Anda di halaman 1dari 11

J.

Agroland 22 (3) : 254 - 264, Desember 2015 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP KUALITAS BIJI


KAKAO DAN PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA
SEJAHTERA KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI

Effect of production input to the quality of cocoa beans and income cocoa
farming in palolo sub district sigi district
1)
Nurhidaya 2)Made Antara 2)Effendy
1)
Pasca Sarjana Program Studi Agribisnis Universitas Tadulako, nurindrajaya0003@gmail.com
2)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

ABSTRACT

This research aimedto: (1) analyze the influence of inputs on the quality of cocoa beans at
Sejahtera VillagePalolo Sub District Sigi District and (2) analyze cacao farm income at Sejahtera
VillagePalolo Sub District Sigi District. The method usedwas asurvey and samples were taken
using a simple random technique. The number of samplesused asrespondentswas 52household
head. The results showed that (1) F test = 65.429 with probability p = 0.000 <0.05 at α = 5%
indicates the rejection of the null hypothesis suggesting thatsuch independent variables as urea
fertilizer (X1), KCl fertilizer (X2), SP36 fertilizer (X3), pesticides (X4), and labor (X5) have
simultaneously significant effect on the number of seeds per 100 g of dry cocoa beans at Sejahtera
Village Palolo Sub District. Partially, urea fertilizer (X1), KCl fertilizer (X2), SP36 fertilizer (X3),
pesticides (X4), and labor (X5) significantly affects the number of seeds per 100 g of dry cocoa
beans at the level of 95% and (2) the average total cost of the cacaa farming is IDR
14,103,106.34/1.61 ha/year equal to IDR 8,759,693.38/ha/year. The average cocoa farm
revenueisIDR 40,060,300.00/1.61 ha/year. Withthe average selling price of IDR 35,000.00 /kg, the
average cocoa farming revenue isIDR 25.957.193,66/1.61 ha/year equal to IDR
16,122,480.53/ha/year. The income of cocoa farming in the Sejahtera village per month is IDR
1,343,540/ha.

Keywords :Cacao farm, income, input production, andquality of cocoa beans.

PENDAHULUAN sumbangan devisa negara yang besar.


Indonesia berhasil menjadi produsen kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas kedua terbesar dunia berkat keberhasilan
ekspor dari subsektor perkebunan yang dalam program perluasan dan peningkatan
merupakan komoditas unggulan nasional, produksi yang mulai dilaksanakan sejak
dimana pada tahun 2000 sampai dengan awal tahun 1980-an. Pada tahun 2004 areal
tahun 2007 komoditas ini memberikan perkebunan kakao tercatat seluas 914 ribu
sumbangan devisa keempat setelah kelapa hektar, tersebar di 29 Provinsi dengan
sawit, karet, dan kelapa. Namun pada tahun sentra produksi di Sulawesi Selatan,
2008 komoditas kakao naik pada peringkat Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara,
ketiga setelah kelapa sawit dan karet yaitu Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur
sebesar US$ 1,413 milyar tahun 2009 dan Jawa Timur. Sebagian besar (>90%)
(Ditjenbun, 2010). Hal ini menunjukkan areal perkebunan kakao tersebut dikelola
bahwa komoditas kakao sebagai salah satu oleh rakyat (Direktorat Jenderal Bina
komoditas perkebunan yang memberikan Produksi Perkebunan, 2014).

