Anda di halaman 1dari 113

1

RESPON MORFOFISIOLOGIS BEBERAPA VARIETAS


KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP
CEKAMAN KEKERINGAN

SKRIPSI

Oleh :

TRI MARDIATI
030307003 / PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2007
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
2

RESPON MORFOFISIOLOGIS BEBERAPA VARIETAS


KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP
CEKAMAN KEKERINGAN

SKRIPSI

Oleh :

TRI MARDIATI
030307003 / PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

( Ir. Eva Sartini Bayu, MP ) ( Ir. Mbue Kata Bangun, MS)


Ketua Anggota

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2007

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
3

Judul Skripsi : Respon morfofisiologis beberapa varietas kacang tanah


(Arachis hypogaea L.) terhadap cekaman kekeringan.
Nama : Tri Mardiati
NIM : 030307003
Departemen : Budidaya Pertanian
Program studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

( Ir. Eva Sartini Bayu, MP ) ( Ir. Mbue Kata Bangun, MS)


Ketua Anggota

Mengetahui,

( Ir. Edison Purba, Ph.D )


Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Tanggal Lulus :
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
4

ABSTRACT

The objective of this research was to know the response


morphophysiologis of several peanut varieties to drought stress. The research was
held at Agriculture Faculty Greenhouse, North Sumatera University, Medan,
conducted from May to August 2007.
The design used in the research was The Split Plot Design with
Randomized Completely Design pattern, treated as follow: the main plot is
drought stress (C) consist of 4 level (i.e. C1 = 100 % KL, C2 = 80% KL, C3 = 60%
KL, C4 = 40 % KL) the sub plot is several variant of peanut consisted of 3 variant
(i.e. V1 = Singa variant, V2 = Gajah Variant, V3 = Macan Variant).
The result showed that drought stress treatment have significant affected to
bud diameter at 6 weeks planted, 7 weeks planted and 8 weeks planted, root
length, leaf area, root dry weight and shoot dry weight and the number of branch
production, variety significantly affected to shoot dry weight and onehundred
seeds dry weight. It has been got from correlation analize result that C1=100% KL
macro nutrient N leaf effect to age of flowered, macro nutrient P leaf effect
tomacro nutrient K of leaf, macro nutrient K effect to leaf area, shoot dry weight
and number of peg empty. C2= 80% KL macro nutrient N leaf effect to macro
nutrient K of leaf, macro nutrient P effect to number of production branch and
number of peg empty, macro nutrient K effect to shoot dry weight and ratio root
dry weight to shoot dry weight. C3=60% KL macro nutrient N leaf effect to age of
flowered and leaf area, macro nutrient P leaf effect to root dry weight, shoot dry
weight and ratio root dry weight to shoot dry weight. C4=40% KL macro nutrient
P leaf effect to number of production branch and number of peg empty, macro
nutrient K leaf effect to leaf area, root dry weight and shoot dry weight

Key word : Drought Stress, varieties, and macro nutrient N, P, K.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
5

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon morfofisiologis beberapa


varietas kacang tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap cekaman kekeringan.
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dari bulan Mei hingga Agustus 2007.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak
Terpisah (RPT) pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), petak utama adalah
Cekaman Kekeringan (C) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : C1 = 100 % KL, C2 =
80% KL, C3 = 60% KL, C4 = 40 % KL, anak petak adalah varietas kacang tanah
(V) yang terdiri dari 3 varietas, yaitu : V1 = Varietas Singa, V2 = Varietas Gajah,
V3 = Varietas Macan.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan cekaman
kekeringan berpengaruh nyata pada diameter batang 6 MST, 7 MST dan 8 MST,
panjang akar, luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan jumlah cabang
produktif. Varietas berbeda nyata pada berat kering tajuk dan bobot kering 100
biji. Dari hasil analisis korelasi diperoleh bahwa C1=100% KL kadar N daun
mempengaruhi umur berbunga, kadar P daun mempengaruhi kadar K daun, kadar
K daun mempengaruhi luas daun, bobot kering tajuk, dan jumlah ginofor hampa.
C2=80% KL kadar N daun mempengaruhi kadar K daun, kadar P daun
mempengaruhi jumlah cabang produktif dan jumlah ginofor hampa, kadar K
mempengaruhi bobot kering tajuk dan nisbah bobot kering akar terhadap bobot
kering tajuk. C3=60% KL kadar N daun mempengaruhi umur berbunga dan luas
daun , kadar P mempengaruhi bobot kering akar dan jumlah cabang produktif,
kadar K daun mempengaruhi bobot kering akar, bobot kering tajuk dan nisbah
bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk. C4=40% KL kadar P
mempengaruhi jumlah cabang produktif dan jumlah ginofor hampa, kadar K daun
luas daun, bobot kering akar dan bobot kering tajuk

Kata Kunci : Cekaman kekeringan, Varietas dan Kadar Unsur Hara N, P, K.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
6

RIWAYAT HIDUP

Tri Mardiati dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 18 Maret 1985

dari Ayahanda Sunardi S dan Ibunda Seniati K. Penulis merupakan putri ketiga

dari tiga bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 065726

Tebing Tinggi lulus tahun 1997, SLTP Negeri 1 Tebing Tinggi lulus tahun 2000,

SMU Negeri 1 Tebing Tinggi lulus tahun 2003. Terdaftar sebagai mahasiswa

Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara pada tahun 2003 melalui jalur SPMB.

Selama mengikuti perkulihaan, penulis menjabat sebagai Asisten

Laboratorium Genetika Lanjutan tahun 2005 – 2006, Asisten Pemuliaan Tanaman

Khusus tahun 2006 – 2007 dan Asisten Bioteknologi Tanaman tahun 2007-2008.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di PTPN III Kebun

Rambutan pada bulan Juni – Juli 2006.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“ Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah

(Arachis hypogaea L .) Terhadap Cekaman Kekeringan ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada dan Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP. Selaku Ketua dan Bapak

Ir. Mbue Kata Bangun, MS. Selaku Anggota komisi pembimbing yang telah

banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan

skripsi ini, dan juga kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah

memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan .

Ucapan terima kasih yang tulus dan rasa hormat penulis sampaikan kepada

Ayahanda Sunardi S dan Ibunda Seniati K tercinta yang telah membesarkan

penulis dengan segenap cinta, kasih sayang dan pengertian serta pengorbanan

yang tak terhingga, dan juga kepada abang tercinta M. Eko Jumadi dan kakak

Dewi Murni yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini. Tidak

lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang selalu

menemani penulis dalam segala hal. Anak-anak kost “PINK” ( Tetti “Beby”, juli

“spongebob”, Ebda, Fat “mama”, ex “hafni”, Ika, nyet-nyet, Sri “kocik”, Putri, tri,

juli,). Sahabat-sahabat terbaikku Ami, Ayu, Tenni, Meri, Ririn, Listia, Lina, Eva,

Yani (Tnh), Putra, B’Irul, Dudi, Bayu, Kalay, Sahat, Bahtera, Yudi, K’Moul,

Banda, serta tak lupa juga kepada adik-adik junior ’04 (Indra, Yuni, Mitha, Reza

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
8

dan Rulli) yang bersedia bantuin ngisi polibek dan pihak-pihak lainnya yang telah

membantu dan memberikan masukan kepada penulis yang tidak tersebutkan satu

persatu, terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, September 2007

Penulis

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
9

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT ............................................................................................. i

ABSTRAK................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................ 1
Tujuan Penelitian......................................................................... 4
Hipotesis Penelitian ..................................................................... 4
Kegunaan Penelitian .................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5


Botani Tanaman .......................................................................... 5
Syarat Tumbuh ............................................................................ 8
Iklim ................................................................................... 8
Tanah.................................................................................. 9
Kebutuhan Air Tanaman.............................................................. 10
Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan ....................... 13
Analisis Unsur Hara Tanaman .................................................... 19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ................................................ 23


Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 23
Bahan dan Alat ............................................................................ 23
Metode Penelitian ........................................................................ 24
Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 26
Persiapan Media Tanam ..................................................... 26
Persiapan Benih .................................................................. 26
Aplikasi MVA .................................................................... 26
Penanaman Benih ............................................................... 27
Pemupukan ......................................................................... 27
Perlakuan Cekaman Kekeringan ......................................... 27
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
10

Pemeliharaan ...................................................................... 27
Penjarangan ............................................................... 27
Penyiangan................................................................. 28
Pembumbunan ........................................................... 28
Pengendalian Hama dan Penyakit ............................... 28
Panen ......................................................................... 28
Peubah Amatan ........................................................................... 29
Diameter Batang (mm) ....................................................... 29
Kadar Unsur Hara N, P, K(%)............................................. 29
Umur Berbunga(hari) .......................................................... 29
Umur Panen (hari) .............................................................. 29
Jumlah Ginofor (buah) ........................................................ 29
Panjang Akar (cm) .............................................................. 30
Luas Daun ( cm2) ................................................................ 30
Bobot Kering Akar (g) ........................................................ 30
Bobot Kering Tajuk (g) ....................................................... 30
Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap BK Tajuk (g) ........ 30
Jumlah Cabang Produktif (cabang) ..................................... 30
Jumlah Ginofor Hampa (buah) ........................................... 30
Bobot Kering 100 Biji (g) ................................................... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 32


Hasil ........................................................................................... 32
Diameter Batang (mm) ....................................................... 32
Kadar Unsur Hara N, P, K(%)............................................. 35
Umur Berbunga(hari) .......................................................... 37
Umur Panen (hari) .............................................................. 38
Jumlah Ginofor (buah) ........................................................ 39
Panjang Akar (cm) .............................................................. 40
Luas Daun ( cm2) ................................................................ 42
Bobot Kering Akar (g) ........................................................ 44
Bobot Kering Tajuk (g) ....................................................... 46
Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap BK Tajuk (g) ........ 48
Jumlah Cabang Produktif (cabang) ..................................... 49
Jumlah Ginofor Hampa (buah) ........................................... 51
Bobot Kering 100 biji (g) .................................................... 52
Hubungan nilai korelasi dari beberapa peubah amatan ........ 54
Pembahasan................................................................................. 57
Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Morfofisiologi Kacang
Tanah.................................................................................. 57
Pengaruh Varietas terhadap Morfofisiologi Kacang Tanah .. 62
Pengaruh Interaksi Antara Cekaman Kekeringan dan Varietas
terhadap Morfofisiologi Kacang Tanah ............................... 63

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 64


Kesimpulan ................................................................................. 64
Saran ........................................................................................... 64

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
11

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
12

DAFTAR TABEL

Hal

1. Rataan Diameter Batang (mm) dari Perlakuan Cekaman


Kekeringan dan Varietas ................................................................... 32
2. Rataan Kadar Unsur Hara N (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 35
3. Rataan Kadar Unsur Hara P (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 36
4. Rataan Kadar Unsur Hara K (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 36
5. Rataan Umur Berbunga (Hari) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 38
6. Rataan Umur Panen (Hari) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan Varietas ...................................................................................... 39
7. Rataan Jumlah Ginofor (Buah) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 40
8. Rataan Panjang Akar (cm) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan Varietas ...................................................................................... 41
9. Rataan Luas Daun (cm2) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Varietas ............................................................................................. 43
10. Rataan Bobot Kering Akar (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 45
11. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 47
12. Rataan Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering
Tajuk (g) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan dan Varietas ............ 49
13. Rataan Jumlah Cabang Produktif (Cabang) Pada Perlakuan
Cekaman Kekeringan dan Varietas .................................................... 50
14. Rataan Jumlah Ginofor Hampa (Buah) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 52
15. Rataan Bobot Kering 100 Biji (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Varietas ................................................................... 53

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
13

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Grafik diameter batang (mm) pada perlakuan cekaman kekeringan... 34


2. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas terhadap
panjang akar ...................................................................................... 42
3. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas terhadap
luas daun ........................................................................................... 44
4. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas terhadap
bobot kering akar............................................................................... 46
5. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas terhadap
bobot kering tajuk ............................................................................. 48
6. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas terhadap
jumlah cabang produktif .................................................................... 51
7. Histogram bobot kering 100 biji dengan perlakuan varietas ............... 54

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
14

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Bagan Percobaan .............................................................................. 70

2. Rencana Kegiatan Percobaan............................................................. 71

3. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Singa ............................ 72

4. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Gajah ............................ 73

5. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Macan ........................... 74

6. Prosedur Analisis Unsur Hara N, P, K pada daun............................... 75

7. Model Sidik Ragam Rancangan Petak Terpisah ( RPT )


Pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial ............................... 77

8. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 5 MST ............................ 78

9. Sidik Ragam Diameter Batang 5 MST (mm) ..................................... 78

10. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 6 MST ............................ 79

11. Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST (mm) ..................................... 79

12. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 7 MST ............................ 80

13. Sidik Ragam Diameter Batang 7 MST (mm) ..................................... 80

14. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 8 MST ............................ 81

15. Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST (mm) ..................................... 81

16. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara N (% ) ...................................... 82

17. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara P (% ) ....................................... 82

18. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara K (% ) ...................................... 82

19. Data Pengamatan Umur Berbunga ( hari ) ......................................... 83

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
15

20. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) .................................................. 83

21. Data Pengamatan Umur Panen ( hari ) ............................................... 84

22. Sidik Ragam Umur Panen (hari) ........................................................ 84

23. Data Pengamatan Jumlah Ginofor ( buah )......................................... 85

24. Sidik Ragam Jumlah Ginofor ( buah )................................................ 85

25. Data Pengamatan Panjang Akar ( cm )............................................... 86

26. Sidik Ragam Panjang Akar ( cm )...................................................... 86

27. Data Pengamatan Luas Daun ( cm2 ).................................................. 87

28. Sidik Ragam Luas Daun ( cm2 )......................................................... 87

29. Data Pengamatan Bobot Kering Akar ( g )......................................... 88

30. Sidik Ragam Bobot Kering Akar ( g )................................................ 88

31. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk ( g ) ....................................... 89

32. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ( g ) ............................................. 89

33. Data Pengamatan Nisbah Bobor Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering

Tajuk ( g ) ......................................................................................... 90

34. Sidik Ragam Nisbah Bobor Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering

Tajuk ( g ) ......................................................................................... 90

35. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif ( Cabang ) ..................... 91

36. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif ( Cabang ) ............................ 91

37. Data Pengamatan Jumlah Ginofor Hampa ( Buah ) ............................ 92

38. Sidik Ragam Jumlah Ginofor Hampa ( Buah ) ................................... 92

39. Data Pengamatan Bobot Kering 100 Biji (g) ...................................... 93

40. Transformasi y’=√ y+1 dari dat bobot kering 100 biji (g) .................. 93

41. Sidik Ragam Bobot Kering 100 Biji ( biji ) ........................................ 94

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
16

42. Rangkuman uji beda rataan parameter pada perlakuan cekaman kekeringan

dan varietas ....................................................................................... 95

43. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman

kekeringan (C1= 100% KL) dan varietas ........................................... 96

44. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman

kekeringan (C1= 80% KL) dan varietas ............................................. 97

45. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman

kekeringan (C1= 60% KL) dan varietas ............................................. 98

46. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman

kekeringan (C1= 40% KL) dan varietas ............................................. 99

47. Hasil analisis kadar unsur hara N, P, K .............................................. 100

48. Hasil analisis tanah ............................................................................ 101

49. Foto Lahan pertanaman kacang tanah di rumah kaca ......................... 102

50. Foto perlakuan C1 dan C2 ................................................................. 102

51. Foto perlakuan C3 dan C4 ................................................................. 102

52. Foto perbandingan antar Cekaman dengan Varietas Singa ................. 103

53. Foto perbandingan antar Cekaman dengan Varietas Gajah ................. 103

54. Foto perbandingan antar Cekaman dengan Varietas Macan ............... 104

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
17

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-

polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini

berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia

yang beriklim tropis atau subtropik Cina dan India merupakan penghasil kacang

tanah terbesar dunia (http://id.wikipedia.org/wiki/kacang.tanah).

Luas areal tanaman setiap tahun terus meningkat dan sampai akhir tahun

1995 tercatat luas areal kacang tanah ± 624.000 hektar dengan hasil rata-rata

638.000 ton per tahun. Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri

pengolahan makanan yang berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya

jumlah permintaan. Tahun 1992 dibutuhkan kacang tanah sebanyak 800.000 ton

(http://www.pustaka-deptan.go.id/agritech/bali 0201.pdf).

Upaya peningkatan produktivitas kacang tanah tidak bisa hanya

menggantungkan diri pada hasil kacang tanah yang di tanam di lahan sawah,

tetapi lahan kering atau tegalan memiliki peluang yang dapat dikembangkan

sebagai penghasil kacang tanah yang potensial. Masalah yang dihadapi lahan

kering pada umumnya adalah tingkat kesuburan yang relatif rendah sehingga

mengakibatkan produktivitas yang rendah (http://id.wikipedia.org/wiki/kacang).

