Anda di halaman 1dari 13

Nama : Dian Rosikin Hasibuan

NIM : FAA 112 009


Cairan Infus

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.1
- Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous
Cannulation):1
1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
3. Pemberian kantong darah dan produk darah.
4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat)
6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

- Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah
Vena1
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya
lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

- Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:1


1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah
arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum,
atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah),
terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena terjadi akibat infus yang
dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara
yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
- Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus: Cairan Infus
1. Rasa perih/sakit
2. Reaksi alergi

Sifat:1
1. Cairan hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka
cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.
2. Cairan isotonik
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit
dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:1


1. Kristaloid
Kristaloid merupakan cairan yang mengandung zat dengan BM rendah (< 8000 dalton)
dengan atau tanpa glukosa.2 Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna
pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis (NaCl
0,9%).
2. Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar (> 8000 dalton) sehingga tidak akan
keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik,
dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid

Kandungan Cairan Infus:


 Asering1
Indikasi:1
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada
kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue
(DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.

Komposisi:2
Setiap liter Asering mengandung:
1. Na 130 mEq
2. K 4 mEq
3. Cl 109 mEq
4. Ca 3 mEq
5. Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:1
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan
hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL
pada neonates
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral
 KA-EN 1B
Indikasi:1
1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien
belum diketahui, missal pada kasus emergensi
(dehidrasi akibat asupan oral tidak memadai,
demam)
2. < 24 jam pasca operasi
3. Dosis lazin 500-1000 ml untuk sekali pemberian
secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam
(dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak.
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam

Komposisi:2
Tiap 1000 ml isi mengandung
- sodium klorida 2,25 g
- anhidrosa dekstros 37,5 g
- Elektrolit (meq/L) :
a. Na+ 38,5
b. Cl- 38,5
c. Glukosa 37,5 g/L.
d. kcal/L : 150

 KA-EN 3A dan KA-EN 3B


Indikasi:1
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium
cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN
3A
4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN
3B
 KA-EN MG3
Indikasi :1
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium
cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium 20 mEq/L
4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC
dibutuhkan 400 kcal/L

Komposisi:2
Tiap liter isi mengandung bahan :
o sodium klorida 1,75g,
o potassium klorida 1,5g,
o sodium laktat 2,24g,
o anhydrous dekstros 100g.
o Elektrolit (mEq/L) :
a. Na+ 50,
b. K+ 20,
c. Cl- 50,
d. laktat- 20,
e. glukosa 100 g/L;
f. kcal/L: 400
 KA-EN 4A
Indikasi :1
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan
pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi
kalium serum normal
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):2


 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L
 Cl 20 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 40 gr/L

 KA-EN 4B

Indikasi:1
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
usia kurang 3 tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:2
o Na 30 mEq/L
o K 8 mEq/L
o Cl 28 mEq/L
o Laktat 10 mEq/L
o Glukosa 37,5 gr/L
 OTSU-NS
Indikasi:1
1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare
3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)

Komposisi:2
Per Liter mengandung : Na 154 meq, Cl 154 meq

 OTSU RL
Indikasi:1
1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolik

Komposisi:2
Mengandung elektrolit mEq/L
· Na+ = 154
· Cl– = 154

 Martos-10
Indikasi:1
1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada
penderita diabetik
2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi
eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan
defisiensi protein
3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
4. Mengandung 400 kcal/L
 AMIPAREN
Indikasi:1
1. Stres metabolik berat
2. Luka bakar
3. Infeksi berat
4. Kwasiokor
5. Pasca operasi
6. Total Parenteral Nutrition
7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

Komposisi:2
Setiap liter Amiparen isi mengandung
o L-leucine 14g, o L-histidine 5g,
o L-isoleucine 8g, o L-alanine 8g,
o L-valine 8g, o L-proline 5g,
o lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent o L-serine 3g,
10,5g), o aminoacetic acid 5,9g,
o L-threonine 5,7g, o L-aspartic acid 30 w/w%,
o L-tryptophan 2g, o total nitrogen 15,7g,
o L-methionine 3,9g, o sodium kurang lebih 2 mEq,
o L-phenylalanine 7g, o acetate kira-kira 1220 mEq.
o L-cysteine 1g, o Sodium bisulfit ditambahkan sebagai
o L-tyrosine 0,5g, stabilisator.
o L-arginine 10,5g,

