Oleh :
KOTA DELTAMAS
2018
I. Pendahuluan
Kekuatan rantai besi berada pada mata rantai yang terlemah. Hal ini jika diibaratkan
sistem pemerintahan nasional sebagai rangkaian mata rantai sistem pemerintahan mulai dari
pusat, daerah, dan desa, maka desa merupakan mata rantai yang terlemah. Hampir segala
aspek menunjukan betapa lemahnya kedudukan dan keberadaan desa dalam konstalasi
pemerintahan. Padahal desalah yang menjadi pertautan terakhir dengan masyarakat yang
akan membawanya ketujuan akhir yang telah di gariskan sebagai cita-cita bersama.
Masalah kesenjangan sosial tidak bisa dijauhkan dari masalah kemiskinan. Kemiskinan
adalah suatu keadaan dimana seseorang sulit atau bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhannya
atas sandang, pangan dan papan. Tidak hanya itu sulitnya pemenuhan kebutuhan atas
pendidikan dan kesehatan juga termasuk kedalam konteks kemiskinan.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kesenjangan sosial dan kemiskinan antar
wilayah atau desa adalah karena pembangunan ekonomi maupun infrastruktur yang
sebelumnya lbih cenderung bias dan lebih terfokus kepada pusat-pusat pertumbuhan yakni
kawasan perkotaan yang memili kegiatan ekonomi lebih besar dibandingkan dengan desa.
Sebagai dampaknya wilayah pedesaan yang tidak memiliki pusat pertumbuhan atau kawasan
perkotaan yang hanyan mengandalkan sektor pertanian yang identic dengan ekonomi
perdesaan mengalami ketertinggalan.
Cara mengatasi kesenjangan sosial antar desa terdapat beberapa faktor diantanya :
a. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Lokal
Proses pembangunan dimana masyarakat dituntut lokal dituntut untuk memiliki inisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial maupun ekonomi ntuk memperbaiki kondisi diri
sendiri. Dalam hal ini masyarakat harus berkolaborasi dengan pemerintah maupun juga LSM
sebagai fasilitator. Selain itu pendekatan ini hanya bisa dikatakan berhasil apabila masyarakat
lokal tersebut menjadi agen pembangunannya sendiri atau sebagai penggerak, bukan hanya
sebagai penerima manfaat.
Sesuai dengan UU No: 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan PP No: 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan telah memberikan banyak ruang bagi lembaga
pendidikan untuk membuat dan mengelola kurikulumnya sesuai dengan potensi dan
kompentensi wilayah / lingkungan yang dimilikinya. Kesempatan ini hendaknya dapat
dimanfaatkan oleh masing sekolah atau pihak pemerintah daerah setempat untuk menciptakan
sebuah lembaga pendidikan yang lebih terarah, cakap dan terampil.
Namun keadaan saat ini kebijakan alokasi dana desa lebih sering dan secara luas
dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan
pemerintah serta perilaku aparat desa pada umumnya bukan untuk proses penyelegaraan
pemerintah desa, pembangunan infrastruktur desa, dan bahkan tidak jarang juga diberikan
makna sebagai tindakan politik.
3.2 Saran
Kepada aparat pemerintah pusat agar Alokasi Dana Desa sebaiknya tidak langsung
dilepas begitu sasja setelah desa menerima Alokasi Dana Desa, alangkah baiknya
dilakukan pengawasan dari pemerintah pusat pada alokasi dana yang sudah diberikan.