Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Peyakit


1. Definisi Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada
ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat
infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.
Glomerulonefritis akut adalah istilah yang secara luas digunakan
yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal di mana inflamasi terjadi
di glomerulus (Brunner dan Suddarth, 2001).

2. Etiologi Glomerulonefritis Akut


Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus
timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas dan kadang-kadang
infeksi kulit, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus
grup A tipe 4, 12 dan jarang disebabkan oleh sebab lain.
Namun sebenarnya bukan bakteri sptreptokokus yang
menyebabkan kerusakan pada ginjal melainkan diduga karena adanya
antibodi yang ditujukan terhadap antigen khusus yang merupakan unsur
membran plasma spesifik streptokokus. Terbentuk kompleks antigen-
antibodi dalam darah yang bersirkulasi kedalam glomerulus dimana
kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.
Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan
peradangan.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor
alergi mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
Streptococcuss. Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi

1
yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus,
penyebab lain diantaranya :
1. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus
Viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae,
Staphylococcus albus, Salmonella typhi
2. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus,
influenza, parotitis epidemika dl
3. Parasit : malaria dan toksoplasma

3. Patofisiologi Glomerulonefritis Akut


Kasus glomerulonefritis akut terjadi setelah infeksi streptokokus
pada tenggorokan atau kadang-kadang pada kulit sesudah masa laten 1
sampai 2 minggu. Organisme penyebab lazim adalah streptokokus beta
hemolitikus grup A tipe 12 atau 4 dan 1, jarang oleh penyebab lainnya.
Namun sebenarnya bukan streptokukus yang menyebabkan kerusakan pada
ginjal. Di duga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap antigen
khusus yang merupakan membran plasma streptokokal spesifik. Terbentuk
kompleks antigen-antibodi dalam darah bersikulasi ke dalam glomerulus
tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran
basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan
peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear (PMN) dan trombosit
menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak
endotel dan membran basalis glomerulus (GBM). Sebagai respon terhadap
lesi yang terjadi, timbul poliferasi sel-sel endotel yang di ikuti sel-sel
mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya
kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan protein dan sel darah merah
dapat keluar ke dalam urin yang sedang di bentuk oleh ginjal,
mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya, kompleks komplemen
antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel (atau
sebagai bungkusan epimembanosa) pada mikroskop elektron dan sebagai
bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop

2
imunofluoresensi, pada pemeriksaan mikroskop cahaya glomerulus tampak
membengkak dan hiperselular di sertai invasi PMN.

4. Manifestasi Klinis Glomerulonefritis Akut


Gejala yang sering ditemukan :
1. Hematuri dan albuminuria akibat kerusakan pada rumbai kapiler
glomerulus
2. Akibat ekskresi air, natrium dan zat-zat nitrogen mungkin berkurang
sehingga timbul edema, azotemia
3. Hipertensi belum diketahui dengan jelas apakah disebabkan oleh
ekspansi volume cairan ektra sel atau akibat vasospasme.
4. Peningkatan suhu badan
5. Mual, anoreksia
6. Oliguri akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.

3
5. Web of Caution Glomerulonefritis Akut
Streptococus Beta Hemoliticu : hepatitis B, varicella, vaccinia,
Infeksi pada traktus respiratorus, echovirus, parvovirus, influenza,
dan kulit parotitis epidemika, malaria dan
toksoplasma, infeksi kulit

Reaksi Ag-Ab Neuraminidase mengubah IgG


menjadi auto imun

Kompleks imun dalam darah

Sirkulasi ke glomerulus

Terperangkap dalam membran basal

Aktivasi jalur komplemen (chemotaksis)

Lesi dan peradangan glomerulus

Glomerulonefritis akut (GNA)

Kerusakan struktur ginjal Fungsi ginjal

Sintesis eritropoetik GFR

Anemia Aldosteron

Hipoksia jaringan Retensi Na+ Dilusi plasma

MK : Gg. Perfusi Jaringan Retensi H2O Hipervolemia

oliguri edema Anemia

4
Aktivitas PMN dan trombosit Lemah, letih,
menuju tempat lesi lesu,
MK : Ketidak lunglai, lelah
seimbangan volume
Terbentuk jar parut di korteks cairan