 AMINOVEL-600
Indikasi:1
- Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
- Penderita GI yang dipuasakan
- Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka
bakar, trauma dan pasca operasi)
- Stres metabolik sedang
- Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Komposisi:2
Tiap liter Aminovel 600 berisi
o amino acid (L-form) 50g, – Setiap 50g asam amino berisi :
o D-sorbitol 100g, a. L-isoleucine 3,2gram,
o ascorbic acid 400mg, b. L-leucine 2,4g,
o inositol 500mg, c. L-lysine (calculated as base) 2g,
o nicotinamide 60mg, d. L-methionine 3g,
o pyridoxine HCl 40mg, e. L-phenylalanine 4g,
o riboflavin sodium phosphate 2,5mg, f. L-threonine 2g,
o Elektrolit : g. L-tryptophan 1g,
a. Sodium 35 mEq, h. L-valine 3,2g,
b. potassium 25 mEq, i. L-arginine (calculated as base) 6,2g,
c. magnesium 5 mEq, j. L-histidine (calculated as base) 1g,
d. acetate 35 mEq, k. L-alanine 6g,
e. maleate 22 mEq, l. glycine 14g,
f. chloride 38 mEq. m. L-proline 2g

 PAN-AMIN G
Indikasi:1
1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres
metabolik ringan
2. Nitrisi dini pasca operasi
3. Tifoid

Komposisi:2
Tiap liter infuse mengandung
o L-arginine HCl 2,7g,
o L-histidine HCl H2O 1,3g,
o L-isoleucine 1,8g,
o L-leucine 4,1g,
o L-lysine HCl 6,2g,
o L-methionine 2,4g,
o L-phenyilalanine 2,9g,
o L-threonine 1,8g,
o L-tryptophane 0,6g,
o L-valine 2g,
o glycine 3,4g,
o D-sorbitol 50g
o air.
 Tutofusin OPS
Komposisi Per Liter:2
- Natrium 100 mEq,
- Kalium 18 mEq,
- Kalsium 4 mEq,
- Magnesium 6 mEg,
- Klorida 90 mEq,
- Asetat 38 mEq,
- Sorbitol 50 gram.

Indikasi:2
- Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum,
selama, & sesudah operasi.
- Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra
operasi, intra operasi dan pasca operasi
- Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan
dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intraselular
- Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial
Kontraindikasi:2
- Insufisiensi ginjal
- intoleransi Fruktosa & Sorbitol
- kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
- keracunan Metil alkohol.

Hati-hati pada:2
- Penyakit ginjal atau jantung
- retensi cairan
- hipernatremia.

 Albumin
Komposisi:2
- Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah
protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia
(contoh: albumin 5%).
- Albumin merupakan koloid alami dan lebih
menguntungkan karena volume yang dibutuhkan lebih
kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi
di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang
lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya
anafilaksis lebih kecil.
Indikasi:2
- Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia,
atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal
ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
- Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
- Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi
besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
- Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis
memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang
baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin
pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri
dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS),
yaitu sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari
bakteri.

Kontraindikasi:2
- Gagal jantung, anemia berat.

 HES (Hydroxyetyl Starches)


Komposisi:2
- Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu
amilosa dan amilopektin.

Indikasi:2
- Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat
menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga
dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.

Kontraindikasi:2
- Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko
perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi karena HES
berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal
failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih
terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena:
- Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa
digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.
- Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
- Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.
- HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi
sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.

Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis
karena :
- Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
- HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada pasien
sepsis dengan hipovolemia.
- HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus,
dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi
(contoh: transplantasi ginjal).
- Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien
dengan sepsis.
- Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.

 Dextran
Komposisi:2
Dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari
bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan
pada media sukrosa.

Indikasi:2
- Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok
sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, dan penyakit
vaskuler perifer.
- Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah
dengan menurunkan viskositas darah, dan menghambat
agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan
bahwa dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling
poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.
Kontraindikasi:2
Pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia, hipofibrinogenemia), tanda-
tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang parah.
Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan
dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran pada tubulus renal.
Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.
Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

 Gelatin
Komposisi:2
Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.

Indikasi:2
- Penambah volume plasma dan mempunyai efek
antikoagulan,
- Pada sebuah penelitian invitro dengan
tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki
efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan
HES.

Kontraindikasi:2
- Haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan
hiperkalsemia.
Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000
pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.

Daftar Pustaka:
1. Handaya Y. Infus Cairan Intravena. Yogyaka.rta: FK UGM; 2014
2. Leksana E. Terapi Cairan dan Elektrolit. Semarang: FK UNDIP; 2004.

Anda mungkin juga menyukai