Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN V

ANTI INFLAMASI

Oleh :

Kelompok L/4

Risnitama Septiarani (1041211157)


Santi Oktafialdhe .S. (1041211161)

Sofhie Winanda (1041211172)

PRODI S1 FARMASI

STIFAR “YAYASAN PHARMASI” SEMARANG

Jl. Letjen Sarwo Edhie Wibowo, Km1, Plamongansari, Semarang. 50139.


Telp. 024- 6706147/6725272, 081 127 167 97 Fax. 024-6706148
PERCOBAAN V
ANTI INFLAMASI

I. TUJUAN
1. Dapat memahami asas eksperimen dan memperoleh petunjuk-petunjukyang praktis
2. Dapat menunjukkan beberapakemungkinandan batasan yang merupakan sifat teknis
percobaan

II. DASAR TEORI


Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi
yang merusak.Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi
radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan disertai gangguan fungsi.
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi
penderitanya, namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya kerusakan
jaringan.Inflamasi merupakan manifestasi dari terjadinya kerusakan jaringan, dimana
nyeri merupakan salah satu gejalanya.Karena dipandang merugikan maka inflamasi
memerlukan obat untuk mengendalikannya.
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik.Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur derajat
perbaikan jaringan.Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya
reda.Namun, kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zat yang
tidak berbahaya seperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma atau
atritis rematoid.Pada kasus seperti ini, reaksi pertahanan mereka sendiri mungkin
menyebabkan luka jaringan progesif, dan obat-obat anti inflamasi atau imonusupresi
mungkin diperlukan untuk memodulasi proses peradangan . Inflamasi dicetusk oleh
pelepasan mediator kimiawi dan jaringan yang rusak dan migrasi sel. Mediator
kimiawi spesifik berfariasi dengan tipe proses peradangan dan meliputi amin, seperti
histamine dan 5-hidroksitriptamin lipid seperti prostaglandin peptida kecil seperti
bradikinin dan peptide besar , seperti interleukin-1. Penemuan fariasi yang luas
diantara mediator kimiawi telah menerangkan paradox yang nampak bahwa obat-
obat anti inflamasi dapat mempengaruhi kerja mediator utama yang penting pada
satu tipe inflamasi tetapi tanpa efek pada proses inflamasi yang tidak melibatkan
target obat.
( Mary J.Mycek , 2001 )

Aktivitas antiinflamasi OAINS mempunyai mekanisme kerja melalui


penghambatan biosintesis prostaglandin. Efek terapi dan efek samping OAINS
berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim cyclooxygenase-1
(COX-1) dan cyclooxygenase-2 (COX-2) yang dibutuhkan dalam biosintesis
prostaglandin. Prostaglandin sendiri merupakan sediaan pro-inflamasi, tetapi juga
merupakan sediaan gastroprotektor. Oleh karena AINS dengan selektivitas
menghambat COX-2, maka sediaan ini diduga bebas dari efek samping yang
menakutkan pada saluran cerna. Pada kenyataannya, tidak satupun AINS dengan
selektivitas penghambat COX-2 bebas dari efek samping pada saluran cerna dan
berbagai efek samping lainnya diluar saluran cerna, misalnya pada sistem
kardiovaskuler.
(Drs. Tan Hoan Tjay, Drs. Kirana Rahardja, 2007)
Inflamasi (radang) biasanya dibagi dalam 3 fase : inflamasi akut,respon imun
dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cendera
jaringan : hal tersebut terjadi melalui media rilisnya media autacoids yang terlihat.
Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan
diaktifkan untuk merespon organism asing atau substansi antigenic yang terlepas
selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis .
Inflamasi kronis melibatkan keluarnya mediator yang tidak menonjol dalam
respon akut. Salah satu dari kondisi yang paling penting yang melibatkan mediator-
mediator ini adalah artriris rheumatoid dimana inflamasi kronis menyebabkan sakit
dan kerusakan pada tulang dan tulang rawan yang bias menjurus kepada
ketidakmampuan untuk bergerak dimana terjadi perubahan-perubahan sistemik yang
bias memperpendek umur.
Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada membrane sel
yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal: archidonic acid
kemuian dilepas dari persenyawaan-persenyawaan terdahulu dan berbagai eicosanoid
disintesis . Jalur cyclooxygenase (COX) dari metabolism arachidonate menghasilkan
prostaglandin-prostaglandin yang mempunyai berbagai efek pada pembuluh darah,
ujung-ujung syaraf dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi. Penemuan-
penemuan isoform-isoform COX (COX-1 dan COX-2) menjurus kepada konsep
bahwa isoform COX-1 yang konstitutif cenderung menjadi hemeostatis dalam
fungsinya, sedangkan COX-2 diinduksi selama inflamasi dan digunakan untuk
memfasilitasi respon inflamasi. Atas dasar ini penghambat COX-2 diinduksi selama
inflamasi dan digunakan untuk memfasilitasi respon inflamsi. Atas dasar ini
penghambat COX-2 yang sangat selektif telah dikembangkan dan dipasarkan dengan
dengan asumsi daripada penghambat COX-1 yang nonselektif tetapi tentunya tanpa
kehilangan kemajuran (efikasi). Jalur lipoxygenase dari metabolism arachidonate
menghasilkan leukotrime yang punya efek kemotoksis yang kuat pada eosinofil,
neutrofil dan makrofog serta meningkatkan bronkokonstriksi dan perubahan dalam
permeabilitas pembuluh darah.
Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai dua tujuan utama: pertama
meringankan rasa nyeri yans seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan
keluhan utama yang terus-menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau (dalam
teori) membatasi proses perusakan jaringan . Pengurangan inflamasi dengan obat-obat
anti inflamasi nonsteroid (AINS / NSAIDs) seringkali berakibat meredanya rasa nyeri
selama periode yang bermakana. Banyak obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
bekerja dengan jalan menghambat sintesis prostaglandin. Jadi , pemahaman akan obat
AINS memerlukan pengertian kerja dan biosintesis prostaglandin turunan asam lemak
tak jenuh mengandung 20 karbon yang meliputi suatu struktur cincin siklik.
( Mary J.Mycek , 2001 )

Prostaglandin dan senyawa yang berkaitan diproduksi dalam jumlah


kecil oleh semua jaringan . Umumnya bekerja lokal pada jaringan tempat
prostaglandin tersebut disintesis, dan cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif
pada tempat kerjanya. Karena itu, prostaglandin tidak bersikulasi dengan
konsentersi bermakna dalam darah . Tromboksan, leukotrien dan asam
hidroperoksieikosatetraenoat dan asam hidroksiekosatetraenoat merupakan lipid
yang berkaitan, disintesis dari prekursor yang sama sebagai prostaglandin,
memakai jalan yang berhubungan.

( Mary J.Mycek , 2001 )


Artrithis rheumatica,singkatnya A.R rematik atau rema adalah penyakit
kronis dan sistemis yang termasuk kelompok gangguanm auto-imun. Berciriakn
perubahan-perubahan beradang dari sendi dan membrannya dan kemudian
dekstruksi tulang rawan dengan perubahan anatomis.Yang khusus dihinggapi
rema adalah persendian tangan dan kaki,lutut,bahu dan tengkuk.
Gejala yang khas berupa bengakak dan nyeri simetris di sendi-sendi.Gejala
lainnya adalah perasaan lelah dan malaise umum.Tindakan-tindakan umum dari
penanganan rema adalah menghindari buruknya kekakuan sendi dan
deformitas.Di samping itu, perlu juga untuk menyesuaikan gaya hidup.
Guna menanggulangi gejala nyeri, peradangan, dan kekakuan banyak
digunakan analgetika antiradang dan kortikosteroida.
(Drs. Tan Hoan Tjay, Drs. Kirana Rahardja,
2007)
KARAKTERISTIK BAHAN OBAT

