Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Yang Diproses Menggunakan Metode Pragelatinisasi Parsial PDF
Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Yang Diproses Menggunakan Metode Pragelatinisasi Parsial PDF
Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Yang Diproses Menggunakan Metode Pragelatinisasi Parsial PDF
1)
Dosen pada Program Studi Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri
Lampung Jln. Soekarno-Hatta No.10 Rajabasa, Bandar Lampung email :beni_lpg@yahoo.co.id
ABSTRACT
This research was aimed to characterize modified cassava flour processed through
partial pregelatinisation method compared to sawut cassava flour as a control. The results
showed the application of partial pregelatinization method produced cassava flour that has
different characters compared to sawut cassava flour. The characters were different in the term
of color reaction complex with iodine (redish purple compared to blue), the microscopic
apearance of starch granules (swelling condition compared to not swelling/native condition),
gelatinization temperature (87.0oC compared to 75.0oC), maximum viscosity (965 BU
compared to 900 BU), whiteness degree (86.20% compared to 78.76%), water absorption
(2.36 g/g compared to 0.13 g/g), water solubility (0.25 g/ml compared to 0.13 g/ml), amylose
content (32.67% compared to 15.32%), and odour (3.85 compared to 2.37).
148 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No 2, September 2009
Beni Hidayat et al Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi
laktat (bal). Perbaikan karakteristik tepung metode pemanasan pada suhu di atas
terjadi akibat adanya proses liberasi pati dan kisaran suhu gelatinisasi pati (Rismana,
hidrolisis pati. Menurut Subagio (2008), 2002; Chornet et al., 1998).
tepung mocal yang dihasilkan dapat Penelitian bertujuan melakukan
digunakan untuk membuat aneka produk karakterisasi tepung ubi kayu modifikasi
pangan, antara lain kue lapis maupun yang diproses menggunakan metode
produk bihun. pragelatinisasi parsial. Sebagai data
Meskipun prospeknya baik, tetapi pembanding digunakan tepung ubi kayu
pengolahan tepung mocal relatif sulit metode sawut.
diterapkan oleh industri kecil dan
masyarakat secara mandiri. Pengolahan BAHAN DAN METODE
tepung mocal memerlukan bakteri tipe A,
Bahan dan Alat
B, dan C yang harus diperoleh dengan cara
Bahan baku utama yang digunakan
membeli pada agen tertentu Berdasarkan
adalah tepung ubi kayu metode
hal tersebut, diperlukan pengembangan
pragelatinisasi parsial dan tepung ubi kayu
teknologi alternatif pengolahan tepung ubi
metode sawut. Kedua jenis tepung ubi kayu
kayu modifikasi yang dapat dengan mudah
disiapkan dengan menggunakan bahan baku
diadopsi oleh masyarakat umum dan
ubi kayu segar varietas Adira I (singkong
diterapkan secara mandiri.
makan, kandungan HCN rendah) yang
Pati merupakan komponen terbesar
diperoleh dari petani di daerah Natar,
pada tepung ubi kayu (Hidayat et al., 2006)
Kabupaten Lampung Selatan. Sebelum
sehingga upaya perbaikan karakteristik
dilakukan proses pengolahan, terlebih
tepung dapat dilakukan melalui perbaikan
dahulu dilakukan proses sortasi untuk
karakteristik patinya. Salah satu metode
memisahkan ubi kayu yang rusak ataupun
untuk memperbaiki karakteristik pati adalah
terluka selama proses pemanenan.
dengan proses pragelatinisasi parsial.
Komposisi kimia ubi kayu varietas Adira I
Proses pragelatinisasi parsial adalah proses
yang digunakan, disajikan pada Tabel 1.
modifikasi pati secara fisik menggunakan
Tabel 1. Komposisi kimia ubi kayu segar varietas Adira I (per 100 g bahan)
No Komponen Komposisi
1 Air (g) 67,79
2 Abu (g) 1,21
3 Serat (g) 1,11
4 Lemak (g) 1,22
5 Protein (g) 0,43
6 Karbohidrat (g) 28,25
7 Kadar pati (g) 24,11
8 HCN (ppm) 44,25
9 Rasio amilosa-amilopektin (%) 15,72 : 84,28
Sumber : Hidayat et al. (2009)
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 2, September 2009 149
Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Beni Hidayat et al
Gambar 1. Alat rotary drum yang digunakan untuk menghasilkan tepung ubi kayu modifikasi
Tepung ubi kayu metode sawut, pragelatinisasi parsial dan tepung ubi kayu
diperoleh melalui tahapan pengupasan kulit, metode sawut, disajikan pada Tabel 2.
pencucian, penirisan, pengecilan ukuran Alat utama yang digunakan pada
dengan cara diiris membentuk lempengan pengujian karakteristik tepung ubi kayu
tipis (sawut), pengeringan menggunakan antara lain adalah spektrofotometer Hitachi
sinar matahari, penepungan menggunakan U-2900, mikroskop polarisasi Olympus PM-
alat penepung disc mill dan pengayakan 10 ADS, whiteness-meter C-100-3 Kett, dan
menggunakan ayakan Tyler 80 mesh. brabender amilograp tipe 20 DN.
