TM 1
Pendahuluan (umum)
SAP
PMK 224 tahun 2016, PMK 219 perubahan (Kebijakan Akuntansi Pempus)
Pemda :
SA PPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah)
di daerah namanya macam-macam
yang menyusun APBD dan LK
SA SKPD
]
jika BSK ada kerja sama dengan pihak lain, pemerintah punya tanah, minta investor membangun. Yang
membiayai proyek itu swasta, setelah jadi lalu di serahkan ke pemerintah, lalu pemerintah membeli dengan
utang.
Jurnal
Setelah dikelola ada bagi hasil, bagi hasil tersebut dianggap sebagai pembayaran utang (seolah-olah dicicil)
Kalau bangun kelola serah, aset tidak mengakui jurnal di atas, tapi diakui hanya tanahnya saja yg direklas ke
aset kemitraan, selama kontrak pemerintah hanya mengakui bagi hasil yang diterimanya.
Setelah akhir kontrak, aset diserahkan ke pemerinah, kemudian dicatat dengan direvaluasi berapa nilai
wajarnya.
Jurnal
Aset pada Ekuitas. Tanah yang sebelumnya direklas kembali ke aset tetap.
Di BLU atau pemerintah tidak ada anggaran belanja hibah. Tapi dimungkinkan pemberian hibah pada tahun
berjalan. Misal belanja barang dipakai pihak lain. Bolehnya menerima hibah.
Contoh penyetoran PNBP di STAN, PNBP murni dari STAN sendiri dari layanan (misal diklat yang diminta pihak
lain (pemda, KL, dll))., masuk ke rekening satker STAN (BLU) itu sendiri.
Contoh PNBP: sewa gedung G buat nikahan, nanti disetor ke kas negara, karena pembuatan gedung itu dulu
dari APBN.
Pengakuan revenue tergantung sektor dari BLU itu, misal STAN di bidang pendidikan, kalau dia dapet
pendapatan dari aktivitas jasa utamanya, maka masuk ke rekening BLU. (contoh lain: USM STAN).
Ada surat dirjen perbend terkait penyusunan LK BLU, 29 nov 2017. Mulai 2017, seluruh BLU hanya menyusun
LK berdasarkan SAP berbasis akrual.
Alasan BLU pake SAK dulu: Karena dulu waktu SAP berbasis cash (termasuk sistemnya), sedangkan BLU harus
menyiapkan LK berbasis akrual. Maka dicarilah sistem di SAK yang sesuai dengan BLU. Misal STAN, cari
sistem pada SAK terkait pendidikan yang bisa diterapkan. Di akhir periode, LK BLU dikonsolidasi dengan KL di
atasnya.
Beban di BLU, diakui juga sebagai pendapatan. Pendapatan yang disetor ke kas negara juga dioffset. Hal ini
agar surplus/defisit LO benar-benar mencerminkan kegiatan BLU yang berasal dari aktivitas utamanya. (bukan
dari APBN)
82,76,84,83,85,86,68,71,72,88
91,83,82,74,70,73,81,74,78,68
77,80,86,82,80,66,67,87,77,77
APBD
Anggaran PPKD
Anggaran SKPD
SKPD bisa memberikan hibah , tapi berupa barang tidak berupa uang. (hanya PPKD yang bisa)
Belanja langsung: ada uang, ada kegiatan. Kalau belanja tidka langsung seperti gaji kan ada tidak ada kegiatan
harus tetep gajian.
Belanja Tidak Langsung: Belanja Pegawai (gaji Belanja Tidak Langsung: Bunga, Subsidi, Bansos,
tunjangan) Hibah, Tidak Terduga
Belaja Langsung: B. Pegawai (honor panitia/kegiatan Belanja langsung: X
selain perolehan aset tetap), B. Barang&Jasa, B.