254
Kabupaten Sigi khususnya Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi
Palolo merupakan daerah sentra produksi Tengah. Lokasi penelitian ditentukan secara
kakao terbesar di Propinsi Sulawesi Tengah. sengaja (Purposive), dengan pertimbangan
Banyak petani di Kecamatan Palolo Kabupaten bahwa kecamatan Palolo merupakan salah
Sigi menggantungkan hidupnya dari hasil satu sentra penghasil kakao di Kabupaten
tanaman kakao. Sigi. Penelitian ini dilaksanakan selama 3
Kecamatan Palolo merupakan salah bulan mulai bulan Agustus 2015 sampai
satu wilayah di Kabupaten Sigi yang
bulan Oktober 2015.
memproduksi dan mengusahakan kakao.
Tanaman ini merupakan tanaman yang Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan
hasilnya dimanfaatkan untuk menambah Sampel. Sampel merupakan bagian dari
penghasilan masyarakat. Utamanya bagi populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
petani kakao. Berikut data mengenai luas seluruh petani kakao yang berdomisili di
lahan, produksi dan produktivitas perkebunan Desa Sejahtera, Kecamatan Palolo, Kabupaten
kakao ditiap kecamatan. Sigi. Jumlah populasi dalam penelitian ini
Kualitas biji kakao sangat adalah sebanyak 106 Kepala Keluarga
menentukan harga biji kakao. Kualitas (KK). Selanjutnya, untuk penetapan ukuran
biji kakao yang baik harus difermentasi,
sampel digunakan rumus slovin (Riduwan,
dibersihkan dan dikeringkan (Sulistyowati
dan Wahyudi, 1999). Kualitas biji kakao 2005), dengan perhitungan sebagai berikut:
ditentukan oleh karakteristik fisik, kimia Rumus Penentuan jumlah sampel
dan organoleptik (Wahyudi dkk., 2008). N
Salah satu karakteristik fisik adalah jumlah n
biji per 100 gram (g). Karakteristik kimia N .d 2  1
meliputi kadar lemak total dan kadar air. Keterangan:
Kadar lemak biji kakao dipengaruhi n = Jumlah sampel
oleh musim dan faktor genetik tanaman N = Jumlah unit populasi
kakao (Mulato dkk. 2009; Wahyudi dkk. d2 = batas toleransi ditetapkan 10% jadi
2008). Mulato dkk. (2009) menyatakan bahwa n = 106 / 106 .(0,1 )2 + 1
ukuran berat biji sangat dipengaruhi oleh = 106/ 106 (0,01) + 1
jenis (klon) tanaman, kondisi lingkungan = 106 /2,06
(curah hujan) selama perkembangan buah
= 52
dan tindak agronomis pada tanaman.
Jumlah sampel dalam penelitian ini
Berdasarkan permasalahan tersebut
penulis merasa perlu melakukan penelitian sebanyak 52 KK, sedangkan teknik yang
untuk mengetahui berapa besar pengaruh digunakan untuk menetapkan responden
input produksi terhadap kualitas biji kakao ialah metode pengundian dengan pemulihan
dan berapa besar pendapatan usahatani kembali.
kakao di Desa SejahteraKecamatan Palolo Jenis dan Sumber Data. Data yang
Kabupaten Sigi. Penelitian ini bertujuan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
untuk : sumbernya adalah data primer dan data
1. Menganalisis besar pengaruh input
sekunder.
produksi terhadap kualitas biji kakao di
Desa Sejahtera Kabupaten Sigi. Data Primer. Data primer merupakan
2. Mengetahui besar pendapatan usahatani data yang diperoleh secara langsung dari
kakao di Desa Sejahtera Kecamatan Palolo responden, yaitu Pemerintah atau Dinas
Kabupaten Sigi. terkait, petani dan stakcholder yang
menjadi objek dalam penelitian ini baik
METODE PENELITIAN melalui wawancara dan pengisian kuesioner
penelitian. Secara garis besar data ini
Tempat dan Waktu. Penelitian ini
meliputi identitas responden, umur
dilaksanakan di Desa Sejahtera Kecamatan

255
responden, tingkat pendidikan serta Pengaruh variabel bebas secara
sarana dan prasarana yang digunakan oleh simultan dapat diketahui dengan menggunakan
responden. alat uji statistik Fisher (F-test) dengan,
Data Sekunder. Data sekunder merupakan
KTR
data yang diperoleh dari studi pustaka dan F
sumber – sumber lainnya termasuk dokumen KTS
yang berkaitan dengan materi penelitian Keterangan :
dan sumber pustaka lainnya yang terkait F = Fisher test
dengan komoditi kakao. KTR = Kuadrat Tengah Regresi
KTS = Kuadrat Tengah Sisa
Teknik Analisis Bentuk hipotesis :
Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Ho : bi = 0 ; Tidak ada pengaruh variabel
Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas bebas (Xi) terhadap variabel tidak bebas (Y)
merupakan suatu teknik matematika untuk Hi : bi ≠ 0 ; Minimal satu variabel bebas
mengetahui besarnya pengaruh variabel (Xi) berpengaruh terhadap variabel tidak
pupuk urea (X1), pupuk KCl (X2), Pupuk bebas (Y)
SP36 (X3), pestisida (X3) dan Tenaga kerja Keterangan :
(X5), terhadap kualitas biji kakao (Y) - Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho
secara statistik persamaanya: diterima, berarti tidak ada pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel
Y = bo.  X .e i , atau tidak bebas (Y).
Y = bo. X1 X2 X3b3X4b4 X5b5eμ
b1 b2
- Jika F hitung > F tabel, maka Ho
ditolak, berarti ada pengaruh variabel
Agar linear ditransformasi dalam bebas (X) terhadap variabel tidak
logaritma natural (In), sehingga persamaan bebas (Y).
nya menjadi :
Pengaruh variabel bebas secara
In Y = ln bo + b1ln X1 + b2ln X2 + b3ln individu dapat diketahui dengan menggunakan
X3 + b4ln X4 + b5ln X5 + μ uji statistik Student Test atau t-test dengan
persamaan matematik sebagai berikut :
Keterangan :
bi
Y = Kualitas biji kakao (jumlah biji t 
per 100 g biji kakao kering) S bi
bo = Intercept Keterangan :
b1-5 = Parameter yang akan diduga t = Uji-t (Student test)
X1 = Pupuk urea (kg) bi = Nilai koefisien regresi
X2 = Pupuk KCl (kg) variabel ke-i
Sbi = Standar error variabel ke-i
X3 = Pupuk SP36 (kg)
Bentuk hipotesis :
X = Pestisida (lt) Ho : bi = 0
4
X = Tenaga kerja (HOK) Hi : bi ≠ 0
5 Dengan ketentuan :
μ = Kesalahan (error) - Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
Koefisien determinasi ganda (R2) - Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho
digunakan untuk mengetahui ketepatan diterima
model, dengan rumus sebagai berikut : Keterangan :
- Ho : bi = 0 : variabel bebas (Xi)
Jumlah Kuadrat Regresi
R2  berpengaruh tidak nyata terhadap
Jumlah Kuadrat Total variabel bebas (Y)