Komposisi kimia tepung ubi kayu metode
Tabel 2. Komposisi kimia tepung ubi kayu metode pragelatinisasi parsial dan tepung ubi
kayu metode sawut (per 100 g bahan)
tepung ubi kayu metode tepung ubi kayu metode
No Komponen
pragelatinisasi parsial sawut
1 Air (g) 11,99 11,08
2 Abu (g) 0,13 0,17
3 Serat (g) 1,74 1,92
4 Lemak (g) 0,27 0,25
5 Protein (g) 0,79 0,98
6 Karbohidrat (g) 85,08 85,60
7 Kadar pati (g) 78,45 79,86
150 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No 2, September 2009
Beni Hidayat et al Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 2, September 2009 151
Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Beni Hidayat et al
A B
152 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No 2, September 2009
Beni Hidayat et al Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi
A B
Gambar 3. Kondisi mikroskopis granula pati tepung ubi kayu, perbesaran 400 X (A :
tepung ubi kayu metode sawut; B : tepung ubi kayu metode pragelatinisasi
parsial)
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 2, September 2009 153
Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Beni Hidayat et al
B
D
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Pada suspensi tepung ubi kayu metode dibandingkan tepung ubi kayu metode sawut,
sawut, pemanasan hingga suhu 68,5oC tepung ubi kayu metode pragelatinisasi parsial
menyebabkan peningkatan viskositas suspensi memiliki suhu viskositas puncak dan viskositas
pati secara linier dengan pola A-B (Gambar 5). maksimum yang lebih tinggi. Pati tepung ubi
Pada suhu sekitar 69oC terjadi perubahan pola kayu metode sawut memiliki suhu viskositas
peningkatan viskositas suspensi pati (pola B- puncak dan viskositas maksimum masing-
C). Pemanasan lebih lanjut menyebabkan masing sebesar 75,0oC dan 900 BU yang lebih
terjadinya viskositas puncak pada suhu sekitar rendah dibandingkan tepung ubi kayu metode
95oC sebesar 900 BU (C) dan menurun pragelatinisasi parsial yaitu sebesar 87,0oC dan
kembali hingga viskositasnya 870 BU (D). 965 BU.
Hasil pengujian profil amilograf
(Gambar 4 dan 5) menunjukkan bahwa
B D
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
154 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No 2, September 2009
Beni Hidayat et al Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 2, September 2009 155
Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Beni Hidayat et al
dapat diserap oleh tepung setelah dibuat karakteristik kelarutan dalam air yang lebih
adonan kemudian disentrifugasi pada baik dibandingkan tepung ubi kayu metode
kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. sawut (0,25 g/ml berbanding 0,13 g/ml).
Hasil pengujian karakteristik daya Lebih tingginya nilai kelarutan dalam
serap air tepung, menunjukkan bahwa air tepung ubi kayu metode pragelatinisasi
tepung ubi kayu metode pragelatinisasi parsial diduga berkaitan dengan telah
parsial memiliki karakteristik daya serap air terhidrolisnya pati dan terbentuknya
yang lebih baik dibandingkan tepung ubi komponen yang lebih sederhana dalam
kayu metode sawut (2,36 g/g berbanding bentuk dekstrin. Menurut Marchal et al.
0,13 g/g). (1999) dan Hidayat et al. (2003), produk
Lebih tingginya nilai daya serap air turunan pati memiliki daya serap air dan
tepung ubi kayu metode pragelatinisasi kelarutan dalam air yang lebih baik
parsial diduga berkaitan dengan telah dibandingkan pati asal.
terhidrolisnya pati dan terbentuknya Berdasarkan karakteristik kelarutan
komponen yang lebih sederhana dalam dalam air, diduga selama proses
bentuk dekstrin. Menurut Marchal et al. pragelatinisasi parsial telah terjadi proses
(1999) dan Hidayat et al (2003), produk modifikasi yaitu pemutusan polimer pati
turunan pati memiliki daya serap air dan menjadi polimer yang lebih rendah yaitu
kelarutan dalam air yang lebih baik dekstrin. Terbentuknya komponen dekstrin
dibandingkan pati asal. juga didukung oleh data pembentukan
Daya serap air tepung ubi kayu kompleks reaksi warna dengan Iod yang
metode pragelatinisasi parsial sebesar 2,36 membentuk warna ungu kemerahan.
