Anda di halaman 1dari 16

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Bercerai
Suku / Bangsa : Muara Enim / Indonesia
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Muara Enim
Datang ke RS : Jum’at, 20 April 2018, Pukul 21.00 WIB
Cara ke RS : Diantar keluarga menggunakan mobil
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. dr. Ernaldi Bahar
Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan pasien pada Jum’at, 20 April 2018.
2. Alloanamnesis dengan kakak kandung pasien, laki-laki berusia 61 tahun,
pada Jum’at, 20 April 2018.

A. Sebab Utama
Marah-marah tanpa sebab.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sepuluh hari sebelum masuk rumah sakit, pasien marah tanpa
sebab kepada orang tuanya sendiri, pasien marah dengan mengatakan
bahwa ayah sudah tua akan meninggal dan ibunya juga akan
meninggal. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien lebih mudah
marah jika keinginannya tidak terpenuhi oleh karena itu keluarga
pasien takut akan terjadi hal-hal yang tidak inginkan. Pasien juga
sempat diikat di batang pinang selama kurang lebih tiga hari dan diikat
di bagian pinggang. Pasien makan dan minum seperti biasa, pasien
masih bisa bekerja namun sudah tidak disuruh bekerja lagi oleh
keluarga sejak satu minggu terakhir. Kegiatan sehari-hari pasien adalah
berkebun dan jika pasien berkebun pasien tinggal di kebun selama

1
kurang lebih 20 hari sehingga pasien jarang pulang kerumah. Pasien
menyangkal mendengar adanya bisikan-bisikan. Pasien juga
menyangkal ada yang mengendalikan pikirannya.
Lima tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit menurut
keluarga sejak pasien keluar dari penjara perilaku pasien sudah mulai
berubah. Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah bicara sendiri,
ketawa sendiri dan pasien menjadi lebih pendiam serta sering
melamun. Pasien mengatakan bahwa ia bicara sendiri karena menurut
pasien sedang ada temannya yang mengajak ngobrol. Selain itu, pasien
juga ingin menguji ilmu untuk bisa berbicara dengan temannya selama
2 jam. Pasien mengaku bahwa saat ini ia merasa sulit untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Pasien juga mengatakan alasan
pasien sering ketawa sendiri karena sedang melihat bayangan dirinya
sewaktu bayi.
Sepuluh tahun yang lalu (tahun 2008), pasien pernah membunuh
kakeknya. Saat itu pasien pergi ke kebun bersama kakeknya. Pasien
sempat berpikir untuk mencari modal usaha sehingga pasien
membunuh kakeknya dengan membacok leher kakeknya berkali-kali
hingga meninggal. Selain itu, pasien juga mengatakan bahwa alas an
membunuh kakeknya karena ingin menguji ilmu yang dimiliki. Karena
pasien merasa ilmu yang dimilikinya hanya sedikit dan tidak
bertambah-tambah. Kemudian, pasien tertangkap oleh pihak berwajib
dan divonis 5 tahun penjara. Pada saat keputusan vonis ditetapkan, istri
pasien meminta untuk bercerai.
Selama dipenjara, pasien mengatakan sempat mengkonsumsi
ekstasi karena dikasih oleh temannya didalam penjara. Namun saat ini
pasien mengatakan bahwa ia sudah tidak pernah menggunakannya lagi
sejak keluar dari penjara.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatrik.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum

2
1. Riwayat hipertensi = tidak ada
2. Riwayat diabetes mellitus = tidak ada
3. Riwayat trauma kapitis = tidak ada
4. Riwayat asma = tidak ada
5. Riwayat kejang = ada, jika pasien demam
tinggi saat masih bayi
sampai usia 3 tahun.
6. Riwayat alergi = tidak ada
7. Riwayat merokok = ada
8. Riwayat alkohol = tidak ada
9. Riwayat NAPZA = ada yaitu ekstasi

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien pernah menggunakan ekstasi selama di dalam penjara
namun setelah keluar dari penjara pasien sudah tidak pernah konsumsi
lagi.
D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien
Terlampir

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Premorbid
1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontan, cukup bulan
dan ditolong oleh dukun beranak. Pasien sering kejang
saat demam tinggi sampai usia 3 tahun.
2. Anak : Menurut keluarga pasien banyak teman namun pendiam,
Pertumbuhan dan Perkembangan sama dengan teman
sebayanya.
3. Remaja : Menurut keluarga, pasien adalah orang yang pendiam.
4. Dewasa : Menurut keluarga, pasien adalah orang yang pendiam.

B. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama kedua orangtua dan saudara kandungnya.
Jika pasien bekerja, pasien tinggal di kebun selama kurang lebih 20
hari dan jarang pulang kerumah.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

3
Keterangan :
: Pasien bernama Tn. M usia 41 tahun

D. Riwayat pendidikan
Pasien tamat sekolah hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

E. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai petani namun sejak pasien mengalami
perubahan perilaku pasien tidak disuruh bekerja oleh keluarga.

F. Riwayat pernikahan
Pasien bercerai pada tahun 2008.

G. Agama
Pasien beragama Islam.

H. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan saudara kandungnya.

I. Riwayat pelanggaran hukum


Pasien pernah di penjara selama 5 tahun karena membunuh kakeknya
sendiri.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 41 tahun pada saat
wawancara pasien menggunakan baju kaos berwarna hitam, celana
dasar hitam dan memakai sandal. Ekspresi wajah datar. Penampilan
sesuai usia yang dikatakan. Perawatan diri baik.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor


Pasien tampak tenang.

3. Sikap terhadap pemeriksa


Kontak mata (-), tidak adekuat, kurang kooperatif terhadap
pemeriksa.

4
B. Mood dan Afek
1. Mood : Distimik (iritabel)
2. Afek : Datar

C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kualitas : Baik
3. Kuantitas : Normal

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi : - Halusinasi auditori (+)
- Halusinasi visual (+)
- Ilusi (-).
2. Depersonalisasi dan derealisasi : (-)

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Asosiasi Longgar (+)
- Kontinuitas : Kontinu
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
- Preokupasi : (-)
- Gangguan pikiran : waham kebesaran (+)

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran dan kesigapan : Compos mentis
2. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
3. Daya ingat
- Daya ingat jangka panjang : Baik
- Daya ingat jangka segera : Baik
- Daya ingat jangka pendek : Baik
- Daya ingat segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian : terganggu
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca
6. Kemampuan visuospasial : Baik
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

G. Pengendalian Impuls
Baik dan tidak terdapat gerakan involunteer.

5
H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realita : RTA terganggu
4. Tilikan : Derajat 1, pasien tidak menyadari bahwa
dirinya sakit dan menyangkalnya.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari Jum’at, 20 April 2018

A. Status Internus
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda vital : TD : 126/81 mmHg
N : 74 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36,50C
- Kepala : Normocephali, conjuntiva palpebra anemis (-),
sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung(-)
- Thorax :
Jantung : BJ 1 dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)
Paru : vesikuler normal (+), Wheezing (-), Rhonki (-)
- Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), turgor
kembali lambat, BU (+) normal, Pembesaran
hepar dan lien (-)
- Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-)

B. Status Neurologikus
GCS: 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
Fungsi sensorik : tidak terganggu

Fungsi motorik : kekuatan otot tonus otot

N N
N N
Ekstrapiramidal sindrom :
Gejala ekstrapiramidal seperti Parkinsonisme (-), Distonia Akut
(-), Akatisia (-) dan Tardive Diskinesia (-).

6
Refleks fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ditemukan reflex patologis

VII. IKHTISAR PENEMUAAN BERMAKNA


1. Pasien datang ke IGD RS Ernaldi Bahar bersama kakak laki-laki
dan ayahnya pada tanggal 20 April 2018. Pasien di bawa ke IGD
karena pasien marah-marah kepada ibunya tanpa sebab.
2. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi
kognitif dan orientasi. Memori jangka panjang, pendek, dan segera
pasien baik, pengetahuan umum pasien baik.
3. Mood distimik (iritabel) dan afek datar.
4. Pasien pernah mengkonsumsi ekstasi selama di dalam penjara.
5. Pasien mengalami halusinasi auditorik dan halusinasi visual serta
waham kebesaran.
6. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
7. Pasien tidak mengalami gangguan tidur selama pasien mengalami
keluhan ini.
8. Pasien lahir normal di dukun, pasien sering kejang sampai usia 3
tahun jika demam tinggi, dapat menyelesaikan sekolah sampai
SMP, namun pasien adalah orang yang sedikit pendiam meskipun
punya banyak teman.
9. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik.
10. Pasien pernah menikah dan memiliki satu orang anak namun
pasien bercerai tahun 2008. Pasien tinggal bersama kedua orang
tua dan saudara kandungnya. Keluarga pasien saat ini mendukung
kesembuhan pasien.
11. Pada pasien ini mengalami disabilitas sedang dalam komunikasi.
Pasien dapat mengurus dirinya sendiri.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Aksis I :
- Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan tidak terdapat penyakit yang disebabkan oleh disfungsi otak.
Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya
konsentrasi, serta orientasi (jangka pendek, panjang dan segera) yang
masih baik, sehingga pasien ini bukan pasien Gangguan Mental