MK : intoleransi
Kebocoran kapiler glomerulus aktivitas

Proteinuria

Vasospasme
Diet rendah protein hipoalbuminemia pembuluh darah

Defusi cairan ke Ensefalopati


ekstra sel hipertensi

Retensi cairan MK : Nyeri akut


dirongga perut sakit kepala/pusing

asites Menekan diafragma

Menekan isi perut Ekspansi otot pernapasan


tidak optimal

Mual, muntah
Napas tidak adekuat

Anoreksia

MK : Pola napas tidak


efektif

MK : Nutrisi Kurang
dari kebutuhan tubuh

MK : Kurang
pengetahuan tentang
proses penyakit

5
6. Komplikasi Glomerulonefritis Akut
1. Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus
2. Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing,
muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah
local dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah,
pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan
spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat
HT yang menetap dan kelainan di miocardium.
4. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis
eritropoetik yang menurun.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urin
 Warna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan
oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor,
kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
 Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada
urine (anuria)
 Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
 Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
 Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
 Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
 Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium

6
2. Darah
 Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8
gr/dl
 BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
 SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
 GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
 Protein (albumin) : menurun
 Natrium serum : rendah
 Kalium: meningkat
 Magnesium: meningkat
 Kalsium ; menurun
3. Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram Retrograd : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasonografi Ginjal : untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram Ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
8. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, 2000)

8. Penatalaksanaan
1. Medik
- Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
- Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
- Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
- Pemberian antibiotik untuk infeksi.
- Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.

7
- Terapi Antibiotik Long Term Penicillin, dan pasien harus terhindar
dari infeksi, karena dapat menimbulkan nefritis
2. Keperawatan
- Pasien harus bed-rest sampai manifestasi klinik hilang
- Disesuaikan dengan keadaan pasien.
- Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada
ahlinya.
- Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
- Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.
- Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke
sindrom nefrotik atau GGK.
3. Diet
- Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam serum
meningkat
- Tinggi Karbohidrat
- Rendah Garam
- Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi.
- Kaji edema dan timbang BB setiap hari jika over load berikan
diuretik.

8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAD PENGKAJIAN

Tanggal Masuk RS :30/08/2016


Nomor RM : 81-84-23
Diagnosa Medis : Glomerulonefritis akut
Tanggal Pengkajian : 01/09/2013
RS/Ruangan : RS. Undata/Pav. Melati

1. Biodata
a. Identitas Penderita
Nama : An. Df
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur/Tgl lahir : 7 tahun 11 bulan (1 Oktober 2009)
Status : Belum menikah
Agama : ISLAM
Suku/Kewarganegaraan : Jawa/Indonesia
Latar Belakang Pendidikan : SD
Jenis pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Jln. Dayodara II

b. Identitas Penanggung Jawab :


Nama Ayah : Tn.A
Umur : 38 Tahun
Pendidikan :S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Nama Ibu : Ny. C
Umur : 33 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

9
2. Status Kesehatan
Keluhan Utama : Sakit pada bagian Kepala / Pusing
a. Riwayat Keluhan utama :
Klien di bawa ibunya masuk ke RS.UNDATA pada tanggal 30-08-2016
dengan keluhan Pusing. Ibunya mengatakan + 6 Jam SMRS pasien
mengeluh pusing. Pusing terasa seperti berputar, muncul tiba – tiba setelah
BAB. Pusing dirasakan terus menerus, sedikit berkurang dengan istirahat.
Pusing disertai dengan muntah, muntah 2x, sebanyak ± 1 gelas, berisi cairan
dan makanan dan Badan terasa lemas.

b. Keluhan Saat di Kaji :


Klien mengeluh pusing, klien mengeluh muntah-muntah, klien juga
mengeluh perutnya menegang, terasa lebih kencang, Klien mengeluh
badannya terasa lemas.

