1, Maret2012
Agus Hermawan
Harapan Bangsa Business School
ABSTRACT
The development offinancial reporting in Indonesia by the year 2012 was a crucial development because
the application of[FRS convergence has been completed and implemented in large companies in Indonesia. This is
the first step for companies in Indonesia to compete with firms in other countries in the global competition. Trade
and global transaction as a triggers to IFRS is applied in Indonesia that Indonesia is able to deal not only a
national but also international financial reporting treatment with perceptions of the same with countries in the
world. Application of IFRS convergence strategy by Indonesia is to facilitate adjustment in a variety of industry
sectors, and understand its application in each transaction and their company's financial reporting, Convergence
has actually been done since 2008 is gradually adopting a specific standard by 2012 target has been completed and
ready for use, One noticeable difference Indonesia with IRFS accounting standards in terms of recognition is a
change from the original rule-based, based on detailed rules to be principle based, based on the principle that
emphasizes professional judgment as an accountant. Thus the accountant must have not only hardskills but also
softskills.
Keywords: financial statement, accounting standards report, international financial reporting standard, convergence
implementation
I. PENDAHULUAN
Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan infonnasi mengenai kondisi
keuangan perusahaan yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan oleh para stakeholder
perusahaan (Purba, 2010). Laporan keuangan harus mampu menyajikan infonnasi yang
menggambarkan kondisi sebenarnya atau minimal mendekati kondisi sebenarnya. Laporan
keuangan berisi uraian peristiwa yang telah terjadi dan dapat mempengaruhi posisi ekonomi
suatu entitas. Laporan keuangan yang disajikan harns sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku dan pelaporan keuangan yang bersifat diterima secara umum atau Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) agar dapat dimengerti oleh pihak eksternal perusahaan khususnya
para investor. Suatu prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan belum tentu dapat diterima oleh
negara lain. Seperti, PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Indonesia hanya dipahami
oleh negara itu sendiri.
di Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Pada tahun 1972, perwakilan-perwakilan AISG dan
tujuh organisasi profesional bertemu dalam kongres profesi akuntan dunia di Sidney, Australia,
untuk membicarakan proposal pembentukan International Accounting Standard Comittee
(lASC). Pada tahun 1973, sepuluh organisasi profesional yang berasal dari Belanda, Kanada,
Australia, Meksiko, Jepang, Perancis, Selandia Barn, Jerman Inggris, dan Amerika Serikat
melakukan negosiasi atas ide pembentukan International Accounting Standard Committee
(IASC). Setelah itu lahirlah IASC dengan produknya International Accounting Standard (lAS).
Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu hal
yang mendesak yang harus dilakukan setiap negara termasuk Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang. Ikalan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi telah
menetapkan untuk melakukan adopsi penuh alas IFRS. Manfaat mengadopsi IFRS sendiri antara
lain: memudahkan pemahaman alas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal
secara intemasional, meningkatkan ares investasi global melalui transparansi, menurunkan biaya
modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, dan
menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Namun, dalam proses adopsi penuh IFRS
yang akan dilakukan tidak tanpa masalah. Adopsi penuh terhadap IFRS akan sulit dilakukan
karena masih banyak regulasi yang tidak mendukung, entitas-entitas bisnis yang masih belum
memiliki kesiapan, selain itu, perhatian dan komitmen yang kuat dari para pelaku bisnis,
pemerintah Indonesia, dan otoritas pasar modal masih sangat minim. Terbukti dengan
dimundurkannya jadwal implementasi IFRS, awalnya tahun 2010 sekarang menjadi tahun 2012.
Di Indonesia, IAI menetapkan proses adopsi IFRS dalam 3 tahap, yaitu tahap adopsi, persiapan,
dan implementasi.
Melalui roadmap yang telah ditetapkan oleh IAI, diharapkan agar para entitas,
pemerintah Indonesia, dan setiap pelaku bisnis mampu mempersiapkannya dengan baik selain
DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) pun melakukan tanggung jawabnya. Namun pada
IFRS Conference di Tokyo lalu, Ketua IASB sebelum masa jabatannya habis, ia mernaparkan
ambisinya untuk menyelesaikan 10 program kerja pada tahun 20 I I. Hal ini menunjukan bahwa
beberapa perubahan besar yang sedang terjadi di IASB, mau tak mau DSAK-IAI harus bekerja
16/68 ISSN # 2252-6242
I
i
Finance & Accounting Journal, Vol. I, No. I, Maret 2012
kerns lagi untuk mengejar perubahan-perubahan barn. Selain itu, karena perubahan standar yang
tidak tentu kapan, DSAK-IAI menentukan bahwa konvergensi IFRS 2012 berarti mengadopsi
IFRS per versi I Januari 2009.
