Anda di halaman 1dari 2

D.

Pusat peradaban Islam di Istambul/ Turki


Abad pertengahan di Eropa sering disebut sebagai zaman kemunduran jika dibandingkan
dengan zaman klasik (Yunani-Romawi). Sebaliknya negara-negara Arab pada abad
pertengahan mengalami kemajuan, namun akhirnya negeri-negeri itu sedikit demi sedikit
mengalami kemerosotan dalam bidang kebudayaan dan kekuasaan.
Diantara negara-negara Arab pada masanya, kerajaan Turki Ustmani merupakan kerajaan
terbesar dan paling lama berkuasa, berlangsung selama enam abad lebih (1281-1924). [14]
Kota Istambul adalah ibu kota kerajaan Turki Ustmani. Kota ini awalnya merupakan ibu
kota kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel sebelumnya
adalah sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama Konstantinopel oleh
Kaisar Constantin, Kaisar Romawi Timur.
Pada tahun 395 M, Kerajaan Romawi pecah menjadi dua, yaitu Romawi Timur dan
Romawi Barat. Romawi Barat beribukota di Roma (Italia), sedangkan Romawi Timur
beribukota di Konstantinopel.
Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam pada masa dinasti Turki Ustmani dibawah
pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Atih pada tahun 1453, dan
dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Turki Ustmani. Bahkan jauh sebelum sultan Muhammad
Al-Fatih dapat menguasai Konstantinopel, para penguasa Islam sudah sejak zaman para
Khulafaur Rasyidin, kemudian khalifah Bani Umayyah dan khalifah Bani Abbasiyah
berusaha untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Namun, baru pada masa kerajaan Turki
Ustmani usaha itu dapat berhasil.
Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang artinya Constantin, diubah
namanya menjadi Istambul yang artinya kota Islam. Sebagaimana halnya pada masa kerajaan
Romawi Timur, kerajaan Turki Ustmani dengan ibu kota Istambul juga menjadi sebuah
negara adi daya pada masa kejayaannya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar
wilayah Eropa Timur, Asia Kecil, dan Afrika Utara. Bahkan daerah-daerah Islam yang lebih
jauh juga mengakui kekuasaan Istambul.

Etnolinguistik Kawasan Turki


Sekalipun secara kultural Turki sebagai bagian dari kawasan peradaban Islam Irani, tapi
ia sendiri merupakan sebagai bagian dari wilayah peradaban Islam yang memiliki corak dan
keragaman yang berbeda dengan induknya (Persia-Irano). Turki merupakan wilayah
kebudayaan Islam yang sangat luas dan beraneka ragam yang meliputi banyak etnik dan
wilayah termasuk memainkan berbagai variasi lokal yang sangat menonjol, terutama di
wilayah-wilayah Eropa yang kelak meninggalkan jejak sejarah etnik dan agama yang sangat
panjang.
Dalam pendekatan etnolinguistik, orang-orang yang berbicara dalam berbagai bentuk
bahasa Turki tidak membentuk satu kawasan kultural tersendiri, tapi telah memproyeksikan
keragaman yang cukup fenomenal di dunia Islam, khususnya wilayah-wilayah Atlantik.
Mereka yang tinggal di Asia Tengah dan transoxiana dimana unsur etnis Turki dan faktor-
faktor kultural Persia yang benar-benar berbaur kemudian membentuk suatu kawasan
tersendiri yang juga ditandai oleh kehadiran unsur-unsur dan karakter nomadik yang cukup
kuat. Aspek lain dari ciri kebudayaan Turki di Asia Tengah adalah juga mengandung elemen-
elemen mongol, yang bisa jadi akan sulit ditemukan diseputar kawasan kebudayaan Turki
lainnya.
Kaukasus merupakan daerah yang terbentuk dari unsur-unsur Turki, dan Persia termasuk
unsur-unsur Armenia serta Georgia. Dalam komposisi etniknya, juga dalam cita rasa
keseniannya, telah menunjukan wilayah kultural tersendiri yang terkait erat dengan Persia.
Wilayah-wilayah muslim di Balkan terutama di Yugoslafia dan Albania, yang walaupun
secara etnis berbeda, namun keduanya telah diresapi secara mendalam oleh karakteristik
Islam Turki secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari berbagai penyebaran orde sufi
Turki, Bektasiyah dan Maulafiyah, pemilihan mazhab hukum Hanafi sebagaimana kebiasaan
orang-orang Turki, bentuk-bentuk arsitektur masjid, termasuk juga pada peniruan mereka
terhadap kesustraan Turki dalam jumlah yang cukup besar. Keseluruhannya telah
menunjukan dan menyebabkan wilayah kebudayaan di Balkan terkait erat kebudayaan dunia
Turki.[15]

Bidang Arsitektur
Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan kemajuannya.
Masjid merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin menjalankan
kewajiban ibadahnya. Gereja Aya Sophia, setelah ditaklukkan kaum muslimin diubah
menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istambul. Beberapa masjid yang megah
didirikan di Istambul, antara lain: Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu
Ayub Al-Abshari, Masjid Bayazid dengan arsitektur Persia, dan Masjid Sulaiman Al-
Qununi.[16]

Bidang Militer
Dengan adanya kondisi objektif yang dihadapi Turki Utsmani para pemimpin
mewujudkan negara yang berdasarkan sistem dan prinsip kemiliteran. Pecahnya perang
dengan Bizantium misalnya mengilhami khalifah-khalifah Orkhan untuk mendirikan pusat
pendidikan dan pelatihan militer sehingga terbentuklah sebuah kesatuan militer yang
disebut yeniseri atau Inkisariyah (Arab). Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh
pengganti Orkhan, yaitu Murad dengan membentuk sejumlah korps atau cabang-
cabang yeniseri. Seluruh pasukan militer dididik dan dilatih dalam sarana militter dengan
pembekalan semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer yeniseri ini berhasil mengubah
negara Utsmani yang baru lahir menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan
dorongan sangat besar bagi penaklukan negeri-negeri non muslim.

Bidang Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Turki Ustmani, para sultan bukan hanya merebut negeri-negeri
Arab, tetapi juga seluruh wilayah antara Kaukasus dan kota Wina, bahkan sampai ke Balkan.
Dengan demikian, tumbuhlah pusat-pusat Islam di Trace, Macedonia, Thessaly, Bosnia,
Herzegovina, Bulgaria, Albania, dan sekitarnya. Eksistensi Turki Ustani sangat
diperhitungkan oleh ahli-ahli politik Barat. Hal ini didasarkan pada realita sejarah bahwa
selama berabad-abad kekuasaannya, Turki telah memberikan kontribusi yang besar terhadap
perkembangan peradaban, baik dikawasan negara-negara Arab, Asia, atau bahkan Eropa.[17]
Pengaruh jatuhnya Konstantinopel besar sekali bagi Turki Ustmani. Kota tua itu adalah pusat Kerajaan
Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen Ortodoks. Kesemuanya itu diwarisi
oleh Ustmani.dari segi letak, kota itu sangat strategis karena menghubungkan dua benua secara langsung, yaitu Eropa dan
Asia.
Istambul merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan Turki Ustmani yang terpenting. Bukan saja
karena keindahan kotanya, tetapi juga karena di kota bekas pusat kekuasaan Romawi Timur itu terdapat pusat kajian
keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam. [18]

Anda mungkin juga menyukai