TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Identitas Klien
1. Nama : Tn. Lutfhi
2. Umur : 15 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku : Jawa
6. Pendidikan : SMP
7. Alamat : Jalan KP.tambun selatan RT/RW 004/008
kelurahan cakung timur kecamatan cakung kota
jakarta timur
8. Diagnosa Medis : ( colic abdomen ) Post Op Laparatomi
9. No. RM : 856209
Identitas Penanggung jawab
1. Nama : Achmad sutionio
2. Umur : 45 tahun
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku : Jawa
6. Pendidikan :SMP
7. Alamat : Jalan KP.tambun selatan RT/RW 004/008
kelurahan cakung timur kecamatan cakung
kota jakarta timur
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pasien datang pada tanggal 8 April 2018 jam 16.30 WIB, dengan keluhan
nyeri perut kanan bagian bawah dengan skala nyeri 9, demam hilang timbul
+, mual +, muntah +, TD= 120/80mmHg, N= 80x/m, RR= 20x/m, S= 370C
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 12 april 2018 pasien mengalami kejang sebanyak 3 kali,
ekstremitas bawah tidak bisa digerakkan dan ekstremitas atas kanan
mengalami kelemahan. Saat pengkajian di ICU tanggal 16 april 2018
kesadaran klien soporokoma dengan GCS E2M2VETT, terpasang Ventilator
dengan mode pressure A/C 22, FiO2 65%, PEEP +7, VT 538 , RR
12x/menit. Vital Sign : : Nadi 118x/menit, tekanan darah 116/71mmHg,
suhu 370C, SPO2 100% Kondisi pupil keduanya midriasis 5/5, reflek
cahaya ±/± . Ada akumulasi secret di mulut dan di selang ET, terpasang
mayo dan lidah turun. Terdapat retraksi otot interkosta dengan RR 12
x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan. CRT < 3 detik,
konjungtiva ananemis, kelemahan pada ektremitas atas dextra dan
ekstremitas bawah tidak bisa digerakkan
3. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya keluarga tidak mengetahui bahwa pasien pernah jatuh keluarga
pasien hanya mengetahui pasien memiliki riwayat sakit kepala, demam
sejak 2 minggu yang lalu sebelum dibawa ke rumah sakit dan beberapa kali
mengalami kejang di pesantren tetapi tidak dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
II. Pengkajian ABCD
1. Airway : Adanya sumbatan jalan nafas total. Pasien terpasang orofaringeal tube
dan terpasang airway definitif yaitu endotrakeal tube (ETT)
2. Breathing : tidak terdapat nafas cuping hidung RR:12x/menit, terdapat retraksi
otot interkosta, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, ada suara
ronkhi basah dibasal paru dan tidak terdapat wheezing terpasang
ventilator mode pressure APC 22, FiO2 65%, PEEP 7, VT 538.