Modal (termasuk honor utk memperoleh aset,
termasuk belanja perjadin yang biasanya di belanja
barang)
SKPD melaksanakan SA SKPD (SAI), menghasilkan SA-PPKD (SABUN), menghasilkan LK-PPKD ->
LK-SKPD Entitas Akuntansi Entitas Akuntansi
LKPD tanggung jawab Kepala Daerah, seperti LKPP tanggung jawab Presiden.
Seperti di pusat, entitas pelaporan ada di level KL, misal di kemenkeu yang punya opini cuman LK kemenkeu
(BA 15), tapi LK DJP tidak.
Bukan Perda, Perda = Uunya daerah, teknis tidak mungkin diatur peraturan seperti undang-undang.
Kepala SKPD tidak dapat mengeluarkan peraturan seperti halnya Menteri K/L.
SAP
SA KA
LK
Di SAPD, terdapat transaksi resiprokal antara SKPD dan BUD (PPKD) seperti di Pem. Pusat.
SKPKD (Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah) -> Nama Generiknya, kepala SKPKD namanya PPKD,
alias BUD.
LK yang dibuat sama PPKD:
Kepala SKPD bertanggungjawab kepada Kepala Dearah melalui Sekretaris Daerah (Satkernya Sekretariat
Daerah), Setda sebagai Koordinator Pengelola Keuangan Daerah
Kritik atas Permendagri , seharusnya pendapatan (contoh: pajak) itu dicatat di SKPD.
Di SAI Pemda, akun respirokalnya cuman RK PPKD, akun respriokal ada DDEL (Pendapatan) dan DKEL
(Belanja).
LRA di Pemda akun respirokal->Perubahan SAL, di Pempus Piutang dari KUN (Belanja), Utang Kepada KUN
(Pendapatan)
Di Pempus (SAIBA), pengakuan beban/pendapatan yang belum dibayar (misal pendapatan pajak atau utang),
hanya diakui di akhir periode. Selama tahun berjalan hanya pakai basis kas saja.
LKPD Pemda sendiri2 tidak dikonsolidasi (otonom sendiri), kecuali DKI, bukan daerah otonom, walikotanya saja
tidak dipilih langsung oleh masyarakat, tapi dipilih oleh gubernur. Hanya merupakan Kota/kabupaten
administratif, tidak punya APBD sendiri.
Kebijakan akuntansi: Prinsip-prinsip akuntansi spesifik. Kenapa perlu diatur? Karena di SAP Terdapat hal2 yang
belum spesifik. Contoh di SAP ada metode penyusutan banyak. Tapi tidak sampe diatur kalo utk gedung itu
pakai metode seperti apa, tabel masa manfaat, dll. Lalu di kebijakan akuntansi pem. Pusat dipilih 1 metode,
dengan nilai sisa 0, masa manfaat gedung 50 tahun, dll
Contoh yang diatur di Sistem Akuntansi : Bagan Akun Standar, bukti transaksinya apa, prosedurnya apa, pihak
yang terlibat siapa saja, dll
Misal di SAP mengatur LK tingkat Pemda saja, tapi tidak LK tingkat SKPD atau PPKD, (maka diaturlah di SAPD)
SAPD antar daerah pedomannya sama, relatif tidak berbeda, jika ada perbedaan maka mengikuti prosedur
dalam pemda itu sendiri. Misal SP2D LS diakui ketika sudah dicairkan di bank. Karen berbeda dengan SP2D di
Pusat yang sudah otomatis cair ketika terbit. Misla lagi, pengesahan UP untuk belanja, ada yang diakui ketika
SPJ disahkan Kepala SKPD, ada yang setelah terbit SP2DGU.
Bila ada yang perbedaan KA antar daerah, bisa karean perbedaan karakteristik daerah, selere atau diskresi.
Di Permedagri ada LP SAL, tapi kalo di SAP, LPSAL hanya ada di Pusat. Di Pemda
Slahsatu sumber APBD itu SiLPA. Sisa anggaran tahun lalu. DI Permendagri, SILPA itu dimasukkan seluruhnya
masuk ke pembiayaan. Jadi mau dibuat atau tidak dibuat LP SAL, nilai silpa itu sama dengan di LRA. Jadi tidak
perlu LP SAL (opsional). Karena SilPA di LRA sudah merepresentasikan akumulasi SiLPA yang dipunya. Karena
semua dimasukin jadi pendapatan. SiLPA andalan pembiayaan APBD.
Kalo di Pusat, SiLPA yang masuk penerimaan pembiayan hanya yang digunakan.
SiLPA = Awal tahun , SILPA = Akhir Tahun -> jadi SiLPA awal tahun setelahnya.
Empiris: sesuai dengan fakta (faktual), ada riset transedental (cuman dia yang tau, yang lain ghoib);
TM 16 – Review
Pertanyaaan dengan bentuk “Bagaimana pendapat saudara” harus disertai acuan kebijakan akuntansi, bukan
pendapat sendiri.
Investasi:
1. Jangka Pendek -> 3 s.d. 12 bulan, kalau 1-3 bulan masuk ke setara kas.
Bukan transaksi anggaran (tidak perlu masuk APBN), sifatnya untuk memanfaatkan idle cash agar
meningkatkan pendapatan negara yang sewaktu-waktu bisa ditarik kembali saat dibutuhkan cash. Tidak
ada pengaruh ke LRA, tapi berpengaruh ke SiLPA, dibagian paling bawah LRA.
Pendapatan
Belanja
Pembiayaan Neto (yang masuk hanya investasi jangka panjang)
SilPA
Penyesuaian SiLPA
Kalo di BLU ada Dana Kelolaan (Aset Lainnya)-> jika dimanfaatkan ke investasi jangka pendek, maka
tidak pengaruh ke SiLPA, karena dana kelolaan ditaruh di Aset Lainnya, bukan di catat di Kas (kaslah
yang berhubungan degnan SiLpa). Dicatat invest jangka pendek tapi letaknya tetap di Aset Lainnya.
Investasi jangka pendek -> reklasifikasi dari akun kas ke investasi jangka pendek.
2. Jangka Panjang
Transaksi anggaran. (perlu masuk APBN) Kalau ada realisasi invest jangka panjang akan masuk LRA.
Semua investasi tidak berpengaruh ke LO.
a. Non Permanen
Net Realizable Value (dana penyehatan dan dana bergulir)
Cost (obligasi, surat utang jk panjang, proyek pembangunan)
b. Permanen
Cost (<20%, tidak signifikan)
Equity (>20%, <20% signifikan)
Dana Bergulir
Dulu dianggap hibah. Lalu keluar bultek dana bergulir yang tegas menyatakan bahwa dana bergulir
adalah investasi pemerintah dan diharapka aan diterima kembali. Untuknya dana bergulir tidak dicatat
sebagai piutang jangka panjang, karena sifat investasi yang punya tujuan ekonomi juga sosial. Sukur-
sukur balik.
Bisa dicatat ke aset lainnya jika belum digulirkan kembali.
Aset Lainnya
Aset yang tidak bisa digolongkan ke aset lancar, aset tetap, dll
Termasuk
Aset Tak Berwujud
Kriteria pengakuan aset: ada potensi manfaat ekonomi diharapkan akan diterima di masa yang akan
datang dan nilainya dapat diukur dengan handal. Misal: Perolehan sistem informasi akademik,
dikembangkan pihak internal/eksternal.
Eksternal-> tinggal dikapitalisasi biayanya
Internal-> Kalau masih tahap penelitian : expense, tahap pengembangan: dikapitalisasi
Aset Kemitraan (bisa disusutkan)
Bangun Serah Kelola (BSK) -> Dari Aset tetap direklas ke aset kemitraan
Setelah mitra telah selesai membangun, kemudian diserahkan ke pemerintah->mengakui aset yang
diterima lawannya utang kemitraan
Bangun Kelola Serah (BKS)-> Saat mitra telah selesai membangun, pemerintah belum mengakui
aset yang dibangun, hanya mereklas tanah ke aset lainnya kemitraan. Pengakuan aset diakui baru
ketika kontrak kerja sama telah berakhir dan aset diserahkan ke pemerintah.
Kas yang Dibatasi Penggunaannya
Aset Lainnya (Aset yang mau dihapuskan, kalo masih ada masa manfaat tetap disusutkan, justru yang
masih dipakai tapi nilainya habis tetap dicatat di Aset Tetap)
Utang jangka panjang hanya ada dari surat utang, hanya BUN yang berwenang.
Kecuali BLU, bisa utang jangka panjang, dan bisa investasi.
Di satker tidak bisa investasi, karena kalau pendapatan harus segera disetor ke kas, uang dikelola juga
cuman uang muka belanja.
BLU laporan keuangannya lengkap. Ada laporan arus kas dan LPSAL. Bagaimana mengkonsolidasikan
dengan entitas di atasnya? Menurut PSAP No.13, dikonsolidasikan dengan BUN.
Provision -> Kewajiban yang Diestimasi, sudah bisa diakui, keberadaan utang sudah terjadi, hanya belum
pasti kapan dibayarkan, tergantung peristiwa di masa yang akan datang (sifatnya contingent juga tapi
nilainya sudah bisa diestimasi)
Contingent -> dari nilai dan eksistensinya belum jelas, belum bisa diestimasi. Paling diungkapkan di CaLK.
BLU
SAIBA
Jurnal Kas-LRA
Jurnal Akrual, LO Neraca
Ada pendapatan alokasi APBN, contoh: belanja-belanja masih dibayar dari APBN (DIPA BLU) dari Rupiah
murni, bukan dari PNBP, biasanya gaji. Di LO diakui beban gaji
Beban Gaji
DKEL
DKEL
Pendapatan Alokasi APBN
Di LO pengaruhnya 0, tidak menjadi surplus atau defisit
LRA
Belanja Gaji
Piutang Dari KUN
Ada PNBP yang harus disetor ke kas negara, contoh sewa gedung aul
a. Mungkin karena asetnya modalnya dari APBN.
Dicatat setelah ada pengesahan dari KPPN. (SP3B -> Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan dan
Belanja, SP2B ->Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja)
Boleh digunakan dulu, pengesahan belakangan.
LRA
Utang kepada kas, bank BLU
Pendapatan PNBP
LO
Kas dan Bank BLU yang belum diregister
Pendapatan PNBP
Kas dan Bank BLU
Kas dan Bank BLU yang Belum Diregister
Pempus
SABUN, SAI
Entitas Pelaporan: K/L, BUN, LKPP
Pemda
SA-SKPD, SA-PPKD
Entitas Pelaporan hanya Pemda saja.
PPKD: Seperti BUN di Pempust, tapi hanya merupakan entitas akuntasi tapi bukan entitas pelaporan (jadi tidak
diberikan opini)
LK SKPD (5 macam laporan) +LK PPKD (5 macam laporan) = LKPD (6 macam laporan wajib+1 opsional)
Dikonsolidasi oleh PPKD
LPSAL opsional karena SilPA APBD digunakan seluruhnya, jadi Silpa akhir akan selalu menjadi SILPA Awal, jadi
SILPA = SAL.
Kalau pempus hanya sebagian saja yang digunakan.
SKPD
Beban Gaji
Kas di Kasda
PPKD
Kas di RK SKPD
Laporan keuangan desa apakah dikonsol dengan Lap Pemda. -> Tidak, karena pemdesa merupakan daerah
otonom sendiri.
Berbeda dengan Kep. Seribu yang merupakan kab. Administratif, walikota di DKI -> tidak punya otonom.
Pembiayaan:
Untuk BUMDesa dan pengunaan SILPA