256
- Hi : bi = 0 : variabel bebas (Xi) berumur 64 Tahun ke atas sebanyak 3 %.
berpengaruh nyata terhadap variabel Hal itu sesuai dengan pernyataan BPS
tidak bebas (Y) (2010) bahwa umur 15 tahun sampai
umur 64 tahun adalah golongan tenaga
Analisis Pendapatan. Analaisis pendapatan
kerja yang produktif atau masih dalam
bersih merupakan selisih pendapatan
taraf kerja yang aktif. Sebaran umur petani
kotor dikurangi total biaya produksi,
dapat berimplikasi pada tingkat pengalaman
yang dihitung dengan rumus :
berusahatani yang akan memengaruhi
kinerja petani yang pada ahirnya berpengaruh
Keterangan : pada tingkat pendapatan petani.
𝜋 = Pendapatan Usahatani
Umur petani akan sangat berpengaruh
TR = Total Penerimaan terhadap kemampuan kerja dan sikapnya
TC = Total Biaya dalam mengelola usahatani terutama dalam
Yang dapat dirumuskan kembali pengambilan keputusan. Umumnya petani
seperti rumus di bawah ini : yang berumur lebih muda akan memiliki
π = TR – TC kemampuan fisik yang relatif besar, semangat
TR = PQ x Y kerja yang tinggi dan jiwa dinamis, sehingga
TC = FC + VC lebih cepat dalam menerima teknologi
Keterangan : baru yang bertujuan untuk meningkatkan
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) produksi dan pendapatan. Petani yang
TC = Total Cost (Total Biaya) lebih muda cenderung akan melakukan
PQ = Harga Tiap Satuan Produk perubahan penggunaan input-input dalam
Y = Total Produk berproduksi. Petani berumur relatif muda
FC = Total Fixed Cost (Total Biaya menghendaki adanya perubahan yang
Tetap) terjadi untuk keberhasilan usahataninya,
VC = Total Variabel Cost (Total Biaya dibandingkan dengan petani yang berumur
Variabel) tua. Petani yang usianya lebih tua memiliki
kemampuan fisik yang rendah, mereka lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN mengandalkan pengalaman dalam mengelola
usahataninya dan selalu berhati-hati dalam
Karateristik Responden. Berdasarkan data bertindak.
yang diperoleh melalui hasil observasi dan
Tingkat Pendidikan. Tingkat pendidikan
wawancara langsung dengan petani, maka
merupakan faktor pendukung dalam suatu
karakteristik responden dapat diketahui.
kegiatan usahatani yang berhubungan
Karakteristik responden merupakan ciri-ciri
dengan kemampuan berpikir. Tingkat
yang dimiliki responden sehubungan dengan
pendidikan seseorang dapat berpengaruh
usahataninya. Karakteristik yang dimaksud
dalam proses pengambilan keputusan,
dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat
yakni terkait dengan kematangan berfikir
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan
yang dimiliki untuk dapat mengelola
pengalaman berusahatani.
kegiatan usahatani yang lebih efektif dan
Umur Responden. Hasil penelitian efisien serta lebih mudah dalam menerima
menunjukan umur rata-rata responden informasi dan teknologi baru. Namun tidak
dalam penelitian ini adalah 46 tahun. Desa selamanya pendidikan berpengaruh pada
Sejahtera berada pada kisaran usia kerja kegiatan seseorang, karena tidak semua
produktif yaitu berkisaran 25–64 Tahun usaha membutuhkan tingkat pendidikan
berjumlah 49 orang (94,23 %) dan usia tinggi. Hasil penelitian menunjukan tingkat
petani yang tidak produktif lagi atau pendidikan petani responden kakao cukup
bervariasi mulai tidak tamat SD (TSD)
257
25 %, Tamat SD 38,46, Tamat SLTP 19,23, Tanggungan keluarga yang sedikit
Tamat SLTA 15,38, dan Perguruan Tinggi di dalam suatu rumah tangga petani kakao,
(PT) 1,93. Lebih jelas mengenai tingkat akan memberikan peluang untuk dapat
pendidikan petani responden kakao tingkat meningkatkan modal usahatani. Artinya
pendidikan petani responden yang terbanyak dengan sedikitnya jumlah tanggungan
adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD). keluarga, biaya hidup juga sedikit sehingga
Pengalaman Berusahatani. Pengalaman sebagian pendapatan yang diperoleh petani
berusahatani merupakan salah satu faktor dapat dialokasikan sebagai modal untuk
penentu keberhasilan suatu usahatani dan usahataninya. Namun di sisi lain sumbangan
pengalaman berusahatani erat kaitannya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga
dengan tingkat umur petani. Umumnya relatif sedikit, terutama bila anggota keluarga
semakin tua umur petani maka semakin masih di bawah usia produktif, sehingga
banyak pengalaman dalam hal ini pengetahuan tidak sedikit petani yang menggunakan
dan kemampuan dalam berusahatani kakao. tenaga kerja di luar keluarga.
Pengalaman berusahatani dapat mendorong Keadaan Usahatani
petani untuk melakukan tindakan yang
Luas Lahan. Hasil observasi dan wawancara
dapat memajukan usahataninya. Semakin
lama pengalaman seseorang maka semakin langsung dengan responden diketahui
selektif dalam melakukan kegiatan bahwa luas lahan yang digarap berkisar
usahataninya. Keputusan atau tindakan antara 1 ha sampai 3 ha dengan rata-rata
yang diambil dapat terencana sehingga luas lahan 1,61 ha. penguasaan lahan kakao
kemungkinan untuk mendapatkan resiko petani responden tertinggi berada pada luas
lebih berkurang. 1,8 – 2,5 ha. Luas penguasaan lahan pertanian
Pengalaman petani dalam berusahatani merupakan salah satu faktor yang penting
kakao sebagian besar memiliki pengalaman dalam meningkatkan produksi usahataninya
5- 18 tahun yaitu sebanyak 41 orang atau sehingga pendapatan dapat meningkat pula.
78,85%. Hal ini berarti bahwa dengan Semakin besar luas lahan yang digarap
pengalaman yang dimiliki oleh petani tersebut, serta ditunjang dengan penerapan teknologi
maka tentunya mempunyai kemampuan yang usahatani yang tepat, cenderung akan
lebih baik dalam meningkatkan produksi memberikan produksi yang makin tinggi.
sehingga berimplikasi pada pendapatan Penggunaan Pupuk. Jenis pupuk yang
usahatani tersebut. digunakan petani responden kakao yaitu
Tanggungan Keluarga. Jumlah tanggungan jenis pupuk Urea, KCL, dan SP–36.
keluarga dari tiap-tiap kepala keluarga penggunaan pupuk semakin meningkat seiring
ditentukan oleh banyaknya anggota dengan peningkatan luas lahan. Rata-rata
keluarga yang menjadi tanggung jawab penggunaan pupuk Urea 295,19 kg, pupuk
kelurga tersebut. Jumlah tanggungan KCl 291,35 kg, dan pupuk SP36 435,58 kg
keluarga merupakan salah satu faktor yang per 1,61 ha luas lahan. Pupuk merupakan
dapat memengaruhi usahatani, semakin salah satu faktor produksi yang dapat
banyak jumlah tanggungan mengakibatkan meningkatkan produksi sehubungan dengan
bertambahnya biaya hidup. jumlah tersedianya unsur hara dalam tanah untuk
tanggungan keluarga petani responden dalam mendukung pertumbuhan dan produksi
berusahatani kakao sebagian besar memiliki tanaman.
tanggungan keluarga sebesar 3 – 5 orang Penggunaan Pestisida. Faktor lain yang
yaitu sebanyak 42 orang atau 80,77%. Hal dapat menyebabkan penurunan tingkat
ini menunjukkan bahwa petani responden produksi yaitu serangan hama dan penyakit.
memiliki tanggungan keluarga yang sesuai Karena itu serangan hama dan penyakit
dengan program pemerintah (KB). perlu dikendalikan dengan penggunaan

