Komponen Kimia Dan Fisik Abu Sekam Padi
Komponen Kimia Dan Fisik Abu Sekam Padi
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/315046523
CITATION READS
1 1,483
1 author:
Bakri Bakri
Universitas Hasanuddin
2 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Bakri Bakri on 27 October 2017.
KOMPONEN KIMIA DAN FISIK ABU SEKAM PADI SEBAGAI SCM UNTUK
PEMBUATAN KOMPOSIT SEMEN
Chemical and Physical Component of Rice Husk Ash as SCM for Cement Composite Manufacture
Bakri
ABSTRACT
This research aimed to determine chemical and physical component of rice husk ash as supplementing
cement material to manufacture cement composite products. Charcoal of rice husk ash obtained by
burning rice husk conventionally in kiln drum and burned again in furnace 1400 Barnsted Thermolyne
Type at temperature 600o C for 2 hours. Analysis of chemical and physical component refer to SNI 15-
2049-2004. Major chemical compound of rice husk ash was 72.28 % of silica and 21.43 of LOI. Density of
rice husk ash was 760 kg/m3.
Key words: SCM, rice husk ash, chemical and physical component, cemet composite.
kaca, dan meningkatkan masa pakai mortar menghasilkan efek menurun pada kekuatan
(Chindaprasirt et al., 2007). Walaupun Sarawasthy mortar.
and Song (2007) menyarankan penggunaan abu
sekam padi sebesar 25 % untuk membuat METODE PENELITIAN
komposit semen tetapi penggunaan abu sekam
padi sampai 30 % sebagai pengganti sebagian Bahan penelitian terdiri atas sekam padi, air
semen masih dapat mengurangi penetrasi klorida, suling, dan beberapa reaktan. Instrumen penelitian
mengurangi permeabilitas, meningkatkan terdiri atas gelas ukur, tabung reaksi, timbangan
kekuatan, dan meningkatkan sifat anti karat digital, thermometer, hygrometer, furnace tipe
komposit semen. 1400 Barnsted Thermolyne, caliper, baskom,
Chindaprasirt and Rukzon (2008) menemukan ember, kantung plastik, dandang aluminium, drum
bahwa mortar yang menggunakan RHA lebih pembakaran, ayakan, blender, tanur, dan
tahan terhadap penetrasi klorida dibandingkan komputer. Penelitian dilaksanakan pada Oktober –
mortar yang menggunakan palm oil fuel ash dan Nopember 2008 di Laboraturium Ilmu Kayu dan
fly ash. Penggunaan abu sekam padi sebagai Diversifikasi Produk Hasil Hutan Universitas
SCM pada jembatan, bangunan dermaga, dan Hasanuddin.
bangunan pembangkit tenaga nuklir akan memiliki Sekam padi yang telah disiapkan dicuci
kekuatan tinggi dan permeabilitas rendah karena dengan air untuk memisahkan kotoran yang
abu sekam padi dapat meningkatkan reaksi melekat dan dikeringkan selama beberapa hari
pozzolan untuk pembentukan kalsium silikat hidrat sampai mencapai keadaan kering udara.
(Dakroury and Gasser, 2008). Pembakaran sekam padi untuk menghasilkan abu
Penggunaan 10 % abu sekam padi dapat dilakukan menurut metode yang dilakukan oleh
meningkatkan kekuatan tekan concrete yang Silva et al. (2008), Harsono (2002), dan Ganesan
menggunakan agregat pasir setelah 28 hari curing et al. (2008) dengan melakukan beberapa
period sebesar 99,45 MPa dan kekuatan tarik penyesuaian. Sekam padi dibakar dalam drum
pisah sebesar 7 MPa (Silva et al., 2008). pada suhu ± 300o C selama 60 menit untuk
Pembuatan sandcrete block yang dilakukan oleh mendapatkan arang sekam padi. Arang sekam
Oyetola and Abdullahi (2006) menunjukkan bahwa padi kemudian didinginkan selama 24 jam
penggantian optimum oleh abu sekam padi pada kemudian dibakar pada furnace tipe 1400
semen adalah 20 % untuk menghasilkan kekuatan Barnsted Thermolyne pada suhu 600o C selama 2
tekan sebesar 36,5 MPa setelah 28 hari curing jam. Abu sekam padi yang berasal dari
period. Penggantian 20 % abu sekam padi pada pembakaran furnace kemudian didinginkan selama
semen untuk mortar yang menggunakan agregat 24 jam dan kemudian digiling dalam blender
pasir menghasilkan kekuatan tekan mortar selama 2 menit. Abu sekam padi kemudian diayak
sebesar 54 MPa setelah 28 hari curing period pada ayakan 325 mesh dan disimpan dalam
(Chindaprasirt et al., 2007). Hasil-hasil penelitian kantong plastik yang tertutup sebelum dianalisis.
