Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
listrik dan magnet. Contohnya adalah generator, kereta listrik dan kereta magnet
serta masih banyak lagi contoh benda atau alat yang menggunakan prinsip listrik
dan magnet. Magnet bisa dibuat dengan aliran listrik. Contohnya adalah kawat
yang melilit paku yang dihubungkan dengan sumber tegangan, sehinggapaku yang
dililit kawat dapat menarik benda- benda logam seperti magnet. Dan juga
sebaliknya, magnet bisa dibuat menjadi listrik. Contohnya adalah dinamo pada
sepeda.
Faraday mengungkapkan bahwa perubahan fluks medan magnet akan
menghasilkan tegangan dan tegangan tersebut dinamakan GGL induksi. Semakin
cepat terjadinya perubahan medan magnet maka semakin besar GGL yang
diinduksikan. Apabila GGL induksi ini dihubungkan dengan suatu rangkaian
tertutup dengan hambatan tertentu, maka mengalirlah arus listrik yang disebut
dengan arus induksi. Maka dari itu perlu dilakukan percobaan untuk membuktikan
hokum induksi faraday melalui pengukuran ketergantungan tegangan induksi dari
kepadatan arus dan kecepatan induksi.
DASAR TEORI
1 Fluks Magnetik
Fluks magnet dapat didefinisikan sebagai banyaknya gaya garis magnet yang
menembus permukaan bidang seluas A secara tegak lurus. Dari definisi tersebut,
maka fluks magnetic dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana adalah fluks magnetik , B adalah medan magnet dengan satuan Tesla
dan A adalah luasan yang dibatasi oleh rangkaiannya dengan satuan m2. Satuan
fluks itu sendiri adalah weber (Wb)
Jika medan magnetik tidak tegak lurus terhadap permukaannya maka dapat dicari
dengan menggunakan:
Dengan merupakan komponen vektor medan magnetik yang tegak lurus atau
normal terhadap permukaan tersebut. (Paul A.Tipler, 2001)
Garis fluks magnet tidaklah ada secara fisis tetapi mereka diperkenalkan
oleh Michael Faraday sebagai cara untuk menjelaskan energi magnetik yang ada
di ruangan atau dalam suatu material. Garis ini memudahkan untuk
menvisualisasikan dan menjelaskan efek magnetik. Simbol yang digunakan adalah
huruf Yunani F (phi). Garis fluks magnet selalu membentuk loop tertentu. Garis
fluks magnet selalu berkelakuan seperti pita karet yang direnggangkan, selalu
berusaha memperpendek dirinya. Garis fluks magnet tidak pernah saling
berpotongan. Garis fluks magnet melewati material dan keluar dari ujung kutub
utara magnet. Garis fluks magnet melewati ruangan dan material non-magnetik
magnet tersebut. Jumlah garis fluks magnet adalah ukuran rapat fluks. Medan
magnet yang kuat akan memiliki rapat fluks yang tinggi. Tempat pada material
magnetik dimana garis fluks terkonsentrasi disebut sebagai kutub magnet.
(Linsey,2004).
2. Gaya Lorenz
Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang
bergerak atau oleh arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet (B). Arah
gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang diputar dari vetor arah gerak
muatan listrik (v) ke arah medan magnet (B), seperti yang terlihat dalam rumus
berikut:
F = q( v x B)
Sebuah partikel bermuatan listrik yang bergerak dalam daerah medan magnet
homogen akan mendapatkan gaya. Gaya ini juga dinamakan gaya Lorentz.
Gerak partikel akan menyimpang searah dengan gaya lorentz yang
mempengaruhi. Arah gaya Lorentz pada muatan yang bergerak dapat juga
ditentukan dengan kaidah tangan kanan dari gaya Lorentz (F) akibat dari arus
listrik, I dalam suatu medan magnet B. Ibu jari, menunjukan arah gaya Lorentz .
Jari telunjuk, menunjukkan arah medan magnet ( B ). Jari tengah, menunjukkan
arah arus listrik ( I ). Untuk muatan positif arah gerak searah dengan arah arus,
sedang untuk muatan negatif arah gerak berlawanan dengan arah arus.
