Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG PENGASUHAN RANG TUA TERKAIT PERNIKAHAN


ANAK USIA DINI PADA PONDOK PESANTREN DARUL HIKMAH DI
LINGKUNGAN LANGSEPAN RT/RW 002 / 20 KELURAHAN
KRANJINGAN KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER TAHUN 2016

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas III

oleh:
Kelompok 2A

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi

Anak adalah seseorang yang terbentuk sejak masa konsepsi sampai akhir masa
remaja. Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun
2008 (pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Sedangkan UU Perkawinan No.1
Tahun 1974 menjelaskan batas usia minimal menikah bagi perempuan 16 tahun
dan lelaki 19 tahun. Definisi anak berdasarkan UU No. 23 tahun 2002, adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk dalam anak yang masih berada
dalam kandungan.11 Pernikahan anak didefinisikan sebagai pernikahan yang
terjadi sebelum anak mencapai usia 18 tahun, sebelum anak matang secara fisik,
fisiologis, dan psikologis untuk bertanggungjawab terhadap pernikahan dan anak
yang dihasilkan dari pernikahan tersebut.
Studi yang dilakukan United Nations Children's Fund (UNICEF), fenomena
kawin di usia dini (early marriage) masih sering dijumpai pada masyarakat di
Timur Tengah dan Asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub
Sahara Afrika. Di Asia Selatan terdapat 9,7 juta anak perempuan atau 48o%
menikah pada umur dibawah usia 18 tahun, Afrika sebesar 42Yo dan Amerika
Latin sebesar 29%ot . Di Indonesia, angka statistik pernikahan usia dini dengan
pengantin berumur di bawah usia 16 tahun secara nasional mencapai lebih dari
seperempat, bahkan di beberapa daerah, sepertiga dari pernikahan yang terjadi
tepatnya di Jawa Timur 39,43Yo, Kalimantan Selatan 35,480 , Jambi 30,63yo dan
Jawa Barat 36Yo (Singgih B, Setyawan, 2007). Di masyarakat pedesaan,
perkawinan usia dini terjadi terutama pada golongan ekonomi menengah kebawah
yang lebih merupakan bentuk sosial pada pembagian peran dan tanggung jawab
dari keluarga perempuan pada suami. Di masyarakat perkotaar'- pernikahan usia
dini umumnya terjadi karena kecelakaan (maruied by accident) akibat salah
pergaulan oleh remaja.
Pernikahan usia dini memberi risiko yang lebih besar pada remaja perempuan
khususnya pade aspek kesehatan reproduksinya. Pernikahan usia dini juga akan
berimplikasi pada keterbelakangar pengetahuan akibat terhambatnya proses
pendidikan disebabkan pernikahan tersebut. Aspek sosiabudaya masyarakat
memberi pengaruh terhadap pelaksanaan pernikahan dan tidak terlepas pula pada
pernikahan usia dini. Di masyarakat Kecamatan Sanggalangi, pernikahan dini
yang terjadi disebabkan karena adanya ikatan kekeluargaan dalam budaya mereka
dimana orang tua melangsungkan pernikahan anak secara cepat dalam usia dini
hanya ditujukan untuk tetar mempertahankan tingkat sosial keluarga dalam
masyarakat. Selain itu, ikatan kekeluargaan dari per nikahan tersebut sering terjadi
pada pasangan satllrur-npLut dengan silsilah kelLrarga yang berdekatan seperli
sepupu sekali.
Pengetahuan kaum perempuan khususnya remaja yang rendah tentang
kesehatan reproduksi, dukungan keluarga sehubungan dengan peran social budaya
dan kebijakan pemerintah dalam perpanjangan usia perkawinan merupakan faktor
perilaku yang berhubungan dengan perilaku pernikahan usia dirri. Berdasarkan
hal tersebut, penelitian tentang perilaku pernikahan usia dirri dengan rneninjau
tingkat pengetalruan masyarakat dalam hal ini remaja perempuan yang menjadi
pelaku pernikahan usia dini, dukungan keluarga dengan adanya pengaruh social
budaya masyarakat perlu dilaksanakan.
Setelah mahasiswa PSIK Universitas Negri Jember melakukan survey
pada santri perempuan, didapatkan beberapa santri yang sudah dijodohkan sejak
duduk di bangku SMP. Setelah nanti lulus dari SMP tersebut santri perempuan
tersebut akan langsung dikawinkan dengan jodoh pilhan orang tuanya. Ketika
ditelusuri, ternyata keluarga belum mengetahui secara detail apa dampak dari
pernikahan usia dini seperti berpengaruh pada kesehatan reproduksi. Selain itu,
kami Mahasiswa PSIK Universitas Negri Jember juga diberi pesan dari Pembina
pondok pesantren bahwa disuruh memberikan penyuluhan terkait pernikahan usia
dini, dengan alasan agar santri wanita mengerti tentang dampak dari pernikahan
usia dini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam kegiatan
yang akan dilakukan ini apa dampak bila menikahkan anak pada usia dini?
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk membantu
meningkatkan pengetahuan kepada para santri wanita di Pondok
Pesantren Darul Hikmah di Lingkungan Langsepan Kelurahan
Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Jawa Timur.
2.1.2 Tujuan Khusus
1. Para Santri wanita mampu mengerti tentang dampak pernikahan dini;
2. Para Santri dapat menjelaskan tentang dampak pernikahan anak usia
dini;
3. Para Santri wanita mampu memahami dampak yang ditimbulkan pada
pernikahan anak usia dini.
2.2 Manfaat
2.1.1 Menambah pengetahuan para Santri wanita tentang dampak
pernikahan anak usia dini;
2.1.2 Para Santri wanita dapat mengetahui dan memahami tentang penyebab
pernikahan anak usia dini;
2.1.3 Para Santri Wanita dapat mengetahui dan memahami dampak
pernikahan anak usia dini.
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran

Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan realita yang harus dihadapi
sebagian anak di seluruh dunia, terutama negara berkembang.3-6 Meskipun
Deklarasi Hak Asasi Manusia di tahun 1954 secara eksplisit menentang
pernikahan anak, namun ironisnya, praktek pernikahan usia dini masih
berlangsung di berbagai belahan dunia dan hal ini merefleksikan perlindungan hak
asasi kelompok usia muda yang terabaikan.3 Implementasi Undang-Undangpun
seringkali tidak efektif dan terpatahkan oleh adat istiadat serta tradisi yang
mengatur norma sosial suatu kelompok masyarakat.
Di berbagai penjuru dunia, pernikahan anak merupakan masalah sosial dan
ekonomi, yang diperumit dengan tradisi dan budaya dalam kelompok masyarakat.
Stigma sosial mengenai pernikahan setelah melewati masa pubertas yang
dianggap aib pada kalangan tertentu, meningkatkan pula angka kejadian
pernikahan anak, Motif ekonomi, harapan tercapainya keamanan sosial dan
finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan
usia dini. Alasan orangtua menyetujui pernikahan anak ini seringkali dilandasi
pula oleh ketakutan akan terjadinya kehamilan di luar nikah akibat pergaulan
bebas atau untuk mempererat tali kekeluargaan. Secara umum, pernikahan anak
lebih sering dijumpai di kalangan keluarga miskin, meskipun terjadi pula di
kalangan keluarga ekonomi atas. Di banyak negara, pernikahan anak seringkali
terkait dengan kemiskinan. Negara dengan kasus pernikahan anak, pada umumnya
mempunyai produk domestik bruto yang rendah. Pernikahan anak membuat
keluarga, masyarakat, bahkan negara mengalami kesulitan untuk melepaskan diri
dari jerat kemiskinan dan hal ini tentunya menyebabkan kualitas kesehatan dan
kesejahteraan yang rendah baik anak maupun keluarga dan lingkungannya.
Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun
meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak.
Kehamilan di usia yang sangat muda ini ternyata berkorelasi dengan angka
kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14
tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan
kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada
kelompok usia 15-19 tahun. Angka kematian ibu usia di bawah 16 tahun di
Kamerun, Etiopia, dan Nigeria, bahkan lebih tinggi hingga enam kali lipat.
Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun
melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa obstructed labour serta
obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di
antara persalinan di usia dini disertai dengan komplikasi kronik, yaitu obstetric
fistula. Fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan
kebocoran urin atau feses ke dalam vagina. Wanita berusia kurang dari 20 tahun
sangat rentan mengalami obstetric fistula. Obstetric fistula ini dapat terjadi pula
akibat hubungan seksual di usia dini. Pernikahan anak berhubungan erat dengan
fertilitas yang tinggi, kehamilan dengan jarak yang singkat, juga terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan.Mudanya usia saat melakukan hubungan seksual
pertamakali juga meningkatkan risiko penyakit menular seksual dan penularan
infeksi HIV. Banyak remaja yang menikah dini berhenti sekolah saat mereka
terikat dalam lembaga pernikahan, mereka seringkali tidak memahami dasar
kesehatan reproduksi, termasuk di dalamnya risiko terkena infeksi HIV. Infeksi
HIV terbesar didapatkan sebagai penularan langsung dari partner seks yang telah
terinfeksi sebelumnya. Lebih jauh lagi, perbedaan usia yang terlampau jauh
menyebabkan anak hampir tidak mungkin meminta hubungan seks yang aman
akibat dominasi pasangan. Pernikahan usia muda juga merupakan faktor risiko
untuk terjadinya karsinoma serviks. Keterbatasan gerak sebagai istri dan
kurangnya dukungan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena terbentur
kondisi ijin suami, keterbatasan ekonomi, maka penghalang ini tentunya
berkontribusi terhadap meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada
remaja yang hamil.
Pada umumnya orang tua tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
pernikahan anak usia dini. Seperti kejadian pada santri yang sudah dijodohkan
oleh orang tuanya. Ayah dan ibu santri tersebut tidak mengetahui karna memang
kurangnya pengeahuan sang anak, dan juga keluarga. Oleh karena itu kami disini
melakukan pendidikan kesehatan tentang dampak pernikahan usia dini pada santri
wanita di Pondok Pesantren Darul Hikmah Lingkungan Langsepan Kelurahan
Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Jawa Timur.