Persoalan utama dalam berusaha tani di lahan kering (marginal) adalah

bagaimana mengelola air yang menjadi faktor pembatas dalam berusaha tani,

sehingga produktivitas lahan dapat ditingkatkan. Selain itu lahan marginal


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
18

mempunyai keterbatasan seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang tidak

baik, serta topografi lahan yang kurang mendukung dalam berusaha tani. Untuk

meningkatkan produktivitas lahan kering ada beberapa cara yang perlu dilakukan

seperti pemakaian varietas tanaman unggul berumur genjah, penerapan pola

tanam yang sesuai dengan curahan hujan, perbaikan teknik budidaya tanaman,

serta usaha konservasi lahan sehingga kelestarian lahan dapat dijaga

(Deptan, 2006).

Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan semakin

terbatasnya lahan pertanian yang sesuai untuk usaha di bidang pertanian, maka

penduduk memperluaskan lahan pertaniannya dengan membuka dan menggarap

lahan marginal, walau umumnya lahan marginal bermasalah bila hendak dijadikan

sebagai lahan pertanian (Pangaribuan, 1999).

Di Sumatera Utara didominasi oleh tanah Andisol yang banyak terdapat

pada daerah pegunungan disekitar gunung Sibayak dan didepositkan pada

daerah/wilayah yang lebih rendah. Menurut Tan dan Schuylenborgh (1961)

andisol yang terdapat disekitar Medan terjadi pada temperatur rata-rata 26oC dan

total curah hujan tahunan 2000mm-3500mm tanpa bulan kering. Masalah yang

paling menonjol pada andisol adalah sifat kemampuan menyerap dan menyimpan

air yang tidak pulih kembali seperti semula apabila mengalami kekeringan

(Irreversible drying), akibatnya jika sudah mengalami kekeringan sulit untuk

dibasahi kembali (Munir, 1996).

Dalam penelitian Arief Harsono, Tohari, D.Indradewa dan T.Adisarwanto

(2003) menyatakan bahwa berdasarkan dari beberapa genotipe kacang tanah yang

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
19

diteliti ternyata genotipe singa menunjukkan genotipe yang paling tahan terhadap

cekaman tetapi dibawah 60% kapasitas lapangan ketahanan antara genotipe tidak

berbeda. Genotipe tahan kering pada kondisi tercekam kekeringan mempunyai

transpirasi lebih rendah, fotosintesis lebih tinggi, menggunakan lengas tanah lebih

efisien dan mampu memberikan hasil polong lebih tinggi dibanding genotipe

rentan kering.

Cekaman kekeringan akan mempengaruhi morfologi dan fisiologi

tanaman. Alternatif penggunaan Mikoriza Vesicular Arbuskular mempunyai

sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang dapat bersimbiosis.

Dilaporkan juga tanaman bermikoriza lebih tahan kekeringan karena memperbaiki

potensial air dan daun dan turgor, memelihara membukanya stomata dan

transpirasi serta meningkatkan sistem perakaran (Ruiz-lozano et al., 1995).

Mikoriza Vesikular Arbuskular yang mengalami cekaman kekeringan

dapat membantu meningkatkan toleransi dengan produksi proline, selain itu MVA

juga meningkatkan kadar N, P, Ca, Mg, Fe dan meningkatkan efisiensi

penggunaan air, transpirasi dan laju fotosintesis

(Ruiz-Lazano et al., 2000; Rao dan Tak., 2001).

Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian terhadap

varietas kacang tanah yang telah ada. Pada penelitian ini menggunakan 3 varietas

kacang tanah berdasarkan kelompok yang mempunyai produktivitas tinggi,

mempunyai toleran dan peka kekeringan dan toleran Al/tanah masam yang akan

di uji pada 4 tingkat cekaman kekeringan. Produktivitas kacang tanah di lahan

kering masih rendah yang salah satu penyebabnya adalah cekaman kekeringan,

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
20

kendala umum yang dijumpai pada lahan kering ialah tanah bereaksi masam,

tingkat kesuburan tanah rendah, miskin hara makro dan hara mikro, sehingga

sering menyebabkan cekaman kekeringan. Penggunaan cendawan mikoriza

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman dalam kondisi

kekeringan. Pada penelitian ini melihat respon morfofisiologi dengan

menggunakan cendawan mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan adaptasi

tanaman beberapa varietas kacang tanah terhadap cekaman kekeringan yang

dicirikan oleh perubahan karakter morfologi, fisiologi dan hasil pada kacang tanah

yang dicobakan.

Tujuan Penelitian

Menguji respon morfofisiologis beberapa varietas kacang tanah

(Arachis hypogaea L.) terhadap cekaman kekeringan.

Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh tingkat cekaman kekeringan terhadap respon

morfofisiologis kacang tanah

2. Adanya perbedaan respon varietas kacang tanah toleran dan peka

kekeringan terhadap morfofisiologis kacang tanah.

3. Adanya interaksi antara varietas kacang tanah toleran dan peka kekeringan

dengan tingkat cekaman kekeringan.

Kegunaan Penelitian

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
21

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana dari Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Berdasarkan literatur taxonomy sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang

tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L.

Kacang tanah budidaya dibagi menjadi dua tipe: tipe tegak dan tipe

menjalar. Tipe menjalar lebih disukai karena memiliki potensi hasil lebih tinggi.

Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya (yang lainnya

adalah “kacang bogor”, Voandziea subterranean) yang buahnya mengalami

pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena

cahaya, proses pemasakan biji terganggu

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang-tanah).

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
22

Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut: yang

pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus.

Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai

alat penghisap. Karena meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut kemudian

mati, sedangkan akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar

permanen. Kacang tanah mempunyai akar serabut yang tumbuh ke bawah

sepanjang ± 20cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang)

yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm. pada akar lateral terdapat akar

serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral terdapat

akar serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral juga

terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya

sebagai pengikat zat nitrogen dari udara (Deptan, 2006).

Terdapat bintil akar (nodule) pada perakaran kacang tanah yang

dibudidayakan, walaupun beberapa diantaranya ada yang tidak membentuknya

(Goldsworthy and Fisher, 1996).

Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek.

Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral

dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20 cm, cabang lateral dekat

dengan tanah dan menyebar (Weiss, 1983).

Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap

helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,

berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan

gerakan nyctittropic merupakan aktivitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
23

menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Daun mulai gugur pada akhir

masa pertumbuhan dan di mulai dari bagian bawah. Selain berhubungan dengan

umur, gugur daun ada hubungannya dengan faktor penyakit (Asiamaya, 2000)

Bunga kacang tanah tunggal, terletak diketiak daun, tabung kelopak

berbentuk lansel, mahkota bentuk kupu-kupu, berwarna kuning

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang)

Kacang tanah mulai berbunga kira-kira pada umur 4-5 minggu. Bunga

keluar dari ketiak daun. Bentuk bunganya sangat aneh. Setiap bunga seolah-olah

bertangkai panjang berwarna putih. Ini sebenarnya bukan tangkai bunga

melainkan tabung kelopak. Mahkota bunganya (corolla) kuning. Bendera dari

mahkota bunganya bergaris-garis merah pada pangkalnya. Umur bunganya

hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu pada sore hari. Dengan demikian,

berdasarkan pada kenyataan bahwa tiap hari tanaman kacang berbunga.

Perhitungan jumlah bunga-bunga baru per tanaman mudah dilakukan.

Penyerbukan bunga kacang tanah terjadi pada malam hari, yakni sebelum bunga

mekar (Asiamaya, 2000).

Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi

pembuahan. Buah kacang tanah berada di dalam tanah setelah terjadi pembuahan

bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi tangkai polong. Mula-

mula, ujung ginofor yang runcing mengarah keatas, kemudian tumbuh mengarah

ke bawah dan selanjutnya masuk kedalam tanah sedalam tanah sedalam 1-5 cm.

Pada waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti.

Panjang ginofora ada yang mencapai 18 cm. tempat berhentinya ginofora masuk

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
24

ke dalam tanah tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofora yang

terbentuk di cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal

membentuk polong (Deptan, 2006).

Biji matang memiliki dormansi singkat atau tidak dorman sama sekali dan

penundaan panen dapat berakibat biji berkecambah di dalam polong. Biji yang di

tanam tidak menunjukkan perkecambahan epigeal ataupun hypogeal, tetapi

kotiledon terdorong ke permukaan tanah oleh hypokotil dan tetap pada permukaan

tanah (Rubazky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman kacang tanah adalah menyerbuk sendiri (self-compatible) dan

hampir seluruhnya dibuahi sendiri. Pembuahan bersifat kleistogami, walaupun

struktur khasnya zigomorf dan himenopterus, bunga-bunga tampaknya tidak

tergantung pada serangga untuk penyerbukan (Goldsworthy and Fisher, 1996).

Syarat Tumbuh

Tanah

Kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir, liat

berpasir, atau lempung liat berpasir. Kemasaman (pH) tanah optimal adalah

sekitar 6,5 – 7,0. apabila pH tanah lebih besar dari 7,0 maka daun akan berwarna

kuning akibat kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering kali timbul

bercak hitam pada polong. Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam di

tanah remah dan berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah bertekstur

ringan memudahkan penembusan dan pekembangan polong, yang biasanya terjadi

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
25

di bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar

biji dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Pada tipe Spanyol juga tumbuh dengan baik pada tekstur atau tanah

gembur. Tanah seharusnya memiliki suplai kalsium yang bagus untuk mencegah

produksi polong kosong, jika tanahnya rendah kalsium 2 lb gypsum per 100ft

baris seharusnya diberikan ketika tanaman mulai berbunga (Splittstoesser, 1984).

Andisol pada umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas,

sehingga andisol mempunyai permeabilitas dan aerasi cukup tinggi serta

ketahanan penetrasi cukup rendah. Namun demikian, ada beberapa masalah yang

dihadapi pada jenis tanah ini. Karena berkembang di daerah bertopografi miring,

andisol rawan terhadap erosi air hujan. Adanya sifat irreversible drying yang

menyebabkan tanah sulit dibasahi kembali jika kering. Berat isi yang ringan dan

adanya sifat irreversible drying menyebabkan andisol mudah terkena erosi baik

erosi angin maupun erosi air hujan serta adanya muatan bergantung pH dan

retensi fosfat yang cukup tinggi oleh halofan (Munir, 1996).

Iklim

Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang tanah berkisar 25o-30oC di

bawah suhu 25oC perkembangan akan terhambat dan suhu di atas 35oC

berpengaruh terhadap produksi bunga (Weiss, 1983)

Di Indonesia, tanaman kacang tanah cocok di tanam di dataran rendah

yang berketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Iklim yang

dibutuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi anatara 25o-32oC, sedikit

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
26

lembab (rH 65%-75%), curah hujan 800mm-1300mm per tahun, tempat terbuka

(http://warintek. Bantul.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=35).

Fotoperiode mempengaruhi jumlah relative pertumbuhan vegetatif dan

reproduktif, tetapi keseimbangannya bergantung juga pada suhu. Menguji

interaksi suhu / fotoperiode dalam suhu siang / suhu malam 26/22oC dan 22/18oC

disamping 30/26oC. Mereka menunjukkan bahwa tanaman pada suhu 30/26oC

berbunga lebih awal, mereka juga lebih tinggi dan lebih berat dengan lebih banyak

bunga dan ginofora daripada tanaman yang ditanam dalam kedua lingkungan suhu

lainnya, tanpa memperhatikan fotoperiode jumlah polong sangat dipengaruhi oleh

fotoperiode (Wynne dan Emery, 1973).

Kebutuhan Air Tanaman

Hasil-hasil kacang tanah berkurang oleh kekeringan dan kemudian

tanaman kurang mampu untuk menggunakan masukan seperti pupuk fosfat, secara

efektif. Ada juga pengaruh sekunder, karena kapasitas perkecambahan biji-biji

yang di panen dapat terganggu. Dalam Kassam dkk (1975) menunjukkan bahwa

dari penananam sampai pemanenan, suatu pertanaman tadah hujan di Nigeria

menggunakan air 438 mm untuk memberikan hasil biji 1,6 ton/ha dalam 4 bulan.

Efisiensi penggunaan air tanaman adalah 489 g air per gram bahan kering yang

dihasilkan. Tanaman paling rentan terhadap kekeringan pada pembungaan

(Goldsworthy and Fisher, 1996).

Cekaman air dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lingkungan yang

memacu kehilangan air dari sel seperti kekeringan, kegaraman dan cekaman udara

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
27

dingin. Cekaman air menyebabkan terjadinya perubahan proses biokimia dan

fisiologi dalam sel tanaman. Cekaman air juga dilaporkan mampu berperan

penting untuk adaptasi pada lingkungan tercekam (Sugiharto, dkk, 2002).

Pada suatu pertanaman yang berfotosintesis, air akan cenderung di tarik

dari sel-sel daun, dengan menghasilkan reduksi tekanan dalam turgor sel dan

dalam potensial air sel. Stress air adalah suatu istilah yang tidak tepat, yang

menunjukkan bahwa kandungan air sel telah turun di bawah nilai optimum,

menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme. Stress air sedikit lebih pasti

dengan mendefenisikan tiga kelas stress (dalam suatu sel tertentu):

• Stress ringan – ψsel ditekan lebih rendah beberapa bar

• Stress sedang – ψsel ditekan lebih dari beberapa bar tetapi kurang dari 12-

15 bar

• Stress berat – ψsel ditekan lebih dari lebih 15 bar

Stress ringan dalam waktu sel daun sama dengan kehilangan turgor dalam jumlah

kecil, sedangkan stress sedang berkaitan dengan hilangnya turgor yang lebih

menyeluruh dan melayunya daun (Fitter dan Hay, 1991).

Air dapat membatasi pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan hampir

disegala tempat, baik karena periode kering tak terduga maupun curah hujan

normal yang rendah sehingga diperlukan pengairan yang teratur

(Salisbury dan Ross, 1995).

Tanaman yang menderita cekaman air secara umum mempunyai ukuran

yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman air

mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini cekaman air

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
28

mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan

terjadinya modifikasi anatomi dan modifikasi tanaman (Islami dan Utomo, 1995).

Berdasarkan penelitian Arief Harsono, Tohari, D. Indradewa dan T.

Adisarwanto (2003) mengatakan bahwa pada kacang tanah apabila evaporasi

harian naik, indeks cekaman kekeringan naik, dan fotosintesis tanaman menurun

dengan meningkatnya tegangan lengas tanah. Pertumbuhan tanaman dalam

kondisi tidak stress air (-0,01 Mpa) menunjukkan peningkatan fotosintesis

sepanjang pagi dan menurun antara jam dua hingga tiga sore dan pulih kembali

pada jam empat sore. Apabila tegangan lengas tanah meningkat menjadi -0,045

Mpa, penurunan fotosintesis pada siang hari tidak dapat pulih kembali pada sore

hari apabila tidak di beri tambahan air, mengakibatkan penurunan hasil 31%.

Adaptasi lain yang menurunkan transpirasi antara lain membentuk stomata

ceruk, merontokkan daun selama periode kering, dan berbulu banyak pada

permukaan daun. Yang juga penting adalah bahwa tumbuhan seperti itu

meningkatkan resistensi akar untuk mencegah kehilangan air akibat penyerapan

oleh tanah kering. Pada sebagian besar contoh tumbuhan menarik yang di kaji,

ketika cekaman air dalam daun rendah dan suhu meningkat, stomata membuka,

ketika cekaman air lebih tinggi dan lagi stomata menutup

(Salisbury dan Ross, 1995).

Dalam suatu rumah kaca, distribusi cahaya dalam ruangan – khususnya

antara tengah-ruangan dengan ruang sepanjang dinding rumah kaca – cukup

berbeda, terutama di antara pagi dengan siang hari, untuk membuat perbedaan

pertumbuhan tanaman. Penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik di

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
29

bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan. Kendali genetik pada penampilan

tanaman diekspresikan melalui proses biokimia dan fisiologi. Perbedaan susunan

genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan

tanaman.program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase atau

keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai

sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan

keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat

perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang

digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Respon Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan

Bermacam-macam spesies bertahan terhadap kekeringan dengan berbagai

cara. Tumbuhan seperti Prosopis glandulosa dan Medicago sativa yang

mempunyai akar yang dapat memanjang 7 sampai 10 m ke bawah mencapai muka

air tanah, tidak pernah mengalami potensial air negatif yang ekstrem. Tumbuhan

tersebut adalah pengguna air. Tumbuhan itu nyata menghindari kekeringan. Tentu

saja tumbuhan itu harus mampu menggunakan air tanah sewaktu memanjang

akarnya menuju muka air tanah (Salisbury and Ross, 1995).

Stress air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal: (1)

kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan air yang berlebihan

oleh daun, di mana laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar

tanaman, walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Dengan demikian jelaslah

bahwa stress air pada tanaman dapat terjadi pada keadaan air tanah tidak

kekurangan (Harjadi dan Yahya, 1988).