ini membuktikan bahwa penggunaan abu sekam Analisis fisik dan kimia bahan dilakukan dengan
padi sebagai pengganti sebagian semen efektif mengadopsi SNI 15-2049-2004 (BSN, 2004)
menaikkan kekuatan tekan komposit semen pada
rasio abu sekam padi terhadap semen (abu sekam
padi/semen + abu sekam padi) sebesar 20 % pada HASIL DAN PEMBAHASAN
agregat batuan tidak reaktif. DTI (2003)
menjelaskan bahwa penggunaan abu sekam Komponen kimia dan fisik abu sekam padi
padi/semen sampai 35 % masih dapat dilakukan yang dibuat dalam penelitian ini ditunjukkan pada
untuk mencapai kekuatan tekan maksimum Tabel 1. Komponen kimia yang paling dominan
sedangkan penggunaan abu sekam padi/semen + terkandung pada abu sekam padi yang dihasilkan
abu sekam padi sebesar 50 % masih cukup efektif yaitu SiO2 sebesar 72,28 % dan senyawa hilang
tetapi kekuatan komposit semen akan berkurang pijar sebesar 21,43 %.. Sedangkan persentase
setelah 28 hari curing period. Ganesan et al. kandungan senyawa CaO, Al2O3, dan Fe2O3,
(2008) mengemukakan bahwa penggantian semen tergolong sangat rendah yaitu masing-masing
sebesar 30 % oleh abu sekam padi tidak sebesar 0,65 %, 0,37 %, dan 0,32 %.
Perhitungan pembentukan tipe mineral atau merupakan gel kaku yang tersusun oleh partikel-
fasa senyawa abu sekam padi pada Tabel 2 partikel sangat kecil dengan susunan lapisan yang
menunjukkan bahwa abu sekam padi yang dibuat cenderung membentuk formasi agregat yang akan
tidak memiliki fasa senyawa alite (C3S) dan balite memberikan kekuatan pada semen.
(C2S) sedangkan aluminate (C3A), dan ferrite Penggantian sebagian semen oleh abu sekam
(C4AF) sangat rendah yaitu masing-masing padi akan menghasilkan reaksi antara CH dan
sebesar 0,44 % dan 0,98 %. Karena abu sekam silika abu sekam padi yang menyebabkan
padi tidak memiliki fasa senyawa C3S dan C2S terbentuknya CSH sekunder. Jumlah CSH
maka abu sekam padi tidak dapat digolongkan sekunder yang terbentuk tergantung pada proporsi
sebagai matriks dalam pengertian semen. Namun antara silika yang dikandung oleh abu sekam padi
demikian karena abu sekam padi memiliki dan CH yang dihasilkan dari reaksi C3S atau C2S
kandungan SiO2 yang tinggi maka abu sekam padi dan air. Persentase silika yang dikandung oleh abu
dapat dijadikan sebagai pengganti sebagian sekam padi yang dibuat dalam penelitian ini
matriks semen. sebesar 72, 28 % lebih kecil dari persentase silika
Matriks semen hidrolik jika bereaksi dengan abu sekam padi yang dibuat pada skala industri.
air akan menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH) Persentase silika abu sekam padi yang dibuat
primer dan kalsium hidroksida (CH). Pembentukan pada skala industri umumnya di atas 90 %.
CSH dan CH dalam proses hidrasi dikendalikan Penelitian yang dilakukan oleh Gastaldini et al.
oleh hidrasi C3S dan C2S dalam semen. Hidrasi (2007), Silva et al. (2008), Chindaprasirt et al.
C3S dan C2S menghasilkan CSH dan CH yang (2007), dan Oyetola and Abdullahi (2006)
berbeda. Jumlah CH yang dihasilkan dari proses menunjukkan bahwa penggunaan abu sekam padi
hidrasi C3S 3 kali lebih banyak dari C2S. CH yang yang memiliki kandungan silika di atas 85 %
terbentuk pada proses hidrasi berbentuk sebagai pengganti sebagian semen sampai
hexagonal dan menempati 20 – 25 % volume sebesar 30 % dapat meningkatkan kekuatan
pasta semen, tetapi tidak memberikan konstribusi komposit semen yang dibuat.
kekuatan pada semen. Sedangkan CSH
Table 2. Content Percentage of C3S, C2S, C3A, and C4AF of Rice Hausk Ash*)
Common Chemical Mineral Value of Content
Calculation of Content Percentage
Notation Formula Name (%)
1. C3S 3CaO.SiO2 Alite (4,071 x % CaO) – (7,600 x % nilai persentase
SiO2) – (6,718 x %Al2O3) – (1,430 negatif
x % Fe2O3) – (2,852 x % SO3)
Reaksi abu sekam padi dengan CH berkurangnya reaktifitas silika terhadap CH pada
mengakibatkan jumlah CH akan berkurang, CSH proses hidrasi.
