Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SISTEM PENGENDALIAN

MANAJEMEN

ANALISA KASUS 3-1


SOUTHWEST AIRLINES CORPORATION

NAMA KELOMPOK 8 :

1. Fadly Fachrozy ( 11 )
2. Patricia Fernandez ( 27 )
3. Shabrina Haizah R ( 30 )
4. Silvie Agustinah ( 32 )

2018
CASE 3-1
SOUTHWEST AIRLINES CORPORATION

Southwest Airlines Co. merupakan sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah Amerika yang
berbasis di Dallas, Texas, dengan kota fokus terbesarnya di Bandar Udara Internasional
McCarran Las Vegas. Merupakan maskapai terbesar di Amerika Serikat menurut jumlah
penumpang yang diangkut secara domestik per tahun dan (31 Desember 2007) juga maskapai
penerbangan terbesar di duniamenurut jumlah penumpang yang diangkut. Terbesar ke-6 di AS
menurut penghasilan. Juga armada pesawat terbanyak keempat dari semua maskapai komersial
dunia lainnya.

1. What is southwest’s strategy? What is the basis on which Southwest builds its
competitive advantage?
Menurut hasil diskusi kelompok kami, southwest airline menggunakan strategi cost
leadership dimana perusahan ini berusaha melakukan peningkatan efisiensi pada biaya
operasionalnya. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan 1 jenis pesawat yang sama yaitu
Boeing 737 sementara para pesaing menggunakan semua jenis pesawat terbang dan
model. Hal inilah yang membuat Southwest menghemat jutaan biaya pemeliharaan (cost
maintenance), persediaan suku cadang, dan pelatihan mekanik. Selain itu, setiap pilot dan
kru akan terbiasa dengan setiap pesawat. hal itu dapat dibuktikan dari persentase COGS
dibandingkan sales relatif lebih rendah disbanding industri sejenis pada umumnya.
Southwest menggunakan bandara yang kurang padat dan tentu saja mereka memiliki tarif
rata-rata yang lebih rendah. Contohnya, Baltimore dan Manchester, N.H dibandingkan
dengan bandara yang lebih ramai lainnya. Bandara yang kurang padat dapat menghemat
waktu transit ketika pesawat mendarat hingga lepas landas kembali yang dibuktikan
dengan waktu transit Southwest hanya 20-25 menit padahal maskapai lain umumnya
memerlukan waktu sekitar 30-35 menit. Akibatnya maskapai ini biasa menghasilkan
penerbangan yang lebih banyak per harinya. Dan juga, Southwest ini hanya
mempekerjakan 4 kru di lapangan dan 2 kru di gate padahal maskapai lain umunya
mempekerjakan 12 kru lapangan dan 3 kru di gate. Hal ini memberikan suatu
penghematan dalam biaya tenaga kerjanya.
Southwest menggunakan pendekatan jarak pendek, jarak menengah dan point-to-point
bukan kompetisi yang hub-and-spoke. Sistem hub-and-spoke merupakan sistem
tradisional dalam pengembangan rute-rute penerbangan. Sistem ini membagi bandara ke
dalam dua klasifikasi. Ada yang disebut Hub dan ada pula yang
disebut Spoke. Hub adalah sebuah bandara besar yang menjadi pusat dari sebuah
kawasan atau regional. Sedangkan spoke adalah bandara-bandara selain hub yang berada
di satu kawasan. Regional satu ke regional lain akan dihubungkan melalui penerbangan
dari hub ke hub. Semua penerbangan antar spoke akan melewati hub terlebih dahulu.

Sedangkan system point-to-point ini merupakan sistem yang relatif baru dibandingkan
sistem sebelumnya. Inti dari sistem ini adalah langsung menghubungkan satu kota ke
kota lainnya tanpa perlu melalui hub.

Dengan strategi pendekatan jarak pendek dan jarak menengah tersebut akan
meminimalkan waktu pesawat menunggu delay karena waktu yang dibutuhkan lebih
singkat karena jarak penerbangan yang tidak terlalu jauh. Akibatnya 80% pelanggan
Southwest terbang tanpa henti dan jarak penerbangan penumpang rata-rata keseluruhan
adalah 758 mil dan rata-rata tarif $91.15.