3. Circulation : Nadi 118x/menit, tekanan darah 116/71mmHg,suhu 370C, SPO2 100%
Akral hangat, kulit tidak pucat, konjungtiva tidak anemis
4. Disability :Kesadaran : Soporocoma GCS E2M3V1( ETT ), reaksi pupil ±/± pupil
midriasis 5/5
5. Eksposure :Tidak ada luka dibagian tubuh klien dari kepala sampai kaki suhu
370C
III. PENGKAJIAN SEKUNDER
A. Tanda-tanda vital
Tanggal TD MAP HR SPO2 RR Suhu
16/4/2018 156/105 - 128 x/m 98% 25 x/m 370C
mmHg ETT
APC 22
17/4/2018 103/47 - 129 x/m 100 % 12 39,30C
mmHg ETT
APC 22
√
17-04-2018 - - - - √
18-04-2018 - - - - √
E. Tingkat ketergantungan
Tgl Aktivitas
Hygiene Berpakaian Eliminasi Mobilisasi Kontinen Makan Kategori
16-04- Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Total
2018
17-04- Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Total
2018
18-04- Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Total
2018
CEREBROSPINAL
RESUME :
Peningkatan Protein
Cairan Lcs
2) Hasil rontgen
Kesan : COR dalam batas normal
Pulmo dengan tanda bronkopneumonia dextra
Tip ETT diatas carina stg VT 2
H. Therapy
Tanggal Terapi
parenteral Enteral Lain-lain
16/4/2018 - Asering II/hari - Diit cair 6x Inhalasi
- RL I/hari + 200 cc Bisolvon :
ondansentron, - Rifastar 1x NaCl/ 8 jam
ketorolac, 4tab
tramadol
- Omeprazol
sodium 2x1
- Paracetamol
infus 3x1gr
- Penitoin
3x100mg
- Dexametason
4x1 amp
- Meropenem
3x1g
17/4/2018 - Asering II/hari - Diit cair 6x Bisolvon :
- RL I/hari + 200 cc combiven
ondansentron, - Rifastar 1x 8/hari
ketorolac, 4tab
tramadol - Ambroxol
- Omeprazol 3x1
sodium 2x1
- Paracetamol
infus 3x1gr
- Penitoin
3x100mg
- Dexametason
4x1 amp
- Meropenem 3x1
gr
18/4/2018 - Asering II/hari - Diit cair 6x Bisolvon :
- RL I/hari + 200 cc combiven
ondansentron, - Rifastar 1x 8/hari
ketorolac, 4tab
tramadol - Ambroxol
- Omeprazol 3x1
sodium 2x1
- Paracetamol
infus 3x1gr
- Penitoin
3x100mg
- Dexametason
4x1 amp
- Meropenem 3x1
gr
ANALISA DATA
DS : - Gangguan perfusi
DO: jaringan serebral
Kesadaran
soporokoma, GCS
E2M3VET, pupil
midriasi (5/5mm),
reaksi pupil ±/±,
hemodinamik tidak
stabil
DS : - Resiko tinggi infeksi Prosedur invasif
DO: dan bedrest total
Keadaan umum
soporokoma, panas
dengan suhu 38,5⁰C,
terpasang ET dan
infus line, bedrest
total, reflek motorik
±/±, dekubitus
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
PEMBAHASAAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. L dengan kolik
abdomen post op. Laparatomi. Maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan
anata teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga
akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawayan terhadap
Tn. L dengan kolik abdomen post op. Laparatomi dalam penyusunan asuhak keperawatan
kami merencanakan keperawatan yang meliputi pengkajian perencanaan,pelaksanaan dan
evaluasi dengan uraian sebagai berikut :
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanda-tanda yang dikenali pada awal proses diagnostik dapat dipahami hanya jika ada
penjelasaan yang masuk akal untuk tanda-tanda tersebut dengan konteks suatu situasi
ini adalah proses berfikir aktif ketika perawat mengeksplorasi pengetahuan dalam
memorinya untuk mendapatkan kemungkinan penjelasaan data (Nanda, Nic & Noc,
2007) :
1. Diagnosa keperawatan yang muncul
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahanan jalan napas paten
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung yaitu
Objektif : batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih , mengi,
wheezing, mekonium dijalan napas dan data minor : subjektif : dispnea,sulit
bicara ortopnea. Objektif : gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah. Alasan diagnosa tersebut diangkat karena
saat pengkajian didapatkan data objektif
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena keluhan yang dirasakan pasien
saat itu dan apabila masalah itu tidak segera ditangani akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien
b. Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler
yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Diagnosa tersebut ditegakkan
bila ada data mayor yang mendukung yaitu objektif : pengisian kapiler >3
detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit
pucat, turgor kulit menurun. Dan data minor : subjektif : paratesia dan nyeri
ekstremitas. Data objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle
brachial <0,90, bruit femoral. Alasan diagnosa itu diangkat karena saat
pengkajian didapatkan data objektif
c. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan oksigenasi
d. Gangguan perfusi jaringan serebral
e. Resiko infeksi