g/g ini mendekati daya serap tepung terigu
Kajian berdasarkan karakteristik rasio
(2,5 g/g). Karakteristik daya serap air
amilosa-amilopektin pati
tepung merupakan salah satu faktor yang
Karakteristik rasio amilosa-
menentukan kemampuan pengembangan
amilopektin pati tepung menunjukkan
tepung jika dibuat adonan.
perbandingan antara proporsi amilosa
Kajian berdasarkan karakteristik (polimer pati berantai lurus) dengan
kelarutan dalam air amilopektin (polimer pati berantai lurus dan
cabang). Karakteristik rasio amilosa-
Karakteristik kelarutan dalam air
amilopektin pati sangat berkaitan dengan
menunjukkan jumlah tepung (gram) yang
bentuk penggunaan tepung lebih lanjut.
dapat larut pada per mililiter pelarut (air).
Hasil pengujian rasio amilosa-
Karakteristik kelarutan pati dan produk-
amilopektin pati tepung (Tabel 3),
produk turunannya berkaitan dengan
menunjukkan bahwa tepung ubi kayu
panjang polimer pati. Menurut Kearsley
metode pragelatinisasi parsial memiliki
and Dziedzic (1995), semakin rendah
kandungan amilosa yang lebih tinggi
panjang polimer rantai pati maka semakin
dibandingkan tepung ubi kayu metode
tinggi kelarutannya.
sawut (32,67 % berbanding 15,32%).
Hasil pengujian karakteristik
Lebih tingginya kandungan amilosa tepung
kelarutan dalam air tepung, menunjukkan
ubi kayu metode pragelatinisasi parsial
bahwa tepung ubi kayu metode
diduga berkaitan dengan telah terjadinya
pragelatinisasi parsial memiliki
proses pemutusan polimer pati selama
156 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No 2, September 2009
Beni Hidayat et al Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi
Tabel 3. Kadar amilosa dan amilopektin pati tepung ubi kayu metode pragelatinisasi parsial
dan metode sawut
Metode pragelatinisasi
Parameter Metode sawut
parsial
Kadar amilosa 15,32 32,67
Kadar amilopektin 84,68 67,33
Rasio amilosa : amilopektin 15,32: 84,68 32,67: 67,33
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 2, September 2009 157
Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Beni Hidayat et al
158 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No 2, September 2009
Beni Hidayat et al Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi
Hidayat, B, Ahza AB, Sugiyono. 2003. Muchtadi, T.R., Purwiyatno, Ahza A.A.
Karakterisasi Maltodekstrin DP 3-9 1988. Teknologi Pemasakan
serta Kajian Potensi Penggunaannya Ekstrusi. Pusat Antar Universitas
sebagai Sumber Karbohidrat pada Pangan dan Gizi. Institut Pertanian
Minuman Olahraga. Jurnal Bogor.
Teknologi dan Industri Pangan, 14(1): Rismana, E. 2002. Modifikasi Pati untuk
51-57. Farmasi. http://pikiran-rakyat.com.
Hidayat, B, WidodoY R, Wirawati CU. (15 Oktober 2008)
2006. Pengaruh Jenis Ubi Kayu Soekarto, S.T. 1985. Penilaian
terhadap Karakteristik Tepung Ubi Organoleptik untuk Industri Pangan
Kayu (Cassava Flour) yang dan Hasil Pertanian. Bhratara.
Dihasilkan. Laporan Penelitian Hibah Jakarta.
Kompetisi Pemda Propinsi Lampung Subagio, A. 2008. Proses Produksi
Tahun Anggaran 2006. Politeknik Mocal.http://tepungmocal.ning.com.
Negeri Lampung. Diakses pada 3 Oktober 2008)
Hidayat, B, Kalsum N, Surfiana. 2009. Winarno, FG. 1992. Kimia Pangan dan
Perbaikan Karakteristik Tepung Ubi Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Kayu Menggunakan Metode Utama, Jakarta.
Pragelatinisasi Parsial. Laporan Yulistiani, R., Latifah, Restanti W. 2003.
Penelitian Hibah Bersaing Tahun I. Pengaruh Varietas Beras dan Volume
Politeknik Negeri Lampung. Santan Kelapa Terhadap Karakteristik
Kearsley, MW, Dziedzic. 1995. Handbook Nasi Kuning Instan Yang Dihasilkan.
of Starch Hydrolysis Product and Prosiding Seminar Nasional
Their Derivatives. Blackie Academic Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan
& Professional, Glasgow. Indonesia “Peranan Industri dalam
Marchal, L.M, Beeftink H.H, Tramper,J. Pengembangan Produk Pangan
1999. Towards a Rational Design of Indonesia”. Hlm 52-59. Yogyakarta
Commercial Maltodekstrin. J. Trend 22-23 Juli 2003.
in Food Science and Technology,
10(1): 345-355.
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 2, September 2009 159