kereta api struktur atas terdiri dari lantai kendaraan (rel), gelagar
memanjang, gelagar melintang, gelagar induk, tumpuan jembatan. Dan
untuk struktur bawah terdiri dari abutmen, pilar, dan pondasi.
Jembatan kereta api adalah jembatan yang digunakan untuk
menghubungkan jalan rel yang melintasi rintangan seperti sungai, jalan lain
dan sebagainya, untuk dilewati kereta api.
2.2 Konstruksi Jalan Rel
Dalam merencanakan jalan rel digunakan kecepatan rencana yang
besarnya 1,25 x Vmaks.
Di samping kecepatan rencana juga memperhitungkan beban gandar dari
kereta api. Untuk semua kelas, beban gandar maksimum adalah 18 ton.
Ketentuan ini akan dipakai guna evaluasi kelayakan pada perencanaan
double track. Dibawah ini merupakan tabel klasifikasi standar jalan rel.
Tabel. 2.1 Klasifikasi Jalan Rel
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 5
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
2.3 Komponen Jembatan Rangka
2.3.1 Struktur Bawah
Struktur bawah jembatan merupakan struktur yang dibangun untuk
mentransfer gaya pada struktur atas (jembatan rangka dan beban hidup)
tersebut secara umum berupa rangka utama, portal ujung, gelagar melintang,
gelagar memanjang, ikatan angin / lateral bracing, plat buhul, dan lantai
kendaraan.
1. Rangka Utama
Rangka utama jembatan rangka dapat dibentuk dengan berbagai variasi
dan kebanyakan di Indonesia menggunakan jembatan rangka type
Warren. Rangka utama merupakan pemikul utama keseluruhan beban
jembatan yaitu beban mati dan beban atas (top chords), gelagar bawah
(bottom chords), dan batang diagonal (diagonal chords). Seperti terlihat
pada Gambar 2.1.
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 6
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
memiliki dimensi penampang yang lebih besar dibandingkan komponen
rangka utama lainnya, seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 7
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
5. Ikatan Angin (Lateral Bracing)
Ikatan angin merupakan rangkayan profil baja yang berfungsi untuk
menahan beban lateral akibat beban angin pada jembatan. Ikatan angin
pada jembatan terletak di bagian atas dan bawah dari jembatan tersebut.
6. Pelat Buhul (Gusset Plate)
Pelat buhul adalah satu komponen jembatan yang berfungsi untuk
menghubungkan profil-profil baja pada rangka utama. Profil-profil baja
yang terdapat pada rangka utama, dihubungkan ke pelat buhul, dengan
menggunakan sambungan berupa baut.
Pelat buhul harus memiliki ketebalan yang lebih besar dibandingkan
dengan profil tebal plat pada profil baja. Hal ini dikarenakan semua gaya
yang bekerja pada struktur rangka utama akan disalurkan ke pelat buhul
tersebut,seperti terlihat pada Gambar 2.4
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 8
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 9
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Jembatan pemberat disambungkan dengan jembatan pokok dengan
menggunkan rangka penghubung (link set). Jembatan pemberat yang
berperan sebagai pemberat akan diberikan pemberat pada ujung
belakangnya yang berfungsi sebagai counter weight. Berikut gambar dari
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 10
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Baut yang diulir penuh berarti mulai dari pangkal baut sampai ujung
baut diulir, seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut ini :
Gambar 2.7 Baut yang Diulir Penuh
Diameter baut yang diulir penuh disebut Diameter Kern (inti) yang
ditulis dengan notasi dk atau d1 pada Tabel Baja tentang Baut.
2. Baut yang tidak diulir penuh
Baut yang tidak diulir penuh ialah baut yang hanya bagian ujungnya
diulir, seperti terlihat pada Gambar 2.8 berikut ini :
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 11
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.10 Baut dengan dua irisan
3. Baut yang dibebani // sumbunya, seperti terlihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.12 Baut yang Dibebani Sejajar dengan Sumbu dan Tegak Lurus
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 12
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
2.7 Kriteria Umum Perencanaan Struktur Atas Jembatan Kereta Api
2.7.1 Umum
Pembuatan desain berdasarkan kondisi batas ultimate atau metode LRFD
(Load Resistance and Factor Design) dan menurut intilah SNI : PBKT
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 13
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
2.7.2 Pembebanan
a. Beban Utama
Beban utama terdiri dari beban mati, dan beban hidup.