c. Riwayat Kesehatan Masa lalu :


a) Riwayat Kelahiran :
Menurut ibu klien, Anak pertama, ♀ BBL 2900 gram, cukup bulan,
ditolong dokter, Sectio caesar, umur 10 tahun, sehat. Anak kedua
(pasien) ♂ BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio
caesar, umur 7 tahun 11 bulan, lahir langsung menangis dan tidak biru.
Anak ketiga, ♀ BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio
caesar, umur 5 tahun, sehat.
b) Riwayat Penyakit yang pernah di derita :
Menurut ibu klien, anaknya tidak pernah mengidap/menderita penyakit
apapun. Dan juga klien baru pertama kali dirawat di rumah sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga :
Menurut ibu klien, Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang
sama dengan klien. Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan
ginjal. Tetapi, Kakek klien menderita Hipertensi dan stroke, meninggal 6
bulan yang lalu.

10
“ GENOGRAM 3 GENERASI”

A B

C D

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

A : Orang tua dari ayah klien

B : Orang tua dari ibu klien

C : Saudara dari ayah klien

11
3. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Klien
Keadan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)
BB ideal 25,5

GCS : E:4 M:6 V:5


Tinggi Badan : 124 cm
Berat Badan : 24 Kg
Tanda vital : TD : 180 / 100 mmHg
N : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
R : 24 x/menit
S : 36,5 C (aksila)
LLa : 22 cm – Waktu tumbuhnya gig dan tanggalnya gigi di lupa
oleh ibu
LD : 77 cm

B. Pemeriksaan Head to Toe

Kepala : Normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.


Mata : Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,
edema palpebra - / -, reflek cahaya langsung dan reflek
cahaya tidak langsung (+) / (+) .
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret.
Telinga : Tidak ada sekret, nyeri tekan tragus - / -, nyeri tekan
mastoid - / -
Mulut : Bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak
kotor, gusi berdarah (-), Caries gigi (+) T2- T2, faring tidak
hiperemis, nyeri saat menelan (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar

12
Thorax Pulmo : Ins : Gerakan dinding dada statis dinamis, simetris kiri
kanan.
Retraksi dinding dada (-)
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Aus : Suara dasar vesikuler normal, wheezing (-), ronki (-
)
Jantung : Ins : Iktus kordis tidak terlihat
Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V linea midklavikula
sinistra,
Pe : Batas kiri : sesuai iktus kordis.
Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : Linea parasternal dekstra.
Aus : Bunyi Jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-),
irama reguler, frekuensi jantung 78x / menit,
Abdomen : I : Datar,
Pa : Sedikit tegang, nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Pe : Timpani, pekak hepar (+) normal, Shifting
Dulness (+), Undulasi (-)
A : Bising usus (+) melemah
Anggota gerak : Superior Inferior
Sianosis : (-)/(-) (-)/(-)
Oedema : (-)/(-) (-)/(-)
Akral hangat : (+)/(+) (+)/(+)
Cap. refill : <2’ <2’

13
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Lab.
LED : 60 mm/jam
Hemoglobin : 9,8 gram /dl
Hematokrit : 28 % (37 – 43%)
Leukosit : 5.100 sel/mm3 (4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3 (150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 – 250 mg/dL)
Kolesterol total : 137 mg/dL (150 – 250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8 gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0 gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2, 5 gr/dL)

b. Pemeriksaan Urin
Makroskopis
Warna : Kuning
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein : (++)
Reduksi : (-)
Urobilin : (-)
Bilirubin : (-)
Benda Keton : (-)
Mikroskopis
Epitel : (+)
Leukosit : banyak / LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Bakteri /jamur : + B
Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria

14
c. Pemeriksaan Khusus
Laki – laki, 8 tahun, BB : 24 kg, TB : 124 cm.