Dimana adalah fluks magnetik yang melalui permukaan S yang mencakup loop
Jika kumparan terdiri dari N loop dengan daerah sama, adalah fluks
magnetik yang melalui suatu lingkaran, ggl diinduksi di setiap lilitan. Sehingga
ggl bertambah, jadi total ggl induksi dalam kumparan dapat dituliskan,
Apabila loop merupakan suatu area, A, terletak pada medan magnet yang
seragam. Fluks magnetik yang melalui loop sama dengan , sehingga ggl induksi
dapat dinyatakan sebagai,
(Raymond A. Serway, 2010)
5. Hukum Lenz
Hukum Lenz merupakan suatu metode yang lebih mudah untuk menentukan
arah suatu arus induksi dalam sebuah loop, juga dapat digunakan untuk
mempelajari konsep kekelan energi dan efek induksi. ”Arah sebarang efek induksi
magnetik adalah sedemikian rupa sehingga menentang penyebab efek itu”
merupakan bunyi Hukum Lenz. Tanda negatif pada hukum faraday menunjukkan
penentangan arah ini. Hukum lenz menunjuk engenai arus imbas, yang berarti
bahwa hukum tersebut berlaku hanya kepada rangkaian penghantar yang tertutup.
( Halliday, 1996)
Timbulnya GGL induksi oleh medan listrik telah ditegaskan oleh hokum
faraday yang mengatakan bahwa : “GGL yang terinduksi dalam suatu rangkaian
tertutup sama dengan negatif laju perubahan fluks magnet melalui rangkaian
tertutup tersebut ”. ( Dosen- dosen Fisika ITS, 2008)
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Pada percobaan induksi elektromagnetik ini dibutuhkan alat dan bahan,
yaitu peralatan induksi dengan konduktor 1 set, pasangan magnet sebanyak lima
pasang, motor eksperimen 100 W, 1 buah alat kemudi dan pengatur dan
mikrovoltmeter.
Skema kerja
PEMBAHASAN
Pada percobaan induksi elektromagnetik yang dilakukan dengan
menggunakan satu set peralatan induksi yang kemudian dirangkai dengan
peralatan lainnya. Yang kemudian kepingan magnet diletakkan dan ditata pada
peralatan induksi, dengan tujuan agar didapatkan medan magnet yang sejenis.
Agar pasangan magnet saling tarik menarik, maka langkah yang dapat dilakukan
yaitu dengan membagi 10 magnet menjadi dua yang kemudian setiap pasangan
magnet dipisahkan dan dibuat agar magnet menghadap arah yang sama untuk
setiap kutubnya agar diperoleh data percobaan yang tepat. Pada percobaan induksi
elektromagnetik ini digunakan variasi jumlah magnet yaitu 3 pasang dan 5 pasang
magnet. Selanjutnya, senar pancing pada motor eksperimen 100 W, diikatkan
pada peluncur dan dihubungkan dengan kopling penarik dengan tujuan untuk
menarik peluncur. Dengan variasi diameter roda motor eksperimen, diameter roda
sedang dan besar yang perbandingannya d2, dan d3 adalah 2 dan 4. Digunakan
variasi tersebut bertujuan agar didapatkan variasi pada besar nilai kecepatan.
Pada percobaan induksi elektromagnetik yang telah dilakukan tidak
menggunakan variasi luas konduktor yang bertujuan untuk pengaruh dari luas
induksi pada pengukuran tegangan induksi.
Pada percobaan ini, nilai awal mikrovoltmeter dianggap sebagai 104. Ketika
seluruh rangkaian telah dihubungkan dengan baik, alat kemudi diputar dan
kemudian dihubungkan dengan cara memasukkan penghubung kortsluiting pada
alat peluncur. Fungsi alat kemudi sendiri mengatur alat putar motor dalam
percobaan yaitu apabila alat kemudi diputar ke kanan searah dengan arah jarum
jam, untuk mengulur tali senar pancing yang terdapat pada alat konduksi,dan
sebaliknya apabila alat kemudi diputar berlawanan arah jarum jam, ke kiri maka
motor eksperimen akan menarik peluncur. Setelah alat peluncur sampai pada
ujung peralatan induksi alat kemudi dimatikan dan besar nilai tegangan induksi
yang dialami sistem yang tertera pada mikrovoltmeter dicatat.