Beban Mati (D)
Beban mati terdiri dari berat sendiri komponen struktur baja,
berat sendiri rel, bantalan, dan balas.
Beban Hidup (L)
Beban hidup bergerak berupa rangkaian lokomotif berdasarkan
skema 100% RM 1921, seperti terlihat pada Gambar 2.13.
Sebagai beban hidup ditentukan suatu kendaraan, yang
rangkaiannnya sendiri dari dua lokomotif dengan tender-tender,
masing-masing seperti skema dibawah ini :
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 14
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.15 Beban 6 atau 7 Gandar
Jika pada suatu bentang jembatan hanya muat lima gandar,
maka bebannya ditingkatkan hingga 17 ton seperti pada Gambar
2.16.
Gambar 2.16 Beban 4 atau 5 Gandar
Jika pada suatu bentang jembatan hanya muat tiga gandar,
maka bebannya ditingkatkan hingga 18 ton seperti apada Gambar
2.17.
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 15
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
φ = 1,2 + (pers 2.2)
Dimana :
φ = Faktor kejut
Lt = bentang jembatan dalam (m)
b. Beban Tambahan
Beban utama terdiri dari gaya horizontal akibat angin, gaya
menyimpang akibat lokomotif, gaya rem.
Gaya Horizontal Akibat Angin (W) (AVBP 1932)
Tekanan angin dianggap sebagai suatu beban terbagi merata,
tidak dengan kejut dan bekerja dalam arah horizontal. Besarnya
tekanan angin menurut AVBP 1932 adalah 100 kg/m2. Luas
bidang yang tertekan angin untuk jembatan rangka baja ialah luas
bidang rangka batang ditambah dengan luas bagian lantai jalan
yang mungkin muncul diatasnya dan luas muatan gerak.
Gaya Menyimpang Akibat Lokomotif (S) (AVBP 1932)
Dalam AVBP 1932, perlu diperhatikan pula santakan
menyamping yang dilakukan oleh lokomotif terhadap jembatan,
yang pengaruhnya dapat disamakan dengan suatu gaya horizontal
S. Besar arah dan titik tangkap S dapat dilihat pada Tabel berikut
ini.
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 16
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.3 Gaya Horizontal S oleh Tekanan Kesamping Lokomotif
Besar Arah Titik Tangkap
Tegak pada sumbu Pada tinggi
Lurus S = A max / 10
memanjang jembatan kepala rel
R ≥ 900 S = A max / 10 ditempat yang
R ≥ 150 < S = (A max / 7500) paling
Sejajar dengan gaya
Lengkungan 900 x R1500 membahayakan
menjauhi titik pusat
untuk masing –
R ≤ 150 S=0
masing batang
Catatan :1. A max = Muatan gandar yang terbesar (tidak dengan
koefisien kejut), yang ada dalam gandar lokomotif
atau kumpulan gandar – gandar lokomotif yang
menurut rencana muatan berlaku untuk hitungan itu.
2. R = Jari – jari lengkungan dalam meter. Jika rencanan
muatan terdiri atas beberapa skala muatan terbagi
rata, maka diambil A max sama dengan 1.5 x
muatan terbagi rata, yang untuk penentuan momen
lentur diperhitungkan bagi bagian konstruksi yang
bersangkutan dengan keterangan bahwa A max tidak
dapat melebihi harga muatan terbagi rata per meter
yang berlaku untuk bentang 2 meter A max
dipandang sebagai gaya tunggal.
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 17
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
2.7.4 Perencanaan Penampang Baja
a. Perencanaan Penampang Gelagar
Dalam perencanaan penampang gelagar ada syarat yang harus
dipenuhi seperti pada persamaan dibawah ini :
Mu ≤ Ø x Mn (pers 2.3)
Mn = 1.12 Sx fy (pers 2.4)
Setelah didapat penampang gelagar, penampang dikontrol
terhadap:
1. KELANGSINGAN
Plat Sayap dengan persamaan :
b 170
f ≤ p (kompak) (pers 2.5)
2.tf fy
Plat Badan dengan persamaan :
h 2tf 2r 1680
w ≤ p (kompak) (pers 2.6)
tw fy
2. KONTROL LENDUTAN AKIBAT BEBAN BALOK
5 M .total L2 1
δ= < x bentang (pers 2.7)
48EI 800
3. KONTROL TERHADAP PENGARUH LATERAL
Dicari terlebih dahulu, Lp, Lb, Lr.