258
pestisida. Jenis pestisida yang digunakan nol, artinya variabel bebas pupuk urea (X1),
petani responden kakao yaitu Drusban, pupuk KCl (X2)pupuk SP36 (X3), pestisida
Decis, Matador, Katalis, dan Sprin. Macam (X4), dan tenaga kerja (X5) secara simultan
dan jumlah pestisida yang digunakan petani (bersama-sama) memengaruhi jumlah biji
responden sangat tergantung pada luas per 100 g biji kakao kering di Desa
lahan dan keadaan tanaman kakao terhadap Sejahtera Kecamatan Palolo.
hama dan penyakit tanaman. Pengaruh dari masing-masing variabel
bebas X terhadap variabel tidak bebas Y
Penggunaan Tenaga Kerja. Salah satu
digunakan uji t pada Tabel 2.
pendukung keberhasilan suatu usahatani
Koefisien determinan (R2) yang
adalah penggunaan tenaga kerja yang
disesuaikan sebesar 0,863 menunjukkan
efektif serta memiliki kemampuan dan
bahwa variasi jumlah biji per 100 g biji
keterampilan yang memadai. Secara umum
kakao kering (Y) dapat diterangkan oleh
penggunaan tenaga kerja sangat tergantung
variabel bebas pupuk urea (X1), pupuk KCl
pada jenis pekerjaan yang terdapat dalam
(X2)pupuk SP36 (X3), pestisida (X4), dan
setiap usahataninya. Tenaga kerja yang
tenaga kerja (X5) sebesar 86,3%, sedangkan
digunakan petani responden adalah tenaga
13,7% diterangkan oleh faktor lain yang
kerja yang berasal dari dalam keluarga dan
tidak dimasukkan dalam model misalnya
luar keluarga. Jenis aktivitas usahatani
faktor iklim, dan lain-lain.
kakao selama satu tahun produksi meliputi
Pengaruh dari masing-masing faktor
penyiangan, pemupukan, pemangkasan,
produksi terhadap jumlah biji per 100 g biji
pengendalian HPT, pemetikan buah kakao,
kakao kering adalah sebagai berikut :
pengangkutan hasil panen, dan pengeringan.
Rata–rata penggunaan tenaga kerja yaitu Pupuk Urea. Penggunaan pupuk urea
176,98 HOK / 1,61 ha / tahun atau 109,93 berpengaruh negatif dan nyata terhadap
HOK / ha / tahun. jumlah biji per 100 g biji kakao kering, dimana
Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap probabilitas  = 0,001 < 0,05 uji dua arah
Kualitas Biji Kakao. Faktor-faktor pada taraf kepercayaan 95%. Koefisien
produksi yang diteliti dalam usahatani regresi sebesar -0,01 dapat diartikan bahwa
kakao di Desa Sejahtera Kecamatan Palolo setiap peningkatan pupuk urea sebesar 1%
antara lain: pupuk urea (X1), pupuk SP36 dapat menurunkan jumlah biji dalam 100 g
(X2), pupuk KCl (X3), pestisida (X4), dan biji kakao kering sebesar 0,01%, dengan
tenaga kerja (X5). Analisis faktor-faktor asumsi faktor lain dianggap konstan. Hal
produksi yang memengaruhi kualitas biji tersebut menunjukkan penggunaan pupuk
kakao (jumlah biji per 100 g biji kakao urea pada tanaman kakao dapat menyebabkan
kering) di Desa Sejahtera Kecamatan Palolo biji kakao bertambah besar dan padat
digunakan fungsi produksi Cobb-Dauglas, sehingga jumlah biji berkurang per 100 g
dimana variabel dependen (variabel terikat) biji kakao kering. Penelitian ini relevan
Y adalah kualitas biji kakao (jumlah biji per dengan penelitian Sokri et al. (2013) yang
100 g biji kakao kering). menyatakan nitrat berpengaruh terhadap
Hasil analisis regresi dengan program pematangan buah. Nitrogen (N) adalah
SPSS versi 18.00 dapat di lihat pada nutrisi utama untuk tanaman dan penting
Lampiran 3. Anova dari faktor-faktor produksi untuk semua organisme (Vrede et al. 2004).
yang memengaruhi jumlah biji per 100 g Pupuk KCl. Penggunaan pupuk KCl
biji kakao kering di Desa Sejahtera Kecamatan berpengaruh negatif dan nyata terhadap
Palolo. jumlah biji per 100 g biji kakao kering,
Tabel 1 menunjukkan Fhitung = 65,429 dimana probabilitas  = 0,000 < 0,05 uji
dengan probabilitas p = 0,000 < 0,05 pada dua arah pada taraf kepercayaan 95%.
α = 5 % membuktikan menolak hipotesis Koefisien regresi sebesar -0,013 dapat