Pilot-pilot yang dipekerjakan oleh Southwest ini tidak terikat pada perserikatan nasional
pilot di Negara tersebut melainkan dalam perserikatan yang independen. Pilot-pilot yang
tergabung dalam perserikatan nasional pilot terikat pada peraturan akan adanya
pembatasan jumlah jam terbang. Sehingga pilot-pilot tersebut dapat melakukan jam
penerbangan lebih banyak daripada pilot-pilot dari penerbangan lainnya. Untuk pekerja-
pekerja Southwest lainnya selain pilot, mereka tetap tergabung dalam perserikatan
nasional. Tetapi kontrak mereka lebih fleksibel sehingga ketika adanya permintaan yang
berlebih, Southwest dapat memanfaatkan pegawai yang ada tanpa adanya kontrak yang
terikat pada satu pekerjaan tertentu.

Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami kesulitan ekonomi akan


melakukan penyesuain headcount. Tetapi Southwest sendiri menggunakan headcount
sebagai strateginya dalam meminimalisir biaya opersionalnya. Terbukti dari Southwest
ini mengurangi headcount dari 85 menjadi 74 orang di tahun 2004. Dan Southwest juga
melakukan penghematan bahan bakar dan kebutuhan minyak hingga 85% yang
menghasilkan penghematan sekitar 455 juta dollar.

Selain melakukan pengurangan biaya, Southwest juga ingin memberikan kemudahan


bagi pelanggannya melalui website yang dibuatnya agar pelanggan akan merasa
dimudahkan dalam pemesanan tiket online. Hal tersebut pastinya dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan. Sekitar 60% dari pendapatan penumpang Southwest dihasilkan oleh
pemesanan online melalui southwest.com. Southwest.com itu adalah maskapai website
nomor satu berdasar pendapatan dan Nielsen / Net Rating mengidentifikasi sebagai situs
maskapai penerbangan terbesar dalam hal pengunjung yang unik. Bahkan di tahun 2005,
Southwest meningkatkan pelayanannya dengan meluncurkan Ding! – sebuah aplikasi
dimana pelanggan dapat melakukan pemesanan lebih cepat, lebih mudah, dan
mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan promo-promo eksklusif yang tersedia.
Melalui aplikasi tersebut, Southwest dapat meningkatkan lagi kepuasan dari pelanggan
karena yang pelanggan inginkan adalah kepraktisan dan harga yang rendah.

Strategi selanjutnya adalah dilakukan melalui para pegawai nya, yaitu memberikan
training atau pelatihan. Southwest tidak hanya mengutamakan kepuasan penggalan tetapi
juga mengutamakan kepuasan pegawainya. Menurut CEO Southwest Herb Kelleher, jika
pegawai bahagia, puas, berdedikasi, dan bersemangat, mereka akan melayani pelanggan
dengan sangat baik. Saat pelanggan puas mereka akan memilih Southwest sebagai
penerbangan mereka terus-menerus. Dan hal ini membuat pemegang saham senang dan
bahagia. Salah satu hal yang dilakukan Southwest adalah memasang foto-foto
pegawainya di dinding perusahaan. Southwest juga memberikan gaji yang lebih besar
kepada pegawainya jika dibandingkan dengan industri sejenis lainnya, sehingga employee
turnover Southwest lebih rendah. Southwest memiliki budaya kerja keras, bersemangat,
menyenangkan, berotonomi local, dan kreatif. Budaya ini dilatihkan kepada para pegawai
melalui pelatihan di University of People. Melalui pelatihan ini, pegawai dapat bekerja
dengan standar yang diingikan oleh perusahaan dan juga menghasilkan kinerja yang
sangat baik. Selain itu, Southwest adalah maskapai penerbangan pertama di US yang
berinisiatif untuk memberikan profit-sharing plan di tahun 1974 dan menawarkan profit
sharing kepada pegawainya setiap tahun nya sejak itu. Southwest memberikan pembagian
profit kepada para pegawainya sebesar 126 juta dollar di tahun 2003. Southwest
meningkatkan kepuasan karyawan dengan memberikan saham sebagai penghargaan
apresiasi. Dengan memperoleh kepuasan kinerja pegawai akan semakin membaik,
sehingga dapat melayani pelanggan dengan baik maka pelanggan pun akan puas terhadap
maskapai itu.
Strategi perusahaan Southwest juga dapat kita analisa melalui analisa SWOT. Yang
pertama adalah kekuatan ( Strength ) dari Southwest. Kekuatan utama dari Southwest
adalah memiliki kemampuan menekan biaya seminimal mungkin, seperti biaya
operasional. Walaupun Southwest melakukan penekanan biaya tetapi tidak menurunkan
kualitas dari pelayanan yang diberikan. Southwest juga memiliki kekuatan dalam
melakukan efisiensi, yang dibuktikan dengan waktu transit Southwest hanya 20-25 menit
dibandingkan dengan penerbangan lain. Efisiensi lain yang juga dilakukan Southwest
adalah mampu mengoptimalkan dengan hanya mempekerjakan 4 pekerja lapangan dan 2
penjaga gerbang. Selaian kekuatan Southwest pun pasti memiliki kelemahan, yaitu
perusahaan tersebut memakai sistem point-to-point untuk menekan biaya. Sebenarnya,
sistem ini dapat menimbulkan kurangnya koordinasi antara penerbangan yang satu
dengan penerbangan yang lain. Apabila sistem itu yang dipakai dapat memungkinkan
terjadinya miskomunikasi yang disebabkan oleh pegawai-pegawai yang tidak kompeten.
Jika di bandingkan dengan penerbangan lain, Southwest juga tidak menyediakan
makanan bagi penumpang, hal ini bagi beberapa orang tentu kurang memuaskan. Dan
juga, tidak tersedianya penerbangan untuk jarak jauh sehingga membatasi terpenuhinya
keinginan dan kebutuhan konsumen. Selanjutnya adalah kesempatan. Dengan
penggunaan point-to-point, Southwest dapat mengambil kesempatan untuk menarik
banyak konsumen dengan memberikan penawaran harga yang murah yang berujung pada
peningkatan profit yang lebih tinggi daripada maskapai lain. Yang dibuktikan dari data
pada exhibit 1, yaitu sales growth percentage sebesar 6,64%, sedangkan perusahaan
sejenis lainnya hanya sebesar sekitar 1% bahkan negatif. Dan yang terakhir adalah
ancaman. Jika dari penerbangan lain dapat menawarkan harga yang lebih murah dari
Southwest tetapi dengan pelayanan yang baik daripada Southwest.