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
30

Tumbuhan dapat menjadi teraklimasi terhadap berbagai faktor cekaman

dengan mengembangkan toleransi (menjadi tahan) terhadap faktor cekaman yang

menyebabkan perubahan dan sering juga terhadap faktor cekaman lain. Sebagai

contoh, tumbuhan yang berada pada potensial air rendah, tingkat cahaya tinggi

dan faktor lain seperti pemupukan berat dengan fosfor dan pemupukan ringan

dengan nitrogen, menjadi toleran (tahan) kekeringan dibandingkan dengan

tumbuhan spesies yang sama yang tidak diberi perlakuan itu. Aklimasi terhadap

kekeringan seperti ini amatlah penting dalam pertanian. Hal ini merupakan contoh

tentang efek pengkondisian. MVA juga meningkatkan kadar N, P, K daun, seperti

diketahui daun merupakan tempat berlansungnya fotosintesis, suatu proses yang

mendasari kehidupan tanaman. Proses fotesintesis dipengaruhi oleh CO2 dan O2 di

udara, temperatur, cahaya, air tanah, klorofil dan hara (N, P, K, Fe, dan Mg).

Tanaman yang bermikoriza meningkatkan kadar N, P, K, Bobot kering dan

fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995).

Sebagian besar lahan di dunia mengalami kekurangan air pada tingkat

yang berbeda. Terhadap cekaman air ini tanaman memperlihatkan berbagai

respons. Diantara metabolisme tanaman diatas cekaman air ini adalah terjadinya

perubahan morfologi dan fisiologi tanaman. Perubahan morfologi meliput i (1)

gugur daun, yaitu fenomena umum sebagai mekanisme tanaman dalam usaha

mengurangi cekaman terutama daun bagian bawah. Dengan mengurangi daun,

luas permukaan transpirasi juga menurun, (2) mengubah sudut daun pada posisi

sejajar dengan berkas cahaya, sehingga suhu daun tidak segera meningkat.

Dengan demikian transpirasi dapat ditekan. (3) perakaran berkembang lebih cepat.

Terutama kearah bawah menyebabkan nisbah pupus akar mengecil. Tanaman


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
31

meningkat kemampuan penghisapan air dari lapisan tanah yang lebih dalam

sementara transpirasi dari bagian atas tanaman menurun. (4) perkembangan daun,

peka terhadap kekurangan air. Setelah terjadi cekaman pada umumnya terjadi

percepatan pertumbuhan, akan tetapi ukuran daun lebih kecil dibandingkan

dengan daun tanaman yang ada dalam keadaan normal. Tanaman yang tercekam

mempunyai akar lateral bergaris tengah sama dengan akar primer, berkembang

lebar kearah apical meristem, akar primer bercabang dekat ujungnya dan

seterusnya akar sekunder akan bercabang juga dekat ujungnya dan seterusnya

percabangan akan selalu terjadi di dekat ujung akar dengan panjang akar yang

semakin berkurang dan semakin gemuk. Cekaman juga mengganggu

permeabilitas membran-membran sel akar dan mengganggu sintesis protein

sehingga fungsi akar rusak dan tidak efisien dalam menyerapa air dan unsur hara.

(Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Penyerapan hara dan air dalam akar merupakan proses yang bebas satu

sama lain, kebutuhan air yang tersedia dalam tanaman dan tanah bagi

pertumbuhan dan transpor hara menyebabkan keduanya berhubungan erat. Dalam

tanah, air dalam selang sekitar -0,1 sampai -10 bar esensil bagi setiap proses yang

meningkatkan ketersediaan hara. Kemampuan akar menyerap hara dipengaruhi

oleh (1) kemampuannya menyerap, (2) kemampuannya untuk mentraslokasikan

dari akar ke daun, dan (3) kemampuannya menyebarkan atau memperluas sistem

perakaran ke jarak yang lebih jauh memperoleh suplai hara. Ketersediaan hara,

untuk sebagian besar nonhidrofita adalah tertinggi bila keadaan air berada dekat

kapasitas lapang. Hara yang paling nyata dipengaruhi oleh kandungan air tanah

adalah nitrat, kadang-kadang juga sulfat. Kandungan air tanah mempengaruhi


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
32

transpor hara ke permukaan akar dengan cara mempengaruhi laju difusi dan aliran

massa air ke akar (Harjadi dan Yahya, 1988).

Dalam penelitian Hapsoh (2003) mengatakan bahwa mengenai respon

morfologi dan fisiologi di berbagai tingkat cekaman kekeringan dimana pada

cekaman kekeringan ringan sampai berat menyebabkan luas daun berkurang, pada

tanaman yang mengalami cekaman kekeringan atau tidak inokulasi mikoriza

nyata meningkatkan diameter batang, sedangkan dalam respon fisiologis

dinyatakan bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap kadar N daun,

perlakuan genotip, mikoriza dan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap

kadar P daun, sedangkan genotipe, cekaman kekeringan dan interaksi semua

perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hara N, P, K dan hormon

ABA dan IAA sangat berperan dalam sintesis prolina dalam kaitannya sebagai

osmoregulator, hal ini berkaitan dengan peran yang besar dari proline sebagai

osmoregulator, sehingga produksi senyawa tersebut secara berlebihan dapat

menghasilkan peningkatan toleransi terhadap cekaman kekeringan pada tanaman.

Tanaman bermikoriza meningkatkan sistem perakaran, memperbaiki potensial air

daun dan turgor, memelihara membukanya stomata daun dan transpirasi.

Dalam penelitian Nurhayati (2007) mengatakan bahwa mekanisme

toleransi tanaman terhadap cekamam kekeringan berbeda-beda tergantung

kemampuan genetiknya, kekurangan defisit air yang parah ditunjukkan dengan

perkembangan sistem pembungaan, toleransi dengan potensial air jaringan yang

tinggi yaitu kemampuan tanaman tetap menjaga potensial jaringan dengan

meningkatkan penyerapan air atau menekan kehilangan air tanaman mempunyai

kemampuan untuk meningkatkan sistem perakaran, regulasi stomata dan


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
33

penurunan permukaan evapotranspirasi melalui penyempitan daun dan

pengguguran daun.

Dalam penelitian Sufianto (2004) mengatakan bahwa antara cekaman

dengan jumlah ginofor pada pembudidayaan kacang tanah terjadi interaksi yang

berarti. Hal ini menunjukkan fungsi air bagi tanaman memegang peranan penting

dalam aktivitas tanaman. Jika kebutuhan air terpenuhi maka aktivitas tanaman

dapat maksimal, namun kebutuhan air tidak terpenuhi maka menurunkan atau

menghambat aktivitas atau bagian tertentu. Peranan air dalam proses pembungaan

dapat mempercepat munculnya bunga. Pemberian air per hari sesuai dengan

kebutuhannya maka waktu bunga muncul lebih cepat dibanding dengan jika hanya

baik diberikan setengah atau sepertiga dari kebutuhan setiap harinya.

Respon tercepat terhadap munculnya cekaman ditandai dengan keadaan

fisik dari luas daun dari pada perubahan kimia. Jika kandungan air dari tumbuhan

berkurang maka sel akan menyempit dan dinding sel juga ikut menyempit.

Pengurangan volume sel menyebabkan tekanan hidrostatik menurun atau tekanan

turgornya juga menurun. Peningkatan dari penurunan air lebih nyata terlihat lebih

jelas terlihat di dalam sel. Membran plasma menjadi menyempit dan lebih

tertekan, daunnya lebih mengecil dari sebelumnya karena telah kehilangan

tekanan yang merupakan pengaruh yang nyata terhadap fisik dari penurunan

cekaman air. Dapat disimpulkan tekanan turgor sangat mempengaruhi aktivitas

yang menyebabkan sensitif terhadap cekaman kekeringan. Pertahanan tanaman

dalam menghadapi cekaman kekeringan: (1) Membatasi perkembangan luas daun,

(2) perkembangan akar untuk mencapai daerah yang masih basah, (3) Penutupan

stomata untuk mengurangi transpirasi. (Taiz and Zeiger, 1991).


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
34

Dalam penelitian Barus dan Yusuf (2004) mengatakan bahwa pengaruh

lamanya waktu penyiraman menunjukkan pengurangan yang nyata terhadap berat

kering tanaman. Semakin lama waktu penyiraman semakin tinggi pengurangan

berat kering tanaman. Semakin lama waktu penyiraman semakin tinggi

pengurangan berat kering tanaman. Lamanya waktu penyiraman secara nyata

menurunkan berat kering dan total serapan N pada tanaman kedelai. Hal ini

disebabkan keterbatasan air sebagai salah satu faktor dalam proses fotosintesis

serta metabolisme pada jaringan tanaman akan mengurangi tingkat kecepatan

pertumbuhan.

Kehilangan air sel yang serius disertai dengan perobekan (desrupsi)

seluruh alur metabolisme utama (terutama metabolisme karbohidrat dan

metabolisme nitrogen) dan denaturasi makromolekul (protein, asam nukleat), di

duga atas karena perubahan dalam jumlah air yang diikat pada permukaan

hidropilik. Namun demikian, dengan adanya musim kering, belukar ini

menggugurkan daun tuanya, ranting serta cabangnya dan hanya menyisakan daun-

daun yang lebih muda dan lebih kecil yang dapat kehilangan air sampai

kandungan air sebesar 50% dari berat kering daun tanpa kerusakan yang nyata

(Fitter dan Hay, 1991).

Tanaman akan melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan diluar

dari tingkat optimum dan dapat menyelesaikan hidupnya secara lengkap asalkan

keadaan lingkungan tidak melebihi batas fisiologi proses kehidupan. Tanaman

akan memberikan reaksi (tanggapan) terhadap perubahan lingkungan tersebut.

Pada keadaan lingkungan yang tidak optimum, manipulasi sering dilakukan untuk

menciptakan keadaan lingkungan mendekati keadaan optimum agar kapasitas


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
35

genetik yang setinggi mungkin dapat diekspresikan. Manipulasi tersebut dapat

dilihat pada pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).

MVA pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat

membantu meningkatkan toleransi dengan produksi proline. Selain iru MVA juga

meningkatkan kadar N, P, Ca, Mg, Fe dan meningkat efisiensi penggunaan air,

transpirasi dan laju fotosintesis (Ruiz-lazano et al: 2000. Rao dan Tak, 2001).

Rasio akar: pucuk tidak secara khusus berguna dalam membandingkan

yang rinci atas hubungan air dari spesies yang berbeda pada tempat yang sama.

Rasio:

Panjang (atau luas permukaan) akar yang dapat mengabsorbsi


Luas Transpirasi daun

Disamping adaptasi morfologis ini, spesies tanaman juga berbeda

kemampuan akarnya untuk mendeteksi air dari tanah. Kebanyakan tanaman

pertanian mampu mengeringkan tanah sampai pada potensial matrik antara -10

dan -20 bar, dan ini menyebabkan pemanfaatan yang meluas pada kandungan

kelembaban pada -15 bar sebagai ukuran standar titik layu permanen. Beberapa

spesies yang tumbuh di iklim yang lebih kering dapat mengabsorsi lebih banyak

air dari tanah, hingga memberikan nilai titik layu permanen sebesar -20 sampai -

30 bar. Usaha untuk menambah suplai air dengan jalan ini dapat berhasil hanya

selama depresi yang diperlukan dalam potensial air daun tidak merusak jaringan

daun itu sendiri. Keefektifan tergantung atas hubungan antara potensial air daun

dan kandungan air (Fitter dan Hay, 1991).

Analisis Unsur Hara Tanaman

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
36

Penyerapan hara dan air dalam akar merupakan proses yang bebas satu

sama lain, kebutuhan air yang tersedia dalam tanaman dan tanah bagi

pertumbuhan dan transport hara menyebabkan keduanya berhubungan erat.

Hubungan yang erat ini menyebabkan sukarnya menentukan dengan jelas

pengaruh-pengaruh kekeringan terhadap keadaan hara. Jumlah air yang semakin

menurun mengakibatkan semakin jeleknya keadaan untuk ketersediaan hara.

Pengaruh stress air terhadap hara mineral yaitu berkembangnya serapan hara

mengurangi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Ada dua cara

pengukuran ketersediaan hara yang sering digunakan yakni:

1) “total uptake” (Serapan total) dari unsur-unsur hara anatara lain K

atau N. Jika kekeringan atau stress air mengurangi pertumbuhan

dan kandungan hara total juga menurun, berarti per defenisi

kekeringan juga mengurangi ketersediaan hara.

2) Komposisi dinyatakan dalam persentase (kadar hara). Jika

peningkatan persentase komposisi dalam tanaman terjadi dengan

meningkatnya stress, dapat dianggap bahwa laju penyerapan hara

lebih cepat daripada penambahan bobot kering tanaman. Stress air

lebih menghambat pertumbuhan daripada penyerapan hara.

Penurunan suplai air mengakibatkan peningkatan yang nyata pada konsentrasi N,

penurunan yang nyata pada konsentrasi K dan pengaruh yang bervariasi untuk

konsentrasi P, Ca dan Mg dalam tanaman (Harjadi dan Yahya, 1988).

Kandungan unsur hara dalam tanaman berbeda-beda tergantung pada jenis

hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau jenis tanah dan pengelolaan tanaman.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
37

Kegunaan analisis (baik analisis tanah maupun analisis tanaman) adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui status hara dalam tanah dan dalam tanaman

2. Untuk kelestarian kesuburan tanah dan produktivitas lahan, dengan

mengetahui kadar hara dalam tanah dan produksi tanaman, maka

kehilangan hara dari tanah karena panen dapat dihitung

3. Menduga produksi tanaman dan menghitung keuntungan apabila

dilakukan pemupukan

4. Untuk mengetahui hara yang menjadi faktor pembatas yang harus

diperbaiki dan membuat rekomendasi pemupukan

5. Untuk menilai lahan secara ekonomis, misalnya: harga tanah, pajak dan

sebagainya.

Penyebaran hara dalam tanaman tidak merata, artinya kadar suatu unsur pada

daun tidak sama dengan kadar unsur tersebut dalam tangkai daun atau pada kayu.

Pada dasarnya, pemilihan contoh tanaman adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan organ tersebut telah cukup

b. Tidak terlalu muda (pucuk) atau terlalu tua

c. Sebaiknya sebelum fase generatif, yakni mendeteksi tanaman berbunga

Daun yang dianggap cocok untuk dianalisis adalah daun yang ke 4, 5, 6 dan

mungkin ke 7 yang memenuhi persyaratan tersebut. Daun yang dianggap baik

sebagai contoh untuk dianalisis disebut daun indikator

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kebiasaan hidup secara mikoriza biasa terjadi dalam tanah dan pada

kecambah yang tumbuh di tempat persemaian yang kekurangan nutriea utama,


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
38

seperti nitrogen dan fosfor. Kebiasaan membentuk ektomikoriza meningkatkan

luas daun daerah permukaan sistem perakaran dan memberikan penyerapan

nutriea secara lebih baik yaitu penyerapan nitrogen, fosfor dan kalium dari tanah

sekitarnya. Penimbunan fosfat didalam selubung bervariasi tergantung laju

transpirasi karena tanaman terpangkas lebih banyak menimbun fosfat di dalam

selubungnya dibandingkan dengan tanaman utuh. Arbuskel membantu dalam

mentransfer nutrisi (terutama fosfat) dari tanah ke sistem perakaran (Rao, 1994).

Tanaman kacang tanah menyerap 10% dari kebutuhan fosfor, kalsium dan

magnesium selama fase vegetatif dan 40% sampai 50% selama pembungaan.

Sisanya diambil selama pengisian biji. Periode puncak untuk penyerapan kalium

pada kebanyakan varietas yang diuji adalah antara pembentukan ginofor (pegging)

dan kemasakan, walaupun pada beberapa varietas puncak pengambilan lebih awal

(Goldsworthy and Fisher, 1996).

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
39

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut

pada bulan Mei 2007 sampai Agustus 2007 dan di Laboratorium Sentral Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan Juni 2007.

Bahan dan Alat

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kacang

tanah varietas Singa, varietas Gajah dan varietas Macan, tanah andosol, kompos

polybag ukuran 25 kg, Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dalam bentuk

mikover (5g/ polybag) sebagai mikroorganisme yang membantu mempertahankan

ketersediaan air tanah, pupuk urea (75 kg/ha), SP-36 (50kg/ha) dan KCl

(50kg/ha), Insektisida Curacron 500 EC, Confidor, Fungisida Dithane 45 M,

NaOH 50%, H3BO3 3 %, HCl 0,01 N, PP 1%, Aquades.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
40

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, gembor, meteran,

destruksi, destilasi, spektrofotometer, handsprayer, gelas ukur untuk mengukur

volume pemberian air, tabung reaksi, timbangan analitik, oven, jangka sorong,

kertas mm, timbangan 15 kg, papan nama, kalkulator, alat tulis, ember, kertas

kuning, minyak makan, bambu.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design)

pola Rancangan Acak Lengkap (RAL):

Faktor I: Petak utama (Main plot) adalah tingkat Cekaman Kekeringan (C) yang

terdiri dari 4 taraf, yaitu: C1 = 100 % KL, C2 = 80 % KL, C3 = 60 % KL,

C4 = 40 % KL.

