LAPORAN PENDAHULUAN
1
yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus,
penyebab lain diantaranya :
1. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus
Viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae,
Staphylococcus albus, Salmonella typhi
2. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus,
influenza, parotitis epidemika dl
3. Parasit : malaria dan toksoplasma
2
imunofluoresensi, pada pemeriksaan mikroskop cahaya glomerulus tampak
membengkak dan hiperselular di sertai invasi PMN.
3
5. Web of Caution Glomerulonefritis Akut
Streptococus Beta Hemoliticu : hepatitis B, varicella, vaccinia,
Infeksi pada traktus respiratorus, echovirus, parvovirus, influenza,
dan kulit parotitis epidemika, malaria dan
toksoplasma, infeksi kulit
Sirkulasi ke glomerulus
Anemia Aldosteron
4
Aktivitas PMN dan trombosit Lemah, letih,
menuju tempat lesi lesu,
MK : Ketidak lunglai, lelah
seimbangan volume
Terbentuk jar parut di korteks cairan
MK : intoleransi
Kebocoran kapiler glomerulus aktivitas
Proteinuria
Vasospasme
Diet rendah protein hipoalbuminemia pembuluh darah
Mual, muntah
Napas tidak adekuat
Anoreksia
MK : Nutrisi Kurang
dari kebutuhan tubuh
MK : Kurang
pengetahuan tentang
proses penyakit
5
6. Komplikasi Glomerulonefritis Akut
1. Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus
2. Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing,
muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah
local dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah,
pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan
spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat
HT yang menetap dan kelainan di miocardium.
4. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis
eritropoetik yang menurun.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urin
Warna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan
oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor,
kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada
urine (anuria)
Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
6
2. Darah
Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8
gr/dl
BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
Protein (albumin) : menurun
Natrium serum : rendah
Kalium: meningkat
Magnesium: meningkat
Kalsium ; menurun
3. Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram Retrograd : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasonografi Ginjal : untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram Ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
8. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, 2000)
8. Penatalaksanaan
1. Medik
- Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
- Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
- Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
- Pemberian antibiotik untuk infeksi.
- Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
7
- Terapi Antibiotik Long Term Penicillin, dan pasien harus terhindar
dari infeksi, karena dapat menimbulkan nefritis
2. Keperawatan
- Pasien harus bed-rest sampai manifestasi klinik hilang
- Disesuaikan dengan keadaan pasien.
- Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada
ahlinya.
- Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
- Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.
- Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke
sindrom nefrotik atau GGK.
3. Diet
- Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam serum
meningkat
- Tinggi Karbohidrat
- Rendah Garam
- Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi.
- Kaji edema dan timbang BB setiap hari jika over load berikan
diuretik.
8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAD PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Penderita
Nama : An. Df
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur/Tgl lahir : 7 tahun 11 bulan (1 Oktober 2009)
Status : Belum menikah
Agama : ISLAM
Suku/Kewarganegaraan : Jawa/Indonesia
Latar Belakang Pendidikan : SD
Jenis pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Jln. Dayodara II
9
2. Status Kesehatan
Keluhan Utama : Sakit pada bagian Kepala / Pusing
a. Riwayat Keluhan utama :
Klien di bawa ibunya masuk ke RS.UNDATA pada tanggal 30-08-2016
dengan keluhan Pusing. Ibunya mengatakan + 6 Jam SMRS pasien
mengeluh pusing. Pusing terasa seperti berputar, muncul tiba – tiba setelah
BAB. Pusing dirasakan terus menerus, sedikit berkurang dengan istirahat.
Pusing disertai dengan muntah, muntah 2x, sebanyak ± 1 gelas, berisi cairan
dan makanan dan Badan terasa lemas.
10
“ GENOGRAM 3 GENERASI”
A B
C D
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
11
3. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Klien
Keadan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)
BB ideal 25,5
12
Thorax Pulmo : Ins : Gerakan dinding dada statis dinamis, simetris kiri
kanan.
