Imunisasi Fix
Imunisasi Fix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian imunisasi
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008,
p10)
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat
tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan
terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain.
(Notoatmodjo, 2003)
9
10
2. Tujuan imunisasi
dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
3. Manfaat imunisasi
4. Jenis-jenis imunisasi
a. Imunisai aktif
bahan yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa
digunakan.
12
3. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
b. Imunisasi pasif
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia
(kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang
luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru
a. Fungsi
tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput selaput otak (yang terberat).
berkembang.
14
dialami:
pada paru.
genetik, status gizi dan faktor lain seperti paparan sinar ultraviolet
terhadap vaksin.
15
cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi
BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya
diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak
dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil
negatif.
sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan
dengan tepat.
c. Kontra indikasi
d. Efek samping
a. Fungsi
kulit penderita.
ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang terkena penyakit ini.
terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan
lama, batuk terjadi beruntun dan pada akhir batuk menarik napas
muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertusis
baru timbul gejala khas berupa batuk lama atau hebat, didahului
paroksismal ini berlangsung 4-8 minggu. Pada bayi batuk tidak khas,
rejan paling berat bagi bayi berusia 12 bulan ke bawah dan seringkali
diantara 200 anak di bawah usia enam bulan yang terkena batuk
dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen).
alat yang steril atau dengan cara tradisional dimana alat pemotong
kuman ini paling banyak terdapat pada usus kuda berbentuk spora
maupun otot mulut sehingga mulut tidak bisa dibuka, pada bayi air
yang akan menghancurkan sel darah merah, toksin yang merusak sel
darah putih dari suatu toksin yang akan terikat pada syaraf
diatas 1 bulan.
dan kotoran hewan. Bakteri ini dapat dimasuki tubuh melalui luka
sekecil tusukan jarum. Tetanus tidak dapat ditularkan dari satu orang
kekejangan otot yang mula-mula terasa pada otot leher dan rahang.
yang terasa sakit, dan detak jantung yang tidak normal. Karena
Australia, namun penyakit ini masih terjadi pada orang dewasa yang
secara pelan-pelan.
c. Efek samping
dan berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada
3. Imunisasi campak
a. Fungsi
setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan
23
and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala
panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10
b. Gejala klinis
beberapa minggu.
24
positif yaitu bila terdapat demam tinggi terus menerus 38,50 o C atau
lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila
demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih
tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang
demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga
bercak koplik.
komplikasi berat.
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum
pemberian:
26
sudut 45 derajat.
4. Efek samping
5. Kontraindikasi
4. Imunisasi polio
a. Fungsi
hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau
cairan.
yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu
pembungkus. Ada 3 macam serotipe pada virus ini, tipe 1 (PV1), tipe
parah jika virus masuk dalam sistem aliran darah. Kurang dari 1%
virus masuk dalam sistem syaraf pusat, akan tetapi virus lebih
polio akan meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien
atau tangan.
Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali (polio I, II, III dan IV)
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau dengan atau
pemakaian:
dimiringkan ke belakang.
c. Efek samping
d. Kontra indikasi
timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun,
5. Imunisasi hepatitis B
a. Fungsi
berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis
b. Penularan
cairan tubuh (darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini, atau
dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Kebanyakan anak kecil yang
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit hati dan
dengan darah, sebagai contoh apabila luka pada tubuh kita telah
dan gigitan manusia, hal ini termasuk hubungan seksual. Penyakit ini
yang dilahirkan dari ibu yang terifeksi hepatitis, orang yang suka
c. Gejala
Gejala mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa
lelah, mata kuning dan muntah serta demam, urine menjadi kuning
diberikan sesaat setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari.
suntik yang hanya diberikan pada bayi. Vaksin juga diberikan pada
hepatitis B. Selain itu orang –orang yang berada dalam rentan risiko
Cara pemakaian:
PID
b. Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan
dan leher.
c. Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan
e. Efek samping
f. Kontra indikasi
vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi
a. Definisi KIPI
yang dikenal sebagai kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) atau events
paska vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio
34
reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi
akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat
klinis sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Efek farmakologi, efek
(programmatic erros).