Faktor II : Anak petak (Sub plot) adalah Varietas Kacang Tanah yang terdiri dari

3 varietas, yaitu: V1 = Varietas Singa (Toleran), V2 = Varietas Gajah,

V3 = Varietas Macan.

Jumlah ulangan :3

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah polybag / plot : 2 polybag

Jumlah tanaman / polybag : 1 tanaman

Jumlah sampel / plot : 2 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 72 tanaman

Jumlah seluruh sampel : 72 tanaman


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
41

Ukuran plot : 50 cm x 70cm

Jarak antar petak : 50 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar polybag : 30 cm

Model linier aditif dari Rancangan Petak Terpisah pola Rancangan Acak

Lengkap (RAL) adalah:

Yijk = µ + αj+δik + βk + (αβ)ij + εijk

i = 1,2,3,4 j= 1,2,3 k= 1,2,3

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan yang disebutkan main plot ke-i dan sub plot ke-j pada

ulangan ke-k

µ : Nilai Tengah

αj : Efek Cekaman pada taraf ke-i

δik : Efek error yang disebabkan main plot ke-j pada ulangan ke-k

βk : Efek varietas pada taraf ke-j

(αβ)ij : Interaksi dari main plot pada taraf ke-i dengan sub plot ke-j

εijk : Efek error yang disebabkan main plot ke-i dan sub plot ke-j pada ulangan

ke-k

Jika hasil sidik ragam yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda

rataan dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 % (Bangun, 1991)

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
42

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Media Tanam

Polybag berukuran 25kg diisi tanah top soil jenis tanah andosol sebanyak

8 kg. Yang telah diayak dan dikeringanginkan. Penetapan kadar air tanah untuk

menentukan bobot tanah kering udara yang akan dimasukkan dalam polybag

dilakukan dengan metode pengeringan (oven), sedangkan penetapan kadar air

pada kapasitas lapang dilakukan dengan metode Alricks. Tanah yang disediakan

dimasukkan ke dalam polybag, polybag di susun sesuai dengan susunan jarak

antar polybag 30cm.

Persiapan Benih

Disiapkan benih dari 3 varietas yang akan ditanam, lalu di rendam ke

dalam larutan fungisida (dithane 45 M) 2g/lt air selama 15 menit untuk

menghindari penjamuran.
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
43

Aplikasi MVA

Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu dilakukan pemberian Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA) pada media tanam. MVA dalam bentuk mikover

sebanyak 5 g/polibek disebar ratakan pada kedalaman 5 cm dari permukaan tanah

sebelum benih di tanam.

Penanaman Benih

Benih tersebut di tanam pada polybag yang telah disediakan dengan

lubang tanam sedalam 2-3cm sebanyak 3 benih/lubang tanam, setelah itu lubang

tanam di tutup dengan kompos.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan pupuk urea

(0,4g/tanaman), SP-36 (0,3g/tanaman), KCl (0,3g/tanaman). Untuk N diberikan

1/3 dosis yaitu sebanyak (0,13 g/tanaman) yang diberikan bersamaan dengan

pemberian kompos pada saat penanaman, untuk urea umur 4 MST di beri lagi 2/3

dosis sebanyak (0,27g/tanaman) dengan cara di tugal.

Perlakuan Cekaman Kekeringan

Untuk perlakuan 100% KL dilakukan sejak waktu tanam sampai tanaman

berbunga dilakukan pemberian air 100% KL. Setelah tanaman berbunga,


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
44

pemberian air dilakukan sesuai dengan perlakuan sampai tanaman panen.

Pemberian air dilakukan satu kali yakni pada pagi hari.

Pemeliharaan

Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada 2 MST, yakni di pilih tanaman yang

pertumbuhannya kurang baik atau abnormal, penjarangan dilakukan dengan

memotong tanaman.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma

dengan tangan, ini dilakukan untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama

dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan

dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan pada saat tanam sudah mulai berbunga,

pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah disekeliling

tanaman. Pembumbunan bertujuan memudahkan bakal buah menembus

permukaan tanah sehingga pertumbuhan optimal.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan

insektisida Curacron 500EC dan Confidor dengan konsentrasi 2cc/l air dan

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
45

fungisida Dithane 45 M 2g/l air. Penyemprotan disesuaikan dengan kondisi di

lapangan.

Panen

Panen dilakukan setelah kacang tanah telah memasuki fase matang

fisiologis yang ditandai dengan pada saat sebagian besar daun kacang tanah mulai

mengering dan luruh, polong telah berisi penuh dan kulit bijinya tipis, kulit

polong cukup keras, serat sangat nyata dan berwarna coklat kehitaman.

Peubah Amatan

Diameter Batang (mm)

Diameter batang di ukur pada bagian batang bawah pada ketinggian 1 cm

di atas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran

dilakukan dengan interval satu minggu di mulai dari tanaman telah mengeluarkan

bunga yakni 5 MST sampai 8 MST.

Kadar Unsur Hara N, P, K pada Daun (%)

Analisis dilakukan setelah 2 minggu diberikan perlakuan cekaman

kekeringan, analisis N, P, K daun menggunakan metode destruksi basah

(Anwar, 1990), dengan rumus:

Penetapan N : % N = ml titrasi (contoh-blanko) x N HCl x 5 x 14 x 100


Berat contoh 105 oC x 1000
Penetapan P : % P = P grafik x 0,01
Berat contoh 105oC
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
46

Penetapan K : % K = K grafik x 0,01


Berat contoh 105 oC

Umur Berbunga (Hari)

Umur berbunga dihitung apabila tanaman dalam satu plot percobaan telah

mengeluarkan bunga kemudian di rata-ratakan.

Umur Panen (Hari)

Umur panen dihitung mulai dari penanaman benih hingga tanaman siap

untuk dipanen dengan kriteria tanaman, daun menguning dan kecoklat-coklatan.

Jumlah Ginofora (Buah)

Jumlah ginofora dihitung dengan menjumlahkan seluruh ginofora yang

baru keluar, dihitung pada saat tanaman mulai berbunga

Panjang Akar (cm)

Panjang akar diukur mulai bagian leher akar sampai dengan bagian ujung

akar yang terpanjang, diukur pada pengamatan terakhir.

Luas Daun (cm2)

Luas daun diukur pada saat pengamatan terakhir dengan menggunakan

Leaf Area Meter (LAM).

Bobot Kering Akar (g)

Bobot kering akar ditimbang pada akhir penelitian, masing-masing

tanaman / plot dengan memotong bagian pertautan batang dengan akar tanaman.

Akar tanaman diovenkan selama 24 jam pada temperatur 65oC, setelah itu di

timbang beratnya.

Bobot Kering Tajuk (g)

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
47

Bobot kering tajuk ditimbang pada akhir penelitian. Tajuk tanaman

diovenkan selama 24 jam pada temperatur 65oC, setelah itu ditimbang beratnya.

Nisbah Bobot Kering Akar terhadap Bobot Kering Tajuk (g)

Perbandingan bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (BKA/BKT)

dihitung dengan cara membagi bobot kering akar dengan bobot kering tajuk.

Jumlah Cabang Produktif (Cabang)

Jumlah cabang produktif dihitung dengan melihat cabang-cabang yang

produktif, dihitung pada pengamatan terakhir.

Jumlah Ginofora Hampa (Buah)

Pengamatan dilakukan dengan melihat jumlah ginofora hampa.

Pengamatan dilakukan pada saat panen.

Bobot Kering 100 Biji (g)

Penimbangan dilakukan setelah biji kering dengan kadar air ± 14 %,

pengeringan polong diperlukan waktu 5-7 hari dengan penjemuran bersama-sama

dengan kulitnya agar diperoleh kadar air ± 14 %. Diambil secara acak dari setiap

plot. Untuk tanaman yang tidak mencapai 100 biji maka datanya dikonversikan

dengan menggunakan rumus : 100/X x Bobot X, dimana X = jumlah biji.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
48

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Diameter Batang (mm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter batang pada 5 MST,

6 MST, 7MST dan 8 MST dapat dilihat pada lampiran 8 s/d 15. Dari sidik ragam

dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan yang diberikan berpengaruh

nyata terhadap diameter batang 6 hingga 8 MST, varietas belum berbeda nyata

pada semua peubah amatan diameter batang, sedangkan interaksi antara cekaman

kekeringan dan varietas tidak berbeda nyata terhadap diameter batang.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
49

Hasil uji beda rataan diameter batang pada perlakuan cekaman kekeringan

dan varietas dari 5 s/d 8 MST dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan diameter batang pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas

Diameter Batang Pada umur (MST)


Cekaman Kekeringan 5 6 7 8
….(mm)….
C1 (100% KL) 3.54 3.13 a 3.12 b 3.13 a
C2 (80% KL) 3.3 2.92 b 3.08 b 3.29 a
C3 (60% KL) 3.23 2.77 b 3.19 a 3.24 a
C4 (40% KL) 3.18 2.46 c 2.66 c 2.91 b

Varietas
V1 (Singa) 3.18 2.74 3.00 3.19
V2 (Gajah) 3.41 2.98 3.04 3.09
V3 (Macan) 3.35 2.74 3.00 3.14
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum

berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 5 MST, dimana

diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C1 (3,54 mm) dan

terkecil terdapat pada C4 (3,18 mm), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak

berbeda, selanjutnya pada varietas juga belum berbeda nyata terhadap diameter

batang 5 MST, dimana diameter batang terbesar terdapat pada varietas V3 (3,35

mm) dan terkecil terdapat pada varietas V1 (3,18 mm) tetapi berdasarkan analisis

statistik tidak berbeda.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 6 MST, dimana

diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C1 (3,13 mm) dan

terkecil terdapat pada C4 (2,46 mm), selanjutnya varietas menunjukkan belum

berbeda nyata terhadap diameter batang 6 MST, dimana diameter batang terbesar

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
50

terdapat pada varietas V2 (2.98 mm) dan terkecil terdapat pada varietas V1 dan

V3 (2.74 mm) tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 7 MST, dimana

diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C3 (3,19 mm) dan

terkecil terdapat pada C4 (2,66 mm), selanjutnya varietas menunjukkan belum

berbeda nyata terhadap diameter batang 7 MST, dimana diameter batang terbesar

terdapat pada varietas V2 (3.04 mm) dan terkecil terdapat pada varietas V1 dan

V3 (3,00 mm) tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 8 MST, dimana

diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C2 (3,29 mm) dan

terkecil terdapat pada C4 (2,91 mm), selanjutnya varietas menunjukkan belum

berbeda nyata terhadap diameter batang 8 MST, dimana diameter batang terbesar

terdapat pada varietas V1 (3.19 mm) dan terkecil terdapat pada varietas V2 (3,09

mm) tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.

Grafik pertumbuhan diameter batang dari umur 5 MST, 6 MST, 7MST

dan 8 MST pada perlakuan cekaman kekeringan dapat dilihat pada gambar 1,

sedangkan varietas dapat dilihat pada gambar 2.

4
3.5 3.54
3.3 3.29
Diameter Batang (mm)

3.23
3.18 3.13 3.19
3.12 3.24
3.13
3 3.08
2.92 2.91
2.77 2.66 C1
2.5 2.46
C2
2
C3
1.5
C4
1
0.5
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 02007.
USU Repository © 2009 5 6 7 8
Um ur Tanam an (hari)
51

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan diameter batang (mm) pada


cekaman kekeringan

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa 100% KL pertumbuhan tanaman mulai

menurun sampai batas 80% KL pada 6 MST, selanjutnya 6MST pada 80% KL

sampai pada 40% KL pertumbuhan tanaman memperlihatkan pertumbuhan yang

meningkat perlahan-lahan sampai pada 8 MST, selanjutnya dapat diterangkan

bahwa pada 5 MST perlakuan baru diberikan yang membuat tanaman belum

beradaptasi dengan baik tetapi setelah beberapa minggu diberikan perlakuan

tanaman mulai memperlihatkan adaptasi yang baik terhadap cekaman kekeringan.

Kadar Unsur Hara N, P, K (%)

Data hasil pengamatan kadar unsur hara N, P, K (%) dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Rataan kadar unsur hara N pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas
Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 4.03 3.88 4.44 4.12
C2 (80% KL) 4.81 4.52 4.89 4.74
C3 (60% KL) 4.73 4.42 4.65 4.60
C4 (40% KL) 4.50 4.13 5.12 4.58
Rataan 4.52 4.24 4.78

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
52

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar N tertinggi pada cekaman

kekeringan C2=80% KL sebesar (4,74%) dan terendah pada cekaman kekeringan

C1=100% KL sebesar (4,12 %). Dari tabel 2 selanjutnya dapat diterangkan bahwa

dengan terjadinya penurunan suplai air mengakibatkan peningkatan pada

konsentrasi N.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar N tertinggi terdapat pada varietas

V3 sebesar (4.78%) dan terendah terdapat pada varietas V2 sebesar (4.24%),

sedangkan pada perlakuan C4V3 menunjukkan kadar N tertinggi sebesar (5.12 %)

sedangkan pada perlakuan C1V1 menunjukkan kadar N terendah sebesar (4.03 %),

hal ini dapat diterangkan bahwa kadar unsur N menunjukkan semakin

meningkatnya cekaman kekeringan maka kadar N akan semakin meningkat

Tabel 3. Rataan kadar unsur hara P pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 0.20 0.24 0.19 0.21
C2 (80% KL) 0.19 0.24 0.21 0.21
C3 (60% KL) 0.23 0.24 0.22 0.23
C4 (40% KL) 0.19 0.20 0.20 0.20
Rataan 0.20 0.23 0.21

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar P tertinggi pada cekaman

kekeringan C3=60% KL sebesar (0.23%) dan terendah terdapat pada cekaman

kekeringan C4=40% KL sebesar (0.20%), selanjutnya dapat diterangkan bahwa


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
53

semakin meningkat cekaman kekeringan yang diberikan maka semakin menurun

kadar unsur P pada tanaman.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar P tertinggi terdapat pada varietas V2

sebesar (0.23%) dan terendah terdapat pada varietas V1 sebesar (0.20%). Dari

tabel 3 dapat diterangkan bahwa pada V1 memperlihatkan kadar unsur P daun

yang bervariasi dengan meningkatnya cekaman kekeringan, pada V2

memperlihatkan kadar P daun yang stabil hingga 60% KL dan menurun pada 40%

KL dan pada V3 memperlihatkan kadar P daun yang bervariasi dengan

meningkatnya cekaman kekeringan.

Tabel 4. Rataan kadar unsur hara K pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 1.25 1.28 1.87 1.47
C2 (80% KL) 1.10 1.29 1.53 1.31
C3 (60% KL) 1.38 1.56 1.18 1.37
C4 (40% KL) 0.88 0.58 0.97 0.81
Rataan 1.15 1.18 1.39
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar K tertinggi pada cekaman

kekeringan C1=100% KL sebesar (1.47%) dan terendah terdapat pada cekaman

kekeringan C4=40% KL sebesar (0.81%), selanjutnya dapat diterangkan bahwa

semakin meningkat cekaman kekeringan yang diberikan maka semakin menurun

kadar unsur K dalam tanaman.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar K tertinggi terdapat pada varietas

V3 sebesar (1.39%) dan terendah terdapat pada varietas V1 sebesar (1.15%),

sedangkan pada perlakuan C1V3 menunjukkan kadar K tertinggi sebesar (1.87%)

dan terendah terdapat pada C4V2 sebesar (0.58%) Dari tabel 4 selanjutnya dapat
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
54

diterangkan bahwa pada V1 memperlihatkan kadar unsur K daun yang menurun

dengan meningkatnya cekaman kekeringan, pada V2 memperlihatkan kadar K

daun yang menurun dengan meningkatnya cekaman kekeringan, dan pada V3

memperlihatkan kadar K daun yang menurun tajam dengan meningkatnya

cekaman kekeringan dan dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya

cekaman kekeringan maka K daun akan semakin menurun.

Umur Berbunga (Hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga dapat dilihat

pada lampiran 19 dan 20. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan

cekaman kekeringan, varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan dan varitas

tidak berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga.

Data umur berbunga pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 30.50 28.50 29.83 29.61
C2(80% KL) 30.67 31.50 32.50 31.56
C3(60% KL) 32.33 32.33 30.33 31.67
C4(40% KL) 35.33 32.00 36.17 34.50
Rataan 32.21 31.08 32.21
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum

berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, dimana umur berbunga


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
55

tercepat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (29.61 hari), dan paling lama

pada perlakuan cekaman kekeringan C4 (34.50 hari), tetapi berdasarkan analisa

statistik tidak berbeda.

Dari tabel 5 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak

menunjukkan perbedaan umur berbunga yang nyata, dimana varietas yang paling

cepat berbunga terdapat pada varietas V2 (31.08 hari) dan paling lama berbunga

terdapat pada varietas V1 dan V3 (32.21 hari), tetapi berdasarkan analisa statistik

tidak berbeda.