259
diartikan bahwa setiap peningkatan pupuk Pupuk SP-36. Penggunaan pupuk SP-36
KCl sebesar 1% dapat menurunkan jumlah berpengaruh negatif dan nyata terhadap
biji dalam 100 g biji kakao kering sebesar jumlah biji per 100 g biji kakao kering,
0,013%, dengan asumsi faktor lain dimana probabilitas  = 0,000 < 0,05 uji
dianggap konstan. dua arah pada taraf kepercayaan 95%.
Hal tersebut menunjukkan penggunaan Koefisien regresi sebesar -0,022 dapat
pupuk KCl pada tanaman kakao dapat diartikan bahwa setiap peningkatan pupuk
menyebabkan biji kakao bertambah besar SP-36 sebesar 1% dapat menurunkan
dan padat sehingga jumlah biji berkurang jumlah biji per 100 g biji kakao kering
per 100 g biji kakao kering. Kalium sebesar 0,022%, dengan asumsi faktor lain
(K) memainkan peran kunci dalam dianggap konstan. Hal tersebut menunjukkan
osmoregulasi, regulasi stomata, fotosintesis, penggunaan pupuk SP-36 pada tanaman
dan perluasan sel (Porras et al. 2009). kakao dapat menyebabkan biji kakao
Tambahan serapan K yang lebih tinggi bertambah besar dan padat sehingga jumlah
dapat membantu mengurangi stres garam biji berkurang per 100 g biji kakao kering.
pada tanaman (Thomas et al. 2003). Posfor (P) adalah nutrisi utama untuk
Penelitian ini sejalan dengan penelitian tanaman dan penting untuk semua organisme
yang dilakukan oleh Effendy (2015) dan (Vrede et al. 2004). P adalah elemen
Irianto dan Sugiharti (2005) yang penting dalam produksi ribosom (Agren,
menyatakan bahwa jumlah penggunaan 2008). P diperlukan untuk sintesis protein
pupuk KCL mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan pertumbuhan (Elser et
terhadap peningkatan produksi. al. 2000, Hessen et al 2007).