b. Epidemiologi KIPI
dihasilkan melalui fase uji klinis yang lazim, yaitu fase 1, 2, 3, dan 4.
tampak, maka untuk menilai KIPI diperlukan uji klinis fase 4 dengan
oleh karena:
c. Klasifikasi KIPI
7. Penyimpanan vaksin
2. Pelarut vaksin
3. Vaksin yang
4. Lemari
5. Pelatihan
6. Program error
b. Reaksi suntikan
vaksinasi masal.
a. Syncope/ fainting
pingsan
c. Atasi rasa takut yang muncul pada anak yang lebih besar
1. Reaksi lokal
40
2. Reaksi sistemik
imunodefisiensi.
a. Kejang
b. Trombositopenia
Komnas PP KIPI.
kausal (unlikely)
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan
dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat,
serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat terjadi KIPI makin
berat gejalanya.
bayi. Karena itu toleransi terhadap efek semping vaksin harus lebih
43
satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila
selama 15 manit.
kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar dan orang dewasa
terjadi 4-24 jam setelah imunisasi. Kasus KIPI polio berat dapat terjadi
1 per 2,4 juta dosis vaksin (CDC Vaccine Information Statement 2000),
ringan sampai sedang terjadi 1/14 dosis vaksin, dan pada dewasa 1/100
berupa demam terjadi pada 1/6 dosis, ruam kulit ringan 1/20 dosis,
kejang yang disebabkan demam 1/3000 dosis, dan reaksi alergi serius
1/1.000.000 dosis.
kurang bulan sama dengan bayi cukup bulan. Hal-hal yang perlu
tinja.
3. Pasien imunokompromais
dan efek imunisai tidak ada atau kurang. Apabila diberikan dini,
7. Jadwal imunisasi
B. Pengetahuan
1. Pengertian
(Notoatmodjo, 2003)
seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka
2. Tingkat pengetahuan
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
a. Tahu (Know)
Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
b. Memahami (Comprehention)
c. Aplikasi (Application)
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analisys)
e. Sintesis (Syntesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
dapat dipecahkan.
sendiri.
Cara ini disabut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau
adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati
langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun
berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu
aspek fisik, psikis dan soisai yang secara rinci merupakan refleksi dari
a. Faktor internal
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
b. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
2. Sosial budaya
C. Manajemen keluarga
ekonomi keluarga akan terjaga. Beberapa hal yang perlu diketahui tentang
adalah:
penuh kesadaran.
hari.
56
keinginan.
lain adalah:
1. Pendapatan keluarga
akan terhitung pada satuan saat panen, atau jumlah penjualan dimana
sering terjadi tidak stabilnya harga hasil panen. Untuk hal tersebut maka
akan timbul, jika dalam sebuah keluarga hanya ada satu yang
2. Rencana pengeluaran
a. Makanan
b. Pakaian
c. Perumahan
d. Kesehatan
e. Pendidikan
f. Transport
a. Angsuran/ kredit
dan penting
58
makan dan minim diluar rumah, pembelian barang dan jasa yang
D. Perilaku kesehatan
faktor perilaku ini sangat strategis. Intervensi terhadap faktor perilaku ini
secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling
1. Tekanan (Enforcement)
atau cara ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap
dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi
2. Edukasi (Education)
manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.
pemudah.
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
61
Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar
E. Kerangka teori
Faktor pemudah
(predisposing factor):
- Pengetahuan
- Pendidikan
- Nilai
- Sosial ekonomi
(Pendapatan)
Faktor pemungkin
(enabling factor):
Perilaku
- Ketersediaan sarana dan
kesehatan
prasarana
Faktor penguat
(reinforcing factor):
- Petugas kesehatan
- Tokoh masyarakat
- Tokoh agama
- Undang-undang dan
peraturan
F. Kerangka Konsep
imunisasi.
Pengetahuan
Kelengkapan imunisasi
Tingkat Pendapatan
G. Hipotesis:
Semarang.
Kedungmundu Semarang.