Umur Panen (Hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen dapat dilihat pada

lampiran 21 dan 22. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman

kekeringan, varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan dan varitas tidak

berbeda nyata terhadap parameter umur panen.

Data umur panen pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas dapat

dilihat pada tabel.

Tabel 6. Rataan umur panen (hari) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 91.83 92.00 89.67 91.17
C2(80% KL) 92.00 92.00 92.00 92.00
C3(60% KL) 92.00 92.00 92.00 92.00
C4(40% KL) 92.00 92.00 92.00 92.00
Rataan 91.96 92.00 91.42
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
56

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan yang

diberikan (C1=100% KL, C2=80% KL, C3=60% KL, C4=40% KL) tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter umur panen, yang paling

cepat umur panennya (91,17 hari) pada perlakuan C1=100% KL.

Dari tabel 6 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter umur panen, dimana varietas yang paling cepat panen terdapat

pada varietas V3 (91,42 hari) dan yang paling lama panen terdapat pada varietas

V2 (92,00 hari), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.

Jumlah Ginofor (Buah)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah ginofor dapat dilihat

pada lampiran 23 dan 24. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan

cekaman kekeringan, varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan dan varitas

tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah ginofor.

Data jumlah ginofor pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rataan jumlah ginofor (buah) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 14.67 18.50 12.17 15.11
C2(80% KL) 13.50 16.00 12.83 14.11
C3(60% KL) 11.83 14.17 9.00 11.67
C4(40% KL) 12.00 11.17 7.00 10.06
Rataan 13.00 14.96 10.25
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
57

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan yang

diberikan belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah ginofor, dimana

jumlah ginofor yang paling banyak terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan

C1 (15,11 buah) dan yang paling sedikit terdapat pada perlakuan cekaman

kekeringan C4 (10,06 buah), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.

Dari tabel 7 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter jumlah ginofor, dimana jumlah ginofor yang paling banyak

terdapat pada varietas V2 (14,96 buah) dan paling sedikit terdapat pada varietas V3

(10,25 buah), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.

Panjang Akar (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari panjang akar dapat dilihat

pada lampiran 25 dan 26. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar,

sedangkan varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan dan varitas tidak

berbeda nyata terhadap parameter panjang akar.

Data panjang akar pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rataan panjang akar (cm) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 42.02 34.38 40.75 39.05 a
C2(80% KL) 34.33 34.02 31.40 33.25 b
C3(60% KL) 33.43 35.63 36.38 35.15 ab
C4(40% KL) 33.80 32.78 33.90 33.49 b
Rataan 35.90 34.20 35.61

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
58

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar, dimana panjang akar

terpanjang terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (39,05 cm) dan

terpendek terdapat pada cekaman kekeringan C2 (33,25 cm).

Dari tabel 8 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter panjang akar, dimana panjang akar terpanjang terdapat pada

varietas V1 (35.90 cm) dan terpendek terdapat pada varietas V2 (34.20 cm), tetapi

berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.

Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan varietas terhadap

panjang akar dapat dilihat pada gambar 2.

Poly. (V1)
45 Poly. (V2)
Y2 = -0.6225x 2 + 2.7935x + 31.887
Poly. (V3)
40 r = 0.499
35
Panjang akar (cm)

30 Y3 = 1.7175x 2 - 10.145x + 48.088 Y1 = 2.015x 2 - 12.631x + 52.36


25 r = 0.5019 r = 0.9698
20
15
10
5
0
100 %KL 80% KL 60% KL 40% KL
Cekaman Kekeringan

Gambar 2. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas


terhadap panjang akar
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
59

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa panjang akar menunjukkan grafik

kuadratik yang nyata pada beberapa varietas yang diuji yang tidak memberikan

pengaruh yang sama pada setiap varietas. Dari grafik dapat kita lihat bahwa

panjang akar berkurang dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan, 40%

KL dapat menurunkan panjang akar.

Luas Daun (cm2)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari luas daun dapat dilihat pada

lampiran 27 dan 28. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman

kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, sedangkan varietas

dan interaksi antara cekaman kekeringan dan varitas tidak berbeda nyata terhadap

parameter luas daun.

Data luas daun pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas dapat

dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Rataan luas daun (cm2) pada perlakuancekaman kekeringan dan varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 34.14 37.00 41.81 37.65 a
C2(80% KL) 35.72 28.19 33.74 32.55 a
C3(60% KL) 30.91 31.46 35.79 32.72 a
C4(40% KL) 29.25 31.71 26.39 29.12 b
Rataan 32.50 32.09 34.43
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
60

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, dimana luas daun terbesar

terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (37.65 cm2) dan terkecil terdapat

pada cekaman kekeringan C4 (29.12 cm2).

Dari tabel 9 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter luas daun, dimana luas daun terbesar terdapat pada varietas V3

(34.43 cm2) dan terkecil terdapat pada varietas V2 (32.09 cm2), tetapi berdasarkan

analisa statistik tidak berbeda.

Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan varietas terhadap luas

daun dapat dilihat pada gambar 3.

Linear (V1)
45 Y3 = -4.421x + 45.485 Linear (V2)
40 r = 0.8048 Linear (V3)
35
Luas daun (cm2)

30 Y2 = -1.26x + 35.24 Y1 = -2.02x + 37.375


25 r = 0.1992 r = 0.7076
20
15
10
5
0
100 %KL 80% KL 60% KL 40% KL
Cekaman Kekeringan

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
61

Gambar 3. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas


terhadap luas daun

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa luas daun menunjukkan grafik

hubungan linier yang nyata pada beberapa varietas yang diuji, yang tidak

memberikan pengaruh yang sama pada setiap varietas. Cekaman kekeringan 40 %

KL dapat menurunkan luas daun pada setiap varietas.

Bobot Kering Akar (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering akar dapat dilihat

pada lampiran 29 dan 30. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar,

sedangkan varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan dan varitas tidak

berbeda nyata terhadap parameter bobot kering akar.

Data bobot kering akar pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 2.30 2.22 2.43 2.32 a
C2(80% KL) 1.75 1.97 2.72 2.14 a
C3(60% KL) 2.27 3.27 2.80 2.78 a
C4(40% KL) 1.08 1.80 1.67 1.52 b
Rataan 1.85 2.31 2.40
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
62

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar, dimana bobot kering

akar terbesar terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C3 (2.78 g) dan terkecil

terdapat pada cekaman kekeringan C4 (1.52 g).

Dari tabel 10 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter bobot kering akar, dimana bobot kering akar terbesar terdapat

pada varietas V3 (2.40 g) dan terkecil terdapat pada varietas V1 (1.85 g), tetapi

berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.

Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan varietas terhadap

bobot kering akar dapat dilihat pada gambar 4.

Poly. (V1)
3.50 2 Poly. (V2)
Y3 = -0.355x + 1.555x + 1.18 Poly. (V3)
3.00 r = 0.9372
Bobot Kering akar (g)

2.50
Y2 = -0.305x 2 + 1.529x + 0.78
2.00 r = 0.2851

1.50 Y1 = -0.16x 2 + 0.486x + 1.835


r = 0.6064
1.00

0.50

0.00
100 %KL 80% KL 60% KL 40% KL
Cekaman Kekeringan

Gambar 4. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas


terhadap bobot kering akar

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa bobot kering akar menunjukkan grafik

kuadratik yang nyata pada beberapa varietas yang diuji, yang tidak memberikan

pengaruh yang sama pada setiap varietas. 40% KL dapat menurunkan bobot

kering akar pada setiap varietas.

Bobot Kering Tajuk (g)


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
63

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering tajuk dapat

dilihat pada lampiran 31 dan 32. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan

cekaman kekeringan dan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot

kering tajuk, sedangkan interaksi antara cekaman kekeringan dan varietas tidak

berbeda nyata terhadap parameter bobot kering tajuk

Data bobot kering tajuk pada perlakuan cekaman kekeringan dan varietas

dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas.

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 7.87 8.32 9.82 8.67 ab
C2(80% KL) 6.83 6.38 8.65 7.29 c
C3(60% KL) 7.58 9.77 11.13 9.49 a
C4(40% KL) 4.70 5.53 6.20 5.48 d
Rataan 6.75 b 7.50 b 8.95 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk, dimana bobot kering

tajuk terbesar terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C3 (9.49 g) dan

terkecil terdapat pada cekaman kekeringan C4 (5.48 g).

Dari tabel 11 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata

terhadap parameter bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk terbesar

terdapat pada varietas V3 (8.95 g) dan terkecil terdapat pada varietas V1 (6.75 g).
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
64

Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan varietas terhadap

bobot kering tajuk dapat dilihat pada gambar 5.

Poly. (V1)
12 Poly. (V2)
Poly. (V3)
Bobot Kering Tajuk (g)

10 Y3 = -0.94x 2 + 3.862x + 6.345


8 r = 0.5353
Y2 = -0.575x 2 + 2.377x + 5.87
6
r = 0.2338
4 Y1 = -0.46x 2 + 1.424x + 6.635
r = 0.7612
2

0
100% KL 80% KL 60% KL 40% KL
Cekaman Kekeringan

Gambar 5. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas


terhadap bobot kering tajuk

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa bobot kering tajuk menunjukkan grafik

hubungan kuadratik yang nyata pada beberapa varietas yang diuji, yang tidak

membawa pengaruh yang sama pada setiap varietas, semakin meningkat cekaman

kekeringan yang diberikan maka semakin menurun pula bobot kering tajuk , 40%

KL menurunkan bobot kering tajuk pada setiap varietasnya.

Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering Tajuk (g)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari nisbah BK akar terhadap BK

tajuk dapat dilihat pada lampiran 33 dan 34. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa

perlakuan cekaman kekeringan, varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan

dan varietas tidak berbeda nyata terhadap parameter nisbah BK akar terhadap BK

tajuk.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
65

Data nisbah BK akar terhadap BK tajuk pada perlakuan cekaman

kekeringan dan varietas dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Rataan nisbah BK akar terhadap BK tajuk pada perlakuan cekaman
kekeringan dan varietas.

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 0.29 0.28 0.25 0.27
C2(80% KL) 0.27 0.31 0.30 0.29
C3(60% KL) 0.31 0.34 0.26 0.30
C4(40% KL) 0.22 0.23 0.40 0.28
Rataan 0.27 0.29 0.30
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum

berpengaruh nyata terhadap parameter nisbah BK akar terhadap BK tajuk, dimana

nisbah BK akar terhadap BK tajuk terbesar terdapat pada perlakuan cekaman

kekeringan C3 ( 0.30 g) dan terkecil terdapat pada C1 (0.27 g), tetapi berdasarkan

analisa statistik tidak berbeda.

Dari tabel 12 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter nisbah BK akar terhadap BK tajuk, dimana nisbah BK akar

terhadap BK tajuk terbesar terdapat pada varietas V3 (0.30 g) dan terkecil terdapat

pada varietas V1 ( 0.27 g), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.

Jumlah Cabang Produktif (Cabang)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah cabang produktif dapat

dilihat pada lampiran 35 dan 36. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
66

produktif, sedangkan varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan dan

varietas tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif.

Data jumlah cabang produktif pada perlakuan cekaman kekeringan dan

varietas dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan cekaman kekeringan
dan varietas.

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 5.00 5.00 5.00 5.00 a
C2(80% KL) 3.83 5.50 4.67 4.67 a
C3(60% KL) 4.33 6.17 4.50 5.00 a
C4(40% KL) 2.83 3.50 3.00 3.11 b
Rataan 4.00 5.04 4.29
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif, dimana jumlah

cabang produktif terbesar terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 dan C3

(5 cabang) dan terkecil terdapat pada cekaman kekeringan C4 (3.11 cabang)

Dari tabel 13 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter jumlah cabang produktif, dimana jumlah cabang produktif

terbesar terdapat pada varietas V2 (5.04 cabang) dan terkecil terdapat pada

varietas V1 (4.00 cabang), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.

Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan varietas terhadap

jumlah cabang produktif dapat dilihat pada gambar 6.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
67

Poly. (V1)
7.00 Poly. (V2)

Jumlah Cabang Produktif


Poly. (V3)
6.00
5.00 Y2 = -0.7925x 2 + 3.5795x + 2.0375
r = 0.8405

(cabang)
4.00 Y3 = -0.2925x 2 + 0.8455x + 4.3725
r = 0.9529
3.00 Y1 = -0.0825x 2 - 0.1885x + 5.0875
2.00 r = 0.7313

1.00
0.00
100 %KL 80% KL 60% KL 40% KL
Cekaman Kekeringan

Gambar 6. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan varietas


terhadap jumlah cabang produktif

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa jumlah cabang produktif menunjukkan

grafik hubungan kuadratik yang nyata pada beberapa varietas yang diuji, yang

tidak memberikan pengaruh yang sama pada setiap varietas. Semakin menurun

defisit air yang diberikan ke tanaman, semakin sedikit pula cabang yang

dihasilkan, 40% KL menurunkan jumlah cabang produktif pada setiap

varietasnya.

Jumlah Ginofor Hampa (Buah)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah ginofor hampa dapat

dilihat pada lampiran 37 dan 38. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan

cekaman kekeringan, varietas dan interaksi antara cekaman kekeringan dan

varietas tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah ginofor hampa.

Data jumlah ginofor hampa pada perlakuan cekaman kekeringan dan

varietas dapat dilihat pada tabel 14.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
68

Tabel 14. Rataan jumlah ginofor hampa pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas.
Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 5.50 9.50 8.83 7.94
C2(80% KL) 4.50 7.00 7.17 6.22
C3(60% KL) 5.33 5.83 5.17 5.44
C4(40% KL) 5.50 4.83 4.83 5.06
Rataan 5.21 6.79 6.50
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah ginofor hampa, dimana jumlah

ginofor hampa yang paling banyak terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan

C1 (7.94 buah) dan yang paling sedikit terdapat pada perlakuan cekaman

kekeringan C4 (5.06 buah), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.

Dari tabel 14 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas belum berbeda nyata

terhadap parameter jumlah ginofor hampa, dimana jumlah ginofor hampa yang

paling banyak terdapat pada varietas V2 (6.79 buah) dan yang paling sedikit

terdapat pada varietas V1 (5.21 buah), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak

berbeda.

Bobot Kering 100 Biji (g)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering 100 biji dapat

dilihat pada lampiran 39 s/d 41. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas

berbeda nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji, sedangkan perlakuan

cekaman kekeringan dan interaksi antara cekaman kekeringan dan varietas tidak

berbeda nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
69

Data bobot kering 100 biji pada perlakuan cekaman kekeringan dan

varietas dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Rataan bobot kering 100 biji pada perlakuan cekaman kekeringan dan
varietas.

Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 24.52 15.27 5.83 15.21
C2(80% KL) 31.34 18.52 8.33 19.39
C3(60% KL) 26.13 17.08 3.33 15.52
C4(40% KL) 25.55 18.53 3.33 15.81
Rataan 26.88 a 17.35 b 5.21 c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum

berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji, dimana bobot kering

100 biji yang paling banyak terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C2

(19.39 g) dan terkecil terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (15.21 g),

tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.

Dari tabel 15 selanjutnya dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata

terhadap parameter bobot kering 100 biji, dimana bobot kering 100 biji terbesar

terdapat pada varietas V1 (26.89 g) dan terkecil terdapat pada varietas V3 (5.21 g).

Perbedaan bobot kering 100 biji dari ke tiga varietas dapat dilihat pada

gambar 7.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
70

Bobot Kering 100 Biji (g)


30 26.89
25
20 17.35

15
10 5.21
5
0
V1 V2 V3
Varietas

Gambar7. Histogram bobot kering 100 biji dengan varietas

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa bobot kering 100 biji pada V1 paling

banyak dibandingkan dengan V2 dan V3 dimana V1 sebesar 26.89 g dan V2

sebesar 17.35 g dan V3 sebesar 5.21 g.

