Anda di halaman 1dari 2

7-05-2018 1/2 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id

KENDALIKAN KANKER SERVIX SEJAK DINI DENGAN IMUNISASI


DIPUBLIKASIKAN PADA : SABTU, 26 NOVEMBER 2016 00:00:00, DIBACA : 8.133 KALI

Jakarta, 26 November 2016

Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kasus kanker di Indonesia terjadi sebanyak lebih
kurang 330.000 orang dengan kasus terbesar adalah kanker serviks atau kanker leher
rahim. Sementara itu, data dari WHO _Information Centre on HPV and Cervical Cancer_
menyatakan bahwa 2 dari 10.000 wanita di Indonesia menderita kanker serviks dan
diperkirakan 26 wanita meninggal setiap harinya karena kanker serviks.

Program nasional pencegahan kanker leher rahim yang sudah dilaksanakan saat ini adalah
dengan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA. Pencegahan kanker leher
rahim akan semakin efektif jika dibarengi dengan melakukan upaya proteksi spesifik
dengan memberikan imunisasi HPV.

Manfaat Imunisasi HPV

Hasil penelitian selama 14 tahun menunjukkan setelah mendapat imunisasi HPV penerima vaksin masih terproteksi 100% terhadap HPV tipe 16 dan 18 sehingga
tidak diperlukan imunisasi ulang (booster)

Berdasarkan data WHO per September 2016 menunjukkan saat ini baru 67 dari 194 negara di dunia yang sudah mengimplementasikan program imunisasi HPV di
negaranya, dan sudah banyak hasil dari penelitian yang valid dari negara-negara tersebut menunjukan manfaat yang bermakna untuk menurunkan beban
penyakit kanker serviks dan penyakit terkait infeksi HPV lainnya.

Imunisasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks dimana tingkat keberhasilannya dapat mencapai 100% jika diberikan sebanyak 2 kali pada
kelompok umur wanita naif atau wanita yang belum pernah terinfeksi HPV yaitu pada populasi anak perempuan umur 9-13 tahun yang merupakan usia sekolah
dasar.

Pelaksanaan Imunisasi HPV di Indonesia

Pemerintah merencanakan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi nasional yaitu vaksin HPV dengan pemberian imunisasi HPV kepada siswi
perempuan kelas 5 (dosis pertama) dan 6 (dosis kedua) SD/MI dan sederajat baik negeri maupun swasta melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2/2 7-05-2018

Kegiatan pemberian imunisasi HPV melalui program BIAS ini diawali dengan pemberian imunisasi di lokasi percontohan yang memiliki angka prevalensi kanker
serviks yang tinggi dan dipandang memiliki kesiapan dalam melaksanakan imunisasi HPV, yaitu provinsi DKI Jakarta mulai bulan Oktober 2016 dan akan
dilanjutkan pada tahun depan di dua kabupaten di provinsi DIY yaitu kabupaten Kulonprogo dan Gunung Kidul.

Pelaksanaan imunisasi HPV dalam Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di DKI Jakarta sudah mendapatkan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli
Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization).

Keamanan vaksin HPV

Sejak pertama kali mendapat izin edar pada tahun 2006, lebih dari 200 juta dosis vaksin HPV telah dipakai di seluruh dunia. WHO merekomendasikan agar vaksin
HPV masuk dalam program imunisasi nasional.

Badan WHO yaitu Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) mengumpulkan data post marketing surveilans dari Amerika Serikat, Australia, Jepang
dan dari manufaktur. Data dikumpulkan dari tahun 2006, sejak pertama kali vaksin HPV diluncurkan sampai tahun 2014. Pada tanggal 12 Maret 2014, GACVS
menyatakan tidak menemukan isu keamanan yang dapat merubah rekomendasi vaksinasi HPV.

Center for Disease Control and Prevention ( US CDC) yang memantau keamanan pasca-lisensi dari Juni 2006 hingga Maret 2013 menunjukkan tidak ada
masalah keamanan vaksin HPV. Atas dasar hasil ini, di Amerika Serikat, vaksin HPV tetap direkomendasikan dan digunakan sebagai vaksinasi rutin.

Klarifikasi isu imunisasi HPV menyebabkan kemandulan atau menopause dini

Premature Ovarian Failure (POF), sekarang disebut oleh komunitas ilmiah sebagai Primary Ovarian Insufficiency (POI), adalah istilah yang digunakan oleh praktisi
medis ketika ovarium seorang wanita berhenti bekerja normal sebelum dia berusia 40 tahun. Hal ini jarang terjadi pada remaja. Sampai saat ini tidak ada bukti
yang menunjukkan adanya hubungan kejadian POF ini dengan penggunaan vaksin HPV.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 2 - Printed @ 7-05-2018 03:05

Anda mungkin juga menyukai