Tabel 1. Anova Faktor-faktor Produksi yang Memengaruhi Jumlah Biji per 100 g Biji Kakao
Kering di Desa Sejahtera Kecamatan Palolo

Uraian db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Probabilitas

Regresi 5 0,037 0,007


Residual 46 0,005 0,000 65,429 0,000
Total 51 0,042
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 2. Koefisien Regresi Berganda dari Beberapa Faktor yang Memengaruhi Jumlah Biji per
100 g Biji Kakao Kering di Desa Sejahtera Kecamatan Palolo

Uraian Koefisien Regresi Probabilitas


Konstanta 4,902
Pupuk urea -0,010 0,001**
Pupuk KCl -0,013 0,000**
Pupuk SP36 -0,022 0,000**
Pestisida -0,013 0,000**
Tenaga kerja -0,015 0,000**
Koefisien determinan (R2) yang
disesuaikan 0,863
** signifikan pada α = 5%

260
Namun penggunaan P organic bertambah besar dan padat sehingga jumlah
yang berlebihan dapat mengakibatkan biji berkurang per 100 g biji kakao kering.
penekanan Arbuscular mycorrhizal fungi Jumlah tenaga kerja yang digunakan
(AMF) community (Jordan, 2000). AMF menyebabkan penggunaan input pada
telah terbukti meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao dapat dikerjakan dengan
tanaman dan produksi dengan meningkatkan baik, sehingga kebutuhan unsur hara
serapan hara di berbagai agroekosistem tercukupi. Penelitian ini relevan dengan
(Sensoy et al. 2007, Meghvansi et al. 2008). penelitian LI, et al. (2008) yang menyatakan
bahwa tenaga kerja pertanian berkorelasi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
positif dengan produksi pertanian.
yang dilakukan oleh Effendy (2015) yang
menyatakan bahwa jumlah pupuk SP36 Analisis Pendapatan Usahatani Kakao.
mempunyai pengaruh positif terhadap Analisis usahatani kakao dimaksudkan untuk
peningkatan produksi. mengetahui besarnya pendapatan petani
responden kakao dari usahataninya dengan
Pestisida. Penggunaan pestisida berpengaruh cara menghitung selisih antara total
negatif dan nyata terhadap jumlah biji per penerimaan dengan total biaya.
100 g biji kakao kering, dimana probabilitas
Penerimaan Usahatani Kakao. Rata-rata
 = 0,000 < 0,05 uji dua arah pada taraf
penerimaan petani responden dalam
kepercayaan 95%. Koefisien regresi sebesar penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
-0,013 dapat diartikan bahwa setiap Tabel 2 menunjukkan petani responden
peningkatan penggunaan pestisida pada menghasilkan biji kakao kering rata–
tanaman terserang hama penyakit sebesar rata 1.144,58 kg/1,61 ha/tahun. Rata-rata
1% dapat menurunkan jumlah biji per 100 g penerimaan usahatani kakao yaitu
biji kakao kering sebesar 0,013%, dengan Rp 40.060.300,00/1,61 ha/tahun, dengan
asumsi faktor lain dianggap konstan. Hal harga jual rata-rata Rp 35.000,00/kg.
tersebut menunjukkan penggunaan pestisida Penerimaan petani kakao adalah perkalian
pada tanaman kakao yang terserang hama antara produksi kakao dengan harga yang
penyakit dapat menyebabkan biji kakao diperoleh di petani. Penerimaan bergantung
dapat terbentuk secara sempurna. Biji pada jumlah produksi yang didapatkan
kakao yang tumbuh secara sehat dapat dengan jumlah harga yang berada di
menyebabkan biji kakao bertambah besar pasaran, jika jumlah produksi yang
dan padat sehingga jumlah biji berkurang diperoleh meningkat maka jumlah
per 100 g biji kakao kering. Namun penerimaan juga semakin meningkat,
penggunaan pestisida berlebihan dapat demikian juga dengan harga yang diperoleh
menimbulkan penyakit pada manusia di pasaran akan sangat menentukan
(Slusky et al. 2012, Navaranjan et al. 2013). penerimaan petani. Karena penerimaan