Retraksi dinding dada (-)
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Aus : Suara dasar vesikuler normal, wheezing (-), ronki (-
)
Jantung : Ins : Iktus kordis tidak terlihat
Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V linea midklavikula
sinistra,
Pe : Batas kiri : sesuai iktus kordis.
Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : Linea parasternal dekstra.
Aus : Bunyi Jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-),
irama reguler, frekuensi jantung 78x / menit,
Abdomen : I : Datar,
Pa : Sedikit tegang, nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Pe : Timpani, pekak hepar (+) normal, Shifting
Dulness (+), Undulasi (-)
A : Bising usus (+) melemah
Anggota gerak : Superior Inferior
Sianosis : (-)/(-) (-)/(-)
Oedema : (-)/(-) (-)/(-)
Akral hangat : (+)/(+) (+)/(+)
Cap. refill : <2’ <2’
13
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Lab.
LED : 60 mm/jam
Hemoglobin : 9,8 gram /dl
Hematokrit : 28 % (37 – 43%)
Leukosit : 5.100 sel/mm3 (4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3 (150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 – 250 mg/dL)
Kolesterol total : 137 mg/dL (150 – 250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8 gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0 gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2, 5 gr/dL)
b. Pemeriksaan Urin
Makroskopis
Warna : Kuning
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein : (++)
Reduksi : (-)
Urobilin : (-)
Bilirubin : (-)
Benda Keton : (-)
Mikroskopis
Epitel : (+)
Leukosit : banyak / LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Bakteri /jamur : + B
Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria
14
c. Pemeriksaan Khusus
Laki – laki, 8 tahun, BB : 24 kg, TB : 124 cm.
Status gizi :
TB / U : Persentil 50
1 Nutrisi
A. Makanan
Ada Keluhan _
2 Cairan
A. Minuman
15
3 Eleminasi
A. BAK
B. BAB
Ada Keluhan - -
Ada Keluhan - -
5 Personal Hygiene
16
6. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Mengobservasi TTV / mengontrol keadaan umum klien
b. Menganjurkan klien untuk banyak beristirahat
c. Menganjurkan klien untuk meminum obat secara rutin
2. Pengobatan / Terapi
17
Klasifikasi Data
DATA FOKUS
Proteinuria
Leukosituria
Hematuria
Bakteriuria
18
ANALISA DATA
01 DS : Glomerulonefritis akut
Pasien mengeluh pusing (GNA)
DO :
Fungsi ginjal
KU :Tampak sakit sedang
Kesadaran:Compos GFR
mentis
TTV : Aldosteron
Leukosituria
Hematuria
Bakteriuria
02 DS : GNA
19
TD : 180 / 100 mm hipoalbuminemia
N : 78 x/menit, reguler,
isi dan tegangan Defusi cairan ke ekstra sel
cukup
Retensi cairan dirongga perut
R : 24 x/menit
S : 36,5 C (aksila) asites
Proteinuria
Leukosituria
Hematuria
Bakteriuria
20
DS : Glomerulonefritis akut
Intoleran Aktivitas
21
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO MASALAH / DIAGNOSA
Prioritas Masalah
1. Nyeri akut sakit kepala/pusing
2. Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Intoleran Aktivitas
Diagnosa
1. Nyeri akut sakit kepala sedang b.d peningkatan aldosteron
2. Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Mual
dan Muntah
3. Intoleran Aktivitas b.d kelemahan umum.
22
3. Intervensi Keperawatan
1 Kelebihan volume cairan b/d NOC : 1. Timbang BB tiap hari, monitor Peningkatan BB merupakan indikasi
Electrolit and acid base
perubahan mekanisme output urine tiap 4 jam. adanya retensi cairan , penurunan
balance
regulasi, peningkatan Fluid balance output urine merupakan indikasi
Hydration
permeabilitas dinding munculnya gagal ginjal.
glomerolus. Kriteria Hasil: 2. Kaji adanya edema, ukur lingkar Peningkatan lingkar perut dan
Terbebas dari edema, efusi, perut setiap 8 jam, dan untuk anak Pembengkakan pada skrotum
anaskara merupakan indikasi adanya ascites.