1. Ibuprofen

Mekanisme
Ibuprofen adalah inhibitor non-selektif siklooksigenase, enzim yang terlibat
dalam sintesis prostaglandin melalui jalur asam arakidonat. Efek farmakologis yang
diyakini disebabkan oleh penghambatan cylooxygenase-2 (COX-2) yang menurunkan
sintesis prostaglandin yang terlibat dalam mediasi peradangan, nyeri, demam dan
pembengkakan. Efek antipiretik dimungkinkan karena tindakan/aksi pada
hipotalamus, yang mengakibatkan peningkatan aliran darah perifer, vasodilatasi, dan
disipasi panas berikutnya. Penghambatan COX-1 diduga menyebabkan beberapa efek
samping ibuprofen termasuk ulserasi GI.
Untuk nyeri yang ringan sampai sedang, terutama nyeri dismonorea primer.
Obat ini dapat diberikan dengan susu atau makanan untuk meminimalkan efek
samping saluran cerna. Zat ini merupakan campuran rasemis, dengan bentuk-dextro
yang aktif.Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral, dan konsentrasi
puncak dalam plasma teramati setelah 15 sampai 30 menit.Waktu paruh dalam plasma
sekitar 2 jam. Ibuprofen banyak (99%) terikat pada protein plasma, tetapi obat ini
hanya menduduki sebagian dari seluruh tempat ikatan obat pada konsentrasi biasa.
Ibuprofen melintas dengan lambat ke dalam ruang sinovial dan mungkin tetap berada
pada konsentrasi yang lebih tinggi jika konsentrasi dalam plasma menurun.
2. Asam Mefenamat

Mekanisme kerja
Asam mefenamat mengikat reseptor penyintesis prostaglandin COX-1 dan COX-2,
menghambat aksi sintesis prostaglandin. Sebagai reseptor COX-1 dan COX-2 ini
memiliki peran sebagai mediator utama peradangan dan / atau peran sinyal prostanoid
dalam kegiatan-tergantung plastisitas meredakan gejala nyeri untuk sementara.
Metabolisme
Asam mefenamat mengalami metabolisme oleh CYP2C9 menjadi asam mefenamat 3-
hidroksimetil, dan kemungkinan terjadi oksidasi lebih lanjut untuk asam 3-
carboxymefenamic. Kegiatan metabolit ini belum diteliti. Asam mefenamat juga
glucuronidated langsung.

3. Natrium Diklofenak
Diklofenak
Mekanisme
Efek antiinflamasi diklofenak diyakini terjadi karena penghambatan dari kedua migrasi
leukosit dan enzim cylooxygenase (COX-1 dan COX-2) yang menyebabkan penghambatan
sintesis prostaglandin perifer. Prostaglandin reseptor yang peka terhadap rasa sakit,
penghambatan sintesis ini ditujukan untuk efek analgesik diklofenak. Efek antipiretik terjadi
karena tindakan/aksi pada hipotalamus, yang mengakibatkan dilatasi perifer, meningkatkan
aliran darah kulit, dan disipasi panas berikutnya.
Metabolisme

4'-
 Cytochrome P450
Diclofenac Hydroxydiclofenac
2C9

 UDP-
glucuronosyltransfe
Diclofenacacyl
Diclofenac rase 2B7
glucuronide
 UDP-
glucuronosyltransfe
rase 1-1

3'-
Diclofenac  Prostaglandin G/H
Hydroxydiclofenac
synthase 1

5-
Diclofenac  Cytochrome P450
Hydroxydiclofenac
3A4
4. Dexamethason

Deksametason adalah suatu glukokortikoid sintetis yang memiliki efek antiinflamasi,


antialergi dan anti shock yang sangat kuat, di samping sebagai antirematik.Tidak
menimbulkan efek retensi natrium dan dapat diterima oleh tubuh dengan baik.
Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi
mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan
respon imun.
Mekanisme
Deksametason merupakan agonis glukokortikoid.Deksametason yang tidak berikatan
melintasi membran sel dan mengikat dengan afinitas tinggi terhadap reseptor glukokortikoid
sitoplasma tertentu. Kompleks ini mengikat unsur DNA (elemen respon glukokortikoid) yang
menghasilkan modifikasi transkripsi dan, karenanya, sintesis protein untuk mencapai
penghambatan infiltrasi leukosit di lokasi peradangan, gangguan dalam fungsi mediator
respon inflamasi, pengurangan respon imun humoral, dan pengurangan edema atau jaringan
parut. Tindakan antiinflamasi deksametason diduga melibatkan A2 fosfolipase protein
inhibitor, lipocortins, yang mengendalikan biosintesis mediator poten peradangan seperti
prostaglandin dan leukotrien.
Metabolisme

6-beta-
Dexamethasone  Cytochrome
hydroxydexamethasone
P450 3A4
5. Metilprednisolon
Metilprednisolon

Methylprednisolon adalah suatu glukokortikoid sintetis yang memiliki efek


antiinflamasi, antialergi dan anti shock yang sangat kuat, di samping sebagai
antirematik.
Sebagai adrenokortikoid, metilprednisolon berdifusi melewati membran dan
membentuk komplek dengan reseptor sitoplasmik spesifik. Komplek tersebut
kemudian memasuki inti sel, berikatan dengan DNA, dan menstimulasi rekaman
messenger RNA (mRNA) dan selanjutnya sintesis protein dari berbagai enzim akan
bertanggung jawab pada efek sistemik adrenokortikoid. Bagaimanapun, obat ini dapat
menekan perekaman mRNA di beberapa sel (contohnya: limfosit).
Efek Glukokortikoid:
Anti-inflamasi (steroidal)
Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses
inflamasi, karena itu menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya.
Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan
leukosit pada lokasi inflamasi.Metilprednisolon juga menghambat fagositosis,
pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia
inflamasi. Meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui secara lengkap,
kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat makrofag (MIF),
menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler yang
terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat
pembentukan edema dan migrasi leukosit; dan meningkatkan sintesis lipomodulin
(macrocortin), suatu inhibitor fosfolipase A2-mediasi pelepasan asam arakhidonat

dari membran fosfolipid, dan hambatan selanjutnya terhadap sintesis asam


arakhidonat-mediator inflamasi derivat (prostaglandin, tromboksan dan leukotrien).

6. Parasetamol ( N-asetil-p-aminofenol )
Merupakan metabolit aktif fenasetin, yang disebut analgesil coal tar.
Asetaminofen merupakan obat lain pengganti aspirin yang efektif sebagai obat
analgesik-antipiretik; namun, tidak seperti aspirin, aktivitas antiradangnya lemah
sehingga bukan merupakan obat yang berguna untuk menangani kondisi radang.
Karena asetaminofen ditoleransi dengan baik, banyak efek samping aspirin tidak
dimiliki asetaminofen, dan dapat diperoleh tanpa resep.Namun, overdosis akut
menyebabkan kerusakan hati yang fatal.Asetaminofen hanya merupakan inhibitor
siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi tinggi yang
ditemukan pada lesi radang, karena itu efek antiradang asetaminofen lemah.Efek
antipiretiknya dapat dijelaskan dengan kemampuannya menghambat siklooksigenase
di otak, yang tonus peroksidanya lemah. Selain itu, asetaminofen tidak menghambat
aktivasi neutrofil, sedangkan NSAID lain menghambat aktivasi tersebut. Konsentrasi
asetaminofen dalam plasma mencapai puncak dalam 30 sampai 60 menit, waktu paruh
dalam plasma sekitar 2 jam setelah dosis terapeutik.