7
Organik (F.0)
- Dari anamnesis diketahui bahwa pasien merokok, pernah
mengkonsumsi zat-zat terlarang atau NAPZA selama dipenjara 10
tahun yang lalu namun saat ini pasien sudah tidak pernah menggunkan
lagi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan pasien
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol
(F.1)
- Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita
berupa adanya halusinasi dan waham, maka pasien ini menderita
gangguan Psikotik (F.2)
- Pasien mengalami halusinasi auditori, halusinasi visual dan terdapat
waham. Halusinasi dan waham yang dialami pasien sudah terjadi sejak
± 5 tahun uang lalu, sehingga termasuk kedalam skizofrenia (F.20)

Aksis II
Pada diagnosis multiaksial aksis II Kepribadian Skizoid.

Aksis III
Pada diagnosis multiaksial aksis III belum ditemukan adanya
gangguan kondisi medik umum pada pasien. Maka pada aksis III belum
terdapat diagnosis.

Aksis IV
Pada pasien untuk aksis IV stressor pernikahan dan kehilangan
anggota keluarga.

Aksis V
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF)
Scale saat ini yaitu 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Kepribadian Skizoid
Aksis III : belum terdapat diagnosis
Aksis IV : Masalah pernikahan dan kehilangan anggota keluarga
Aksis V : GAF Scale 60-51

8
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.

B. Psikologik
Pasien mengalami halusinasi auditori, halusinasi visual dan waham
kebesaran.

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan saudara kandungnya.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam : bonam
B. Quo ad functionam : dubia ad bonam
C. Quo ad sanasionam : dubia ad bonam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
1. Risperidon 2x2 mg
2. Trihexyphenidile 2x2 mg

B. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
a. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi
dan edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis, dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap taat minum obat dan segera
datang ke dokter bila gejala serupa muncul dikemudian hari.
Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama, adanya
efek samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh
dokter.
b. Memberikan psikoterapi suportif, yaitu memberikan intervensi
langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri
individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.

9
2. Terhadap keluarga
a. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
gejala, kemungkinan penyebab, dampak, faktor- faktor pemicu
kekambuhan dan prognosis sehingga keluarga dapat
memberikan dukungan kepada pasien.
b. Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien
berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial
pasien ketika pasien sudah kembali ke rumah.
c. Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk
kontrol rutin dan minum obat secara teratur.
d. Menginformasikan bahwa penyakit ini bersifat jangka panjang
sehingga dibutuhkan kesabaran dan perhatian keluarga secara
penuh.

10
BAB II
DISKUSI

Pada kondisi ini pasien laki-laki berusia 41 tahun dibawa ke IGD RS.
Ernaldi Bahar karena marah-marah kepada ibunya tanpa sebab. Pasien
mengalami halusinasi auditori yaitu pasien merasa sedang berbicara dengan
temannya, pasien juga mengalami halusinasi visual karena pasien mengatakan
bahwa pasien dapat melihat dirinya sewaktu bayi dan pasien juga mengalami
waham kebesaran yaitu pasien merasa dirinya mempunyai ilmu sehingga ingin
menguji ilmunya seberapa banyak ilmu yang telah dimilikkinya. Selama
wawancara, pasien menjawab pertanyaan dan bersikap kurang kooperatif, saat di
wawancara tidak ada kontak mata, mood distimik (iritabel), afek datar, proses dan
bentuk pikiran asosiasi longgar.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan
bisa terjadi kekambuhan dengan gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas,
seperti penurunan fungsi kognitif yang disertai halusinasi dan waham, afek datar,
disorganisasi perilaku dan memburuknya hubungan sosial. Skizofrenia memiliki
berbagai tanda dan gejala. Gejala skizofrenia dapat terjadi kapan saja. Gejala
pada pria biasanya timbul pada masa remaja akhir atau awal usia 20-an,
sedangkan pada wanita pada usia 25-35 tahun. Skizofrenia dapat mempengaruhi
cara berpikir, perasaaan dan tingkah laku. Gejala yang ditimbulkan mencakup
banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah
(waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan
aktivitas motorik (katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul),
tidak mampu merasakan kesenangan (anhedonia). Dalam menentukan diagnosis
skizofrenia paranoid, diperlukan pemenuhan terhadap kriterian diagnosis yang
disesuaikan dengan DSM IV : Berdasarkan karakteristik gejala, sekurang-
kurangnya dua atau lebih gejala terpenuhi, seperti: delusi (waham), halusinasi,
pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi, gejala
negative. Gejala-gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 1 bulan secara
signifikan dengan minimal mengalami gangguan yang menetap dalam periode