Hubungan Nilai Korelasi dari Beberapa Peubah Amatan

Dari hasil analisis korelasi dapat dilihat pada lampiran 43 s/d 46. Pada

perlakuan cekaman kekeringan C1 (100% KL) menunjukkan bahwa terdapat

korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (N) dengan umur berbunga (r = 0,88),

korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (P) dengan kadar unsur hara (K)

(r = 0,96), serta korelasi yang nyata juga ditunjukkan pada kadar unsur hara (K)

dengan luas daun (r = 0,93), bobot kering tajuk (r = 0,92) dan jumlah ginofor

hampa (r = 0,77). Selanjutnya korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan

C2 (80% KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara kadar

unsur hara (N) dengan kadar unsur hara (K) (r = 0,81), korelasi yang nyata antara

kadar unsur hara (P) dengan jumlah cabang produktif (r = 0,92) dan jumlah

ginofor hampa (r = 0,84) serta korelasi yang nyata juga ditunjukkan pada kadar

unsur hara (K) dengan luas daun (r = 0,82), bobot kering tajuk (r = 0,83) dan

nisbah bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (r = 0,82). Korelasi pada
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
71

perlakuan cekaman kekeringan C3 (60% KL) menunjukkan bahwa terdapat

korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (N) dengan umur berbunga (r = 0,82),

luas daun (r = 0,88), korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (P) dengan bobot

kering akar (r = 0,77) dan jumlah cabang produktif (r = 0,99), serta korelasi yang

nyata juga ditunjukkan pada kadar unsur hara (K) dengan bobot kering akar

(r = 0,79), bobot kering tajuk (r = 0,96) dan nisbah bobot kering akar terhadap

bobot kering tajuk (r = 0,87). Korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C4

(40% KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara kadar unsur

hara (P) dengan jumlah cabang produktif (r = 0,88) dan jumlah ginofor hampa

(r = 0,88) korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (K) dengan luas daun

(r = 0,99), bobot kering akar (r = 0,91) dan bobot kering tajuk (r = 0,97). Hal ini

menunjukkan adanya hubungan antara cekaman kekeringan dengan kadar unsur

hara yang memperngaruhi pertumbuhan baik daun, jumlah ginofor, akar maupun

tajuknya sebagai suatu mekanisme toleransi. Dimana kandungan air tanah sangat

mempengaruhi transpor hara ke permukaan akar dengan cara mempengaruhi laju

difusi dan aliran massa air ke akar. Harjadi dan Yahya (1988) melaporkan bahwa

kebutuhan air yang tersedia dalam tanaman dan tanah bagi pertumbuhan dan

transpor hara menyebabkan keduanya berhubungan erat. Kandungan hara yang

paling nyata dipengaruhi oleh kandungan air tanah adalah nitrat, kadang-kadang

juga sulfat. Kandungan air tanah mempengaruhi transpor hara ke permukaan akar

dengan cara mempengaruhi laju difusi dan aliran massa air ke akar. Hapsoh

(2003) dalam penelitiannya juga melaporkan produksi senyawa secara berlebihan

dapat menghasilkan peningkatan toleransi terhadap cekaman kekeringan pada

tanaman.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
72

Dari hasil analisis korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (100%

KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara panjang akar dengan

luas daun (r = 0,93). Korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C4 (40% KL)

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara panjang akar dengan luas

daun (r = 0,83). Hal ini menunjukkan adanya hubungan panjang akar dengan luas

daun yang saling mempengaruhi dengan menginokulasi MVA dapat

mempengaruhi sistem perakaran, memelihara membukanya stomata daun dan

transpirasi. Hapsoh (2003) dalam penelitiannya melaporkan bahwa tanaman yang

bersimbiosis dengan MVA dapat meningkatkan sistem perakaran, memperbaiki

potensial air daun dan turgor, memelihara membukanya stomata daun dan

transpirasi. Nurhayati (2007) juga melaporkan bahwa mekanisme toleransi

terhadap cekaman kekeringan yang mengalami defisit air yang parah di tunjukkan

dengan mampu meningkatkan sistem perakaran dan penurunan permukaan

evapotranspirasi melalui penyempitan daun dan pengguguran daun. Fitter dan Hay

(1991) mengatakan bahwa rasio akar : pucuk tidak secara khusus berguna dalam

membandingkan yang rinci atas hubungan air dari spesies yang berbeda pada

tempat yang sama.

Rasio: panjang (atau luas permukaan) akar yang dapat mengabsorbsi


Luas transpirasi daun

Yang menunjukkan adanya keterkaitan hubungan antara panjang akar dengan luas

daun.

Dari hasil analisis korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (100%

KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antar bobot kering akar

dengan bobot kering tajuk (r = 0,85) dan jumlah ginofor hampa (r = 0,77).

Korelasi yang nyata pada perlakuan cekaman kekringan C2 (80% KL)


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
73

menunjukkan bahwa (r = 0,94). Korelasi yang nyata antara bobot kering tajuk

dengan nisbah bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (r = 0,87). Korelasi

yang nyata juga ditunjukkan pada perlakuan C3 (60% KL) antara bobot kering

akar dengan bobot kering tajuk (r = 0,92) dan nisbah bobot kering akar terhadap

bobot kering tajuk (r = 0,91), korelasi yang nyata antara bobot kering tajuk

dengan nisbah bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (r = 0,92). Dan

korelasi yang nyata juga ditunjukkan pada perlakuan C4 (40% KL) antara bobot

kering akar dengan bobot kering tajuk (r = 0,94), nisbah bobot kering akar

terhadap bobot kering tajuk (r = 0,77) dan jumlah cabang produktif (r = 0,87). Hal

ini menunjukkan bahwa akar dan tajuk sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan

dan diikuti dengan jumlah ginofor hampa serta cabang produksi. Kebutuhan air

yang tidak terpenuhi mampu menurunkan atau menghambat aktivitas atau bagian

tertentu, cekaman kekeringan nyata menurunkan bobot kering akar serta tajuk

yang disebabkan karena kurangnya defisit air ke dalam tanaman. Sufianto (2004)

dalam penelitiannya melaporkan bahwa fungsi air bagi tanaman memegang

peranan penting dalam aktivitas tanaman. Jika kebutuhan air terpenuhi maka

aktivitas tanaman dapat maksimal, namun kebutuhan air tidak terpenuhi maka

menurunkan atau menghambat aktivitas atau bagian tertentu.

Pembahasan

Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Morfofisiologi Kacang Tanah

Dari hasil analisa secara statistik diketahui bahwa cekaman kekeringan

berpengaruh nyata terhadap diameter batang 6 MST, 7 MST dan 8 MST, panjang

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
74

akar, luas daun, Bobot Kering Akar, Bobot Kering tajuk dan jumlah cabang

produktif.

Penelitian yang dilakukan dirumah kaca juga membawa dampak terhadap

pertumbuhan tanaman salah satunya distribusi cahaya yang berbeda antar ruang

tengah dengan ruang sepanjang dinding rumah kaca. Sitompul dan Guritno (1995)

melaporkan bahwa dalam rumah kaca distribusi cahaya cukup berbeda yang

membuat perbedaan pertumbuhan tanaman.

Dari hasil penelitian menunjukkan diameter batang semakin menurun

dengan menurunnya cekaman lengas tanah. Dalam keadaan 80% KL pertumbuhan

diameter batang tidak banyak menunjukkan penurunan tetapi pada keadaan 40%

KL penurunan terjadi drastis dengan menurunnya defisit air ke dalam tanaman.

Hal ini disebabkan karena tanaman yang menderita cekaman air akan mempunyai

ukuran yang lebih kecil dibandingkan tanaman yang tumbuh normal. Islami dan

Utomo (1995) menyatakan bahwa tanaman yang menderita cekaman air secara

umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh normal.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan

memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap respon fisiologi dimana pada

kondisi 80% KL meningkatkan kadar unsur hara N, sedangkan pada P daun

memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap setiap cekaman, tetapi pada

kadar unsur hara K terjadi penurunan dari 1,47 % dalam kondisi 100% KL

menurun menjadi 0,81% dalam kondisi 40% KL. Hal ini dikerenakan cekaman air

dapat menyebabkan terjadinya perubahan proses biokimia dan fisiologi dalam sel

tanaman, kekeringan juga mengurangi pertumbuhan dan jelas bahwa kandungan


Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
75

hara total juga menurun. Harjadi dan Yahya (1988) melaporkan bahwa penurunan

suplai air mengakibatkan penurunan yang nyata pada konsentrasi K dan pengaruh

yang bervariasi untuk konsentrasi P. Fitter dan Hay (1991) juga melaporkan

bahwa kehilangan air sel yang serius disertai dengan perobekan (desrupsi) seluruh

alur metabolisme utama / terutama metabolisme karbohidrat dan metabolisme

nitrogen diduga karena perubahan dalam jumlah air yang diikat pada permukaan

hidropilik

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 100% KL lebih cepat proses

pembungaannya dibanding dengan 40% KL. Hal ini dikarenakan peranan air

sangat mempengaruhi dalam proses pembungaan yaitu mempercepat munculnya

bunga walaupun secara analisis statistik tidak berbeda. Sufianto (2004) dalam

penelitiannya melaporkan peranan air sangat mempengaruhi dalam proses

pembungaan yaitu dapat mempercepat munculnya bunga. Pemberian air perhari

lebih cepat membantu pembungaan ketimbang pemberian air yang diberikan

setengah atau sepertiga dari kebutuhan setiap harinya.

Hasil penelitian menunjukkan panjang akar berkurang dengan

meningkatnya cekaman kekeringan C4 (33,49 cm) memiliki panjang akar yang

lebih rendah dibandingkan dengan C1 (39,05 cm). Hal ini diduga karena kondisi

tanah andisol yang mempunyai kemampuan besar dalam menahan air akibatnya

laju perpanjangan akar tidak begitu besar, cekaman kekeringan dapat mengganggu

permeabilitas membran-membran sel akar yang menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan tanaman terutama bagian perakaran tanaman. Herawati dan

Setiamihardja (2000) mengatakan bahwa tanaman yang mengalami cekaman

mempunyai akar lateral bergaris tengah sama dengan akar primer berkembang

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
76

lebar kearah apical meristem akar primer bercabang dekat ujungnya dan

seterusnya akar sekunder akan bercabang juga dekat ujungnya dan seterusnya

percabangan akan selalu terjadi di dekat ujung akar dengan panjang akar yang

semakin berkurang dan semakin gemuk cekaman juga mengganggu permeabilitas

membran-membran sel akar yang mengganggu sintesis protein sehingga fungsi

akar rusak dan tidak efisien dalam penyerapan air dan unsur hara.

Hasil penelitian menunjukkan luas daun nyata menurun dengan

menurunnya cekaman lengas. Bila terjadi cekaman lengas seringkali terjadi

penurunan ukuran sel volume dan luas daun yang biasanya akan mengurangi

kehilangan air dan menunda permukaan kekurangan air yang lebih berat,

penurunan ukuran sel menyebabkan tekanan hidrostatik dan tekanan turgor juga

ikut menurun. Cekaman kekeringan ini sangat mempengaruhi tekanan turgor yang

menyebabkan luas daun lebih kecil dari ukuran normalnya. Taiz dan Zeiger

(1991) melaporkan respon tercepat terhadap munculnya cekaman ditandai dengan

keadaan fisik dari tumbuhan dari pada perubahan kimianya. Pengurangan volume

sel menyebabkan tekanan hidrostatik menurun dan tekanan turgor juga menurun.

Membran plasma menjadi menyempit dan lebih tertekan, daunnya lebih mengecil

dari sebelumnya karena telah kehilangan tekanan yang punya pengaruh terhadap

penurunan cekaman air. Herawati dan Setiamihardja (2000) juga melaporkan

setelah terjadi cekaman pada umumnya terjadi percepatan pertumbuhan, akan

tetapi ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman yang ada dalam

keadaan normal.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan terhadap Bobot kering akar dan

Bobot kering tajuk. Pada perlakuan cekaman 60% KL Bobot kering akar

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
77

meningkat sebesar 2,78 g dan terjadi penurunan pada cekaman 40% KL sebesar

1,52 g. Begitu juga halnya yang terjadi pad Bobot kering tajuk, terjadi penurunan

dari 9,49 g menjadi 5,48 g pada cekaman kekeringan 40% KL cekaman

kekeringan nyata menurunkan bobot kering tanaman. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan air merupakan salah satu faktor dalam proses fotosintesis pada

jaringan tanaman yang akan mengurangi tingkat kecepatan pertumbuhan yang

pada dasarnya dengan pemberian cekaman kekeringan dapat menurunkan berat

kering. Barus dan Yusuf (2004) melaporkan dalam penelitiannya bahwa pengaruh

lamanya waktu penyiraman menunjukkan pengurangan yang nyata terhadap berat

kering tanaman. Semakin lama waktu penyiraman semakin tingi pengurangan

berat kering tanaman, lamanya waktu penyiraman secara nyata menurunkan berat

kering dan total serapan N pada tanaman kedelai. Hal ini disebabkan keterbatasan

air sebagai salah satu faktor dalam proses fotosintesis serta metabolisme pada

jaringan tanaman akan mengurangi tingkat kecepatan pertumbuhan.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan terhadap jumlah cabang

produktif dalam kondisi 100% KL dan 60% KL ( 5 cabang) mempunyai cabang

yang lebih banyak dari pada 40% KL disini telah terjadi penurunan menjadi

(3,11 cabang). Hal ini dikarenakan dengan adanya penurunan suplai air yang

diberikan ke tanaman mempengaruhi morfologi tanaman, yaitu perkembangan

tanaman menjadi terhambat. Herawati dan Setiamihardja (2000) melaporkan

metabolisme tanaman terhadap cekaman air adalah terjadinya perubahan

morfologi dan fisiologi tanaman.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
78

Pengaruh Varietas Terhadap Morfofisiologi Kacang Tanah

Dari hasil analisa statistik diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

bobot kering tajuk dan bobot kering 100 biji, dimana bobot kering tajuk paling

banyak terdapat pada varietas macan (V3) dan bobot kering 100 biji yang paling

banyak terdapat pada varietas Singa (V1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap

tanaman mempunyai keragaman pertumbuhan, yang diekspresikan pada berbagai

sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman, seperti yang

dikemukakan oleh Sitompul dan Guritno (1995) bahwa perbedaan varietas

merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Karena

faktor genetik yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang

mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman

pertumbuhan tanaman.

Varietas V1 termasuk varietas yang paling banyak menghasilkan produksi

di dalam komponen hasil (bobot kering 100 biji). Dibandingkan dengan varietas –

varietas lainnya V1 adalah varietas yang menunjukkan varietas yang paling tahan

terhadap cekaman kekeringan. Seperti yang dikemukakan oleh peneliti

sebelumnya yaitu Arief Harsono, Tohari, D. Indradewa dan T. Adisarwanto

(2003) mengemukakan bahwa berdasarkan dari beberapa genotipe kacang tanah

yang diteliti ternyata genotipe singa menunjukkan genotipe yang paling tahan

terhadap cekaman kekeringan tetapi dibawah 60% kapasitas lapang ketahanan

antara genotipe tidak berbeda. Hal ini telah jelas terlihat pada deskripsi tanaman

yang menunjukkan bahwa varietas singa lebih tahan terhadap cekaman kekeringan

dibandingkan dengan varietas gajah dan varietas macan.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
79

Interaksi antara Cekaman Kekeringan dan Varietas Terhadap


Morfofisiologis Kacang Tanah.

Dari hasil analisis secara statistik bahwa interaksi antara cekaman

kekeringan dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua

parameter yang diamati, artinya setiap varietas memiliki pengaruh yang sama

terhadap beberapa tingkat cekaman kekeringan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa interaksi antara cekaman kekeringan

dengan varietas, kadar unsur hara N tertinggi terdapat pada C4V3 (5.12%), pada

kadar unsur hara P interaksi cekaman kekeringan dengan varietas mempunyai

pengaruh yang bervariasi sedangkan pada kadar unsur hara K interaksi antara

cekaman kekeringan dengan varietas tertinggi terdapat pada C1V3 (1.87%),

berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa varietas macan (V3) mempunyai

pengaruh terhadap kadar unsur hara N, P, K. Diduga akibat penampilan tanaman

yang diekspresikan melalui proses biokimia dan fisiologi.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar unsur hara N meningkat

dengan peningkatan tegangan lengas tanah dalam hal ini 40% kapasitas lapang.

Kita dapat meningkatkan kadar N dalam tanaman dengan memberikan perlakuan

cekaman kekeringan.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
80

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semakin berat cekaman kekeringan mempengaruhi respon morfofisiologi

kacang tanah yang ditunjukkan dengan semakin menurunnya diameter

batang, panjang akar, luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan

jumlah cabang produktif.

2. Varietas V1 (singa) menunjukkan varietas yang tahan terhadap cekaman

kekeringan dibandingkan V2 (gajah) dan V3 (macan) terhadap

morfofisiologi kacang tanah yang dilihat dari bobot kering tajuk dan bobot

kering 100 biji.

3. Interaksi antar cekaman kekeringan dan varietas tidak berbeda nyata

terhadap semua parameter.

4. Hubungan korelasi antar peubah amatan pada kondisi 100% KL kadar K

daun mempengaruhi luas daun, Bobot kering tajuk dan jumlah ginofor

hampa (r= 0,93; 0,92; dan 0,77) dan 80% KL kadar P daun mempengaruhi

jumlah cabang produktif (r=0,92), pada kondisi 60% KL kadar P daun

memperngaruhi jumlah cabang produktif dan 40% KL kadar K daun

mempengaruhi luas daun (r=0,99).

Saran

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
81

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi sifat varietas

dan respon morfofisiologi yang diteliti dalam penelitian ini di lapangan pada

musim kering.

DAFTAR PUSTAKA

Asiamaya., 2000. Available at: http://www.asiamaya.com/nutrients/kcng


tsnsh.htm.[23 Mei 2007].

Anwar, N. 1990. Metode Analisis Tanaman, Tanah dan Mineral. Pusat penelitian
Perkebunan (RISPA) Medan.