Status gizi :
TB / U : Persentil 50

BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam presentase :

BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 %


BB ideal 25,5
Kesan : Gizi baik (Persentil 80 – 120 % )

5. Pola Kegiatan Sehari-hari

No Jenis Kegiatan Di Rumah Di Rumah Sakit

1 Nutrisi

A. Makanan

 Jenis Makanan Nasi + Ikan+ Nasi + Ikan +


Sayur Sayur

 Porsi makan Dihabiskan Tidak


Dihabiskan

 Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari

 Nafsu Makan Normal Sedikit-sedikit


tapi sering

 Ada Keluhan _

2 Cairan

A. Minuman

 Jenis Minuman Air putih Air putih

 Frekuensi 5 gelas/hari 5 gelas/hari

15
3 Eleminasi

A. BAK

 Frekuensi Sedikit-sedikit tapi ±5-6 x sehari


sering

 Warna Kuning Kuning

 Bau Amoniak Amoniak

 Ada Keluhan Urin berwarna Urin berwarna


Kuning keruh kuning keruh

B. BAB

 Frekuensi 1 x sehari 1x sehari

 Warna Kuning Kuning

 Bau Amoniak Amoniak

 Ada Keluhan - -

4 Istirahat dan Tidur

 Tidur Malam 6 jam 7 jam

 Tidur Siang 1 jam 1 jam

 Ada Keluhan - -

5 Personal Hygiene

 Mandi 3 x sehari 1 x sehari

 Gosok Gigi 3 x sehari 2 x sehari

 Rambut/Keramas 1 x sehari 1 x sehari

16
6. Penatalaksanaan

1. Keperawatan
a. Mengobservasi TTV / mengontrol keadaan umum klien
b. Menganjurkan klien untuk banyak beristirahat
c. Menganjurkan klien untuk meminum obat secara rutin

2. Pengobatan / Terapi

 Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 gtt / menit


mikrodrip
 Inj Ampisilin 4 x 500 mg
 Inj Furosemide 1 x 20 mg

17
Klasifikasi Data
DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 pasien mengeluh pusing KU : Tampak sakit sedang


 Pasien mengeluh muntah-muntah Kesadaran : Compos mentis
 Pasien juga mengeluh perutnya TTV :
menegang, terasa lebih kencang TD : 180 / 100 mm
N : 78 x/menit, reguler, isi dan
 Pasien mengeluh badannya terasa
tegangan cukup
lemas R : 24 x/menit
S : 36,5 C (aksila)
Berat Badan : 24 Kg
Abdomen :
Ins : Datar,
Pa : Sedikit tegang, nyeri tekan (-)
Pe : Timpani, pekak hepar (+) normal,
Shifting Dulness (+), Undulasi (-)
Pemeriksaan urin :

 Proteinuria
 Leukosituria
 Hematuria
 Bakteriuria

18
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

01 DS : Glomerulonefritis akut
Pasien mengeluh pusing (GNA)
DO :
Fungsi ginjal
KU :Tampak sakit sedang
Kesadaran:Compos GFR
mentis
TTV : Aldosteron

TD : 180 / 100 mm Nyeri akut sakit


N : 78 x/menit, reguler, Retensi Na+
kepala/pusing
isi dan tegangan
cukup Vasospasme pembuluh darah
R : 24 x/menit
S : 36,5 C (aksila) Ensefalopati hipertensi
Pemeriksaan urin :

 Proteinuria Nyeri akut sakit kepala/pusing

 Leukosituria
 Hematuria
 Bakteriuria

02 DS : GNA

 Pasien mengeluh Aktivitas PMN dan trombosit


muntah-muntah menuju tempat lesi Ketidak Seimbangan
 Pasien juga mengeluh Nutrisi Kurang dari
Kebocoran kapiler Kebutuhan Tubuh
perutnya menegang, glomerulus
terasa lebih kencang
Proteinuria
DO :
TTV :

19
TD : 180 / 100 mm hipoalbuminemia
N : 78 x/menit, reguler,
isi dan tegangan Defusi cairan ke ekstra sel
cukup
Retensi cairan dirongga perut
R : 24 x/menit
S : 36,5 C (aksila) asites

Berat Badan : 24 Kg Menekan isi perut


Abdomen :
Mual, muntah
Pa : Sedikit tegang, nyeri
tekan (-) Anoreksia
Pe : Timpani, pekak hepar
Nutrisi Kurang dari
(+) normal, Shifting kebutuhan tubuh
Dulness (+), Undulasi
(-)
Pemeriksaan urin :

 Proteinuria
 Leukosituria
 Hematuria
 Bakteriuria

20
DS : Glomerulonefritis akut

Pasien mengeluh (GNA)


badannya terasa lemas
Fungsi ginjal
DO :
KU :Tampak sakit sedang
GFR
Kesadaran:Compos
mentis Aldosteron
TTV : Intoleran Aktivitas
TD : 180 / 100 mm Retensi Na+
N : 78 x/menit, reguler,
isi dan tegangan Difusi Plasma
cukup
R : 24 x/menit anemia
S : 36,5 C (aksila)
lemah,lesi,letih,lemah.

Intoleran Aktivitas

21
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO MASALAH / DIAGNOSA

Prioritas Masalah
1. Nyeri akut sakit kepala/pusing
2. Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Intoleran Aktivitas

Diagnosa
1. Nyeri akut sakit kepala sedang b.d peningkatan aldosteron
2. Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Mual
dan Muntah
3. Intoleran Aktivitas b.d kelemahan umum.

22
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional

1 Kelebihan volume cairan b/d NOC : 1. Timbang BB tiap hari, monitor Peningkatan BB merupakan indikasi
 Electrolit and acid base
perubahan mekanisme output urine tiap 4 jam. adanya retensi cairan , penurunan
balance
regulasi, peningkatan  Fluid balance output urine merupakan indikasi
 Hydration
permeabilitas dinding munculnya gagal ginjal.
glomerolus. Kriteria Hasil: 2. Kaji adanya edema, ukur lingkar Peningkatan lingkar perut dan
 Terbebas dari edema, efusi, perut setiap 8 jam, dan untuk anak Pembengkakan pada skrotum
anaskara merupakan indikasi adanya ascites.
 Bunyi nafas bersih, tidak ada laki-laki cek adanya pembengkakan
dyspneu/ortopneu pada skrotum
 Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular 3. Kaji warna warna, konsentrasi dan Urine yang keruh merupakan
(+) berat jenis urine. indikasi adanya peningkatan protein
 Memelihara tekanan vena sebagai indikasi adanya penurunan
sentral, tekanan kapiler paru, perfusi ginjal.
output jantung dan vital sign
dalam batas normal 4. Kolaborasikan pemberian diuretik Esidriks, lasix sesuai order.
 Terbebas dari kelelahan, Diuretic dapat meningkatkan
kecemasan atau kebingungan sesuai indikasi
eksresi cairan.
 Menjelaskan indikator
kelebihan cairan

23
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan  Nutritional Status : food and 1. Mencatat intake dan output Memonitoring asupan nutrisi yang
Fluid Intake
tubuh b/d Mual dan muntah  Nutritional Status : nutrient makanan secara akurat sesuai dibutuhkan oleh pasien guna
Intake meningkatkan BB
 Weight control 2. Berikan makanan yang terpilih ( Menyajikan makanan yang sesuai

Kriteria Hasil : sudah dikonsultasikan dengan ahli dan kesukaannya dapat


 Adanya peningkatan berat gizi), termasuk makanan kesukaan menigkatkan nafsu makan pasien.
badan sesuai dengan tujuan pasien.
 Beratbadan ideal sesuai
dengan tinggi badan
 Mampumengidentifikasi 3. Batasi masukan sodium dan protein Sodium dapat menyebabkan retensi
kebutuhan nutrisi sesuai order. cairan, pada beberapa kasus ginjal
 Tidk ada tanda tanda
tidak dapat memetabolisme protein,
malnutrisi
sehingga perlu untuk membatasi
pemasukan cairan.