E
Lp = 1,76 . iy . (pers 2.8)
Fy
Lb = λ (tidak ada penyangga)
X 1 iy
Lr = 1 1 X 2 FL2 (pers 2.9)
FL
dimana :
AJEG
X1 = . (pers 2.10)
Sx 2
Sx 2 Iw
X2 = 4 . ( ) . (pers 2.11)
JG iy
FL = 0,7 . Fy (pers 2.12)
J = 1/3 (h . tf 3 + 2b . tw3) (pers 2.13)
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 18
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Kondisi plastis jika Lb < Lp, maka tahanan momen nominal
menggunakan persamaan :
Mu ≤ Ǿ.Mp (pers 2.14)
Mu ≤ Ǿ. (1,12 . Sx . fy )
Kondisi inelastis jika Lr > Lb > Lp, maka tahanan momen
nominal menggunakan persamaan :
Mu ≤ Ø Mn (pers 2.15)
Dengan :
Mn = Cb (Mp – (Mp – Mr)) . (pers 2.16)
12,5 Mmaks
Cb = ≤ 2.3 (pers 2.17)
2.5Mmaks 3Ma 4Mb 3Mc
Mmaks = Momen maksimum
Ma = Momen pada jarak ¼ segmen
Mb = Momen pada jarak ½ segmen
Mc = momen pada jarak ¾ segmen
Mp = Fy . 1,12 . Sx (pers 2.18)
Mr = Sx . FL (pers 2.19)
Kondisi elastis jika Lb > Lr, maka tahanan momen nominal
menggunakan persamaan :
Mu ≤ Ø Mn (pers 2.20)
Dengan :
Cb .S x . X 1 . 2 X .X
Mn = 1 1 2
Lb L (pers 2.21)
2( b ) 2
ry ry
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 19
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Mulai
Analisa Struktur
· Pembebanan (Beban mati, hidup, rem,
& angin)
· Hitung kombinasi pembebanannya (Mu
dan D ).
Hitung persyratan
Mu ≤ Ø x Mn
Mu ≤ Ø x (1.12 Sx fy)
Sx ≥ Mu / (Ø x 1.12 x fy)
Perbesar Profil
KONTROL
Tidak “Penampang Terpilih" terhadap :
Kelangsingan, Lentur & Geser,
Lendutan, Terhadap Pengaruh
Lateral
Ya
Selesai
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 20
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Secara garis besar perancangan batang tarik dapat dilihat pada
Gambar 2.21.
Mulai
Analisa Struktur
· Pembebanan
· Hitung gaya tarik masing-masing batang
· Hitung gaya tarik paling ekstrim.
· Hitung “imin” yang dibutuhkan
Imin = 1/240 , unt komponen utama
Imin = 1/300, untuk komponen sekunder
· Hitung Ag min yang dibutuhkan dari kondisi batas
leleh : NU
Ag min
x fy
· Hitung Ae min yang dibutuhkan dari kondisi batas
leleh : NU
Aemin
x fu.0,9
Ae ≥ Aemin
Ya
Pemeriksaan
Kekompakan Profil
“λ ≤ λr”
Ya
Selesai
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 21
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
c. Perencanaan Batang Tekan
Batang tekan yaitu komponen struktur yang memikul / mentransfer
gaya tekan pada dua titik pada struktur. Komponen struktur dengan
gaya aksial murni umumnya merupakan komponen pada struktur
segitiga (rangka batang) atau merupakan komponen struktur dengan
kedua ujung sendi.
Pada teori batang tekan LRFD, disyaratkan batang tekan yang
mengalami tekuk dikatakan kuat bila :
Nu ≤ Ø . Nn (pers 2.24)
Ø = 0.85
Dengan besarnya Nn ditetapkan :
fy
Nn = Ag . (pers 2.25)
w
Dengan ketentuan :
1 Lk fy
Untuk λc ≤ 0.25 λc = (pers 2.26)
imin E
w=1
Pada kondisi ini, kekuatan batang tekan pada kekuatan
platis.
Untuk 0.25 ≤ λc ≤ 1.2
1.43
w= (pers 2.27)
1.6 0.67c
Pada kondisi ini, kekuatan batang tekan mencapai pada
kekuatan inelastis.