Bangun, M.K. 1991. Rancangan Percobaan. Bagian – I. Fakultas Pertanian,


Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal 24

Barus, H dan R. Yusuf., 2004. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap


Pertumbuhan dan Serapan pada Berbagai Kombinasi Varietas Kedelai
Dengan Strain Rhizobium. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Agroland Vol. 11
No.3. Universitas Tadulako, Palu.

Deptan, 2006. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah, Available at:
http://www.deptan.go.id/teknologi/tp/tkctanah1.htm [22 Februari 2007]
page 1

Fitter, A. H dan R.K.M Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM-Press,


Yogyakarta. Hal 178-181.

Goldsworthy, P.R and N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik,
Diterjemahkan oleh Tohari. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hal 594-627.

Hapsoh. 2003. Kompatibilitas MVA dan Beberapa Genotipe Kedelai pada


Berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol: Tanggap
Morfofisiologi dan Hasil (Disertasi). Program Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Harjadi, S. S dan S Yahya. 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU Bioteknologi


IPB, Bogor

Harsono, A., Tohari. D. Indradewa dan T. Adisarwanto. 2003. Ketahanan dan


Aktivitas Fisiologi Genotipe Kacang Tanah pada Cekaman Kekeringan.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
82

Available at: http://agrisci.ugm.ac.id/vol10_2/6_Harsono_kcngtnh.pdf.


[6 Februari 2007]. page 51 of 62.

Herawati, T dan R. Setiamihardja, 2000. Diktat Kuliah Pemuliaan Tanaman


Lanjutan. Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 non
pemuliaan dan ilmu dan teknologi pemuliaan. Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran, Bandung.

http://id.wikipedia.org/wiki/kacang tanah.[22 Februari 2007] page 1

http://www.pustaka-deptan.go.id/agritech/bali 0201.pdf.[6 Februari 2007] Page 1

http://id.wikipedia.org/wiki/kacang . [22 Februari 2007] page 1

http://warintek.bantul.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=35.
[ 23 Februari 2007] page 1

Islami, T dan W. H Utomo., 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press, Semarang.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan


Pemanfaatannya. Cet-1. Pustaka jaya, Jakarta.

Nurhayati, 2007. Seleksi dan mekanisme toleransi tanaman tembakau ( Nicotiana


tabacum L.) terhadap kekeringan (Disertasi). Program Pasca Sarjana.
Universitas Sumatera Utara, Medan

Pangaribuan, N. 1999. Hardening Dalam Upaya Mengatasi Efek Tanah Salin pada
Tanaman Bayam, www.utlab.ut.ac.id.

Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi


Kedua. UI-Press. Jakarta. Hal 303-307.

Rao A.V, Tak R. 2001 dalam Hapsoh. 2003. Kompatibilitas MVA dan Beberapa
genotip Kedelai Pada berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah
Ultisol: Tanggap Morfofisiologi dan Hasil. Sekolah Pascasarjana IPB-
Bogor, Hal 10

Rosmarkam, A dan N. W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan tanah. Kanisius.


Yogyakarta. Hal 31-35

Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. Prinsip, Produksi dan
Gizi. Jilid kedua. ITB-Bandung, Bandung. Hal 256

Ruiz-Lazano J.M, Azcon R. Gomez. M. 1995 dalam Hapsoh 2003.


Kompatibilitas MVA dan Beberapa genotip Kedelai Pada berbagai
Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol: Tanggap Morfofisiologi dan
Hasil. Sekolah Pascasarjana IPB-Bogor, Hal 64
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
83

Salisbury, F.B and C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Terjemahan
Diah R Lukman dan Sumaryono. ITB-Press, Bandung. Hal 293-295

Sitompul, S.M dan B. Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta.

Splittstoesser, W.E. 1984. Vegetable Growing Hanbook. Second Edition.


Published by Von Nostrand Reinhold Company. New York. Page 248 of
249

Sufianto, 2004. Kajian Cekaman Air dan Jumlah Ginophore Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.). Tropika. Jurnal Penelitian Pertanian Vol.12 No.2.
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Sugiharto, B., U. Murdiyatmo dan H. Sakakibara, 2002. Kloning dan


Karakteristik Gen Ketahanan Cekaman Kekeringan pada Tanaman Tebu,
Jurnal Ilmu Dasar, Vol.3 No.1, 2002: 24-29.
http://www.google.com/search?q=cache:btNj-wIm-
wUJ:www.unej.ac.id/facultas/mipa/vol3.no1/bambang3.pdf+cekaman+Ke
keringan&hI&GI=id&ct=cInk&cd=1.

Taiz L. Zeiger E. 1991. Plant Physiologi. California The Benjamin/cumming


Publishing Company.

Tan dan Schuylenborgh. 1961. The andosols in Indonesia, FAO Report no. 14:
30-35

Weiss, E. A. 1983. Oil Seed Crops. Longman Inc. New York. USA. Page 10 of
113

Wynne, J.D., D.A. Emery. 1973. Photoperiodic Responses of Peanuts Crop Sci.,
13: page 511 of 514.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
84

Lampiran 1. Bagan Penelitian

b
a
C1V1 C1V3 C1V2 C2V3 C2V1 C2V3

C1V3 C1V2 C1V1 C2V2 C2V3 C2V2

C1V1 C1V2 C1V3 C2V1 C2V2 C2V1

a
C3V3 C3V1 C3V2 C4V3 C4V2 C4V1

C3V1 C3V2 C3V3 C4V3 C4V1 C4V2

C3V2 C3V1 C3V3 C4V2 C4V1 C4V3

Keterangan:

a= jarak antar main plot 50cm U

b= jarak antar ulangan 30cm

Bagan tanaman satu plot

70cm

30cm
50cm

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
85

Polybag (setiap 1 polybag berisi 1 tanaman sampel)

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
86

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Singa

Nomor induk : 1227


Asal : seleksi massa dan dari varietas lokal asal
Peru, Introduksi dari ICRISAT, India
dengan nama ICG 1697
Nomor galur : GH-1697
Umur mulai berbunga : 28-31hari
Umur masak : 90-95 hari
Bentuk tanaman : tegak
Warna batang : hijau
Warna daun : hijau
Warna bunga : kuning
Warna ginofora : hijau
Warna kulit biji : rose (merah muda)
Konstruksi polong : tidak berpinggang
Lukisan jaring : jelas
Jumlah polong/tanaman : 15-20
Jumlah biji/polong : 3-4
Bentuk biji : persegi
Bobot 1000 polong : 35-40 g
Kadar lemak : 43%
Kadar protein : 21,5%
Hasil : 1,0-5,4 ton/ha
Rata-rata hasil : 2,6 ton polong/ha
Ketahanan terhadap penyakit :tahan terhadap penyakit layu, toleran
terhadap penyakit karat dan bercak daun
Keterangan : toleran terhadap kekeringan, hasil stabil
dan dapat beradaptasi luas.

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
87

(Sumber: Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1990)

Lampiran 4. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Gajah

Asal : pesilangan antara No.21 dan No. 111


Batang :berdiri tegak, berwarna hijau muda, berbulu
putih
Daun : berwarna hijau muda, berbulu putih
Warna bunga : kuning
Warna ginofora : ungu/keunguan
Warna kulit biji : rose (merah muda)
Konstruksi polong : sedikit dengkeng (wennigingesnoerd),
berurat agak kasar, dan pelatuk kurang jelas
Ketahanan terhadap penyakit :tahan terhadap penyakit layu (Pseudomonas
solanacearum)
Umur berbunga : ± 30 hari
Umur panen : 100-110 hari
Bobot 1000 biji : 537 g
% polong kering : 60-70%
Kadar lemak : 48%
Kadar protein : 29%
Hasil : 12-18 kw polong kering/ha

(Sumber: Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1990)

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
88

Lampiran 5. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Macan

Nomor silsilah : 62
Asal : persilangan antara No.21 dan No. 111
Batang : berdiri tegak, berwarna hijau muda,
berbulu putih
Daun : berwarna hijau muda, berbulu putih
Warna bunga : kuning
Warna ginofora : hijau
Warna kulit biji : rose (merah muda)
Konstruksi polong : sedikit dengkeng (wennigingesnoerd),
berurat agak kasar, dan pelatuk kurang jelas
Ketahanan terhadap penyakit :tahan terhadap penyakit layu (Pseudomonas
solanacearum)
Umur berbunga : ± 30 hari
Umur panen : 100-110 hari
Bobot 1000 biji : 462 g
% polong kering : 60-70%
Kadar lemak : 47%
Kadar protein : 30%
Hasil : 12-18 kw polong kering/ha
Tahun dilepas : 1940
Keterangan : Rentan terhadap cekaman kekeringan

(Sumber: Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1990)

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
89

Lampiran 6. Prosedur Analisis Unsur Hara N, P, K pada Daun

Menurut Anwar (1990), metode analisis N, P, dan K daun menggunakan

metode Destruksi Basah dapat dilakukan seperti keterangan sebagai berikut:

Penetapan N:

Dipipet 20 ml filtrat (4), dimasukkan kedalam tabung destilasi, ditambah 3 tetes

indikator tabung destilasi, di tambah 3 tetes indikator PP 1 % dan 1 ml NaOH

50%. Destilat di tampung dengan 5 ml larutan H3BO3 3 % diencerkan dengan ±

25 ml air destilasi. Destilasi dilakukan selama ± 15 menit. Destilat di titrasi

dengan HCl 0,01 N sehingga warna larutan menjadi merah jambu. Dilakukan juga

penetapan blanko.

Perhitungan:

% N = ml titrasi (contoh-blanko) x N HCl x 5 x 14 x 100


Berat contoh 105 oC x 1000
% N Dihitung 2 desimal
N HCl ditetapkan dengan larutan baku natrium borak 0,01 N

Penetapan P :

Dipipet 1 ml filtrat (4), blanko serta larutan seri standar (0-8 ppm P) ke

dalam botol gelas 30 ml atau tabung reaksi. Di tambah 5 ml air destilasi, 1 ml

larutan campuran, di kocok homogen. Tunggu 15 menit. Kemudian di baca

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
90

absorbance seri standar P, blanko dan contoh pada spectrofotometer menggunakan

panjang gelombang 700 nm. Warna akan stabil selama ± 5 jam.

Perhitungan:

Di buat kurva standar P atas kertas mm, kepekatan P (0-8 ppm P) sebagai

absis dan “absorbance” sebagai ordinat. Kepekatan P contoh di baca pada kurva

(grafik)

% P = P grafik x 0,01
Berat contoh 105 oC
% P di hitung 2 desimal

penetapan K :

dipipet larutan blanko dan filtrat contoh masing-masing 20 ml kedalam

botol plastik. Di tambah 1 ml larutan 4000 ppm La dan dikocok serba sama.

Kemudian dibaca “absorbance” dengan alat Atomic Absorption

Spectrofotometer” dan larutan seri standar (0-20 ppm K) sebagai pembanding.

Perhitungan:

Dibuat grafik kurva standar K atas kertas mm, kepekatan seri standar K

sebagai absis dan “absorbance” sebagai ordinat. Kepekatan K contoh dapat di

baca pada grafik.

%K= K grafik x 0,01


Berat contoh 105 oC
% K dihitung 2 desimal

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
91

Lampiran 7. Model Sidik Ragam Rancangan Petak Terpisah (RPT) pola


Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial.

SK db JK KT Fh F.05
Cekaman(C) a-1= 3 JK(C) KT(C) F(C) = KTC/KTE(a) 4.07
Error (a) a(r-1)= 8 JKEa KTEa - -
Varietas (V) b-1= 2 JK(V) KT(V) F(V) = KTc/KTE(a) 3.63
Interaksi C x V (a-1)(b-1)= 6 JK(CxV) KTCV FCV = KTcv/KTE(a) 2.74
Error (b) a(b-1)(r-1)= 16 JKEb KTEb - -
Total abr – 1=35 JKTotal - - -

Kriteria uji : Fhit < F.05 tidak nyata

> F.05 nyata ( * )

Jika data yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda

Nyata Terkecil ( BNT ) pada taraf 5 % (Bangun, 1991).

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
92

Lampiran 8. Data Pengamatan Diameter Batang 5 MST (mm)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 3.20 3.23 3.90 10.33 3.44
V2 3.05 3.98 3.65 10.68 3.56
V3 3.20 3.30 4.38 10.88 3.63
C2 V1 3.55 3.18 3.08 9.81 3.27
V2 3.30 3.55 3.15 10.00 3.33
V3 3.10 3.25 3.55 9.90 3.30
C3 V1 3.25 2.63 2.58 8.46 2.82
V2 3.65 3.75 3.25 10.65 3.55
V3 3.08 3.75 3.15 9.98 3.33
C4 V1 3.08 3.18 3.33 9.59 3.20
V2 3.18 3.25 3.18 9.61 3.20
V3 3.05 3.18 3.18 9.41 3.14
Total 38.69 40.23 40.38 119.30
Rataan 3.22 3.35 3.37 3.31

Lampiran 9. Sidik ragam diameter batang 5 MST


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 0.70 0.23 1.58 tn 4.07
Galat (a) 8 1.18 0.15 - -
Varietas (V) 2 0.34 0.17 1.81 tn 3.63
CxV 6 0.57 0.09 1.03 tn 2.74
Galat (b) 16 1.48 0.09 - -
Total 35 4.26 - - -
Ket * : Nyata

KK (a) = 11.7%
KK (b) = 9.1%

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
93

Lampiran 10. Data Pengamatan Diameter Batang 6 MST (mm)


Cekaman Varietas ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 3.20 3.35 3.15 9.70 3.23
V2 3.13 3.15 3.23 9.50 3.17
V3 3.05 2.73 3.20 8.98 2.99
C2 V1 3.13 2.80 3.05 8.98 2.99
V2 2.70 3.05 3.08 8.83 2.94
V3 2.63 2.75 3.08 8.45 2.82
C3 V1 2.78 2.25 2.60 7.63 2.54
V2 3.23 3.05 2.75 9.03 3.01
V3 2.78 2.18 3.35 8.30 2.77
C4 V1 2.125 2.275 2.15 6.55 2.18
V2 2.775 2.25 3.375 8.4 2.80
V3 2.85 2.125 2.20 7.175 2.39
Total 34.35 31.95 35.20 101.50
Rataan 2.86 2.66 2.93 2.82

Lampiran 11. Sidik ragam diameter batang 6 MST


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 2.15 0.72 21.22 * 4.07
Galat (a) 8 0.27 0.03 - -
Varietas (V) 2 0.46 0.23 1.80 tn 3.63
CxV 6 0.60 0.10 0.78 tn 2.74
Galat (b) 16 2.04 0.13 - -
Total 35 5.52 - - -
Ket * : Nyata

KK (a) = 6.1%
KK (b) = 12.8%

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
94

Lampiran 12. Data Pengamatan Diameter Batang 7 MST (mm)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 3.20 3.15 3.18 9.53 3.18
V2 3.28 3.05 3.23 9.55 3.18
V3 3.05 2.68 3.25 8.98 2.99
C2 V1 3.10 3.33 3.25 9.68 3.23
V2 3.18 2.80 3.08 9.05 3.02
V3 3.23 2.65 3.10 8.98 2.99
C3 V1 3.20 3.38 3.20 9.78 3.26
V2 3.08 3.05 3.35 9.48 3.16
V3 3.35 3.05 3.10 9.50 3.17
C4 V1 2.18 2.65 2.23 7.05 2.35
V2 2.65 2.60 3.1 8.35 2.78
V3 3.175 2.15 3.25 8.58 2.86
Total 36.65 34.53 37.30 108.48
Rataan 3.05 2.88 3.11 3.01

Lampiran 13. Sidik ragam diameter batang 7 MST


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 1.53 0.51 38.28 * 4.07
Galat (a) 8 0.11 0.01 - -
Varietas (V) 2 0.01 0.004 0.05 tn 3.63
CxV 6 0.63 0.11 1.09 tn 2.74
Galat (b) 16 1.55 0.10 - -
Total 35 3.82 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 3.3%
KK (b) = 10.5%

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
95

Lampiran 14. Data Pengamatan Diameter Batang 8 MST (mm)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 3.25 3.18 3.18 9.60 3.20
V2 3.20 3.05 3.08 9.33 3.11
V3 3.10 3.10 3.08 9.28 3.09
C2 V1 3.25 3.05 4.18 10.48 3.49
V2 3.23 3.08 3.08 9.38 3.13
V3 3.25 3.25 3.28 9.78 3.26
C3 V1 3.20 3.08 3.23 9.50 3.17
V2 3.10 3.75 3.20 10.05 3.35
V3 3.25 3.30 3.08 9.63 3.21
C4 V1 2.63 3.38 2.80 8.8 2.93
V2 2.18 3.18 3.05 8.4 2.80
V3 3.25 2.58 3.175 9.00 3.00
Total 36.88 37.95 38.38 113.20
Rataan 3.07 3.16 3.20 3.14