Ada tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh Indonesia dalam melakukan adopsi
IFRS, yaitu: kurang siapnya infrastruktur seperti DSAK sebagai financial accounting standard
setter di Indonesia, kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sesuai dengan
IFRS, dan kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan di Indonesia. Contohnya,
minimnya staf-staf pengajar yang memiliki kompetensi dan keahlian IFRS di universitas-
universitas seluruh Indonesia.
Selain tiga permasalahan utama diatas, ada masalah lain yang tidak bisa dikesampingkan,
yaitu masalah penerjemahan bahasa IFRS menjadi PSAK. Sebagaimana diketahui, PSAK harus
ditulis dalam bahasa Indonesia. Hal ini mengakibatkan lamanya proses ratifikasi IFRS menjadi
PSAK. Berbeda dengan negara-negara tetangga seperti Singapura yang langsung mengadopsi
langsung teks asli IFRS. Proses penerjemahan IFRS ke dalam bahasa Indonesia membutuhkan
waktu yang relatif lama, bahkan dapat juga memberikan makna yang berbeda dengan sumber
aslinya.
Berdasarkan hal tersebut pembahasan yang dilakukan mengenai peranan IFRS terhadap
SAK di Indonesia, strategi konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia menuju 2012
dengan pembatasan konvergensi di Indonesia hanya sampai IFRS per I Januari 2009.
Penerapan IFRS ini sendiri secara intemasional dilakukan sebagai upaya untuk
memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan. Compliance terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap
keterbandingan laporan keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui compliance maka
laporan keuangan perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan del' gan laporan keuangan
perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik.
Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS-IAI, Dudi M Kurniawan (2011), jika Indonesia
mengadopsi IFRS akan mendapatkan tujuh manfaat, yaitu: meningkatnya kualitas Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), mengurangi biaya SAK, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan
laporan keuangan, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan, meningkatkan
transaparansi keuangan, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan
dana melalui pasar modal, dan meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Jika dilihat
dari pemyataan di atas, tentunya IFRS bila diadopsi oleh perusahaan Indonesia akan
menguntungkan sekali.
UPT. r;=;~:-"-'S·I·"'.:::-\/'_;.
ISSN # 2252-6242 I;~:;-;,) r "...-: l>~!:uL:"j;' 17/68
-,- .•." ..~,- '----
Finance & Accounting Journal, Vol. I, No.1, Maret 2012
IFRS sendiri sebagai suatu standar akuntansi internasional berperan penting bagi
perusahaan. Peranannya bagi perusahaan mempengaruhi banyak hal. Salah satu aspek yang
paling besar terkena dampaknya adalah basis penilaian, dimana ketika masih menggunakan INA-
GAAP proses penilaian mengaeu pada historical value sedangkan dalam penggunaan IFRS
mengacu pada par value. Basis penilaian yang mendasarkan pada historical value telah
kehilangan relevansinya dalam mengukur realita ekonomi, karena historical value hanya
mengukur transaksi yang sudah selesai, tidak bisa mengakui perubahan nilai riil yang terjadi.
Sesuai agenda awal DSAK seharusnya semua entitas sudah menerapkan PSAK 50 dan
PSAK 55 pada tanggal 1 Januari 2009. Namun karena industri keuangan menyatakan
ketidaksiapannya yang menghasilkan tekanan besar, penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 diundur !
menjadi tanggal 1 Januari 2010. Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia mewajibkan
setiap bank menyajikan laporan keuangan mengaeu pada PSAK 50 serta PSAK No. 55 mulai
tahun 2009. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengaeu pada International
Accounting Standard (lAS) 32 mengenai Financial Instruments: Presentation dan lAS 3 9 1
mengenai Financial Instruments: Recognition and Measurement. Namun dalam prakteknya, ada ,
beberapa hambatan, salah satunya adalah masalah pengembangan infrastruktur khususnya sistem
teknologi informasi dimana mayoritas masih mengacu pada nilai buku bukan nilai wajar
sebagaimana PSAK 55. PSAK 50 dan 55 juga menimbulkan kontroversi. Kontroversi tersebut
dikarenakan penganutan principle based yang hanya menekankan konsep dan prinsip saja,
berbeda dengan konsep sebelumnya yang segala sesuatunya sudah diatur (rules based).
Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 11I4IDPNP tahun 2009 tentang
Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia mengharuskan bank menerapkan PAPI
2008 sebagai acuan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, selain PSAK dan
ketentuan lain yang berIaku. PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) berisi petunjuk
pelaksanaan dengan penjabaran lebih lanjut dari beberapa PSAK yang relevan bagi industri
perbankan. PAPI juga mencakup penjabaran lebih lanjut dari PSAK 50 dan PSAK No. 55.
Sementara itu, PSAK 14 tentang Persediaan mengalami perubahan dalam hal biaya
perolehan dan rumus biaya. Dalam PSAK 14 (1994) selisih valuta asing yang terkait dengan
pembelian persediaan dapat diakui sebagai biaya perolehan persediaan, berbeda dengan PSAK
14 (revisi 2008) yang tidak mengatur hal tersebut. Pada PSAK 14 (2008), dalam rumus biaya
tidak diperkenankan lagi menggunakan LiFo (Last In First Out), yang diperkenankan hanya
FiFO (First In First Out) dan rata-rata tertimbang. Berbeda dengan PSAK 14 (1994), rumus
biaya LiFo masih diperkenankan digunakan serta metode lainnya.
Dalam penggunaan rumus biaya LiFo, persediaan yang dijual adalah yang terakhir masuk
dan akan mempengaruhi COGS (Cost Of Good Solds) menjadi lebih tinggi, tentu juga akan
memperkecil net income yang akan diperoleh, sehingga pengenaan income tax akan lebih kecil
dibandingkan dengan rumus biaya FiFo. Keuntungan rumus biaya LiFo ini sering digunakan
perusahaan ketika menghadapi inflasi agar terhindar dari pengenaan income tax yang besar,
dibandingkan dengan penggunaan Fifo yang COGS-nya rendah sehingga net income yang
diterima akan besar yang secara otomatis pengenaan income tax pun akan besar.
Kemudian, sebagai upaya DSAK memenuhi konvergensi IFRS 2012, pada tanggal I
Januari 2012 mendatang, akan diberlakukan beberapa PSAK yang sudah direvisi, yang
diantaranya terlihat pada tabel 2.
No PSAK Ref
I PSAK 10 Penzaruh Perubahan Kurs Valuta Asing lAS 21
2 PSAK 18 Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat lAS 26
Punakarva
3 PSAK 24 Imbalan Keria lAS 19
4 PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi lAS II
5 PSAK 46 Akuntansi Pajak Penghasilan lAS 12
6 PSAK 53 Pembavaran Berbasis Saham IFRS2
7 PSAK 50 lnstrumen Keuanzan: Penvaiian lAS 32
8 PSAK 56 Laba per Saham lAS 33
9 PSAK 60 lnstrumen Keuanzan: Penzunzkanan IFRS7
10 PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan lAS 20
Pengungkapan Bantuan Pemerintah
II PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi lAS 29
Hinerinflasi
12 PSAK 64 Explorasi dan Evaluasi Sumber Dava Mineral IFRS6
Sumber: Wahyuru, 2011
Sebagai contoh lain pada PSAK 16 tentang Aset Tetap, terjadi beberapa perubahan yang
mencakup penggantian istilah dari Aktiva menjadi Aset dalam seluruh PSAK, pertukaran aset
tetap, perubahan model pengukuran aset tetap setelah pengakuan awal, dll, Pada PSAK 16
(1994) dalam transaksi pertukaran aset tetap yang sejenis atau tidak sejenis ditakukan pencatatan
yang berbeda, sementara itu, dalam PSAK 16 (revisi 2007) tidak membedakannya. Pada PSAK
16 (revisi 2007) dalam hal model pengukuran aset tetap setelah pengakuan awal, terjadi
perubahan dimana entitas mempunyai 2 pilihan pencatatan pengukuran aset tetap setelah
pengakuan awal, yaitu: model biaya dan revaluasi yang sebelumnya pada PSAK 16 (1994)
model revaluasi tidak diperkenankan.
V. PENUTUP
Peranan IFRS terhadap SAK di Indonesia sangat penting. Hal itu terlihat dari
pembahasan yang telah ditakukan untuk menunjang kemampuan Indonesia bersaing dan maju
dalam persaingan global. Dengan adanya standar global tersebut memungkinkan keterbandingan
dan pertukaran informasi secara universal. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya
informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang ada di lndonesia. Adopsi standar
intemasional juga penting dalam rangka stabilitas perekonornian.
Diharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan yang terlibat dalam
akuntansi untuk sadar dan berkembang untuk dapat menerapkan suatu standar yang berskala
intemasional sebagai salah satu langkah maju bersaing dengan negara-negara berkembang
lainnya. Dalam penerapannya seorang akuntan sekarang dituntut memiliki professional
judgement yang baik. Dengan demikian, para akuntan dapat memberikan kualitas hasil laporan
keuangan yang baik dan sesuai dengan IFRS yang te1ah diterapkan dalam SAK yang berlaku di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
BePRO Seminar. 2011. International Financial Reporting Standard (IFRS) update [brosur]:
Jakarta.
"Dampak Konvergensi IFRS terhadap perpajakan", diakses tanggal 5 Juli 2011.
http://rogonyowosukmo.wordpress.com/2011l03/24/dampak-konvergensi-ifrs-terhadap-
perpajakan/,
Exposure Draft PSAK 14: Persediaan.
Exposure Draft PSAK 16: Aset Tetap.
Exposure Draft PSAK 50: Instrumen Keuangan-Penyajian.
Exposure Draft PSAK 55: Instrumen Keuangan-Pengakuan dan Pengukuran.
"G20 Ekonomi Utama", diakses tanggal 30, Juni 2011. http://id.wikipedia.orglwikilG-
20- ekonomi- utama.
http://ersatriwahyuni.blogspot.coml2010/07/gempa-bumi-akuntansi-indonesia-2010.html(diakses
tanggal30 Juni 201\).
http://ersatriwahyuni.blogspot.coml2011/02/indonesia-berlari-iasb-berlarilebih.html (diakses
tanggal15 Juni 2011).
http://vedco.webs.comlappslbloglshowI2604622 (diakses tanggal9 Juli 2011).
"Kendala Adopsi Penuh IFRS di Indonesia", diakses 5 Juli 20 II.
http://akuntansionline.yolasite.comldiskusi-4Ikendala-adopsi-penuh-ifrs-di-indonesia
"Konvergensi IFRS", diakses tanggal 9 Juli 2011.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/06Ikonvergensi-ifrs/.
"Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia ke InternationalFinancial Reporting
Standard!' (IFRS)", diakses tanggal 3 Juli 2011.
http://www.iaigloba1.or.idlberitaldetai1.php?catid=&id=19.
"Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia ke InternationalFinancial Reporting
Standard!' (IFRS)", diakses tanggal 30 Juni 2011.
http://akuntansiumkm.wordpress.coml2010/02/15Ikonvergensi-standar-akuntansi-
keuangan-sak-indonesiake-intemational-fmancial-reporting-standards-ifrs/.
Majalah Akuntan Indonesia. diakses tanggal 4 Juli 2011.
http://www.iaigloba1.or.id/dataireferensiJai_edisi_16,pdf.
"Penggunaan LIFO dalam pelaporan pajak, bolehkah?", diakses tanggal 9 Juli 2011.
http://pajak.soup.io/post/14097248/.
"Persepsi Perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAK 55". diakses tanggal 8 Juli 2011.
http://www.scribd.comidoc/43713610IPersepsi-perbankan-terhadap-PSAK-50-dan-PSAk-
55.
"Perubahan Akuntansi di taboo 2011 ", diakses tanggal 5 Juli 2011.
http://rogonyowosukmo.wordpress.coml2011l0 1117/perubahan-akuntansi-20 III.
Purba, Marisi. 2010. International Financial Reporting Standards: Konvergensi & Kendala
Aplikasinya di Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 111 4 IDPNP tahun 2009. diakses tanggal 9 Juli 2011.
http://www.bLgo.idlweb/idIPeraturan/Perbankan/se_110409.htm.
Tri Wahyuni, Ersa. 2011. "Konvergensi IFRS di Indonesia: Sejarah, Capaian, dan Persepsi
Masyarakat ", Proceeding Seminar, dipresentasikan dalam seminar sehari Konvergensi
IFRS di Indonesia.
Weygandt, Kimmel, and Kieso. 2011. Financial Accounting IFRS Edition. Wiley
Zamzami, Faiz. 2011. Perkembangan Konvergensi International Financial Reporting Standard
(IFRS) di Indonesia, halaman 3.