petani responden ditentukan oleh jumlah
Tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja produksi maka petani tersebut harus
berpengaruh negatif dan nyata terhadap memperbaiki volume produksinya misalnya
jumlah biji per 100 g biji kakao, dimana dengan mengoptimalkan penggunaan input
probabilitas  = 0,000 < 0,05 uji dua arah produksi, perluasan skala usahatani, dan
pada taraf kepercayaan 95%. Koefisien lain-lain.
regresi sebesar -0,015 dapat diartikan bahwa
Pendapatan Usahatani Kakao. Besarnya
setiap peningkatan tenaga kerja pada tanaman
pendapatan usahatani kakao yang diterima
kakao sebesar 1% dapat menurunkan
petani adalah selisih antara penerimaan
jumlah biji per 100 g biji kakao kering
dengan jumlah pengeluaran atau biaya, baik
sebesar 0,015%, dengan asumsi faktor lain
berupa biaya tetap maupun biaya variabel.
dianggap konstan. Hal tersebut menunjukkan
Besarnya pendapatan usahatani kakao dapat
penggunaan tenaga kerja pada tanaman
dihitung dengan menggunakan rumus
kakao dapat menyebabkan biji kakao
sebagai berikut :  = TR – TC

261
Tabel 3. Pendapatan Usahatani Kakao di Desa Sejahtera Kecamatan Palolo

Usahatani Kakao (1 tahun)


No. Uraian
1,61 ha 1 ha
Produksi (kg) 1.144,58 710,92
Harga rata-rata (Rp/kg) 35.000,00 35.000,00
1 Penerimaan 40.060.300,00 24.882.173,91
Biaya :
a.Biaya Tetap:
Penyusutan (Rp) 203.113,55 126.157,49
Sewa Lahan/Tahun (Rp) 2.408.653,85 1.496.058,29
Pajak/Tahun (Rp) 20.473,56 12.716,50
2 Sub Total 2.632.240,96 1.634.932,27
b.Biaya Variabel:
Upah Tenaga Kerja (Rp) 8.849.038,46 5.496.297,18
Biaya Pupuk (Rp) 1.983.269,23 1.231.844,24
Biaya Pestisida (Rp) 638.557,69 396.619,68
3 Sub Total 11.470.865,38 7.124.761,11
4 Total Biaya (2 + 3) 14.103.106,34 8.759.693,38
5 Pendapatan (1 - 4) 25.957.193,66 16.122.480,53
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Pendapatan usahatani kakao dapat membuktikan menolak hipotesis nol,


dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan artinya variabel bebas pupuk urea (X1),
rata-rata pendapatan usaha kakao adalah pupuk KCl (X2), pupuk SP36 (X3), pestisida
Rp 25.957.193,66 /1,61 ha/tahun atau (X4), dan tenaga kerja (X5) secara simultan
Rp16.122.480,53 /ha/ tahun. Besarnya (bersama-sama) memengaruhi jumlah biji
pendapatan usahatani kakao di Desa per 100 g biji kakao kering di Desa
Sejahtera per bulan sebesar Rp1.343.540 / Sejahtera Kecamatan Palolo. Secara parsial
ha. Hal ini menunjukkan pendapatan yang pupuk urea (X1), pupuk KCl (X2)pupuk
diperoleh petani kakao di Desa Sejahtera SP36 (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja
per bulan di atas UMR Kabupaten Sigi Rp (X5) berpengaruh nyata terhadap jumlah
900.000,00 per bulan, sehingga dapat biji per 100 g biji kakao kering pada taraf
dikatakan pendapatan usahatani kakao kepercayaan 95%.
sudah mencukupi untuk memenuhi Rata-rata biaya total usahatani
kebutuhan hidup petani kakao. kakao adalah Rp 14.103.106,34 /1,61
ha/tahun atau Rp 8.759.693,38/ ha/tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN Rata-rata penerimaan usahatani kakao
yaitu Rp 40.060.300,00/1,61ha/tahun,
Kesimpulan dengan harga jual rata-rata Rp 35.000,00/kg,
sehingga rata-rata pendapatan usaha
Berdasarkan hasil penelitian dan kakao adalah Rp 25.957.193,66/1,61
pembahasan, maka dapat disimpulkan ha/tahun atau Rp 16.122.480,53/ha/tahun.
sebagai berikut: Besarnya pendapatan usahatani kakao
Fhitung = 65,429 dengan probabilitas di Desa Sejahtera per bulan sebesar
p = 0,000 < 0,05 pada α = 5 % Rp1.343.540 / ha.