2. How do Southwest’s control systems help execute the firm’s strategy?

Sistem kontrol Southwest membantu melaksanakan strategi perusahaan dengan


menerapkan jarak pendek dan jarak menengah, online pemesanan, penghematan bahan
bakar dan minyak Southwest konsisten dalam mencari cara untuk meningkatkan efisiensi
dan memberikan penghematan biaya untuk penumpangnya.

Salah satu control yang dapat dilakukan Southwest dalam penerapan jarak pendek dan
jarak menengah adalah memastikan bahwa pesawat terbang sesuai jalur yang telah di
tetapkan. Dan Southwest juga harus tetap memastikan bahwa bandara yang dituju selalu
tersedia tempat untuk mendarat. Karena jika tidak mendarat tepat waktu, maka akan
menyebabkan kerugian karena pemborosan bahan bakar dan tertundanya penerbangan
selanjutnya.

Untuk online pemesanan, control yang dapat dilakukan adalah memastikan bahwa
pelanggan yang melakukan pemesanan tiket telah melaksanakan prosedur sesuai standar.
Hal ini dilakukan untuk memilimalisir adanya kecurangan atau penipuan yang dapat
merugikan perusahaan. Untuk memastikan bahwa pekerjaan telah diselesaikan secara
efektif dan efisien, Southwest melakukan task control yaitu menggunakan sistem
otomatis. Sistem otomatis maksudnya adalah jika pelanggan membeli secara online maka
otomatis data pelanggan yang telah diisinya akan secara otomatis masuk kedalam sistem
Southwest.

Control lain yang dilakukan oleh Southwest dalam mempertahankan kualititas kinerja
dan meningkatan loyalitas pegawainya, dengan 2 cara yaitu:

1. Melakukan perekrutan pegawai dengan cara yang tidak lazim. Caranya adalah
perekrutan tidak dilakukan oleh HDR melaikan oleh tiap pegawai dibidangnya
masing-masing. Contohnya, pilot akan menguji dan mewawancarai calon pegawainya
dan begitupun dengan bidang profesi yang lain. Southwest juga merekrut pegawai-
pegawai yang bukan hanya berkemampuan tinggi tetapi juga memiliki sikap dan
tingkah laku yang baik.
2. Agar tetap dapat meningkatkan loyalitas pegawai, Southwest menerapkan group
reward culture control. Group reward culture control diberikan agar pegawainya
tertarik untuk melakukan pekerjaannya dengan optimal.

Anda mungkin juga menyukai