7. Asetosal (Asam Asetilsalisilat/ Acidum Acetylsalicylicum)

Aspirin digunakan sebagai analgesik-antipiretik dan antirematik.Absorpsi


aspirin dalam saluran cerna cepat terutama pada usus kecil dan lambung, dan segera
terhidrolisis menjadi asam salisilat yang aktif.
Mekanisme
Efek Analgesik , antipiretik , dan anti - inflamasi asam asetilsalisilat disebabkan
aksi dari bagian asetil dan salisilat dari molekul utuh serta salisilat metabolit aktif .
Asam asetilsalisilat merupakan inhibitor irreversibel yang langsung menghambat
aktivitas kedua jenis siklooksigenase ( COX - 1 dan COX - 2 ) untuk mengurangi
pembentukan prekursor prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat . Hal ini
membuat asam asetilsalisilat berbeda dari OAINS lainnya (seperti diklofenak dan
ibuprofen ) yang merupakan inhibitor reversibel . Salisilat secara kompetitif dapat
menghambat pembentukan prostaglandin . Antirematik ( nonsteroidal anti -
inflammatory ) tindakan/aksi dari asam asetilsalisilat adalah hasil dari mekanisme
analgesik dan anti -inflamasi , tidak menimbulkan efek terapi karena menstimulasi
hipofisis - adrenal tetapi efeknya adalah agregasi platelet penghambat asam
asetilsalisilat khusus melibatkan kemampuan senyawa untuk bertindak sebagai donor
asetil ke siklooksigenase , salisilat nonacetylated tidak berpengaruh signifikan secara
klinis pada agregasi platelet . Asetilasi ireversibel siklooksigenase membuat tidak
aktif , sehingga mencegah pembentukan tromboksan A2 menggabungkan agen
trombosit . Karena trombosit tidak memiliki kemampuan untuk mensintesis protein
baru , waktu hidup trombosit berkisar ( 7-10 hari ) . Asam asetilsalisilat juga dapat
menghambat produksi agregasi platelet inhibitor , prostasiklin ( prostaglandin I2 ) ,
dengan kapal sel endotel darah , namun penghambatan produksi prostasiklin tidak
permanen, sel endotel dapat menghasilkan banyak siklooksigenase untuk
menggantikan enzim non-fungsional.
Metabolisme

Acetylsalicylic → 1-Salicylate
acid glucuronide

(Drs.Tan Hoan Tjay,Apt& Drs.Kirana Rahardja,Apt,2002)


III. ALAT DAN BAHAN
 Alat
 Plestimograf
 jarum suntik
 Spuit 1ml
 Beker glass
 SondeAquarium kaca
 Kapas
 Neraca Ohaus

 Bahan
 Karagenin 1%
 Larutan suspensi Parasetamol
 Larutan suspensi Na diklofenak
 Larutan suspensi Deksametason
 Larutan suspensi Metilprednisolon
 Larutan suspensi Ibuprofen
 Larutan suspensi Asam Mefenamat
 Larutan suspensiAsetosal
 Aquadest
 Alkohol
 Gliserin

 Hewan Uji

 Tikus putih jantan


IV. SKEMA KERJA
Disiapkan 9 ekor tikus yang telah ditimbang dan dihitung
Vp nya masing-masing

Ditimbang dan diberi tanda kaki kanan belakang sebatas mata kaki

Diukur volume normal kaki kanan belakang (Vn) dengan dicelupkan ke dalam cairan raksa sampai tanda batas di
plestimograf

Kelompok Kelompok
Kelompok Kelompok
Tikus 1 Kelompok H: I: Kelompok
J: K:
dan 2 G: Tikus 4 Tikus 5 Kelompok L : M:
Tikus 6 Tikus 7
(kontrol) Tikus 3 diberi diberi Tikus 8 diberi Tikus 9
diberi diberi
: diberi suspensi suspensi suspensi diberi
suspensi suspensi
Diberi suspensi Asam Natrium Paracetamol suspensi
Dexametha Metil
suspensi Ibuprofen mefenamat Diklofenak dosis 500 mg/ Asetosal
son dosis prednisolon
CMC dosis 200 dosis 500 dosis 50 50kgBB dosis 80 mg/
0,5 mg/ dosis 4 mg/
Na mg/ kgBB mg/ mg/ manusia 70kgBB
50kgBB 50kgBB
0,5% manusia 50kgBB 70kgBB manusia
manusia manusia
manusia manusia

Diinjeksikan larutan karagenin 1% sebanyak 0,05 ml secara subplantar setelah 30 menit

Setiap 30 menit diukur volume kaki kanan

Diketahui volume udema dari selisih volume telapak kaki pada jam-jam tertentu dengan volume telapak kaki normal

Dihitung persen kenaikan volume udema

Dibuat kurva hubungan persen kenaikan volume udema dengan waktu

Dihitung AUC metode trapezoid

Dianalisa dengan analisa varian satu jalan secara statistik, diuji t dengan taraf kepercayaan 95%

Dihitung persen daya antiinflamasi

Dianalisa dengan analisa varian satu jalan secara statistik, diuji t dengan taraf kepercayaan 95%
DATA PENGAMATAN ANTI INFLAMASI

Volume kaki
Perlakuan Tikus V awal
30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’
1 0,27 0,3 0,35 0,46 0,47 0,38 0,4
2 0,41 0,48 0,48 0,46 0,5 0,53 0,5
Kontrol 3 0,24 0,34 0,36 0,39 0,42 0,43 0,43
4 0,34 0,54 0,5 0,47 0,43 0,39 0,35
5 0,34 0,38 0,42 0,47 0,48 0,42 0,44

1. IBUPROFEN

KELOMPO VO Vt1 Vt2 Vt3 Vt4 Vt5 Vt6


K
IBUPROFE
N
1 0,46 0,51 0,50 0,46 0,47 0,46 0,46
2 0,27 0,37 0,37 0,36 0,37 0.36 0,34
3 0,30 0,34 0,38 0,39 0,46 0,39 0,37
4 0,30 0,25 0,32 0,31 0,35 0,37 0,33
5 0,30 0,29 0,36 0,40 0,38 0,37 0,39

2. ASAM MEFENAMAT

KELOMPOK VO Vt1 Vt2 Vt3 Vt4 Vt5 Vt6


ASAM
MEFENAMAT
1 0,38 0,39 0,46 0,48 0,48 0,46 0,42
2 0,31 0,34 0,36 0,35 0,32 0,31 0,31
3 0,35 0,38 0,38 0,37 0,36 0,35 0,35
4 0,22 0,33 0,37 0,44 0,37 0,36 0,29
5 0,30 0,35 0,45 0,41 0,40 0,35 0,30
3. NA DIKLOFENAK

KELOMPOK VO Vt1 Vt2 Vt3 Vt4 Vt5 Vt6


NA.DIKLOFENAK
1 0,25 0,23 0,28 0,27 0,32 0,24 0,31
2 0,38 0,56 0,50 0,46 0,45 0,42 0,37
3 0,32 0,38 0,40 0,41 0,41 0,45 0,45
4 0,27 0,32 0,31 0,31 0,29 0,29 0,28
5 0,39 0,41 0,47 0,42 0,41 0,41 0,40

4. DEXAMETHASON

KELOMPOK VO Vt1 Vt2 Vt3 Vt4 Vt5 Vt6


DEXAMETHASON
1 0.30 0.32 0.38 0.36 0.35 0.32 0.31
2 0.20 0.28 0.35 0.38 0.33 0.30 0.32
3 0.20 0.30 0.39 0.31 0.22 0.21 0.27
4 0.18 0.28 0.31 0.28 0.38 0.39 0.38
5 0.16 0.24 0.25 0.26 0.25 0.24 0.25

5. METILPREDNISOLON

KELOMPO VO Vt1 Vt2 Vt3 Vt4 Vt5 Vt6


K METYL
PREDNSO
N
1 0.3 0.64 0.45 0.44 0.38 0.31 0.28
2 0.45 0.49 0.53 0.58 0.54 0.59 0.58
3 0.38 0.49 0.48 0.47 0.45 0.48 0.47
4 0.2 0.47 0.40 0.37 0.36 0.32 0.28
5 0.3 0.41 0.43 0.46 0.48 0.36 0.40
6. PARACETAMOL

KELOMPO VO Vt1 Vt2 Vt3 Vt4 Vt5 Vt6


K PCT
1 0,36 0,38 0,42 0,375 0,32 0,32 0,38
2 0,35 0,45 0,48 0,50 0,51 0,55 0,46
3 0,35 0,45 0,45 0,39 0,37 0,36 0,34
4 0,31 0,39 0,34 0,33 0,33 0,31 0,31
5 0,28 0,34 0,31 0,29 0,29 0,30 0,30

7. ASETOSAL

Kelompok V awl Volume kaki


ASETOSAL 30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’
1 0.30 0.35 0.40 0.43 0.42 0.47 0.49
2 0.31 0.32 0.38 0.45 0.48 0.48 0.49
3 0.43 0.44 0.45 0.5 0.48 0.43 0.49
4 0.23 0.38 0.40 0.49 0.40 0.40 0.31
5 0.33 0.43 0.43 0.40 0.42 0.38 0.45
Volume udema (Vu = Vt – Vn)
Obat Vu t1 Vu t2 Vu t3 Vu t4 Vu t5 Vu t6
KONTROL 0,03 0,08 0,19 0,2 0,11 0,13
0,07 0,07 0,05 0,09 0,12 0,19
0,1 0,12 0,15 0,18 0,19 0,19
0,2 0,16 0,13 0,09 0,05 0,01
0,04 0,08 0,13 0,14 0,08 0,1
IBUPROFEN 0,05 0,04 0 0,01 0 0
0,1 0,1 0,09 0,1 0,09 0,07
0,04 0,08 0,09 0,16 0,09 0,07
-0,05 0,02 0,01 0,05 0,07 0,03
-0,01 0,06 0,1 0,08 0,07 0,09
ASAM 0,01 0,08 0,1 0,1 0,08 0,04
MEFENAMAT 0,03 0,05 0,04 0,01 0 0
0,03 0,03 0,02 0,01 0 0
0,11 0,15 0,22 0,15 0,14 0,07
0,05 0,15 0,11 0,1 0,05 0
NA. -0,02 0,03 0,02 0,07 -0,01 0,06
DIKLOFENAK 0,18 0,12 0,08 0,07 0,04 -0,01
0,06 0,08 0,09 0,09 0,13 0,13
0,05 0,04 0,04 0,02 0,02 0,01
0,02 0,08 0,03 0,02 0,02 0,01
DEXAMETHASON 0,02 0,08 0,06 0,05 0,02 0,01
0,08 0,15 0,18 0,13 0,1 0,12
0,1 0,19 0,11 0,02 0,01 0,07
0,1 0,13 0,1 0,02 0,21 0,2
0,08 0,09 0,1 0,09 0,08 0,09
METYL 0,16 0,15 0,14 0,08 0,01 -0,02
PREDNISON 0,04 0,08 0,13 0,09 0,14 0,13
0,11 0,1 0,09 0,07 0,1 0,09
0,27 0,2 0,17 0,16 0,12 0,08
0,11 0,13 0,16 0,18 0,06 0,1
PARACETAMOL 0,02 0,06 0,015 -0,04 -0,04 0,02
0,1 0,05 0,15 0,16 0,2 0,11
0,1 0,1 0,04 0,02 0,01 -0,01c
0,08 0,03 0,02 0,02 0 0
0,06 0,03 0,01 0,01 0,02 0,02
ASETOSAL 0,05 0,1 0,13 0,12 0,17 0,19
0,01 0,07 0,14 0,17 0,17 0,18
0,01 0,02 0,07 0,05 0 0,06
0,15 0,17 0,26 0,17 0,17 0,08
0,1 0,1 0,07 0,09 0,05 0,12

Perhitungan %KVU = Vu /Vn x 100%


No. Kelompok Vt1 Vt2 Vt3 Vt4 Vt5 Vt6
1 11.11 29.63 70.37 74.07 40.74 48.15
2 17.07 17.07 12.19 21.95 29.27 46.34
3 Kontrol 41.67 29.27 62.5 75 79.17 100
4 58.82 47.06 38.23 26.47 14.7 2.94
5 11.76 23.53 38.23 41.18 23.53 29.41
1 10.86 10.69 0 2.17 0 0
2 37.03 37.03 33.33 37.03 33.33 25.92
3 Ibuprofen 13.33 26.67 30 53.33 30 23.33
4 -16.67 6.67 3.33 16.67 23.33 10
5 -3.33 20 33.33 26.67 23.33 30
1 2.63 21.05 26.31 26.31 26.31 10.52
2 9.67 16.13 12.9 3.22 0 0
3 Asam Mefenamat 8.57 8.57 5.71 2.85 0 0
4 50 68.18 100 68.18 63.63 31.81
5 16.67 50 36.67 33.33 16.67 0
1 -8 12 8 28 -4 24
2 47.37 31.58 21.05 18.42 10.53 -2.63
Natrium Diklofenak
3 18.75 25 28.13 28.13 40.63 40.63
4 18.52 14.81 14.81 7.41 7.41 3.7
5 5.13 20.51 7.69 5.13 5.13 2.56
1 6.67 26.67 20 16.67 6.67 3.33
2 40 75 90 65 50 60
3 Deksametason 50 95 55 10 5 35
4 55.56 72.22 55.56 111.11 100 111.11
5 50 56.25 62.5 56.25 50 56.25
1 53.33 50 46.67 26.67 3.33 -6.67
2 8.89 17.78 -15.56 -24.44 -13.33 28.89
3 Metil Prednisolon 28.95 26.32 23.68 13.16 26.32 23.68
4 135 115 85 80 60 40
5 36.67 43.33 53.33 60 20 33.33
1 5.56 16.67 2.78 -11.11 -11.11 5.56
2 10 14.29 42.86 45.71 57.14 31.42
3 Paracetamol 10 10 11.42 5.71 2.85 -2.85
4 25.8 9.67 6.45 6.45 0 0
5 21.42 10.71 3.57 3.57 7.14 7.14
1 16.67 33.33 43.33 40 56.67 63.33
2 3.22 22.5 45.16 54.83 54.83 58.06
3 Acetosal 2.32 4.65 16.27 11.62 0 13.85
4 65.21 73.91 113.04 73.91 73.91 34.78
5 30.3 30.3 30.3 27.27 15.15 24.24

Perhitungan AUC
Vu tn + Vu tn−1
AUC = × ( tn – (tn-1))
2

1. KONTROL
 Tikus 1
AUC 3060 = (0,03 + 0,08 ) / 2 x 30 = 1,65
90
AUC 60 = (0,08 + 0,19) / 2 x 30 = 4,05
120
AUC 90 = (0,19 + 0,2) / 2 x 30 = 5,85
AUC 120150 = (0,2 + 0,11)/2 x 30 = 4,65
180
AUC 150 = (0,11 + 0,13)/2 x 30 = 3,6
AUC total = 19,8

 Tikus 2
AUC 30 60 = ( 0,07 + 0,07)/2 x 30 = 2,1
AUC 60 90 = (0,07 + 0,05)/2 x30 = 1,8
AUC 90 120 = (0,05 + 0,09)/2 x 30 = 2,1
AUC 120 150 = (0,09 + 0,12)/2 x 30 = 3,15
AUC 150 180 = (0,12 + 0,19)/2 x 30 = 4,65
AUC total = 13,8

 Tikus 3
AUC 30 60 = (0,1 + 0,12)/2 x 30 = 3,3
AUC 60 90 = (0,12 + 0,15)/2 x30 = 4,05
AUC 90 120 = (0,15 +0,18)/2 x 30 = 4,95
AUC 120 150 = (0,18 + 0,19)/2 x 30 = 5,55
AUC 150 180 = (0,19 + 0,19)/2 x 30 = 5,7
AUC total = 23,55

 Tikus 4
AUC 30 60 = (0,2 + 0,16)/2 x 30 = 5,4
AUC 60 90 = (0,16 + 0,13)/2 x 30 = 4,35
AUC 90 120 = (0,13 + 0,09)/2 x 30 = 3,3
AUC 120 150 = (0,09 + 0,05)/2 x 30 = 2,1
AUC 150 180 = (0,05 + 0,01)/2 x 30 = 0,9
AUC total = 16,05

 Tikus 5
AUC 30 60 = (0,04 + 0,08)/2 x 30 = 1,8
AUC 60 90 = (0,08 + 0,13)/2 x 30 = 3,15
AUC 90 120 = (0,13 + 0,14)/2 x 30 = 4,05
AUC 120 150 = (0,14 + 0,08)/2 x 30 = 3,3
AUC 150 180 = (0,08 + 0,1)/2 x 30 = 2,7
AUC total = 15

Rata-rata AUC total = 17,64

2. IBUPROFEN
 Tikus 1
0,04 + 0,05
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 1,35
2
0 + 0,04
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 0,6
2
0,01+ 0
AUC 90-120 = ×(120-90) = 0,15
2
0+ 0,01
AUC 120-150 = ×(150-120) = 0,15
2
0+0
AUC 150-180 = ×(180-150) = 0
2

AUC total= 2,25


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-2,25)/17,64 x 100 % = 87,23%

 Tikus 2
0,1 + 0,1
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 3
2
0,09 + 0,1
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 2,85
2
0,1+ 0,09
AUC 90-120 = ×(120-90) = 2,85
2
0,09+ 0,01
AUC 120-150 = ×(150-120) = 2,85
2
0,07 + 0,09
AUC 150-180 = ×(180-150) = 2,4
2

AUC total= 13,95


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-13,95)/17,64 x 100 % = 20,90%

 Tikus 3
0,08 + 0,04
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 1,8
2
0,09+ 0,08
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 2,55
2
0,16+ 0,09
AUC 90-120 = ×(120-90) = 3,75
2
0,09+ 0,16
AUC 120-150 = ×(150-120) = 3,75
2
0,07 + 0,09
AUC 150-180 = ×(180-150) = 2,4
2

AUC total= 14,25


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-14,25)/17,64 x 100 % = 19,21%

 Tikus 4
0,02 +(−0,05)
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = -0,45
2
0,01 + 0,02
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 0,45
2
0,05+ 0,01
AUC 90-120 = ×(120-90) = 0,9
2
0,07+ 0,5
AUC 120-150 = ×(150-120) =1,8
2
0,03+ 0,07
AUC 150-180 = ×(180-150) = 1,5
2

AUC total= 4,2


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-4,2)/17,64 x 100 % = 76,19%

 Tikus 5
0,06 +(−0,01)
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 0,75
2
0,01 + 0,06
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 2,4
2
0,08+ 0,1
AUC 90-120 = ×(120-90) = 2,7
2
0,07+ 0,08
AUC 120-150 = ×(150-120) = 2,25
2
0,09 + 0,07
AUC 150-180 = ×(180-150) = 2,4
2

AUC total = 10,5


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-10,5)/17,64 x 100 % = 40,47%

3. ASAM MEFENAMAT
 Tikus 1
0,01 + 0,08
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 1,35
2
0,08+ 0,01
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 2,7
2
0,1+ 0,1
AUC 90-120 = ×(120-90) = 3
2
0,1+ 0,08
AUC 120-150 = ×(150-120) = 2,7
2
0,08+ 0,04
AUC 150-180 = ×(180-150) = 1,8
2

AUC total= 11,55


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-11,55)/17,64 x 100 % = 34,52 %

 Tikus 2
0,03 + 0,05
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 1,2
2
0,05 + 0,04
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 1,35
2
0,04+ 0,01
AUC 90-120 = ×(120-90) = 0,75
2
0,01+ 0
AUC 120-150 = ×(150-120) = 0,15
2
0+ 0
AUC 150-180 = ×(180-150) = 0
2

AUC total= 3,45


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-3,45)/17,64 x 100 % = 80,44%

 Tikus 3
0,03+ 0,03
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 0,9
2
0,03 + 0,02
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 0,75
2
0,02+ 0,01
AUC 90-120 = ×(120-90) = 0,45
2
0,02+ 0,01
AUC 120-150 = ×(150-120) = 0,15
2
0+ 0
AUC 150-180 = ×(180-150) = 0
2

AUC total= 2,25


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-2,25)/17,64 x 100 % = 87,24%

 Tikus 4
0,11+ 0,15
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 3,9
2
0,15+ 0,22
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 5,55
2
0,22+ 0,15
AUC 90-120 = ×(120-90) = 5,55
2
0,15+ 0,14
AUC 120-150 = ×(150-120) =4,35
2
0,14+ 0,07
AUC 150-180 = ×(180-150) =3,15
2

AUC total= 22,5


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-22,5)/17,64 x 100 % = -2,75%
 Tikus 5
0,05+ 0,15
AUC 30-60 = ×(60 – 30) =3
2
0,15+ 0,11
AUC 60-90 = ×(90- 60) =3,9
2
0,11+ 0,1
AUC 90-120 = ×(120-90) = 3,15
2
0,1+ 0,5
AUC 120-150 = ×(150-120) =9
2
0,5+ 0
AUC 150-180 = ×(180-150) =7,5
2

AUC total= 26,55


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-26,55)/17,64 x 100 % = -52,21 %

4. NA.DIKLOFENAK
 Tikus 1
AUC_30^60 = (-0,02+0,03)/2x ( 60-30 ) = 0,15
AUC_60^90 = (0,02+0,03)/2 x ( 90-60 ) = 0,75
AUC_90^120 = (0,07+0,02)/2 x ( 120-90 ) = 1,35
AUC_120^150 = (-0,01+0,07))/2 x ( 150-120 ) = 0,9
AUC_150^180 = (0,06+(-0,01))/2 x ( 180-150 )= 0,75
AUC Total = 3,9
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-3,9)/17,64 x 100 % = 77,89%

 Tikus 2
AUC_30^60 = (0,12+0,18)/2x ( 60-30 ) = 4,5
AUC_60^90 = (0,08+0,12)/2 x ( 90-60 ) = 3
AUC_90^120 = (0,07+0,08)/2 x ( 120-90 ) = 2,25
AUC_120^150 = (0,04+0,07)/2 x ( 150-120 ) = 1,65
AUC_150^180 = (-0,01+0,04)/2 x ( 180-150 )= 0,45

AUC Total = 11,85


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-11,85)/17,64 x 100 % = 32,82%
 Tikus 3
AUC_30^60 = (0,08+0,06)/2x ( 60-30 ) = 2,1
AUC_60^90 = (0,09+0,08)/2 x ( 90-60 ) = 2,55
AUC_90^120 = (0,09+0,09)/2 x ( 120-90 ) = 2,7
AUC_120^150 = (0,13+0,09))/2 x ( 150-120 ) = 3,3
AUC_150^180 = (0,13+0,13)/2 x ( 180-150 )= 3,9
AUC Total = 14,55
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-14,55)/17,64 x 100 % = 17,51%

 Tikus 4
AUC_30^60 = (0,04+0,05)/2x ( 60-30 ) = 1,35
AUC_60^90 = (0,04+0,04)/2 x ( 90-60 ) = 1,2
AUC_90^120 = (0,02+0,04)/2 x ( 120-90 ) = 0,9
AUC_120^150 = (0,02+0,02)/2 x ( 150-120 ) = 0,6
AUC_150^180 = (0,01+0,02)/2 x ( 180-150 )= 0,45
AUC Total = 4,5
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-4,5)/17,64 x 100 % = 74,48%

 Tikus 5
AUC_30^60 = (0,08+0,02)/2x ( 60-30 ) = 1,5
AUC_60^90 = (0,03+0,08)/2 x ( 90-60 ) = 1,65
AUC_90^120 = (0,02+0,03)/2 x ( 120-90 ) = 0,75
AUC_120^150 = (0,02+0,02)/2 x ( 150-120 ) = 0,6
AUC_150^180 = (0,01+0,02)/2 x ( 180-150 )= 0,45
AUC Total = 4,95
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-4,95)/17,64 x 100 % = 71,93%

5. DEXAMETHASON
 Tikus 1
0,08 + 0,02
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 1,5
2
0,06+ 0,08
AUC 60-90 = ×(90- 60) =2,1
2
0,05+ 0,06
AUC 90-120 = ×(120-90) =1,65
2
0,02+ 0,05
AUC 120-150 = ×(150-120) =1,05
2
0,01 + 0,02
AUC 150-180 = ×(180-150) =0,45
2

AUC total= 6.75


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-6,75)/17,64 x 100 % = 61,73%

 Tikus 2
0,15 + 0,08
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 3,45
2
0,18 + 0,15
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 4,95
2
0,13+ 0,18
AUC 90-120 = ×(120-90) = 4,65
2
0,1+ 0,13
AUC 120-150 = ×(150-120) = 3,40
2
0,12 + 0,1
AUC 150-180 = ×(180-150) = 3,3
2

AUC total= 19,75


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-19,75)/17,64 x 100 % = - 12,24%

 Tikus 3
0,19+ 0,1
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 4,35
2
0,11 + 0,19
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 4,5
2
0,02+ 0,11
AUC 90-120 = ×(120-90) = 1,95
2
0,01+ 0,02
AUC 120-150 = ×(150-120) =0,45
2
0,07+ 0,01
AUC 150-180 = ×(180-150) =1,2
2

AUC total= 12,45


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-12,45)/17,64 x 100 % = 29,42%
 Tikus 4
0,13+ 0,1
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 3,45
2
0,1+ 0,13
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 3,45
2
0,02+ 0,1
AUC 90-120 = ×(120-90) = 4,5
2
0,21+ 0,2
AUC 120-150 = ×(150-120) = 6,15
2
0,2+ 0,21
AUC 150-180 = ×(180-150) = 6,15
2

AUC total= 23,7


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-23,7)/17,64 x 100 % = -34,35%

 Tikus 5
0,9+ 0,08
AUC 30-60 = ×(60 – 30) = 2,55
2
0,1+ 0,09
AUC 60-90 = ×(90- 60) = 2,85
2
0,09+ 0,1
AUC 90-120 = ×(120-90) = 2,85
2
0,08+ 0,09
AUC 120-150 = ×(150-120) = 2,55
2
0,09+ 0,08
AUC 150-180 = ×(180-150) = 2,55
2

AUC total = 13,35


% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-13,35)/17,64 x 100 % = 24,31%

6. METHYL PREDNISOLON
 Tikus 1
AUC_30^60 = (0,15+0,16)/2x ( 60-30 ) = 4,65
AUC_60^90 = (0,14+0,15)/2 x ( 90-60 ) = 4,35
AUC_90^120 = (0,08+0,14)/2 x ( 120-90 ) = 3,3
AUC_120^150 = (0,01+0,08)/2 x ( 150-120 ) = 1,35
AUC_150^180 = (-0,02+0,01)/2 x ( 180-150 )= -0,15
AUC Total = 13,5
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-13,5)/17,64 x 100% = 23,47%
 Tikus 2
AUC_30^60 = (0,08+0,04)/2x ( 60-30 ) = 1,8
AUC_60^90 = (0,13+0,08)/2 x ( 90-60 ) = 3,15
AUC_90^120 = (0,09+0,13)/2 x ( 120-90 ) = 3,3
AUC_120^150 = (0,14+0,09)/2 x ( 150-120 ) = 3,45
AUC_150^180 = (0,13+0,14)/2 x ( 180-150 ) = 4,05
AUC Total = 15,75
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-15,75)/17,64 x 100 % = 10,71%

 Tikus 3
AUC_30^60 = (0,10+0,11)/2x ( 60-30 ) = 3,15
AUC_60^90 = (0,09+0,10)/2 x ( 90-60 ) = 2,85
AUC_90^120 = (0,07+0,09)/2 x( 120-90 ) = 2,4
AUC_120^150 = (0,10+0,07)/2 x ( 150-120 ) = 2,55
AUC_150^180 = (0,09+0,10)/2 x ( 180-150 ) = 2,85
AUC Total = 13,8
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-13,8)/17,64 x 100% = 21,77%

 Tikus 4
AUC_30^60 = (0,2+0,27)/2x ( 60-30 ) = 7,05
AUC_60^90 = (0,17+0,2)/2 x ( 90-60 ) = 5,55
AUC_90^120 = (0,16+0,17)/2 x ( 120-90 ) = 4,95
AUC_120^150 = (0,12+0,16)/2 x ( 150-120 ) = 4,2
AUC_150^180 = (0,08+0,12)/2 x ( 180-150 ) = 3
AUC Total = 24,75
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-24,75)/17,64 x 100% = 40,31%

 Tikus 5
AUC_30^60 = (0,13+0,11)/2x ( 60-30 ) = 3,6
AUC_60^90 = (0,16+0,13)/2 x ( 90-60 ) = 4,35
AUC_90^120 = (0,18+ 0,16)/2 x ( 120-90 )= 5,1
AUC_120^150 = (0,06+0,18)/2 x ( 150-120 )= 3,6
AUC_150^180 = (0,10+0,06)/2 x ( 180-150)= 2,4
AUC Total =19,05
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
(17,64-19,05)/17,64 x 100 % = 7,99%

7. PARACETAMOL
 Tikus 1
AUC_1^2 = (0,02+0,06)/2 x ( 60-30 ) = 1,2
AUC_2^3 = (0,06+0,015)/2 x ( 90-60 ) = 1,125
AUC_3^4 = (0,015+(-0,04))/2 x ( 120-90 ) = -0,375
AUC_4^5 = ((-0,04)+(-0,04))/2 x ( 150-120 )= -1,2
AUC_5^6 = ((-0,04)+0,02)/2 x ( 180-150 )= -0,3
AUC Total = 0,45
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
= (17,64-0,45)/17,64 = 97,44%

 Tikus 2
AUC_1^2 = (0,10+0,05)/2 x ( 60-30 ) = 2,25
AUC_2^3 = (0,05+0,15)/2 x ( 90-60 ) = 3.0
AUC_3^4 = (0,15+0,16)/2 x ( 120-90 ) = 4,65
AUC_4^5 = (0,16+0,20)/2 x ( 150-120 )= 5,4
AUC_5^6 = (0,20+ 0,11)/2 x ( 180-150 )= 4,65
AUC Total = 19,95
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
= (17,64-19,95)/17,64=13,10%

 Tikus 3
AUC_1^2 = (0,10+0,10)/2 x ( 60-30 ) = 3,0
AUC_2^3 = (0,10+0,04)/2 x( 90-60 ) = 2,1
AUC_3^4 = (0,04+0,02)/2 x ( 120-90 ) = 0,90
AUC_4^5 = (0,02+0,01)/2 x ( 150-120 )= 0,45
AUC_5^6 = (0,01+(-0,01))/2 x ( 180-150 )= 0,0
AUC Total = 6,45
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
=(17,64-6,45)/17,64= 63,43%

 Tikus 4
AUC_1^2 = (0,08+0,03)/2 x ( 60-30 ) = 1,65
AUC_2^3 = (0,03+0,02)/2 x ( 90-60 ) = 0,75
AUC_3^4 = (0,02+0,02)/L2 x ( 120-90 ) = 0,6
AUC_4^5 = (0,02+0,0)/2 x ( 150-120 )= 0,3
AUC_5^6 = (0,0+0,0)/2 x ( 180-150 )= 0,0
AUC Total = 3,3
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
=(17,64-3,3)/17,64= 81,30%

 Tikus 5
AUC_1^2 = (0,06+0,03)/2 x ( 60-30 ) = 1,35
AUC_2^3 = (0,03+ 0,01)/2 x ( 90-60 ) = 0,6
AUC_3^4 = (0,01+0,01)/2 x ( 120-90 ) = 0,3
AUC_4^5 = (0,01+0,02)/2 x ( 150-120 )= 0,45
AUC_5^6 = (0,02+0,02)/2 x ( 180-150 )= 0,6
AUC Total = 3,3
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol
=(17,64-3,3)/17,64 = 81,30%

8. ASETOSAL
 Tikus 1
AUC_30^60 = (0,05+0,1)/2x ( 60-30 ) = 2,25
AUC_60^90 = (0,1+0,13)/2 x ( 90-60 ) = 3,45
AUC_90^120 = (0,13+0,12)/2 x ( 120-90 )= 3,75
AUC_120^150 = (0,12+0,17)/2 x ( 150-120 )= 4,35
AUC_150^180 = (0,17+0,19)/2 x ( 180-150 )= 5,4
AUC Total = 19,2
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol ×100%
( 17,64-19,2)/17,64×100% = -8,84 %
 Tikus 2
AUC_30^60 = (0,01+0,07)/2x ( 60-30 ) = 1,2
AUC_60^90 = (0,07+0,14)/2 x ( 90-60 ) = 3,15
AUC_90^120 = (0,14+0,17)/2 x ( 120-90 )= 4,65
AUC_120^150 = (0,17+0,17)/2 x ( 150-120 )= 5,1
AUC_150^180 = (0,17+0,18)/2 x ( 180-150 )= 5,25
AUC Total = 19,35
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol ×100%
(17,64-19,35)/17,64×100% = -9,69%

 Tikus 3
AUC_30^60 = (0,01+0,02)/2x ( 60-30 ) = 0,45
AUC_60^90 = (0,02+0,07)/2 x ( 90-60 ) = 1,35
AUC_90^120 = (0,07+0,05)/2 x ( 120-90 )= 1,8
AUC_120^150 = (0,05+0)/2 x ( 150-120 )= 0,75
AUC_150^180 = (0+0,06)/2 x ( 180-150 )= 0,90
AUC Total = 5,25
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol ×100%
(17,64-5,25)/17,54×100% = 70,64%