Untuk λc ≤ 1.2
w = 1.25 λc2 (pers 2.28)
Pada kondisi ini, kekuatan batang tekan mencapai pada
kekuatan elastis.
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 22
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Mulai
Analisa Struktur
· Pembebanan
· Hitung gaya tekan masing-masing batang
· Hitung gaya tekan paling ekstrim.
· Hitung “imin” yang dibutuhkan
L
i x min kx
( kL ) k
200 200
L ky ( kL ) k
i y min
200 200
· Hitung “Nn” yang dibutuhkan = Nu
Pemeriksaan Tidak
Kekompakan penampang
“λ ≤ λr”
Ya
Tidak
“ø. Nn”Terpilih
≥
“ø. Nn”yang diperlukan
akibat bebab kerja
Ya
Selesai
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 23
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
d. Perencanaan Sambungan Baut
Secara garis besar terdapat dua jenis sifat pembebanan yang
bekerja pada sambungan baut yaitu :
Sambungan baut yang menahan beban sentris
Sambungan baut dimana garis beban bekerja melalui titik berat
susunan baut, sehingga susunan baut dapat diperhitungkan adanya
beban yang diterima secara merata pada setiap baut. Jumlah baut
yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan asumsi seluruh
jumlah baut yang ada menerima beban bekerja sama rata, dengan
rumus :
Nu
n (pers 2.29)
R nφ.
Besar Rn dihitung dari kuat geser nominal baut terkecil dari
persamaan dibawah ini :
Rn (geser) = Ø . 0.5 fub Abaut . m (pers 2.30)
Rn (tumpu)= δmin . d . 2.4 fyb . Ø (pers 2.31)
Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus
dipasang lebih dari satu baris arah garis kerja beban yang bekerja.
Sambungan baut yang menahan beban eksentris
Sambungan dimana baut pengikat mengalami tarik dan geser
dijumpai pada hubungan balok dan kolom seperti Gambar 2.23,
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 24
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.24 Baut (a) paling atas,mengalami tarikan maksimum akibat adanya
momen yang dihasilkan gaya terpusat P, baut ini juga mengalami gaya geser
1. Sambungan baut yang menahan gaya tarik eksentris
Kekuatan tarik nominal
Rn = fub . Ab (pers 2.32)
Pada kasus kumpulan baut (a) seperti gambar diatas, baut
mengalami tarikan pada sebelah atas garis netral dan tekanan
pada baut sebelah bawah garis netral. Dengan adanya baja
siku penyambung, maka bagian tekan dapat dipikul baja siku
tersebut. Untuk menghitung tegangan-tegangan yang bekerja
pada kumpulan paku ini digambarkan luas pengganti, dimana
bagian tarik terdiri dari luas baut rata-rata dan bagian tekan
terdiri dari luas sayap baja siku, untuk satu baris baut.
luasbaut
a= (pers 2.33)
jarakbaut
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 25
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
tertekan.
Momen inersia luas pengganti,
b * c 3 a * ( h c) 3
I = (pers 2.37)
3 3
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 26
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
1 P
∆Px = 2 (pers 2.40)
n
Akibat Beban M
M .Yi
KX = (pers 2.41)
( X i Yi )
2 2
M .X i
KY = (pers 2.42)
( X i Yi )
2 2
Untuk mempermudah perhitungan dilakukan dengan
menggunakan Tabel 2.3.
Tabel 2.4 Contoh tabel perhitungan gaya resultan baut.
2
Rpk = K M ( K M Px ) 2 (pers 2.43)
Sambungan dinyatakan kuat menerima beban kerja bila KR ≤ N
Besar Rn atau N dihitung dari kuat geser nominal baut terkecil
dari persamaan 2.35 dan persamaan 2.36 di atas.
Secara garis besar perancangan kebutuhan sambungan baut
dapat dilihat pada Gambar 2.26.
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 27
Laporan Tugas Akhir – Bab II Tinjauan Pustaka
Mulai
Analisa Struktur
· Beban & gaya yang bekerja pada
sambungan
· Asumsikan jumlah baut dan penempatan
baut
Hitung KiX dan Kiy dalam tabel
Hitung Kp, KMX, KMY dan KR
Tidak
Perbayak jumlah baut KR ≤ N
Ya
Selesai
Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja ….. 28