24
 Menunjukkan peningkatan 4. Konsultasikan dengan ahli gizi diet yang sesuai dapat
fungsi pengecapan dari tentang diet pasien yang sesuai. meningkatkan Hb dan mengurangi
menelan
anemia
 Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti

3 Intoleransi aktivitas b/d NOC : 1. Pantau asupan nutrisi untuk Asupan nutrisi yang edukat dapat
kelemahan umum  Energy conservation memastikan sumber-sumber mempercepat mengoptimalkan
 Self Care : ADLs energi yang edukat energi dalam tubuh
2. Sediakan/ciptakan lingkungan Jenis aktivitas tersebut akan
Kriteria Hasil : yang tenang, aktivitas yang menghemat penggunaan energi dan
 Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai menantang sesuai dengan mencegah kebosanan.
peningkatan tekanan darah, perkembangan klien.
nadi dan RR 3. Mengubah posisi klien dengan Memberikan kenyamanan dan
sering ; pertahankan kesejajaran menurunkan penggunaan energi
tubuh dengan baik pasien

25
 Mampu melakukan aktivitas 4. Konsultasikan dengan ahli gizi Guna meningkatkan asupan
sehari hari (ADLs) secara tentang diet pasien yang sesuai makanan yang kaya energi.
mandiri

26
TGL NO. JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX

01-09-2016 01 08.00

27
01-09-2016 02 13.30 1. Mencatat intake dan output makanan secara akurat
Hasil :
Intake makanan dan output makanan seimbang.
2. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi), termasuk makanan kesukaan pasien.
Hasil :
Pasien menghabiskan porsi makanannya
3. Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
Hasil :
Pasien mendapatkan asupan sodium dan protein yang
cukup.
4. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang diet pasien yang sesuai.
Hasil :
Pasien mendapatkan makanan yang bergizi dan diet yang
cukup.

01-09-2016 03 15.00 1. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber


energi yang edukat.

28
Hasil :
Pasien memdapatkan makanan yang bergizi serta
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.
2. Sediakan/ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang
menantang sesuai dengan perkembangan klien.
Hasil :
Pasien nampak nyaman dan melakukan aktivitas yang di
anjurkan perawat.
3. Mengubah posisi klien dengan sering ; pertahankan kesejajaran
tubuh dengan baik
Hasil :
Klien mengatakan nyaman.
4. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang diet pasien yang sesuai
Hasil :

 Protein 24gr/hari,
 Tanpa garam

29
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Gejala-
gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah rasa lelah,
anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling
sering ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi. Tujuan utama
dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan kerusakan
pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal, Meningkatkan fungsi
ginjal.
Sedangkan nefrotik sindrom adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-
kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus.
Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Edema
merupakan gejala utama penyakit nefrotik sindrom. Tujuan pengobatan adalah
untuk mengatasi penyebabnya.

1.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan
forum terbuka.

30
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., dan Sowden, L. A. (2000) Buku Saku Keperawatan Pediatrik,


Ed 3. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2003) Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal
Bedah). Jakarta : EGC
Doengoes, M. E., et. al, (2000) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC
Donna L, Wong (2004) Pedoman Klinis Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Mansjoer, A, dkk. (2000) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2.
Jakarta : Penerbit Media Aesculapius
Naga, S. S. (2012) Buku panduan lengkap ilmu penyakit dalam. Jogjakarta
: DIVA pres
Price, Sylvia A, (2010) Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,
ed 6. Jakarta : EGC
Putri, T. (2009) Nefrotik sindrom. Diperoleh dari
htttp://one.indoskripsi.com diakses tanggal 11 Maret 2014 pukul 08:20 WIB
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner & Suddart, Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C dan Bare B.E. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (2011) Glomerulonefritis akut.
Jakarta : Infomedika
Wahab, A. S. (2000) Ilmu Kesehatan Nelson vol 3, Ed 15. Jakarta : EGC
Suryadi dan Yuliani, R. (2001) Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Jakarta : Sagung Seto.

31

Anda mungkin juga menyukai