Lampiran 15. Sidik ragam diameter batang 8 MST


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 0.77 0.26 4.48 * 4.07
Galat (a) 8 0.46 0.06 - -
Varietas (V) 2 0.06 0.03 0.29 tn 3.63
CxV 6 0.28 0.05 0.43 tn 2.74
Galat (b) 16 1.76 0.11 - -
Total 35 3.33 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 7.8%
KK (b) = 10.5%

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
96

Lampiran 16. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara N (%)


Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 4.03 3.88 4.44 4.12
C2 (80% KL) 4.81 4.52 4.89 4.74
C3 (60% KL) 4.73 4.42 4.65 4.60
C4 (40% KL) 4.50 4.13 5.12 4.58
Rataan 4.52 4.24 4.78 18.04

Lampiran 17. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara P (%)


Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 0.20 0.24 0.19 0.21
C2 (80% KL) 0.19 0.24 0.21 0.21
C3 (60% KL) 0.23 0.24 0.22 0.23
C4 (40% KL) 0.19 0.20 0.20 0.20
Rataan 0.20 0.23 0.21 0.85

Lampiran 18. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara K (%)


Varietas
Cekaman Rataan
V1 V2 V3
C1(100% KL) 1.25 1.28 1.87 1.47
C2 (80% KL) 1.10 1.29 1.53 1.31
C3 (60% KL) 1.38 1.56 1.18 1.37
C4 (40% KL) 0.88 0.58 0.97 0.81
Rataan 1.15 1.18 1.39 4.96

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
97

Lampiran 19. Data Pengamatan Umur Berbunga (Hari)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 31.50 28.00 32.00 91.50 30.50
V2 28.00 29.00 28.50 85.50 28.50
V3 27.50 30.50 31.50 89.50 29.83
C2 V1 32.50 29.00 30.50 92.00 30.67
V2 33.50 31.50 29.50 94.50 31.50
V3 35.50 33.50 28.50 97.50 32.50
C3 V1 31.50 33.50 32.00 97.00 32.33
V2 31.00 32.00 34.00 97.00 32.33
V3 34.50 32.00 24.50 91.00 30.33
C4 V1 39.00 28.00 39.00 106.00 35.33
V2 33.00 30.00 33.00 96.00 32.00
V3 35.50 33.50 39.50 108.50 36.17
Total 393.00 370.50 382.50 1146.00
Rataan 32.75 30.88 31.88 31.83

Lampiran 20. Sidik ragam umur berbunga


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 109.39 36.46 3.00 tn 4.07
Galat (a) 8 97.15 12.14 - -
Varietas (V) 2 10.13 5.06 0.63 tn 3.63
CxV 6 38.32 6.39 0.80 tn 2.74
Galat (b) 16 128.01 8.00 - -
Total 35 383.00 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 10.95%
KK (b) = 8.9%

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
98

Lampiran 21. Data Pengamatan Umur Panen (Hari)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 91.50 92.00 92.00 275.50 91.83
V2 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
V3 85.00 92.00 92.00 269.00 89.67
C2 V1 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
V2 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
V3 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
C3 V1 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
V2 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
V3 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
C4 V1 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
V2 92.00 92.00 92.00 276.00 92.00
V3 92 92.00 92.00 276.00 92.00
Total 1096.50 1104.00 1104.00 3304.50
Rataan 91.38 92.00 92.00 91.79

Lampiran 22. Sidik ragam umur panen


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 4.69 1.56 1.33 tn 4.07
Galat (a) 8 9.38 1.17 - -
Varietas (V) 2 2.54 1.27 0.87 tn 3.63
CxV 6 7.63 1.27 0.87 tn 2.74
Galat (b) 16 23.46 1.47 - -
Total 35 47.69 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 1.2%
KK (b) = 1.3%

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
99

Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Ginofor (Buah)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 15.00 18.50 10.50 44.00 14.67
V2 17.50 21.00 17.00 55.50 18.50
V3 18.50 10.00 8.00 36.50 12.17
C2 V1 15.00 15.50 10.00 40.50 13.50
V2 14.50 8.50 25.00 48.00 16.00
V3 16.00 13.00 9.50 38.50 12.83
C3 V1 11.00 10.00 14.50 35.50 11.83
V2 10.00 19.00 13.50 42.50 14.17
V3 9.00 7.50 10.50 27.00 9.00
C4 V1 9.50 21.50 5.00 36.00 12.00
V2 7.50 12.50 13.50 33.50 11.17
V3 7.50 7.00 6.50 21.00 7.00
Total 151.00 164.00 143.50 458.50
Rataan 12.58 13.67 11.96 12.74

Lampiran 24. Sidik ragam jumlah ginofor


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 142.74 47.58 3.25 tn 4.07
Galat (a) 8 117.07 14.63 - -
Varietas (V) 2 134.26 67.13 2.76 tn 3.63
CxV 6 26.74 4.46 0.18 tn 2.74
Galat (b) 16 389.43 24.34 - -
Total 35 810.24 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 30.03%
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
100

KK (b) = 38.7%

Lampiran 25. Data Pengamatan Panjang Akar (cm)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 50.60 41.70 33.75 126.05 42.02
V2 36.75 35.00 31.40 103.15 34.38
V3 41.30 45.35 35.60 122.25 40.75
C2 V1 37.10 32.50 33.40 103.00 34.33
V2 30.75 35.50 35.80 102.05 34.02
V3 31.30 34.35 28.55 94.20 31.40
C3 V1 35.65 29.50 35.15 100.30 33.43
V2 37.25 38.15 31.50 106.90 35.63
V3 36.60 34.30 38.25 109.15 36.38
C4 V1 36.70 38.45 26.25 101.40 33.80
V2 40.10 30.15 28.10 98.35 32.78
V3 37.35 31.20 33.15 101.70 33.90
Total 451.45 426.15 390.90 1268.50
Rataan 37.62 35.51 32.58 35.24

Lampiran 26. Sidik ragam panjang akar


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 193.78 64.59 4.32 * 4.07
Galat (a) 8 119.56 14.95 - -
Varietas (V) 2 19.66 9.83 0.42 tn 3.63
CxV 6 112.69 18.78 0.80 tn 2.74
Galat (b) 16 376.61 23.54 - -
Total 35 822.31 - - -
Ket : * : Nyata

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
101

KK (a) = 10.97%
KK (b) = 13.77%

Lampiran 27. Data Pengamatan Luas Daun (cm2)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 34.30 34.76 33.36 102.41 34.14
V2 36.54 34.68 39.79 111.01 37.00
V3 43.49 39.83 42.11 125.42 41.81
C2 V1 39.13 38.19 29.86 107.17 35.72
V2 28.86 24.64 31.08 84.57 28.19
V3 36.38 41.25 23.61 101.23 33.74
C3 V1 35.31 31.08 26.34 92.73 30.91
V2 34.60 29.46 30.32 94.38 31.46
V3 26.68 43.49 37.20 107.36 35.79
C4 V1 31.80 23.90 32.06 87.75 29.25
V2 21.04 34.30 39.79 95.13 31.71
V3 24.18 27.95 27.045 79.18 26.39
Total 392.28 403.50 392.55 1188.32
Rataan 32.69 33.62 32.71 33.01

Lampiran 28. Sidik ragam luas daun


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 332.70 110.90 4.80 * 4.07
Galat (a) 8 184.95 23.12 - -
Varietas (V) 2 37.49 18.74 0.59 tn 3.63
CxV 6 229.45 38.24 1.20 tn 2.74
Galat (b) 16 511.83 31.99 - -
Total 35 1296.41 - - -
Ket : * : Nyata

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
102

KK (a) = 14.6%
KK (b) = 17.1%

Lampiran 29. Data Pengamatan Bobot Kering Akar (g)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 1.60 3.10 2.20 6.90 2.30
V2 2.30 2.10 2.25 6.65 2.22
V3 2.65 2.50 2.15 7.30 2.43
C2 V1 2.00 1.45 1.80 5.25 1.75
V2 1.70 2.00 2.20 5.90 1.97
V3 2.75 2.85 2.55 8.15 2.72
C3 V1 2.25 2.00 2.55 6.80 2.27
V2 3.85 3.20 2.75 9.80 3.27
V3 3.60 2.50 2.30 8.40 2.80
C4 V1 0.80 1.95 0.50 3.25 1.08
V2 3.40 0.90 1.10 5.40 1.80
V3 3.30 0.85 0.85 5.00 1.67
Total 30.20 25.40 23.20 78.80
Rataan 2.52 2.12 1.93 2.19

Lampiran 30. Sidik ragam bobot kering akar


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 7.35 2.45 5.29 * 4.07
Galat (a) 8 3.70 0.46 - -
Varietas (V) 2 2.12 1.06 1.95 tn 3.63
CxV 6 1.87 0.31 0.57 tn 2.74
Galat (b) 16 8.69 0.54 - -
Total 35 23.74 - - -
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
103

Ket : * : Nyata

KK (a) = 30.99%
KK (b) = 33.57%

Lampiran 31. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk (g)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 6.85 8.60 8.15 23.60 7.87
V2 6.95 8.95 9.05 24.95 8.32
V3 11.70 9.65 8.10 29.45 9.82
C2 V1 8.15 6.30 6.05 20.50 6.83
V2 6.75 5.50 6.90 19.15 6.38
V3 8.60 8.75 8.60 25.95 8.65
C3 V1 6.35 7.00 9.40 22.75 7.58
V2 8.90 10.80 9.60 29.30 9.77
V3 10.75 9.75 12.90 33.40 11.13
C4 V1 4.55 6.35 3.20 14.10 4.70
V2 4.65 5.40 6.55 16.60 5.53
V3 7.10 5.85 5.65 18.60 6.20
Total 91.30 92.90 94.15 278.35
Rataan 7.61 7.74 7.85 7.73

Lampiran 32. Sidik ragam bobot kering tajuk


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 83.32 27.77 24.85 * 4.07
Galat (a) 8 8.94 1.12 - -
Varietas (V) 2 30.12 15.06 9.22 * 3.63
CxV 6 7.40 1.23 0.76 tn 2.74
Galat (b) 16 26.12 1.63 - -
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
104

Total 35 155.90 - - -
Ket * : Nyata

KK (a) = 13.69%
KK (b) = 16.51%

Lampiran 33. Data Pengamatan Nisbah Bobot Kering Tajuk terhadap Bobot
Kering Tajuk (BKA/BKT) (g)
Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 0.23 0.36 0.27 0.86 0.29
V2 0.32 0.25 0.26 0.83 0.28
V3 0.21 0.26 0.27 0.74 0.25
C2 V1 0.25 0.26 0.30 0.81 0.27
V2 0.24 0.37 0.32 0.93 0.31
V3 0.31 0.33 0.27 0.91 0.30
C3 V1 0.36 0.30 0.28 0.94 0.31
V2 0.44 0.30 0.29 1.03 0.34
V3 0.34 0.24 0.19 0.77 0.26
C4 V1 0.17 0.32 0.16 0.65 0.22
V2 0.37 0.16 0.17 0.70 0.23
V3 0.92 0.14 0.14 1.20 0.40
Total 4.16 3.29 2.92 10.37
Rataan 0.35 0.27 0.24 0.29

Lampiran 34. Sidik ragam Nisbah Bobot Kering Tajuk terhadap Bobot
Kering Tajuk (BKA/BKT)
SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 0.01 0.00 0.10 tn 4.07
Galat (a) 8 0.16 0.02 - -
Varietas (V) 2 0.01 0.00 0.13 tn 3.63
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
105

CxV 6 0.07 0.01 0.56 tn 2.74


Galat (b) 16 0.35 0.02 - -
Total 35 0.59 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 49.10%
KK (b) = 49.10%

Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif (Cabang)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 4.50 5.50 5.00 15.00 5.00
V2 5.50 4.00 5.50 15.00 5.00
V3 5.00 6.50 3.50 15.00 5.00
C2 V1 5.00 2.50 4.00 11.50 3.83
V2 6.50 4.00 6.00 16.50 5.50
V3 5.00 5.00 4.00 14.00 4.67
C3 V1 3.50 4.00 5.50 13.00 4.33
V2 5.50 7.00 6.00 18.50 6.17
V3 5.00 4.00 4.50 13.50 4.50
C4 V1 2.50 4.50 1.50 8.50 2.83
V2 3.00 3.50 4.00 10.50 3.50
V3 4.00 3.00 2.00 9.00 3.00
Total 55.00 53.50 51.50 160.00
Rataan 4.58 4.46 4.29 4.44

Lampiran 36. Sidik ragam jumlah cabang produktif


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 22.00 7.33 8.33 * 4.07
Galat (a) 8 7.04 0.88 - -
Varietas (V) 2 6.93 3.47 3.12 tn 3.63
CxV 6 4.13 0.69 0.62 tn 2.74
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
106

Galat (b) 16 17.79 1.11 - -


Total 35 57.89 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 21.11%
KK (b) = 23.7%

Lampiran 37. Data Pengamatan Jumlah Ginofor Hampa (Buah)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 6.50 8.00 2.00 16.50 5.50
V2 9.50 12.00 7.00 28.50 9.50
V3 15.50 6.50 4.50 26.50 8.83
C2 V1 6.50 5.50 1.50 13.50 4.50
V2 5.50 2.00 13.50 21.00 7.00
V3 9.00 7.50 5.00 21.50 7.17
C3 V1 4.50 4.00 7.50 16.00 5.33
V2 5.00 8.50 4.00 17.50 5.83
V3 5.00 3.50 7.00 15.50 5.17
C4 V1 3.50 12.00 1.00 16.50 5.50
V2 2.50 5.50 6.50 14.50 4.83
V3 5.50 3.50 5.50 14.50 4.83
Total 78.50 78.50 65.00 222.00
Rataan 6.54 6.54 5.42 6.17

Lampiran 38. Sidik ragam jumlah ginofor hampa


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 44.28 14.76 1.59 tn 4.07
Galat (a) 8 74.43 9.30 - -
Varietas (V) 2 17.04 8.52 0.62 tn 3.63
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
107

CxV 6 25.51 4.25 0.31 tn 2.74


Galat (b) 16 220.24 13.76 - -
Total 35 381.50 - - -
Ket * : Nyata

KK (a) = 49.45%
KK (b) = 60.2%

Lampiran 39. Data Pengamatan Bobot Kering 100 Biji (g)


Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 19.08 26.24 28.25 73.56 24.52
V2 20.57 13.94 11.30 45.81 15.27
V3 7.50 0.00 10.00 17.50 5.83
C2 V1 26.37 29.23 38.41 94.01 31.34
V2 22.12 15.51 17.92 55.55 18.52
V3 10.00 0.00 15.00 25.00 8.33
C3 V1 27.65 31.34 19.41 78.40 26.13
V2 16.67 25.84 8.75 51.25 17.08
V3 0.00 5.00 5.00 10.00 3.33
C4 V1 16.50 21.67 38.48 76.65 25.55
V2 15.00 16.67 23.93 55.60 18.53
V3 0.00 5.00 5.00 10.00 3.33
Total 181.45 190.43 221.44 593.31
Rataan 15.12 15.87 18.45 16.48

Lampiran 40. Transformasi y’= √y+1 dari Data Bobot Kering 100 Biji (g)
Cekaman Varietas Ulangan Total Rataan
I II III
C1 V1 4.48 5.22 5.41 15.11 5.04
Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
108

V2 4.64 3.87 3.51 12.02 4.01


V3 2.92 1.00 3.32 7.24 2.41
C2 V1 5.23 5.49 6.28 17.00 5.67
V2 4.81 4.06 4.35 13.22 4.41
V3 3.32 1.00 4.00 8.32 2.77
C3 V1 5.35 5.69 4.52 15.56 5.19
V2 4.20 5.18 3.12 12.50 4.17
V3 1.00 2.45 2.45 5.90 1.97
C4 V1 4.18 4.76 6.28 15.22 5.07
V2 4.00 4.20 4.99 13.19 4.40
V3 1.00 2.45 2.45 5.90 1.97
Total 45.13 45.37 50.68 141.18
Rataan 3.76 3.78 4.22 3.92

Lampiran 41. Sidik ragam bobot kering 100 biji


SK db JK KT Fhit F.05
Cekaman (C) 3 1.57 0.52 0.55 tn 4.07
Galat (a) 8 7.68 0.96 - -
Varietas (V) 2 54.47 27.24 39.86 * 3.63
CxV 6 0.90 0.15 0.22 tn 2.74
Galat (b) 16 10.93 0.68 - -
Total 35 75.55 - - -
Ket : * : Nyata

KK (a) = 24.98%
KK (b) = 21.0%

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
109

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
110

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
111

Lampiran 47. Lahan pertanaman kacang tanah di rumah kaca

Lampiran 48. Perlakuan C1 dan C3


Lampiran 49.C2 danC4

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
112

Lampiran 50. Foto perbandingan

antar
Cekaman
dengan
Varietas Singa

Lampiran 51. Foto perbandingan antar Cekaman dengan Varietas Gajah

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009
113

Lampiran 52. Foto perbandingan antar Cekaman dengan Varietas Macan

Tri Mardiati : Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap
Cekaman Kekeringan, 2007.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai