Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN LEUKEMIA

DIBUAT DALAM RANGKA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN


DI RUANG ANAK BAGIAN HEMATOLOGI
RSUD DR. SUTOMO SURABAYA

OLEH
SUBHAN
NIM. 010030170 B

FAKULTAS KEDOKTERAN UNAIR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2003

1
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LEUKEMIA

I. Pengertian
Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari
sel-sel hematopoietik.

II. Patofisiologi
Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan
ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit (leukemia
granuosit/mielositi) atau limfosit ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada
morfologis diferensiasi sel dan pematangan sel-sel leukemia predominan di dalam
sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995).
Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi klinik,
prognosis dan pengobatannya.

Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia limfoblastik dan
mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Mielosit - Netrofil

Sel Mieloblast -Netrofilik - Eosinofil

induk -Basofilik - Basofil

pluripo -Eosinofilik

tensial
Limfoblast
- Burs
a Equivalen
- Limf. B
- Timus - Limf. T

Gambar 1. Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada salah satu proses diatas .

Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih
banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada anak-
anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun.

Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi
pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor
genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia

1
timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi yang meningkat ,
khususnya agen alkil. Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat
menyebabkan timbulnya leukemia.

Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang
banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya
atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983). Tanda dan gejala leukemia akut
berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren
disertai timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia,
septikemia disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea. Trombositopenis
menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak. Anemia
bukan merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang panjang.
Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan.
Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi.

Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15 tahun
dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi
limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular seperti kelenjar
limfe dan limpa. Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur – unsur
sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan
manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang,
sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan. Data laboratorium berupa
leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler sum-sum
tulang belakang

III. Pengkajian

SISTEM DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


Aktivitas Lesu, lemah, terasa payah, Kontraksi otot lemah
merasa tidak kuat untuk Klien ingin tidur terus dan
melakukan aktivitas sehari- tampak bingung
hari
Sirkulasi Berdebar Tachycadi, suara mur-mur
jantung, kulit dan mukosa
pucat, defisit saraf cranial
terkadang ada pendarahan

2
cerebral.
Eliminasi Diare, anus terasa lebih Perianal absess, hematuri.
lunak, dan terasa nyeri.
Adanya bercak darah segar
pada tinja dan kotoran
berampas, Adanya darah
dalam urine dan terjadi
penurunan output urine.
Rasa nyaman Nyeri abdominal, sakit Meringis, kelemahan,
kepala, nyeri persendian, hanya berpusat pada diri
sternum terasa lunak, kram sendiri.
pada otot.
Rasa aman Merasa kehilangan Dpresi, mengingkari,
kemampuan dan harapan, kecemasan, takut, cepat
cemas terhadap lingkungan terangsang, perubahan
baru serta kehilangan teman. mood dan tampak bingung.
Riwayat infeksi yang Panas, infeksi, memar,
berulang, riwayat jatuh, purpura, perdarahan retina,
perdarahan yang tidak perdarahan pada gusi,
terkonrol meskipun trauma epistaksis, pembesaran
ringan. kelenjar limpa, spleen, atau
hepar, papiledema dan
exoptalmus,
Makan dan minum Kehilangan nafsu makan, Distensi abdomen,
tidak mau makan, muntah, penurunan peristaltic usus,
penurunan berat badan, splenomegali,
nyeri pada tenggorokan dan hepatomegali, ikterus,
sakit pada saat menelan. stomatitis, ulserasi pada
mulut, gusi membengkak
(acute monosit leukemia).
Sexualitas Perubahan pola menstruasi,
menornhagi. Impoten.
Neurosensori Penurunan kemampuan Peningkatan kepekaan otot,
koordinasi, perubahan mood, aktivitas yang tak
bingung, disorientasi, terkontrol.
kehilangan konsentrasi,
pusing, kesemutan, telinga
berdenging, kehilangan rasa
Respirasi Nafas pendek, Dyspnoe, tachypnoe, batuk,

3
ada suara ronci, rales,
penurunan suara nafas.
Belajar Riwayat terpapar bahan
kimia seperti benzena,
phenilbutazone,
chloramfenikol, terkena
paparan radiasi, riawat
pengobatan dengan
kemotherapi. Riwayat
keluarga yang menderita
keganasan.

Data penunjang:
Penghitungan sel darah :
- Normocitic, normokromik anemia
- Hb < 10 g/100 ml
- Retikulosit : rendah
- Platelet count : < 50.000/mm
- WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia
- PT/PTT memanjang
- LDH meningkat
- Serum asam urat dalam urine : meningkat
- Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit leukemia.
- Serum tembaga : meningkat
- Serum Zinc : menurun
- Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih dari 60 % - 90 %
blast sel,
- Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
- Lymp node biopsy : tampak pengecilan

A. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur
invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.
2. Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan,
diare, demam
3. Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari

4
kecemasan.
4. Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay
oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.
5. Kurangnya pengetahuan tentang perjalanan penyakit, prognosis dan
pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

B. Intervensi Keperawatan dan Rasional

DX INTERVENSI RASIONAL
1 - Tempatkan pada ruang - Untuk menjaga klien dari
agent patogen yang dapat
khusus dan batasi pengunjung.
menyebabkan infeksi.
Awasi pemberian buah dan
sayyur segar. - Mencegah infeksi silang

- Lakukan protap pencucian


tangan bagi setiap orang yang - Progresive hipertermia sebagai
pertanda infeksi atau demam
kontak dengan klien
sebagai efek dari pemakaian
kemotherapi maupun tranfusi
- Monitor vital sign - Membantu
menghilangkan demam yang
dapat menimbulkan ketidak
seimbamgan cairan tubuh,
ketidak nyamanan serta
- Cegah peningkatan suhu komplikasi CNS.
tubuh dengan cara pemberian - Mencegah sumbatan
cairan yang adekuat serta sekresi saluran pernafasan.

lakukan kompres hangat. - Mencegah eksoriasi.

- Untuk mencegah infeksi


local. (Luka biasanya tidak
bernanah akibat rendahnya
- Lakukan pemeriksaan kadar granulosit).

suara nafas dan batuk secara - Jaringan mukosa mulut


merupakan medium bagi
teratur..
perkembangan bakteri.
- Pegang klien dengan lembut
- Untuk mencegah
dan linen tetap kering dan rapi. terjadinya infeksi anal maupun
- Jaga integritas kulit, luka yang genital.

terbuka dan kebersihan kulit - Untuk konservasi energi


bagi perkembangan sel-sel
dengan pembersih antibakteri.
klien.

5
- Untuk mempertahankan
daya tahan tubuh klien dan
- Periksa mukosa mulut dan
keseimbangan cairan tubuh
lakukan oral hygiene.
kien.

- Jaga kebersihan kebersihan anus - Penurunan WBC merupakan


dan genital. kesimpulan dari proses
- Awasi istirahat dan pola tidur penyakit dan efek samping
klien secara ketat. dari pengobatan kemoterapi.
- Berikan asupan makanan yang - Untuk mengetahui
adekuat yang mengandung sensitivitas kuman.
cairan serta protein tinggi. - Untuk mencegah infeksi
- Indikator dari
- Lakukan tindakan kolaborasi: perkembangan kondisi klien.
- Blood test count : WBC dan
2. Neutrofil.

- Lakukan kulture

- Penurunan volune
- Pemberian antibiotik sesuai cairan dapat menjadi
order. prekusor kerusakan RBC
- Review serial X-Ray sehingga dapat menimbulkan
kerusakan tubulus ginjal dan
- Berikan makanan yang terbentuknya batu ginjal.
memiliki resiko tinggi
menimbulkan infeksi sperti - Untuk melakukan
yang sudah dimasak atau yang analisis tentang fungsi ginjal.
sudah diproses secara
higienes. - Perubahan dapat
menjadi indikasi
- Monitor intake dan out-put hipovolemia.
- Sebagai indicator
status dehidrasi.

- Penekanan bone narrow


dan produksi platelet yang rendah
beresiko menimbulkan
- Tim bang berat badan setiap hari

6
perdarahan yang tak terkontrol.
- Jaringan yang lemah, dan
mekanisme pembekuan yang
- Monitor Tensi dan frekwensi
abnormal sering menjadi
jantung. penyebab perdarahan tak
terkontrol.
3. - Evaluasi turgor kulit, capiler
- Untuk mempertahankan
refill, dan kondisi mukosa.
kebutuhan cairan tubuh.
- Perhatikan mukosa dari ptechie,
- Jika platelet count <
ecchymosis, perdarahan gusi.
20000/mm. Penurunan
Hb/Hct dapat menimbulkan
perdarahan.
- Lakukan tindakan yang lembut
- Mencegah hilangnya
untuk mencegah perlukaan seperti
cairan melalui muntahan.
menggunakan sikat gigi yang
- Mencegah timbulnya
lembut, kapas swab, lakukan tepid
nefropati
sponge, gunakan alat cukur
elektrik.
- Kolaborasi: - Untuk mempermudah
- Lakukan pemasangan IV line intervensi dan observasi
terhadap
- Monitor laboratorium Platelet, - Mengetahui efektivitas
4. Hb/Ct, cloting. tindakan terhadap nyeri.
- Meningkatkan kesempatan
- Pemberian anti muntah istirahat dan memperbaiki
koping mekanisme.
- Pemberian Alluporinol - Mencegah rasa tidak
nyaman pada persendian
- Meningkatkan sirkulasi
- Kaji keluhan nyeri dengan skala jaringan dan mobilitas sendi.
nyeri (0 – 10)
- Monitor vital sign dan kaji - Untuk mengetahui
ekpresi nonverbal. kemampuan kontrol klien
5
- Jaga lingkungan agar tetap tenang terhadap nyeri.
- Kurangi stimulasi yang
meningkatkan stress.
- Letakkan pada posisi nyaman

7
- Lakukan perubahan posisi secara
periodic - Mengkaji efek dari leukemia
terutama pada fase
- Evaluasi koping mekanisme klien pengobatan, sehingga perlu
- Kolaborasi: dianalisa perlu tidaknya
- Kadar asam urat bantuan.
- Pemberian analgetik - Untuk menyimpan
- Pemberian narkotik energi dan perbaikan sel.
- Antianxiety -

- Kaji kelemahan tubuh klien dan


ajak anak berpartisipasi untuk
bermain.

- Menyiapkan mental untuk

- Berikan kesempatan istirahat dan tindakan menghadapi kasus yang


diderita anaknya.
tidur yang cukup
- Berikan makanan selingan yang
cukup selama kemotherapi
- Kolaborasi:
- Antiemetik
- Berikan oksigen

- Berikan penjelasan tentang


patologi leukemia, tindakan serta
prognosenya.kepada keluarga

Anda mungkin juga menyukai