3.2 Kerangka Penyelesaian


BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pada realisasi penyelesaian masalah, kami nanti akan memberikan
informasi dan edukasi tentang dampak dari pernikahan anak usia dini. Pemberian
pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan kejadian pernikahan anak usia
dini, yang langsung diberikan oleh Mahasiswa Praktik Belajar Lapangan PSIK
Universitas Negeri Jember kepada santri wanita di Pondok Pesantren Darul
Hikmah Lingkungan Langsepan Kelurahan Kranjingan Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember Jawa Timur.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan ini yaitu santri wanita di Pondok Pesantren
Darul Hikmah

4.3 Metode Yang Digunakan

Presentasi materi terkait pernikahan anak usia dini diberikan secara langsung oleh
Mahasiswa Praktik Belajar Lapangan PSIK Universitas Negeri Jember yang
bertempat di Pondok Pesantren Darul Hikmah Lingkungan Langsepan Kelurahan
Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Jawa Timur
BAB V. HASIL KEGIATAN

5.1 ANALISIS EVALUASI DAN HASIL-HASILNYA


5.1.1 Evaluasi Struktur:
a. Materi yang akan disajikan terkait dampak pernikahan anak usia
dini;
b. Tempat yang akan digunakan untuk melakukan pendidikan telah
siap digunakan;
c. Persiapan mahasiswa telah dilakukan;
d. Persiapan masyarakat khususnya santri wanita di Pondok Pesantren
Darul Hikmah telah dilakukan.
5.1.2 Evaluasi Proses:
a. Proses penyuluhan pada masyarakat khususnya santri wanita di
Pondok Pesantren Darul Hikmah berjalan dengan lancar mulai dari
awal hingga akhir asuhan sesuai yang diharapkan;
b. Audience sangat kooperatif selama dilakukan penyuluhan mengenai
penyebab dan dampak pernikahan usia dini;
c. Tujuan umum dan tujuan khusus akan tercapai setelah asuhan
keperawatan dilaksanakan.
5.1.3 Evaluasi Hasil:
Setelah mendapatkan materi tentang penyebab dan dampak pernikahan
usia dini para santri mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian pernikahan usia dini;
b. Mengetahui penyebab pernikahan usia dini;
c. Mengetahui dampak pernikahan usia dini.
5.1.4 Faktor Pedorong:
a. Para Santri sangat kooperatif selama proses pemberian penyuluhan
dan pendidikan kesehatan;
b. Para Santri sangat senang mendapatkan pengetahuan mengenai
penyebab dan dampak pernikahan usia dini.
5.1.5 Faktor Penghambat:
a. Para Santri kebanyakan masih belum mengetahui tentang
pernikahan;
b. Sebagian santri masih ada yang tidak mendengarkan karena sibuk
dengan sendirinya.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Pendidikan kesehatan ini sangat berguna bagi para santri. Pendidikan
kesehatan ini dikhususkan kepada santri wanita yang belum mengetahui penyebab
dan dampak yang ditimbulkan akibat dari pernikahan dini. Kebanyakan para santri
setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat mengerti dan paham akan
bagaimana dampak pernikahan anak usia dini dan penyebabnya juga
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Sasaran:
Diharapkan setelah dilakukannya pendidikan kesehatan tentang dampak
dari pernikahan anak usia dini.
.
6.2.2 Bagi Para Santri:
Pemberian pendidikan kesehatan ini sangat berguna bagi para santri,
yakni dapat menambah ilmu pengeahuan tentang dampak pernikahan usia
dini. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi juga harus di meneri sejak
usia dini juga, agar terhindar dari penyakit menular seksual ataupun penyakit
gangguan sistim reproduksi. Penyluhan ini seharusnya diberikan juga kepada
orang tua dari para santri wanita, agar dapat mengetahui secara langsung.
6.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan:
Perawat adalah salah satu bagian dari para tenaga kesehatan yang
mendukung program pencegahan pernikahan anak usia dini ini, oleh karena
itu perawat harus melakukan pemberian edukasi secara teratur pada anak
anak dan orang tua juga, agar peningkatan angka kejadian pernikahan anak
usia dini bisa ditekan.
DAFTAR PUSTAKA

Pambudy MN. Perkawinan anak melanggar undang-undang perkawinan. [diunduh 29 April


2009]. Didapat dari: http://cetak.kompas.com/read, 2008.

2. Palu B. Menyelamatkan generasi muda. [Diunduh tanggal 10 Mei 2009]. Didapat dari:
www.bappenas.go.id, 2008.
3. IHEU. UN publishes IHEU statement: child marriage is child abuse. [diunduh 29 April 2009].
Didapat dari: www.iheu.org. 2005.
4. UNICEF. Child protection information sheet: child marriage. [diunduh 29 April 2009]. Didapat dari:
www.unicef.org. 2006.
5. UNPFA. Child marriage fact sheet. [diunduh tanggal 29 April 2009]. Didapat dari: www.unpfa.org.
2005.
6. ICRW. Ending child marriage. [diunduh 29 April 2009]. Didapat dari: www.icrwindia.org. 2007
7. UNICEF. Early marriage: child spouses. Innocenti Digest 2001;7:2-29.
8. UNICEF. Early marriage: a harmful traditional practice, a statistical exploration. [diunduh 29 April
2009]. Didapat dari: www.unicef.org. 2006.
9. WHO. Implementation og general assembly resolution 60/251 of march 2006 entitled “human rights
council”. [diunduh 29 April 2009]. Didapat dari: www.unitednations.org. 2007.
10. USAID. Preventing child marriage: protecting girls health. [diunduh 29 April 2009]. Didapat dari:
www.usaid.gov. 2006.
11. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; Jakarta: 2006.h.21-2.
12. Undang-undang Republik Indonesia tentang perkawinan. Penerbit Yayasan Peduli Anak Negeri;
1974.h.1-15.
13. IPPF. Ending child marriage: a guide for global policy action. [diunduh 29 April 2009]. Didapat dari:
www.ippf.org. 2006.

Anda mungkin juga menyukai