Bunyi nafas bersih, tidak ada laki-laki cek adanya pembengkakan
dyspneu/ortopneu pada skrotum
Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular 3. Kaji warna warna, konsentrasi dan Urine yang keruh merupakan
(+) berat jenis urine. indikasi adanya peningkatan protein
Memelihara tekanan vena sebagai indikasi adanya penurunan
sentral, tekanan kapiler paru, perfusi ginjal.
output jantung dan vital sign
dalam batas normal 4. Kolaborasikan pemberian diuretik Esidriks, lasix sesuai order.
Terbebas dari kelelahan, Diuretic dapat meningkatkan
kecemasan atau kebingungan sesuai indikasi
eksresi cairan.
Menjelaskan indikator
kelebihan cairan
23
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan Nutritional Status : food and 1. Mencatat intake dan output Memonitoring asupan nutrisi yang
Fluid Intake
tubuh b/d Mual dan muntah Nutritional Status : nutrient makanan secara akurat sesuai dibutuhkan oleh pasien guna
Intake meningkatkan BB
Weight control 2. Berikan makanan yang terpilih ( Menyajikan makanan yang sesuai
24
Menunjukkan peningkatan 4. Konsultasikan dengan ahli gizi diet yang sesuai dapat
fungsi pengecapan dari tentang diet pasien yang sesuai. meningkatkan Hb dan mengurangi
menelan
anemia
Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
3 Intoleransi aktivitas b/d NOC : 1. Pantau asupan nutrisi untuk Asupan nutrisi yang edukat dapat
kelemahan umum Energy conservation memastikan sumber-sumber mempercepat mengoptimalkan
Self Care : ADLs energi yang edukat energi dalam tubuh
2. Sediakan/ciptakan lingkungan Jenis aktivitas tersebut akan
Kriteria Hasil : yang tenang, aktivitas yang menghemat penggunaan energi dan
Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai menantang sesuai dengan mencegah kebosanan.
peningkatan tekanan darah, perkembangan klien.
nadi dan RR 3. Mengubah posisi klien dengan Memberikan kenyamanan dan
sering ; pertahankan kesejajaran menurunkan penggunaan energi
tubuh dengan baik pasien
25
Mampu melakukan aktivitas 4. Konsultasikan dengan ahli gizi Guna meningkatkan asupan
sehari hari (ADLs) secara tentang diet pasien yang sesuai makanan yang kaya energi.
mandiri
26
TGL NO. JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
01-09-2016 01 08.00
27
01-09-2016 02 13.30 1. Mencatat intake dan output makanan secara akurat
Hasil :
Intake makanan dan output makanan seimbang.
2. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi), termasuk makanan kesukaan pasien.
Hasil :
Pasien menghabiskan porsi makanannya
3. Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
Hasil :
Pasien mendapatkan asupan sodium dan protein yang
cukup.
4. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang diet pasien yang sesuai.
Hasil :
Pasien mendapatkan makanan yang bergizi dan diet yang
cukup.
28
Hasil :
Pasien memdapatkan makanan yang bergizi serta
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.
2. Sediakan/ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang
menantang sesuai dengan perkembangan klien.
Hasil :
Pasien nampak nyaman dan melakukan aktivitas yang di
anjurkan perawat.
3. Mengubah posisi klien dengan sering ; pertahankan kesejajaran
tubuh dengan baik
Hasil :
Klien mengatakan nyaman.
4. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang diet pasien yang sesuai
Hasil :
Protein 24gr/hari,
Tanpa garam
29
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Gejala-
gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah rasa lelah,
anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling
sering ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi. Tujuan utama
dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan kerusakan
pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal, Meningkatkan fungsi
ginjal.
Sedangkan nefrotik sindrom adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-
kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus.
Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Edema
merupakan gejala utama penyakit nefrotik sindrom. Tujuan pengobatan adalah
untuk mengatasi penyebabnya.
1.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan
forum terbuka.
30
DAFTAR PUSTAKA
31