bocor yang dapat mencemari lingkungan, tanggul
yang roboh dan lain-lain. Untuk limbah cooling pond di awasi oleh karyawan
bagian klarifikasi (Claryfing), limbah pada berupa jakos, cangkang dan fiber
langsung diawasi oleh asisten yang pekerjaanya dilakukan oleh setiap stasiun.
Limbah B3 menjadi tanggung jawab dari pada karyawan gudang (Godown).
Limbah boiler menjadi tanggung jawab bagian boiler dan gleder.
3.5.2 Sumber-Sumber Penghasil Limbah
3.5.2.1 Proses Perebusan
Lori-lori yang telah diisi penuh dengan TBS kemudian dimasukkan ke
dalam rebusan (Sterilizer). Proses perebusan akan berlangsung selama 90-100
menit dengan perebusan tiga puncak (Triple-peak system). Selama proses
perebusan ini akan dihasilkan air kondensat yang merupakan salah satu
penyebab terbentuknya limbah cair. Total air kondensat yang dihasilkan adalah
sebesar ± 16% dari jumlah TBS yang diolah.
3.5.2.2 Proses Pemipilan
Proses pemipilan (perontokan) dilakukan setelah TBS telah melalui
proses perebusan di statiun sterilizer. Lori-lori yang telah keluar dari sterilizer
akan diangkat oleh Hoisting Crane untuk kemudian buah diangkat dan dituang
ke dalam Thresher yang merupakan tempat proses perontokan (pemipilan)
dilakukan. Proses perontokan didalam Thresher ini menghasilkan berondolan
yang telah terpisah dari tandannya. Berondol ini akan dikirim ke stasiun Digester
(Pelumat). Selain brondol, hasil samping yang dihasilakn pada stasiun Thresing

58
adalah Tandan kososng (empty bunches)yang merupakan salah satu penghasil
limbah padat. Total tandan kososng yang dihasilakan mencapai ± 22% terhadap
TBS yang diolah.
3.5.2.3 Proses Pengepresan (Pressing)
Berondolan yang dihasilkan dari proses thresing akan dikirim ke unit-unit
digester untuk dilumatkan sehingga memudahkan minyak keluar pada saat proses
Pengepressan. Buah yang telah hancur pasca proses pelumatan akan dikirim ke
unit pressing untuk mengeluarkan atau memisahkan minyak dari fiber dan
kernel.
3.5.3 Jenis-Jenis Limbah Yang dihasilkan
Dalam suatu proses industri selain menghasilkan suatu produk yang bernilai
ekonomis dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan juga menghasilkan
hasil samping yang berupa limbah hasil produksi yang berbahaya bagi
lingkungan jika tidak ditangani dengan serius sebelum dibuang atau juga bisa
limbah tersebut dimanfaatkan menjadi produk yang yang bernilai ekonomis dan
mengurangi pencemaran lingkungan sekitar pabrik itu sendiri. Untuk PT. BNT
sendiri pengolahan limbah baik berupa limbah padat, cair, partikel dan bahan
berbahaya dan beracun sudah dilakukan dengan baik sehingga dampak terhadap
lingkungan dapat diminimalisir.
Jenis-jenis limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit PT. Bio Nusantara
Teknologi Palm Oil Mill yaitu :
A. Limbah cair, yang terdiri dari :
1. Limbah hasil pengolahan CPO
2. Limbah air pembersih lantai
3. Limbah air pembersih kernel
4. Cairan tetesan minyak pelumas
B. Limbah padat, terdiri dari
1. Empty Bunch (janjangan kosong)
2. Cangkang kernel
3. Fyber Cyclone (serabut cangkang)
4. Hasil pembakaran boiler

59
C. Limbah gas, terdiri dari gas bekas asap cerobong boiler, gas mesin
pembangkit listrik.

Untuk setiap pengeluaran limbah yang dihasilkan dari proses pabrik ini
perlu dilakukan pemantauan dan pengolahan agar tidak merusak dan menggangu
ekosistem yang ada dan juga tidak membuat masyarakat sekitar menjadi resah.
3.5.3.1 Limbah cair
Limbah cair merupakan salah satu limbah utama yang dihasilkan dari
proses produksi CPO. Limbah cair mengandung bahan-bahan yang sangat bagi
lingkungan sekitar tempat dimana limbah itu dibuang seperti sungai, laut dll yang
mana limbah cair ini akan dengan mudah mencemari lingkungan dan merusak
ekosistem sekitar. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat dan energi atau komponen lain ke air atau berubahnya
tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air
menurun sampai pada tingkat tertentu sehingga kualitas air menurun.
3.5.3.2 Limbah padat
3.5.3.2.1 Empty Bunch (Janjangan Kosong)
Janjangan kosong ini diperoleh dari hasil proses pada stasiun thresher
dimana fungsi di stasiun ini adalah memisahkan brondolan sawit dengan
tandannya. Di dalam thresher buah akan dirontokkan dengan cara bantingan dan
gesekan akibat putaran alat tersebut, sehingga buah terpisah dari janjang.
Berondolan yang jatuh dari kisi-kisi dibawa oleh threshing srew conveyor dan
bunch conveyor menuju ke distributing conveyor yang disebut dengan elevator
untuk di masukkan ke digester dan janjang kosong dibawa oleh horizontalempty
bunch conveyor yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam truk dan diangkut
ke perkebunan untuk ditaburkan di pohon sawit sebagai pupuk organik.
3.5.3.1.2 Serabut (fiber)
Sebenarnya serabut merupakan limbah tetapi tidak menjadi limbah
dikarenakan serabut ini akan digunakan untuk pembakaran boiler sebagai tenaga
utama pabrik. Serabut/fiber ini di dapat dari hasil proses pada stasiun
pengepressan (screw press). Dimana setelah brondolan tadi dilumatkan pada
stasiun digester maka selanjutnya akan masukkan ke stasiun screw press.