11
waktu 6 bulan yang terjadi tanpa pengaruh penggunaan obat-obatan tertentu Akan
tetapi, jika pasien mengalami gejala yang menunjukkan adanya delusi kacau
(bizarre) atau terdapatnya halusinasi auditorik yang berupa suara suara
mengomentari perilaku penderita, maka hanya dibutuhkan kesesuaian terhadap
sekurang-kurangnya 1 kriteria gejala tersebut (Kaplan & sadock, 2015).
Pada pasien ini juga memiliki ciri kepribadian skizoid yang merupakan
ciri kepribadian yang paling sering mengembangkan skizofrenia paranoid. Hal ini
ditunjukkan dengan sifat pasien yang tidak pernah terbuka dengan orang-orang
disekitarnya terkait permasalahan yang dialaminya.
Pada pasien ini dipilih terapi anti psikotik golongan atipikal berupa
Risperidone 2 x 2 mg. Risperidone merupakan obat anti psikotik generasi ke II
dan termasuk ke dalam kelompok benzisoxazole. Obat ini bekerja sebagai
antagonis serotonin-dopamin. Mekanisme kerja obat ini melalui interaksi antara
serotonin dan dopamine pada jalur dopamine. Hal ini yang menyebabkan efek
samping ekstrapiramidal lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi
simptom negative.
Untuk pemberian dosis dimulai dengan 1mg/hari selama beberapa hari dan
jika belum ada respon dosis dapat dinaikkan menjadi 2 mg/ hari dan kemudian
dapat terus dinaikkan hingga 4-6 mg/hari namun perlu dilakukan evaluasi selama
2-3 minggu. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah 2-4 mg sehari. Selain
dalam bentuk tablet, risperdone juga tersedia dalam bentuk depo (long acting)
yang dapat digunakan setiap dua minggu. Obat ini disuntikkan secara IM dan
tidak menimbulkan rasa sakit di tempat penyuntikan karena ia merupakan
suspensi dengan pelarut air.
Trihexylphenidil (THP) diberikan apabila terjadi efek samping
ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek
samping ekstrapiramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas
dopamin pada ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap
reseptor D2.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Psikoterapi suportif bertujuan agar pasien merasa aman, diterima,

12
dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami
gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses
pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami
tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor penyebab, cara
perngobatan, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat minum
obat dan segara datang ke dokter bila gejala serupa muncul dikemudian hari.
Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama, adanya efek samping obat
dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh dokter.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat
menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga pasien juga diberikan terapi
keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada
keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya
sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara
dini.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. 2012, Kaplan & Sadock’s Buku ajar psikiatri
klinis edisi ke 2.EGC.
2. Katzung, B.G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC,
Jakarta.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Maslim, R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya.
5. Rudyanto, benhard. 2006. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta: FK
UI.

TABEL FOLLOW UP

14
21 April 2018 S : Tenang.
Bangsal Merpati
O : Afek datar, emosi stabil, kontak (-), kooperatif,
halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), waham
kebesaran (-).
TD: 120/80 N: 70 x/menit RR: 18x/menit.

A: F20.0 skizofrenia paranoid

P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidile 2x2 mg

22 April 2018 S: Tenang.


Bangsal Merpati
O: Afek sesuai, emosi stabil, kontak (+), kooperatif,
halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), waham
kebesaran (-).
TD: 120/80, N: 80x/menit, RR: 20x/menit

A: F20.0 skizofrenia paranoid

P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidile 2x2 mg

24 April 2018 S: Tenang.


Bangsal Merpati
O: Afek sesuai, emosi stabil, kontak (+), kooperatif,
halusinasi auditorik (-), hakusinasi visual (-), waham
kebesaran (-).
TD: 110/80, N: 80x/menit, RR: 20x/menit

A: F20.0 skizofrenia paranoid


P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidile 2x2 mg

15
25 April 2018 S: Tenang.
Bangsal Merpati
O: Afek sesuai, emosi stabil, kontak (+), kooperatif,
halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), waham
kebesaran (-).
TD: 110/80, N: 82x/menit, RR : 20x/menit

A: F20.0 skizofrenia paranoid

P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidile 2x2 mg.

26 April 2018 S : Tenang.


Bangsal Merpati
O : Afek sesuai, emosi stabil kontak (+), kooperatif,
halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), waham
kebesaran (-).
TD: 120/80, N: 92x/menit, RR : 20x/menit

A: F20.0 skizofrenia paranoid

P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidile 2x2 mg

16

Anda mungkin juga menyukai