262
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pembimbing Utama (Prof. Dr. Ir. Made Antara,
MP) dan Pembimbing Anggota (Dr. Ir. Effendy, M.Si). Penulis menyampaikan terima kasih
kepada Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Sigi yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Wilayah
Binaannya, dan Kantor Desa Sejahtera yang telah memberikan data untuk kelengkapan penelitian
kami.
DAFTAR PUSTAKA

Agren GI (2008). Soichiometry and nutrition of plant growth in natural communities. Annu Rev
Ecol Evol Syst 39: 153-70. Doi: 10.1146/annurev.ecolsys.39110707.173515

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kementrian Pertanian, 2014. Pedoman
Teknis, Peningkatan Mutu Kakao Fermentasi. Jakarta 2014

Effendy, 2015. Increasing of Cocoa Farmers Household Income with Two Stage Least Squares
Method. Modern Applied Science; 9 (6):120-127

Elser JJ., Sterner RW., Gorokhova E., Fagan WF., Markow TA., Cotner JB., et al. (2000)
Biological stoichiometry from genes to ecosystems. Ecology Letters, 3: 540-550

Jordan NR, Zhang J, Huerd S (2000). Arbuscular-mycorrhizal fungi, potential roles in weed
management. Weed Research, 40 (5): 397–410.

Li, X., Y., Luo, Q., Gao, S., Dong and X., Yang, 2008. Farm Production Growth in the Upper
and Middle Parts of the Yellow River Basin, China, During 1980-1 999. Agricultural
Sciences in China 7(3), 344-355.

Mulato S., Widyotomo S., Misnawi dan Suharyanto E., (2009). Petunjuk Tehnis dan Pengolahan
Produk Primer dan Sekunder Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember.

Porras-Soriano A., Soriano-Martin ML., Poras-Piedra A., Azco’n R., (2009). Arbuscular
mycorrhizal fungi increased growth, nutrient uptake and tolerancee to salinity in olive trees
under nursery conditions. J Plant Physiol 166 (13):1350-1359.doi:
10.10016/j.jplphp.2009.02.010.

Riduwan, (2005). Metode dan Teknis Menyusun Tesis, Alfabeta Betha. Bandung.

Sensoy S., Demir S., Turkem O., Erdine C., Savur OB., (2007). Responses of some different pepper
(Capsicum Annuum L.) genotypes to inoculation with two different arbuscuular
mycorrhizal fungi. Seientia Horticulturae, 113 (1): 92-95.

Slusky DA., C. Metayer, MC. Aldrich, M.H. Ward, C.S. Lea, S. Selvin, P.A. Buffler, (2002).
Reliability of Maternal-Reports Regarding the Use of Household Pestisides: Experience
from a Case-Control Study of Chilhood Leukemia. Cancer Epidemiology, 36: 375-
380.doi:10.1016/j.canep.2011.12.009.

Sulistyowati dan Wahyudi, T., 1999. Pengendalian Mutu Kopi dan Kakao Berdasarkan Sistem
Standarisasi Nasional. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15(2): 203-220.

263
Thomas JMG, Boote KJ, Allen LH, Gallo-Meagher M, Davis JM (2003). Seed physiology and
metabolism: Elevated temperature and carbon dioxide effects on soybean seed composition
and transcript abundance. Crop Sci 43: 1548–1557.

Vrede T, Dobberfuhl DR, Kooijman S, Elser JJ (2004). Fundamental Connections Among


Organism C:N:P Stoichiometry, Macromolecular Composition, and Growth. Ecology, 85
(5): 1217–1229.

Wahyudi, T., Panggabean, T.R. dan Pujiyanto, 2008. Panduan Lengkap Kakao: Manajemen
Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

264

Anda mungkin juga menyukai