bertambah, dan permeabilitas berkurang Keadaan fisik abu sekam padi pada Tabel 1
(Chatveera and Lertwattanaruk, 2008). menunjukkan bahwa kerapatan gembur abu sekam
Pembentukan CSH sekunder yang semakin padi tergolong sedang yaitu sebesar 760 kg/m3.
banyak dari reaksi abu sekam padi dan CH akan Kerapatan gembur merupakan kerapatan partikel
mengurangi jumlah senyawa CH sehingga butiran suatu bahan pada volume tertentu yang
menambah ketahanan pasta semen terhadap dipadatkan tetapi masih memiliki rongga di antara
serangan kimia dari luar. Jumlah CH yang partikel-partikel butiran. Nilai kerapatan ini
berkurang dapat menurunkan alkalinitas pasta dipengaruhi oleh kerapatan senyawa kimia yang
semen sehingga mengurangi reaksi senyawa dominan terdapat pada bahan tersebut dan volume
asam atau basa. Senyawa asam atau basa dapat rongga yang terdapat pada volume bahan tertentu.
dapat bereaksi dengan CH yang dapat merusak Tabel 1 menunjukkan bahwa senyawa kimia
atau melunakkan CSH. Jika permeabilitas pasta dominan pada abu sekam padi yaitu SiO2
semen tinggi maka air dan senyawa luar lainnya tergolong memiliki kerapatan padat sedang.
akan mudah masuk ke dalam pasta semen. Walaupun kalsium oksida (CaO) memiliki
Pembentukan CSH sekunder dapat mengurangi kerapatan padat tinggi tetapi senyawa ini memiliki
permeabilitas pasta semen sehingga menghalangi persentase sangat sedikit pada abu sekam padi.
masuknya zat cair ke dalam pasta semen. Kerapatan padat SiO2 adalah sebesar 2.641 kg/m3
Senyawa hilang pijar abu sekam padi yang dan kerapatan padat CaO adalah sebesar 3.341
dibuat sebesar 21,43 % dapat dijadikan petunjuk kg/m3 (Balonis and Glasser, 2009).
bahwa jumlah karbon terikat pada abu sekam padi Kerapatan abu sekam padi sebesar 760 kg/m3
cukup besar. Karbon terikat ini merupakan unsur jauh lebih rendah dibandingkan dengan kerapatan
karbon dari senyawa biomassa sekam padi yang semen Portland tipe I yaitu sebesar 1.250 kg/m3.
tidak menguap pada saat pembakaran. Persentase Semakin banyak jumlah persentase abu sekam
jumlah karbon terikat yang besar ini akan padi yang digunakan untuk mengganti semen
mengurangi persentase kandungan silika pada abu maka jumlah semen semakin berkurang sehingga
sekam padi. Penggunaan abu sekam padi dengan kerapatan matriks secara keseluruhan akan lebih
kandungan karbon yang banyak sebagai pengganti rendah dari kerapatan semen. Komposit semen
sebagian semen dalam pembuatan komposit yang dibuat dengan menggunakan abu sekam padi
semen akan mempengaruhi sifat fisik dan mekanik sebagai pengganti sebagian semen akan
komposit semen. Beberapa penelitian telah mengurangi kerapatan komposit semen namun
dilakukan pada penggunaan karbon bergeometri dapat meningkatkan kekuatan komposit semen.
nanotube yang ditemukan pada tahun 1991 untuk Hasil penyaringan dengan menggunakan
meningkatkan kekuatan komposit semen tetapi ayakan berukuran 45 µm atau 325 mesh
dalam jumlah yang sangat kecil yaitu kurang dari 1 menunjukkan bahwa persentase lolos ayakan abu
% berat semen. Penggunaan karbon nanotube sekam padi adalah 75 %. Walaupun beberapa
sebesar 0,5 % berat semen dapat meningkatkan hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran butiran
kuat tekan sebesar 25 % dan kuat patah sebesar partikel abu sekam padi lebih kecil dari semen
19 % (Li et al., 2005). Yu and Kwon (2009) namun pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah
menggunakan karbon nanotube sebesar 0,1 % dari butiran partikel yang memiliki ukuran lebih besar
berat semen tetapi tidak menunjukkan peningkatan dari 45 µm atau tidak lolos ayakan 45 µm cukup
kekuatan mekanis yang berarti pada komposit banyak terdapat pada abu sekam padi yaitu
semen. Walaupun Yu and Kwon (2009) sebesar 25 %. Hal ini disebabkan karena abu
menyarankan untuk menggunakan karbon sekam padi yang dibuat masih mengandung
nanotube pada persentase yang lebih tinggi tetapi karbon terikat dalam jumlah yang cukup besar
sebelumnya Makar and Beaudoin (2003) telah dalam senyawa hilang pijar berbentuk partikel
mengemukakan bahwa penggunaan karbon arang halus.