 Tikus 4
AUC_30^60 = (0,15+0,17)/2x ( 60-30 ) = 4,8
AUC_60^90 = (0,17+0,26)/2 x ( 90-60 ) = 6,45
AUC_90^120 = (0,26+0,17)/2 x ( 120-90 )= 6,45
AUC_120^150 = (0,17+0,17)/2 x ( 150-120 )= 5,1
AUC_150^180 = (0,17+0,08)/2 x ( 180-150 )= 3,75
AUC Total = 26,55
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol ×100%
(17,64-26,55)/17,64×100% = -50,51%

 Tikus 5
AUC_30^60 = (0,10+0,10)/2x ( 60-30 ) =3
AUC_60^90 = (0,10+0,07)/2 x ( 90-60 ) = 2,55
AUC_90^120 = (0,07+0,09)/2 x ( 120-90 )= 2,4
AUC_120^150 = (0,09+0,05)/2 x ( 150-120 )= 2,1
AUC_150^180 = (0,05+0,12)/2 x ( 180-150 )= 2,55
AUC Total = 12,6
% Daya Anti Inflamasi = (AUCkontrol-AUCuji)/AUCkontrol ×100%
(17,64-12,6)/17,64×100% = 28,57 %

Kurva hubungan volume udema vs waktu

V. PERHITUNGAN

 Ibuprofen
 Dosis Ibuprofen = 200 mg/50 kgBB
70 𝑘𝑔
 Dosis manusia = 50 𝑘𝑔 × 200 𝑚𝑔 = 280 𝑚𝑔/70 𝑘𝑔𝐵𝐵

 Dosis tikus 200 g = 0,018 x 280 mg = 5,04 mg/200 g tikus


 Misal BB tikus terbesar 260 g
260 𝑔
 Dosis = 200 𝑔 × 5,04 = 6,552 𝑚𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 ,6,552 𝑚𝑔
 Konsentrasi Stok = 1 = 1 = 2,62 mg/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑔
2 2
 Asam Mefenamat
 Dosis Asam mefenamat = 500 mg/50 kgBB
70 𝑘𝑔
 Dosis manusia = 50 𝑘𝑔 × 500 𝑚𝑔 = 700 𝑚𝑔/70 𝑘𝑔𝐵𝐵

 Dosis tikus 200 g = 0,018 x 700mg = 12,6 mg/200 g tikus


 Misal BB tikus terbesar 205,2 g
205,2 𝑔
 Dosis = × 12,6 = 12,92 𝑚𝑔
200 𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 12,92 𝑚𝑔
 Konsentrasi Stok = 1 = 1 = 5,168 mg/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑔
2 2

 Na.Diklofenak
 Dosis Ibuprofen = 50 mg/tab
 Dosis manusia = 50 𝑚𝑔/70 𝑘𝑔𝐵𝐵
 Dosis tikus 200 g = 0,018 x 50 mg = 0,9 mg/200 g tikus
 Misal BB tikus terbesar 214 g
214 𝑔
 Dosis = 200 𝑔 × 0,9 = 0,963 𝑚𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 0,963 𝑚𝑔
 Konsentrasi Stok = 1 = 1 = 0,3852 mg/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑔
2 2

 Dexamethason
 Dosis Dexamethason = 0,5 mg/50 kgBB
70 𝑘𝑔
 Dosis manusia = 50 𝑘𝑔 × 0,5 𝑚𝑔 = 0,7 𝑚𝑔/70 𝑘𝑔𝐵𝐵

 Dosis tikus 200 g = 0,018 x 0,7 mg = 0,0126mg/200 g tikus

 Metilprednisolon
 Dosis Ibuprofen = 4 mg/50 kgBB
70 𝑘𝑔
 Dosis manusia = 50 𝑘𝑔 × 4 𝑚𝑔 = 5,6 𝑚𝑔/70 𝑘𝑔𝐵𝐵

 Dosis tikus 200 g = 0,018 x 5,6mg = 0,1008 mg/200 g tikus


 Misal BB tikus terbesar 255 g
255 𝑔
 Dosis = 200 𝑔 × 0,1008 = 0,129 𝑚𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 0,129 𝑚𝑔
 Konsentrasi Stok = 1 = 1 = 0,0516 mg/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑔
2 2
 Parasetamol
 Dosis Parasetamol = 500 mg/50 kgBB
70 𝑘𝑔
 Dosis manusia = 50 𝑘𝑔 × 500 𝑚𝑔 = 700 𝑚𝑔/70 𝑘𝑔𝐵𝐵

 Dosis tikus 200 g = 0,018 x 700mg = 12,6 mg/200 g tikus


 Misal BB tikus terbesar 250 g
250 𝑔
 Dosis = 200 𝑔 × 12,6 𝑚𝑔 = 15,75 𝑚𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 15,75 𝑚𝑔
 Konsentrasi Stok = 1 = 1 = 6,3 mg/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑔
2 2

 Berat badan tikus1 = 254,6 g


254,6 𝑔
 Dosis tikus = × 12,6 𝑚𝑔 = 16,04 𝑚𝑔
200 𝑔
16,04 𝑚𝑔
 Vp tikus = 6,3 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,54 𝑚𝑙 ~ 2,5 𝑚𝑙

 Berat badan tikus 2 = 217,1 g


217,1 𝑔
 Dosis tikus = × 12,6 𝑚𝑔 = 13,67 𝑚𝑔
200 𝑔
13,67 𝑚𝑔
 Vp tikus = 6,3 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,17 𝑚𝑙 ~2,1 𝑚𝑙

 Berat badan tikus 3 = 181,6 g


181,6 𝑔
 Dosis tikus = × 12,6 𝑚𝑔 = 11,44 𝑚𝑔
200 𝑔
11,44 𝑚𝑔
 Vp tikus = 6,3 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 1,82 𝑚𝑙 ~ 1,8 𝑚𝑙

 Asetosal
 Dosis Asetosal = 200 mg/50 kgBB
70 𝑘𝑔
 Dosis manusia = 50 𝑘𝑔 × 200 𝑚𝑔 = 280 𝑚𝑔/70 𝑘𝑔𝐵𝐵

 Dosis tikus 200 g = 0,018 x 200 mg = 5,04 mg/200 g tikus


 Misal BB tikus terbesar 242 g
242 𝑔
 Dosis = × 5,04 = 6,0984 𝑚𝑔⁄242 𝑔 𝐵𝐵 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 𝑚𝑔
200 𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 6,0984 𝑚𝑔
 Konsentrasi Stok = 1 = 1 = 2,44 mg/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑔
2 2
DATA PERHITUNGAN ANAVA 1 JALAN DAI

KONTROL G H I J K L M
1 19,8 87,23 34,52 77,89 61,73 22,68 97,44 -8,84
2 13,8 20,90 80,44 32,82 -12,24 10,71 -13,09 -9,69
3 23,55 19,21 87,24 17,51 29,42 21,76 63,43 70,23
4 16,05 76,19 -2,75 74,48 -34,35 40,30 81,29 -50,51
5 15 40,47 -52,21 71,93 24,31 -7,99 81,29 28,57
x̄ 17,64 48,8 29,448 54,926 13,774 1,372 62,072 5,952
∑X 88,2 244 147,24 274,63 68,87 6,86 310,36 29,76
∑X2 1619,685 15857,644 18006,488 18171,799 6596,845 2790,51 26905,394 8471,799
n 5 5 5 5 5 55 5 5

∑XT = 1169,92

∑X2T = 98420,168

N =40

a. JK Keseluruhan
(∑XT)2 (1169,92)2
∑X2t = ∑X2T - = 98420,168 – =64202,347
N 40

b. JK Antar Kelompok
(∑X1)2 (∑X2)2 (∑X3)2 (∑X4)2 (∑X5)2 (∑X6)2 (∑X7)2 (∑X8)2 (∑XT)2
∑X2b = + + + + + + + -
𝑛1 𝑛2 𝑛3 𝑛4 𝑛5 n6 n7 n8 N

=
(88,2)2 (244)2 (147,24)2 (274,63)2 (68,87)2 (6,86)2 (310,36)2 (29,76)2
= + + + + + + + -
5 5 5 5 5 5 5 5
(1169,92)2
40