60
Tujuannya untuk memisahkan antara cairan dan padatan. Cairan yang dimaksud
yaitu air dan minyak Sedangkan padatan berupa serat/fiber, dan nut. Padatan tadi
akan dialirkan ke cake breaker conveyor (CBC) untuk diproses lebih lanjut lalu
masuk ke Depericarper yang berfungsi sebagai pemisah antara fibre dengan nut
dan membawa fibre ke boiler untuk dijadikan bahan bakar boiler. Dengan
hisapan dari fibre cyclone. Penghisapan dilakukan dengan membedakan berat
jenis paling ringan dan selanjutnya nut akan diolah pada stasiun pengolahan
kernel. Fiber yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS adalah sebesar ± 12%
dari TBS yang diolah
3.5.3.2.3 Cangkang
Cangakang merupakan salah satu limbah padat yang tidak bisa dilepaskan
dari produksi CPO. Cangkang merupakan limbah yang dihasilkan dari stasiun
pengolahan kernel yaitu Ripple Mill. Di dalam alat ini akan dilakukan pemecahan
terhadap kernel sehingga memudahkan pemisahan antar inti kernel (nut) dengan
cangkang pada proses selanjutnya. Terahir cangkang akan menuju mesin
Winnowing 2 (LTDS 2)yang berfungsi sebagai pemisah antara inti nut dengan
cangkang. Dari sini cangkang akan dihisap menuju pembuangan yang nantinya
bersama-sama dengan fiber menjadi bahan bakar boiler apabila mengalami
kekurangan bahan bakar di boiler. Produksi cangkang berkisar antara ± 5% dari
TBS yang diolah.
3.5.3.2.4 Sisa pembakaran boiler

Boiler merupakan suatu stasiun yang menjadi tenaga untama dalam


pengerak seluruh aktivitas produksi di dalam pabrik PKMS PT. BNT. Boiler
menghasilkan tenaga berupa uap kering yang berguna untuk tenaga pembangkit
listrik tenaga uap dan uap basah (steam) yang berguna untuk proses produksi
TBS mejadi CPO seperti steam pada stasiun Sterilizer dan Clarifitation. Boiler
dalam prosesnya menggunakan prinsip sederhana seperti memasak air sehingga
memerlukan bahan bakar untuk aktivitas memasak ait tersebut. Bahan bakar
yang digunakan dalam stasiun boiler adalah limbah fiber dan cangkang sawit
sehingga untuk fiber bisa dikatakan tidak ada limbah yang dihasilkan serta untuk
cangkang hanya sebagian digunakan untuk pembakaran di boiler ini.

61
Dengan jumlah fiber ditambah cangkang yang banyak seperti data diatas maka
akan sangat banyak juga limbah berupa arang yang dihasilkan. Arang hasil dari
pembakaran ini lah yang dikatakan sebagai salah satu limbah padat yang
dihasilkan oleh PT. BNT dalam proses produksinya.

3.5.3.3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


PT. Bio Nusantara Teknologi juga menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun (limbah B3) yang merupakan salah satu penyumbang
limbah dari sebuah pabrik maupun sekitarny. Berikut sumber-sumber penghasil
limbah B3 di PT. BNT :
3.5.3.1 Proses produksi

Dalam sebuah proses produksi maka akan menghasilkan limbah B3


antara lain : Oil filter bekas, Fuel filter bekas, Lampu TL bekas, Sarung tangan
bekas dan beberapa kemasan bekas bahan kimia

3.5.3.4 Limbah partikel dan gas


Limbah partikel atau gas yang dimaksud adalah limbah yang ditimbulkan
dari proses pembakaran yang disebabakan oleh pembakaran di boiler dan
pembakaran di mesin genset (mesin listrik). Adapun jenis limbah yang dihasilkan
adalah limbah berupa gas karbon monoksida (CO) dan jenis-jenis gas lainya.
3.5.3.5 Limbah (kotoran) lain-lain
Adapun limbah kotoran disini yang dimaksud adalah limbah yang
dihasilkan dari proses produksi baik oleh manusia, mesin, alam dll. Berikut jenis
limbah yang dihasilkan berdasarkan tempat kerja karyawan atau stasiun tertentu :
1. Stasiun weighbridge (Timbangan)

Jenis limbah yang dihasilakan :


 Berasal dari kendaraan pengangkut TBS berupa limbah/kotoran asap CO,
Kebocoran oli/bahan bakar, debu.
 Pengoperasian AC berupa limbah/kotoran kebocoran freon.
 Printing berupa ribbon dan cartridge bekas.
 Stasiun loading ramp

62
 Kotoran, batu dan tetesan minyak dari proses yang terjadi di loading ram.

2. Stasiun Sterilizer
 Dari proses operasional sterilizer dihasilkan berupa steam blow off,
condensate, tetsan minyak dari lori.

3. Stasiun Thresher
 Tumpahan minyak di sekitar area FFB, fruit elevator.

4. Pressing station
 Limbah yang dihasilkan antara lain tumpahan oli, tetsan minyak crude
oil, debu dan air dari air pengencer.

5. Kernel plant
Kegiatan cracking nut menghasilkan limbah berupa debu dan suara mesin ripple
mill. Claybath separator : air bekas buangan larutan claybath separator, debu
calsium carbonate, kemasan calsium carbonate.
Penyimpanan kernel : tetesan minyak.

6. Clarifitation station
Operasional decanter menghasilkan kotoran berupa tumpahan sludge.
Air bekas pengencer untuk sludge reclaiming tank dan sand cyclone.
Slude/solid yang ikut air pencucian pada proses pencucian nozzle sludge
separator.

7. Steam boiler

Limbah yang dihasilkan berupa debu, air buangan blowdown, suara blower,
blow-up steam pada safety velve, asap cerobong asap, air umpan boiler, dan
bahan bakar yang jatuh sepanjang converyor.

3.5.4 Penanganan dan pengolahan limbah PT. BNT


3.5.4.1 Pengolahan Limbah Cair

63
Pengolahan limbah cair yang dilakukan oleh PT. Bio Nusantara
Teknologi untuk mengurangi dan meminimalisir dampak limbah terhadap
lingkungan dilakukan dengan menggunakan system kolam secara
mikrobiologi.PT. BNT sendiri memiliki 14 kolam limbah 1 diantaranya
merupakan kolam sampel.
3.5.4.2 Penanganan limbah padat
Limbah padat merupakan salah satu penyumbang limbah yang sangat
banyak dalam sebuah PMKS sehingga perlu penanganan yang tidak kalah serius
dari pada penanganan limbah cair. Secara umum limbah padat diolah
berdasarkan jenis limbahnya sebagai berikut :
 Limbah empty bunch (Janjangan kosong) : diolah atau ditangani dengan
cara aplikasi lahan sebagai pupuk.
 Fiber : seluruh fiber yang dihasilkan diolah dengan cara menjadikan
sebagai bahan bakar boiler.
 Sisa pembakaran boiler : untuk sekarang belum ada pengolahan yang baik
untuk limbah ini. Hanya dibuang saj di sekitar pabrik.
 Limbah cangkang : setengah dari limbah cangkang dimanfaatkan bersama
dengan fiber menjadi bahan bakar dari boiler. Setengah lagi dimanfaatkan
untuk pengeras jalan pengganti koral.

3.5.4.3 Penanganan limbah B3


Limbah B3 yang dihasilkan dikumpulkan di sebuah gudang khusus
penyimpanan limbah B3 untuk kemudian akan dikirim atau dijemput oleh
perusahaan yang telah ditunjuk untuk diolah kembali. Perusahaan yang ditunjuk
akan menjemput limbah B3 yang telah terkumpul setiap bulannya. Dalam arti
limbah B3 tidak dibuang sembarangan atau dibakar.

64
3.5.5 Evaluasi Umum Pengolahan Limbah
Dari evaluasi umum limbah baik jenis limbah yang berupa limbah
padat,cair dan gas PT Bio Nusantara Teknologi telah memenuhi syarat yang di
tentukan oleh BLH yang terlihat dari penanganan yang telah memenuhi standar
operation prosedur. Itu dibuktikan dengan penerapan darii pemerinntah yaitu
konsep zero waste. Adapun konsep zero waste yang di lakukan yaitu line
applcacation yaitu pembuatan kolam dibawah kelapa sawit yang kemudian diisi
dengan limbbah cair yang tentunya telah diuji standarnya mengingat bahwa
limbah cair banyak mengandung COD dan BOD yang tinggi maka control perlu
dilakukan. Setelah diletakkan lahan harus dikontrol terus menerus melalui sumur
pantau. Untuk saat ini baru dua Afdeling yang menerapkan konsep ini yaitu
Afdeling 1 dan 2 dan hterbukti juga mampu meningkatkan produktivitas kelapa
sawit..
Untuk Pengolahan sendiri Bio Nusantara telah mengantongi sertifikat
ISPO dengan label berwarna Biru dengan kategori taat. Tahun ini Bio nusantara
mengupayakan untuk mendapat lebel hijau.Limbah padat sendiri PT. BNT
masih mengggunakan konsep zero waste yaitu mengolah menjadi pupuk organic
untuk itu didirikan DP2TC dengan naungan manager yang berbeda saat ini
belum dipasarkan komersil karena masalah perizinan dan legalitas yang belum
selesai.

65

Anda mungkin juga menyukai