nanotube pada persentase 2 – 10 % belum tentu Abu sekam padi yang memiliki ukuran butiran
dapat menghasilkan sifat mekanis yang baik. partikel yang tidak lolos ayakan 45 µm akan
Kandungan senyawa hilang pijar yang cukup besar memiliki bentuk yang tidak teratur dan porositas
pada abu sekam padi dapat menyebabkan internalnya sangat tinggi. Penggilingan abu hasil-
hasil pertanian menjadi partikel yang halus akan
13
DTI. 2003. Rice Husk Ash Market Study. DTI/Pub Mathias, A. J. 2000. Environmental Benefits of
URN 03/668. United Kingdom: Brozeoak Ltd Biomass Energy Projects. Paper Presented at
(Contractor). Seminar on Environmental Impact of Developing
Ganesan, K., Rajagopal, K., and Thangavel, K. 2008. Biomass Energy Projects for Power
Rice husk ash blended cement: Assessment of Generation/Cogeneration, Bangkok, Thailand,
Optimal Level of Replacement for Strength and October 24 – 26, 2000
Permeability Properties of Concrete. Nehdi, M. 2004. A reply to the discussion by A.
Construction and Building Materials. 22 (8): 1675 Demirbas of the Paper ‘‘Performance of Rice
– 1683. Husk Ash Produced Using a New Technology as
Gastaldini, A. L. G., Isaja, G. C., Gomes, N. S., and a Mineral Admixture in Concrete’’. Cement and
Sperb, J. E. K. 2007. Chloride Penetration and Concrete Research. 34:1271–1272.
Carbonation in Concrete with Rice Husk Ash and Oyetola, E. B. and Abdullahi, M. 2006. The Use of
Chemical Activators. Cement & Concrete Rice Husk Ash in Low – Cost Sandcrete Block
Composites. 29: 176 – 180. Production. Leonardo Electronic Journal of
Harsono, H. 2002. Pembuatan Silika Amorf dari Practices and Technologies. 8: 58 – 70.
Limbah Sekam Padi. Jurnal Ilmu Dasar. 3 (2): 98 Saraswathy, V. and Song, Ha-Won. 2007. Corrosion
-103. Performance of Rice Husk Ash Blended
Ismail, M. S. and Waliuddin, A. M. 1996. Effect of Concrete. Construction and Building Materials.
Rice Husk Ash on High Strength Concrete. 21: 1779–1784.
Construction and Building Materials. 10 (1): 521 Sata, V., Jaturapitakkul, C., and Kiattikomol, K. 2007.
– 526 Influence of Pozzolan from Various by-Product
Katsuki, H., Furuta, S., Watari, T. and Komarneni, S. Materials on Mechanical Properties of High-
2005. ZSM-5 zeolite/porous carbon composite: Strength Concrete. Construction and Building
Conventional- and Microwave-Hydrothermal Materials. 21: 1589–1598.
Synthesis from Carbonized Rice Husk. Silva, F. G. da., Liborio, J. B. L., and Helene, P. 2008.
Microporous and Mesoporous Materials. 86: 145 Improvement of Physical and Chemical
–151. Properties of Concrete with Brazilian Silica Rice
Laskar, A. I. and Talukdar, S. 2008. Rheological Husk (SRH). Revista Ingeniería de Construcción
Behavior of High Performance Cconcrete with Journal. 23 (1): 18 – 25.
Mineral Admixtures and Their Blending. Singh, N. B., Rai. S., and Chaturvedi, S. 2002.
Construction and Building Materials. 22: 2345 – Hydration of Composite Cement. Progress in
2354.. Crystal Growth and Characterization of
Li, G. Y., Wang, P. M., and Zhao, X. 2005. Materials. 171-174.
Mechanical Behavior and Microstructure of Yu, Q., Sawayama, K., Sugita, S., Shoya, M. and
Cement Composites Incorporating Surface- Isojima, Y. 1999. The Reaction Between Rice
treated multi-walled Carbon Nanotubes . Carbon. Husk Ash and Ca(OH)2 Solution and The Nature
43: 1239–45 of Its Product. Cement and Concrete Research.
Makar, J.M. and Beaudoin, J.J. 2003. Carbon 29 : 37–43.
Nanotubes and Their Application in the Yu, X. and Kwon, E. 2009. A Carbon
Construction Industry. Proceeding of 1st Nanotube/Cement Composite with Piezoresistive
International Symposium on Nanotechnology in Properties. Smart Mater. Struct. 18 : 055010
Construction, Paisley, Scotland, June 22-25, (5pp).
2003. pp. 331-341.
Bakri
Lab. Keteknikan dan Diversifikasi Produk Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245