= 19065,3
c. Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
∑XW = ∑X2t - ∑X2b
= a- b
= 64202,347 – 19065,3
=45137,047
d. Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
∑X2b 19065,3
RJK b = (𝐾−1) = = 2723,61
(8−1)

e. Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok


∑X2w 45137,047
RJK w = (𝑁−𝐾) = = 1410,53
(40−8)

f. F Hitung
𝑅𝐽𝐾𝑏 2723,61
= 1410,53 = 1,93
𝑅𝐽𝐾𝑤

g. F Tabel
K–1=8–1=7

2,32
N – K = 40 – 8 = 9

F Hitung (1,93) <f Tabel (2,32) maka “ tidak ada perbedaan antar kelompok “
terhadap pengaruh obat yang memiliki efek daya antiinflamasi

VI. PEMBAHASAN
Inflamasi diartikan sebagai suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme
yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
Nyeri/ inflamasi timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer
maupun sentral. Adanya pencederaan jaringan akan membebaskan berbagai jenis mediator
inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin, histamin dan sebagainya. Mediator inflamasi
dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri. Berawal dari perubahan
fosfolipid menjadi asam arakidonat yang merupakan substrat bagi enzim prostaglandin
endoperoxide synthase (PGHS; COX, cyclooxygenase) menjadi PGG2, dan reduksi
peroxidative PGG2 menjadi PGH2.
Selanjutnya sebagai bahan baku prostaglandin, endoperoxide PGH2 dirubah
menjadi berbagai prostaglandin. Saat ini dikenal dua iso-enzim COX, yaitu COX-1 dan
COX-2. COX-1 sebagai enzim "constitutive" merubah PGH2 menjadi berbagai jenis
prostaglandin (PGI2, PGE2) dan tromboxan (TXA2) yang dibutuhkan dalam fungsi
homeostatis. COX-2 yang terdapat di dalam sel-sel imun (macrophage dll), sel
endotel pembuluh darah dan fibroblast sinovial, sangat mudah diinduksi oleh berbagai
mekanisme, akan merubah PGH2 menjadi PGE2 yang berperan dalam kejadian inflamasi,
nyeri dan demam. Oleh karena itu COX-2 dikenal sebagai enzim
"inducible". Pada kenyataannya, baik COX-1 dan COX-2 adalah isoenzim yang dapat
diinduksi
Golongan obat AINS bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase,
sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin
Prostaglandin sendiri merupakan sediaan pro-inflamasi, tetapi juga merupakan sediaan
gastroprotektor. Oleh karena AINS dengan selektivitas menghambat COX-2, maka sediaan
ini diduga bebas dari efek samping yang menakutkan pada saluran cerna.
Sedangkan antiinflamasi golongan steroid, terutama glukokortikoid yang menginduksi
pelepasan protein spesifik (lipocortin atau lipomodulin) dari leukosit. Lipocortin kemudian
akan menghambat enzim fosfolipase A2 yang berperan dalam produksi asam arachidonat dari
membran sel.
Untuk percobaan kali ini, tiap kelompok disediakan 3 ekor tikus yang sudah di
ukur berat badannya. Kemudian di puasakan terlebih dahulu selama 24 jam. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi variasi biologis yang mungkin dapat terjadi sehingga efek obat yang
diinginkan dapat cepat diamati. Selanjutnya mencit di induksi dengan karagenin (digunakan
karagenin karena karagenin bersifat sebagai pengembang, tidak diabsorbsi, tidak merusak sel,
jika karagenin habis maka sel akan kembali ke bentuk semula) pada kaki tikus hingga
kelihatan membengkak. Kemudian diukur pembengkakan tersebut dengan menggunakan
plestimograf. Tujuan dilakukannya pengukuran awal ini adalah agar nantinya dapat diketahui
seberapa besar efek obat – obat anti inflamasi tersebut dalam mengurangi bengkak /
peradangan pada kaki tikus yang telah diinduksi. Setelah pengukuran awal tadi, tikus
kemudian diberi minum obat. Tikus yang dijadikan sebagai kontrol, tidak diberikan larutan
obat sama sekali. Sebelumnya kaki tikus sebelah kanan harus ditandai sebatas mata kaki
untuk menyamakan persepsi pembacaan saat dicelupkan pada alat pletismograf. Pastikan
sebelum kaki tikus dimasukkan pada alat plestimograf cairan pada pengukur berada pada titik
nol.
Pada alat plestimograf digunakan air raksa karena memiliki daya kohesi yang tinggi
sehingga tidak membasahi kaki tikus. Digunakan air raksa dan air berwarna merah karena air
raksa yang memiliki daya kohesi lebih besar daripada daya adhesi tidak dapat bercampur
dengan air berwarna sehingga dapat mendorong cairan berwarna untuk lebih mudah dibaca
skalanya. Penggunaan cairan bisa diganti dengan cairan lain dengan penambahan warna lain
namun harus memiliki prinsip cairan tidak bercampur satu sama lain.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek obat – obat antiinflamasi terhadap
hewan coba tikus jantan. Alasan pemilihan tikus sebagai hewan coba adalah agar pengamatan
terhadap pembengkakan kaki tikus mudah diamati dan diukur. Dalam percobaan ini
digunakan 4 jenis obat – obat anti inflamasi yaitu Deksametason, Metil prednisolon, Na
diklofenak dan Ibuprofen.
Deksametason merupakan obat antiinflamasi golongan kortikosteroid, waktu paruh
eliminasi pada fungsi ginjal normal adalah 1,8-3,5 jam. Absorpsi cepat, efek puncak tercapai
dalam 1-2 jam. Dexametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap
stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Dexametason dengan jalan menekan atau
mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang
mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.
Metil prednisolon merupakan obat antiinflamasi golongan kortikosteroid. Obat
golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan hormon kortison dan
hidrokortison yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, kelenjar ini berada tepat diatas ginjal
kita. Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda maka kortikosteroid sanggup mereduksi
sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi.
Natrium diklofenak, absorbsi dengan cepat dan lengkap. Kadar puncak obat dicapai
dalam ½ -1 jam, waktu paruh 1-2 jam. Menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga
pembentukan prostaglandin terhambat. Na Diklofenak merupakan obat antiinflamasi
golongan asam karboksilat derivat asam fenilasetat. Mekanisme kerja obat ini adalah
menghambat jalan enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
Ibuprofen merupakan obat antiinflamasi golongan asam propionat. Mekanisme kerja
dari golongan ini adalah melalui inhibisi sintesis prostaglandin dengan menghambat
Cyclooxygenase I (COX I) dan Cyclooxygenase II (COX II). Obat ini memiliki daya
inflamasi yang lemah dibandingkan dengan obat-obat AINS lainnya sebab butuh waktu
beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa obat yang
paling cepat berefek sebagai antiinflamasi yaitu dexamethason kemudian disusul asam
mefenamat, na.diklofenak, paracetamol, ibuprofen, methyl prednisolon, asetosal. Berdasarkan
literatur, t1/2 dari obat – obat antiinflamasi tersebut adalah 1,8 jam, metil prednisolon 188
menit, Na diklofenak 1,5 jam dan ibuprofen 2 jam. Jadi, berdasarkan literatur obat
antiiflamasi yang paling baik adalah deksametason dengan t1/2 1,8 jam. Jadi hasil yang
diperoleh tidak sama dengan literatur. Kesalahan hasil ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor kesalahan seperti :
1. Kaki tikus yang diinduksi tidak terlalu bengkak
2. Kesalahan dalam pengukuran
3. Kesalahan dalam pemberian dosis obat pada mencit.
4. Tikus yang digunakan tidak dipuasakan

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa obat


yang paling cepat berefek sebagai antiinflamasi yaitu dexamethason kemudian disusul
asam mefenamat, na.diklofenak, paracetamol, ibuprofen, methyl prednisolon,
asetosal.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Betram.G, 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, Jakarta : Salemba


Medika.
Mycek, Marry J., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widia Medika,
Jakarta

Tjay, Tan Hoa, Kirana Rahardja.2003.Obat-Obat Penting. Jakarta; Gramedia


Mengetahui, Semarang, 12 April 2014
Dosen Pembimbing Praktikan,

FX.Sulistyanto W.S., S.Si.,Apt. Risnitama Septiarani (1041211157)

Ungsari Rizki E.P.,S.Farm.,Apt Santi Oktafialdhe .S. (1041211161)

Sofhie Winanda (1041211172)

Anda mungkin juga menyukai