Pada percobaan yang pertama dilakukan pada roda d2 dengan tiga pasang
keping magnet. Mikrovotmeter diatur pada nilai 104. Pada saat peluncur belum
berjalan, nilai yang tertera pada mikrovoltmeter tidak menunjukkan angka 0,
tetapi 0,14 sehingga untuk menentukan besar nilai tegangan induksi , yaitu
dengan mengurangkan nilai dari hasil pengamatan dengan nilai tersebut. Ketika
peluncur berjalan, pada mikrovoltmeter akan tertera beberapa angka yang terus
berubah-ubah hingga peluncur berhenti, namun untuk mempermudah kita dalam
mengambil data, maka yang harus dilakukan yaitu nilai terbesar yang tertera pada
mikrovoltmeter yang digunakan.
Sehingga pada percobaan dengan menggunakan roda pada poros yang kedua
d2 dengan tiga pasang keping magnet didapat nilai tegangan induksi sebesar 0,14
x 104 mV. Selanjutnya, pada saat digunakan lima pasang keping magnet yang
masih menggunakan roda pada poros yang kedua d2 besar nilai tegangan induksi
yaitu 0,23 x 104.
Jadi, untuk setiap penambahan kepingan magnet pada rangkaian percobaan,
akan mempengaruhi besar nilai tegangan induksi, karena apabila kepingan magnet
yang digunakan semakin banyak maka akan menghasilkan nilai tegangan induksi
yang semakin besar pula, dan sebaliknya jika kepingan magnet sedikit, maka nilai
tegangan induksi juga semakin kecil.
Pada percobaan selanjutnya dengan roda besar pada poros yang ketiga d3
dengan tiga pasang magnet, didapatkan besar nilai tegangan konduksi 0,37 x 104
mV. Sedangkan ketika menggunakan lima pasang magnet dengan roda yang sama
diperoleh besar nilai tegangan 0,71 x 104 mV.
Kecepatan gerak peluncur dipengaruhi oleh jari-jari roda motor yang
digunakan. Jika digunakan jari-jari roda motor yang lebih besar, maka roda motor
akan memiliki kecepatan linier yang semakin besar sehingga kecepatan peluncur
juga semakin besar. Dengan kecepatan peluncur yang semakin besar, terjadi
perubahan nilai fluks yang semakin cepat dan nilai kecepatan induksi semakin
besar. Pertambahan nilai kecepatan peluncur untuk setiap jari-jari roda motor yang
berbeda sesuai dengan perbandingan nilai d2 dan d3 yaitu 2:4. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai tegangan induksi berbanding lurus dengan nilai
kecepatan induksi. Semakin besar diameter yang digunakan pada motor
eksperimen maka semakin besar pula nilai kecepatan induksinya. Dan begitupun
sebaliknya, semakin kecil diameter yang digunakan pada motor eksperimen maka
semakin kecil pula nilai kecepatan induksinya.
Besar nilai tegangan induksi dengan banyaknya magnet yang digunakan
dalam percobaan menunjukkan bahwa adanya pertambahan besar nilai induksi, di
setiap penambahan jumlah kepingan atau pasangan magnet yang digunakan.
Jumlah kepingan magnet yang digunakan menentukan kepadatan arus pada
sistem.Karena, banyaknya jumlah kepingan magnet mempengaruhi kepadatan
arus pada sistem. Jadi, besar nilai tegangan induksi elektromagnetik berbanding
lurus dengan jumlah pasangan (kepingan) magnet yang digunakan.
Jadi dalam percobaan induksi elektromagnetik ini, faktor-faktor yng dapat
mempengaruhi besar nilai induksi yaitu diameter pada roda motor eksperimen dan
banyaknya kepingan magnet yang digunakan.
REFERENSI
Dosen- dosen Fisika ITS. 2008. Fisika II.Surabaya: Yayasan Pembina Jurusan
Fisika
Halliday, David; Resnick, Robert. 1996. Fisika Dasar Jilid 2 Edisi 3. Jakarta
: Erlangga.
Halliday, David; Resnick, Robert; Walker, Jearl. 2010. Fisika Dasar Jilid 2 Edisi
7. Jakarta: Erlangga.
Linsey,Travor. 2004 . InstalasiListrikDasar. Jakarta: Erlangga.
Serway, Raymond A.; John W. Jewett Jr..2008.”Physics for Scientist and
Engineers with Modern Physics 7th Edition”. USA: Thomson
Learning, Inc.
Tipler Paul A. 2001.FisikauntukSainsdanTeknik. Jakarta:Erlangga.
Universitas Sumatera Utara.